BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI ILMIAH

UJIAN TENGAH SEMESTER
MATA KUALIAH BAHASA SEBAGAI SARANA KOMUNIKASI
ILMIAH

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif melalui Penggunaan Metode
Pembelajaran REACT Siswa Kelas IV SDN

Dewasa ini pendidikan banyak mengalami berbagai tantangan. Salah
satunya yang sangat menarik adalah peserta didik diwajibkan untuk memiliki
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS (Higher Order Thinking Skill)
yang dibagi menjadi empat kelompok yaitu pemecahan masalah, membuat
keputusan, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
Tuntutan keahlian ini, tidak terlepas dari teori-teori pembelajaran yang
telah berkembang seiring perkembangan zaman. Teori kognitivisme,
konstruktivisme dan humanistik menjadi teori-teori yang relevan dengan
perkembangan kondisi saat ini.
Dalam permendikbud No. 021 tahun 2016 tentang standar isi dijelaskan
bahwa deskripsi kompetensi aspek keterampilan yakni “menunjukkan
keterampilan berfikir dan bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri,
kolaboratif dan komunikatif dalam bahasa yang jelas, sistematis, logis dan
kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak

sehat, dan tindakan yang mencerminkan perilaku anak sesuai dengan tahap
perkembangannya”.1
1

Hosyatul Aliyah, PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS
PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA. Jakarta:
JURNAL PENDIDIKAN DASAR. Volume 8, Edisi 2, Desember 2017, hal 38

Kemampuan berpikir kreatif dapat di tingkatkan melalui metode
pembelajaran yang tepat. salah satu metode pembelajaran yang sangat
mungkin

dapat

diterapkan

dan

dikembangkan


untuk

meningkatkan

kemampuan berpikir kreatif adalah metode pembelajaran REACT (relating,
experiencing, applying, cooperating, transferring).
REACT merupakan metode pembelajaran konsektual yang berpusat
pada peserta didik. Badar menyatakan bahwa pembelajaran konsektual
adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata peseta didik dan mendorong peserta
didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan sehari- hari. 2 Menurut Crawford
langkah-langkah pembelajaran dengan metode pembelajaran REACT pada
dasarnya mengikuti tahapan-tahapan: (1) relating atau mengaitkan; (2)
experiencing atau mengalami; (3) applying atau menerapkan; (4)
cooperating atau kerjasama; dan (5) transferring atau memindahkan.
Proses pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran REACT
merupakan suatu siklus kegiatan, artinya proses tersebut tidak pernah
terputus.
Menurut Crawford (2001) REACT merupakan metode pembelajaran

konteks yang didasarkan pada penilitian tentang bagaimana peserta didik
belajar untuk mendapatkan pemahaman dan bagaimana guru memberikan
pemahaman.3 Dalam metode REACT peserta didik dituntut berperan aktif
2 Trianto Ibnu Badar, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan konsektual.
Jakarta: Ke ncana, 2014. Hal 140
3 Yuniawatika, “ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI REACT”. Wahana SEKOLAH DASAR (kajian teori dan praktik
pendidikan). Tahun23, Nomor 2, juli 2015, hal 92

dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkannya. Disamping itu,
menghubungkan dengan kehidupan sekitar dalam proses pembelajaran
akan lebih membuat peserta didik lebih fokus dan pembelajaran akan
menjdi lebih efektif.
Pembelajaran dengan menggunakan metode REACT akan lebih efektif
karena peserta didik bukan hanya menerima informasi melaikan peserta
didik mengakaitkan konsep- konsep dengan pengalaman yang telah
dialaminya sendiri, sehingga dapat menambah pemahaman dan juga dapat
mengembangkan keterampilan untuk masa depan. Karena dalam metode
ini, peserta didik dibimbing untuk bekerjasama dan berkomunikasi sesama
peserta didik untuk menyelesaikan sebuah permasalahan sehingga

diharapkan peserta didik mampu menciptakan rasa kebersamaan dan
tanggung jawab. Oleh karena itu, dengan sendirinya pembelajaran akan
berjalan secara menyeluruh, sempurna dan juga menyenangkan.
Dari data di atas peneliti memilih topik ini karena, kemampuan berpikir
kreatif sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. Dengan kemampuan
berpikir kreatif peserta didik mampu untuk mengembangkan pemahamnnya
sendiri setelah mendengarakan dan menyimak materi yang telah guru
sampaikan. Dengan kemampuan berpikir kreatif peserta didik juga dapat
untuk menyelesaikan suatu masalah atau soal sesuai dengan cara dan
pemikirannya sendiri. Dan kemampuan berpikir ini sangat perlu untuk
dikembangkan guna tercapainya tujuan pembelajaran.
Cara untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik
yaitu dengan pemilihan cara atau metode pembelajaran yang sesuai. Salah

satu metode pembelajaran yang cocok yaitu metode REACT (relating,
experiencing, applying, cooperating, transferring). Metode ini dianggap
cocok karena dengan metode pembelajaran ini peserta didik dapat
menghubungkan materi dengan pengalaman yang telah didapat, setelahnya
siswa mengaplikasikannya didalam dunia nyata dan bekerjasama serta
mengkomunikasikannya


atau

mentransfer

pemahaman

yang

telah

didapatnya dengan bahasanya sendiri.
Metode pembelajaran REACT yang mendorong peserta didik

belajar

menggunakan pengetahuan yang telah dipelajarinya ke dalam konteks atau
situasi baru yang belum dipelajari di kelas berdasarkan pemahaman.
Pembelajaran kontekstual melalui strategi REACT yang berpusat pada
peserta didik merupakan pilihan yang tepat, karena banyak siswa yang

termotivasi untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif yang
peserta didik miliki.

Dafta Pustaka
Hosyatul Aliyah, PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK
BERBASIS PROYEK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF SISWA. Jakarta: JURNAL PENDIDIKAN DASAR. Volume 8, Edisi 2,
Desember 2017, hal 38

Retno Listyarti. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif, &
Kreatif. Jakarta: Erlangga
Trianto Ibnu Badar, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
konsektual. Jakarta: Ke ncana, 2014, hal 140
Yuniawatika, “ALTERNATIF PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI REACT”. Wahana SEKOLAH DASAR (kajian
teori dan praktik pendidikan). Tahun23, Nomor 2, juli 2015, hal 92