PKM P NANOEMULSI GEL EKSTRAK ETANOL DAUN (1)

LAPORAN AKHIR
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL LUKA BAKAR
BERBASIS NANOEMULSI EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI
(Psidium guajava L.)
BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Kusmiati (15020110288) (2011)
Nur Ekayani Syam (15020110268) (2011)
Nurfatmasari (1502012461) (2012)

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2015

i


ii

ABSTRAK
Daun jambu biji dikenal dan digunakan oleh masyarakat sebagai tanaman yang
berkhasiat untuk pengobatan luka bakar. Senyawa flavanoid pada daun jambu biji
juga yang memiliki efek antiinflamasi dan berfungsi sebagai anti radang serta
mampu mencegah kekakuan dan nyeri. Senyawa saponin pada daun jambu biji
dapat membantu pembentukan kollagen yaitu protein struktur yang berperan
dalam proses penyembuhan luka. Selain itu tanin yang mempunyai daya
antiseptik yang sangat mungkin untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme
yang timbul saat itu penyembuhan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengembangkan formulasi sediaan dengan menggunakan pembawa nanoemulsi.
Nanoemulsi merupakan suatu pembawa yang dapat digunakan untuk sediaan
topikal yang mempunyai beberapa keuntungan diantaranya meningkatkan
penghantaran obat secara transdermal dibandingkan dengan bentuk sediaan
topikal lain. Pada penelitian ini dilakukan optimasi jenis dan jumlah minyak,
surfaktan, dan kosurfaktan. Diperoleh formula yang optimum yaitu VCO,
Chremophor RH-40, PEG-400 dengan perbandingan 1: 8 : 1 karena memberikan
tampilan nanoemulsi yang lebih transparan dibandingkan dengan yang lainnya.
Jumlah ekstrak daun jambu biji yang paling optimal untuk dimasukkan ke dalam

fase minyak dan membentuk nanoemulsi adalah 150 mg per 1 g fase minyak
dengan ukuran partikel 63,37 nm. Pembentukan emulsi dari nanoemulsi ekstrak
daun jambu biji terjadi pada menit ke 33,08 dengan tampilan visual yang
transparan. Kemudian dibuat sediaan gel berbasis nanoemulsi ekstrak daun jambu
biji dengan menggunakan basis karbopol. Uji Frezee Thaw Cycling pada sediaan
gel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji ditempatkan pada suhu 5 dan suhu 35
selama 10 siklus (12 jam). Hasil uji organoleptik menunjukkan tidak terjadi
perubahan yang signifikan sebelum dan sesudah siklus Freeze Thaw, begitu pula
dengan pengujian nilai pH, viskositas dan tipe aliran serta nilai daya sebar. Oleh
karena itu, dapat dikatakan bahwa nanoemulsi ekstrak daun jambu biji stabil
dalam basis gel karbopol. Hasil uji aktivitas antiinflamasi menunjukkan bahwa gel
berbasis nanoemulsi memberikan efek penyembuhan luka bakar.
Kata Kunci : Jambu Biji, Nanoemulsi, Luka Bakar

iii

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i
PENGESAHAN PROPOSAL PKM-PENELITIAN ...................................... ii

RINGKASAN ......................................................................................... ........ iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Peumusan Masalah .................................................................. 1
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 2
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Tempat/Lokasi Penelitian ........................................................ 2
3.2 Desain Penelitian ..................................................................... 2
3.3 Alat dan Bahan ........................................................................ 2
3.4 Prosedur Kerja ......................................................................... 3
BAB 4 HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS.................... 5
BAB 5 PENUTUP ....................................................................................... 7
LAMPIRAN ..................................................................................................... 9

iv

1


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,
listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase
syok) sampai fase lanjut. Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang
kompleks yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat dalam
perawatan luka dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat
meningkatkan rata-rata harapan hidup pada sejumlah klien luka bakar serius.
Salah satu bahan alami yang berpotensi sebagai tanaman berkhasiat
sebagai obat adalah jambu biji. Beberapa penelitian engenai ekstrak daun
jambu biji telah dilakukan, salah satunya oleh fernandes dkk.(2010) yaitu
Healing and Cytotoxic effect of psidium guajava (Myrtaceae) Hasil analisis
histologis dari penelitian in vivo ini mengungkapkan bahwa hewan yang
dirawat dengan ekstrak daun jambu biji menunjukkan penyembuhan luka
yang lebih cepat daripada kelompok kontrol dan kortikosteroid.
Senyawa kimia yang terkandung didalam buah jambu salah satunya adalah
Quersetin adalah senyawa golongan flavonoid jenis flavonol dan flavon, yang

berkhasiat diantaranya untuk mengobati kerapuhan pembuluh kapiler pada
manusia (Yuliani dkk.2003).
Salah satu senyawa aktif yang terkandung pada jambu biji adalah tanin.
Departemen Kesehatan pada tahun 1989 menyatakan bahwa bagian tanaman
yang sering digunakan sebagai obat adalah daunnya, karena daunnya
diketahui mengandung senyawa tanin 9-12%, minyak atsiri, minyak lemak
dan asam malat (Yuliani dkk. 2003). Penelitian Claus dan Tyler pada tahun
1965 menyebutkan bahwa tannin mempunyai daya antiseptic yaitu mencegah
kerusakan yang disebabkan bakteri atau jamur (Rohmawati 2008).
Selain senyawa-senyawa aktif tersebut terdapat juga flavanoid, yang
menurut penelitian Anggraini (2008) flavanoid yang terkandung dalam daun
jambu biji memiliki efek antiinflamasi, dimana berfungsi sebagai anti radang
dan mampu mencegah kekakuan dan nyeri. Menurut Atmaja (2007),
flavanoid juga berfungsi sebagai antioksidan sehingga mampu menghambat
zat yang bersifat racun. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung dalam daun
jambu biji inilah yang diduga mampu untuk membantu dalam proses
penyembuhan luka bakar, terlebih jambu biji ini telah dikenal luas sebagai
antibakteri yang sangat mungkin untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme yang timbul saat proses penyembuhan.
Senyawa lain yang diduga turut berperan sebagai antiseptik yaitu polifenol

(Harborne 1987), sebab penelitian Atmaja (2007) menyebutkan bahwa dari

2

skrining fitokimianya di dalam jambu biji juga terkandung polifenol. Pada
daun jambu biji juga terdapat zat yang dapat membantu pembentukan
kollagen yaitu saponin, diduga senyawa saponin ini turut membantu dalam
pembentukan kollagen, yaitu protein struktur yang berperan dalam proses
penyembuhan luka (Suratman dkk. 1996).
1.2 Perumusan Masalah
1. Bagaimana formula yang optimal pada sediaan gel berbasis naoemulsi
ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)?
2. Apakah sediaan gel berbasis nanoemulsi mempunyai aktivitas
penyembuhan luka bakar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mendapatkan formula yang optimal gel berbasis nanoemulsi ekstrak
daun jambu biji (Psidium guajava L.).
2. Untuk mengetahui aktivitas penyembuhan luka bakar sediaan gel berbasis
nanoemulsi ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava L.)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Umum Jambu Biji
Tanaman jambu biji (Psidium guajava ) dalam sistematika dunia
tumbuhan diklasifikasikan menjadi seperti di bawah ini:
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Familia : Myrtaceae
Genus : Psidium
Spessies : Psidium guajava, L. ( Cronquist, 1981)
Ekstrak daun jambu biji (Psidium guajava Linn.) mengandung minyak
atsiri, tannin, flavonoid, senyawa fenolik, saponin, carotenoids dan vitamin C.
Flavonoid mengandung banyak quercetin, alkaloid, anthraquinones, dan
phlobatanins (Porwal dkk, 2012).
Efek flavonoid sebagai antioksidan adalah menstabilkan Reactive
Oxygen Species (ROS) yang membuat radikal bebas manjadi inaktif sehingga
menurunkan kemampuannya dalam menarik mediator inflamasi (Nijveldt
dkk, 2001). Saponin dan flavonoid sebagai antiinflamasi mampu menghambat
enzim siklooksigenase dan lipooksigenase, sehingga produksi prostaglandin
dan leukotrien mengakibatkan dapat berkurang. Penurunan jumlah

prostaglandin dan leukotrien mengakibatkan migrasi sel radang ke area luka
akan berkurang yang menandakan bahwa proses penyembuhan fese inflamasi
dipersingkat, sehingga dapat segera memasuki fase proliferasi (Trowbridge
dan Emling, 1993).

3

Komponen daun jambu biji
Tannin
Kalori
Vitamin A
Vitamin B 1

Jumlah
3-8 %
49,00 kal
25,00 SI
0,02 mg

Vitamin C

87,00 mg
Kalsium
14,00 mg
Hidrat arang
12,20 g
Fosfor
28,00 mg
Besi
1,10 mg
Protein
0,90 mg
Lemak
0,30 g
Air
86,00 g
Tabel komponen kimia daun jambu biji (Waid, 2011)
2.2 Uraian luka bakar
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan

morbiditas dan mortalitas tinggi. Oleh karena itu, penanganan luka bakar
lebih tepat dikelola oleh suatu tim trauma yang terdiri dari spesialis bedah
(bedah anak, bedah plastik, bedah thoraks, bedah umum), intensifis, spesialis
penyakit dalam, ahli gizi, rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikologi (David,
2008)
Agen yang menyebabkan cedera akan menimbulkan denaturasi protein
sel. Sebagaian sel akan mati karena mengalami nekrosis traumatik.. Cedera
sel memicu pelepasan mediaotor inflamasi yang turut menimbulkan
peningkatan permeabilitas kapiler secara lokal, sedangkan pada kasus luka
bakar yang berat, pelepasan mediator ini menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler secara sistemik (Kowalak, 2012).
Luka bakar drajat pertama (derajat-1) menyebabkan cedera setempat
atau destruksi setempat pada kulit (hanya lapisan epidermisnya) akibat kontak
langsung (seperti terkena tumpahan bahan kimia) atau kontak tidak langsung
(seperti sengatan matahari). Fungsi barrier (sawar) pada kulit tetap utuh dan
luka bakar jenis ini tidak mengancam hidup korban (Kowalak, 2012).
2.3 Nanoemulsi
Nanoemulsi adalah tipe emulsi o/w dengan kirasan droplet size kurang
dari 100 nm. Nanoemulsi adalah campuran isotropik dari minyak, air,
surfaktan dan kosurfaktan yag stabil dan jernih (Thakur dkk., 2013).

Nanoemulsi memiliki beberapa keuntungan diantaranya ialah memiliki
luas permukaan yang lebih besar dan bebas energi dibandingkan dengan

4

makroemulsi sehingga lebih efektif sebagai sistem pembawa. Nanoemulsi
dapat menghindari problem klasik emulsi yaitu creaming, flokulasi dan
sedimentasi yang biasanya dijumpai pada makroemulsi. Bentuk emulsi ini
juga dapat diaplikasikan dalam berbagai formulasi yaitu foam, spray, cairan
dan krim untuk rute transdermal karena tidak menimbulkan iritasi pada kulit
dan juga tidak toksik (Shah dkk., 2010). Nanoemulsi juga dapat
meningkatkan absorbsi, meningkatkan bioavailabilitas obat, membantu
mensolubilisasi zat aktif yang bersifat hidrofob, serta memiliki efesiensi dan
penetrasi yang cepat pada sebagian obat ( Devarajan & Ravichandran, 2011).
2.3.1
Self-Nanoemulsifiying Drug DeliverySystems(SNEDDS)
Nanoemulsi
spontan
atau
yang
biasadisebutSelfnanoemulsifiying drug delivery systems (SNEDDS) adalah campuran
isotropik lemak, obat, dan surfaktan,biasanya dengan satu atau lebih
kosolvent atau kosurfaktan hidrofilik yang membentuk nanoemulsi
minyak dalam airpadapengadukan ringan dalam media berair dengan
ukuran tetesan pada kisaran 20-200 nm (Sagar et al., 2014). Ukuran
globul yang kecil memberikan luas permukaan yang besar untuk
pelepasan dan penyerapan obat (Wang et al., 2009).Keuntungan
penting lainnya termasuk stabilitas yang tinggi, efisiensi penjeratan
obat 100%, penurunan dosis dan frekuensi dosis (karena peningkatan
bioavailabilitas), kemampuan untuk memberikan perlindungan
terhadap obat dari degradasi di lingkungan usus dan kemudahan
dalam pembuatan dan scale-up (Gupta et al., 2011).
2.3.2 Komponen Utama SNEDDS
1. Minyak
Minyak merupakan salah satu bahan tambahan yang paling
penting dalamperumusan SEDDS, tidak hanya karena dapat
melarutkan sejumlah obat lipofilik atau memfasilitasi
emulsifikasiterutama karena dapat meningkatkan fraksi obat
lipofilik yang diangkut melaluisistem limfatik usus, sehingga
meningkatkan penyerapan dari saluran pencernaan yang
tergantung pada sifat molekul trigliserida (Chetan et al., 2014).
2. Surfaktan
Beberapa senyawa menunjukkan sifat surfaktan dapat digunakan
untuk membuat sistem emulsi spontan, surfaktan yang paling
banyak direkomendasikan adalah surfaktan nonionik dengan
keseimbangan hidrofilik-lipofilik yang relatif tinggi (HLB).
Pengemulsi alam disukai karena dianggap lebih aman daripada
surfaktan sintetis (Chetan et al., 2014).
3. Kosurfaktan
Kosurfaktan dalam formulasi SNEDDS juga berfungsi untuk
meningkatkan drug loading dalam sistem SNEDDS.

5

Kosurfaktan mempengaruhi waktu emulsifikasi dan ukuran
tetesan dalam sistem nanoemulsi (Makadia et al., 2013)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat/Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Farmaseutika
Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia.
3.2 Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental
laboratorium.
3.3 Alat dan Bahan
3.3.1 Alat
Alat gelas, cawan porselin, evaporator, homogenizer Ika T25
(Ultra-Turax®), inkubator, lemari pendingin (Modena®), lempeng
logam, oven (Memmert®), pH meter, sonikator, stirrer, ultraturax dan
viskometer DV-E (Brookfield®).
3.3.2 Bahan
Aqua deion, aquadest, bioplasenton®, butil hidroksitoluena,
carbopol 940, cremophor RH40, ekstrak daun jambu biji, etanol 70%,
gliserin, ketamin, metil paraben, minyak zaitun, PEG-400, propil
paraben, trietanol-amine, tween 80 dan VCO.
3.4 Prosedur Kerja
3.4.1 Metode ekstraksi daun jambu biji
Serbuk simplisia daun jambu biji sebanyak 500 gram diekstrak dengan
menggunakan 3,5 liter etanol 70% dalam maserator selama 3 hari
dengan sesekali dikocok dan dua kali remaserasi (Daud dkk, 2011).
3.4.2 Pemekatan Ekstrak
Ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary vacum
evaporator pada suhu antara 60-70oC hingga ekstrak agak pekat.
Kemudian dilanjutkan dengan pemekatan dalam water bath hingga
ekstrak pekat (Daud dkk, 2011).
3.4.3 Pembuatan Nanoemulsi
Optimasi jenis dan jumlah minyak, surfaktan, dan kosurfaktan
dilakukan dengan menggunakan dua jenis minyak yaitu minyak zaitun,
minyak kelapa murni, dan dua jenis surfaktan yaitu cremophor RH 40
dan Tween 80 serta PEG 400 sebagai kosurfaktan dengan variasi
jumlah perbandingan minyak:surfaktan:kosurfaktan 1:8:1 dan 1:7:2.
Adapun optimasi pemuatan ekstrak etanol daun jambu biji (Psidium
guajava ) dalam sistem nanoemulsi spontan
dilakukan dengan
menambahkan sejumlah ekstrak etanol daun jambu biji ( 5 mg, 10 mg,
15 mg, 20 mg, 25 mg, 35 mg, 50 mg, 100, dan 150 mg) ke dalam

6

sistem nanoemulsi hasil optimasi minyak, surfaktan dan kosurfaktan di
atas.
3.4.4 Pembuatan Basis Gel
Karbopol 940 didispersikan dalam air suling dan didiamkan.
Kemudian diaduk dengan menggunakan stirrer dengan kecepatan 500
rpm selama 10 menit, ditambahkan bahan tambahan lain dan diaduk
kembali dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit. Setelah itu
dilakukan adjustment pH dengan penambahan trietanolamin hingga
diperoleh basis yang kental dan pH berkisar 6-7. Pengadukan dilakukan
dengan kecepatan 500 rpm selama 5 menit agar homogen.
3.4.4 Karakterisais dan Evaluasi Nanoemulsi
1. Stabilitas Termodinamika
a. Siklus pemanasan/pendinginan
Enam siklus antara suhu 4 °C dan 45 °C dengan penyimpanan
pada setiap suhu tidak kurang dari 48 jam. Formulasi yang stabil
pada suhu ini, selanjutnya dilakukan pengujian sentrifugasi.
b. Sentrifugasi
Disentrifugasi antara 21 °C dan + 25 °C dengan penyimpanan
pada masing-masing suhu tidak kurang dari 48 jam dilakukan
pada 3500 rpm selama 30 menit. Formulasi yang tidak
menunjukkan pemisahan fase pada tahap ini, selanjutnya
dilakukan pengujian pembekuan pencairan.
2. Waktu emulsifikasi
Efisiensi dari emulsifikasi dinilai menggunakan alat disolusi.
Sebanyak 1 mL nanoemulsi dilarutkan dalam 250 ml air pada suhu
37 ± 0.5 °C. Dilakukan pengadukan pada kecepatan 60 rpm.
Selanjutnya diamati nanoemulsi secara visual sesuai laju
emulsifikasi dan penampilan akhir dari emulsi.
3. Uji dispersibilitas
Pengujian dilakukan dengan menggunakan alat standar disolusi USP
(tipe pedel), 1 mL dari masing-masing formula ditambahkan ke
dalam 500 ml air pada suhu 37 ± 0,5 dan pedel diputar pada 50
rotasi/menit.
4. Analisis ukuran tetesan dan pengukuran ukuran partikel
Ukuran tetesan emulsi ditentukan dengan spektroskopi korelasi
foton (yang menganalisis fluktuasi hamburan cahaya karena gerak
Brown dari partikel) menggunakan Zeta Sizer yang mampu
mengukur ukuran antara 10 dan 5000 nm.
3.4.3 Pembuatan Sediaan gel berbasis nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji
Nanoemulsi dicampurkan dengan butil hidroksitoluena dan propil
paraben. Kemudian dimasukkan ke dalam basis gel.

7

3.4.4 Uji Stabilitas Sediaan Gel
1. Evaluasi organoleptis
Pada sediaan yang telah diformulasi dilakukan pengamatan
penampilan sediaan meliputi bau, warna dan tekstur sediaan
2. Pengukuran viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan terhadap sediaan gel dengan
menggunakan alat viscometer Brookfield tipe RV dengan kecepatan
50 rpm, spindle 7.
3. Penentuan nilai pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH-meter.
4. Penentuan nilai daya sebar
Daya sebar dilakukan dengan meletakkan ± 0,2 gram gel pada
lempeng kaca kemudiaan diberi beban dari ukuran terkecil sampai
ukuran terbesar (125 g, 225 g dan 325 g), lalu diukur besarnya
diameter penyebaran yang terbentuk.
5. Uji Frezee Thaw Cycling
Sediaan gel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji ditempatkan pada
suhu 5 dan suhu 35 selama 10 siklus ( 12 jam).
3.4.3 Pengujian Efek Penyembuhan Luka Bakar
Hewan uji yang digunakan adalah kelinci putih berumur 4 sampai 5
bulan dengan berat 1,0 – 1,5 Kg sebanyak 3 ekor. Tiap kelinci diberi
perlakuan dengan 4 area luka bakar. Luka bakar area satu diberi sediaan
gel nanoemulsi ekstrak daun jambu biji 150 mg, luka bakar area dua
diberi sediaan gel ekstrak daun jambu biji 150 mg, luka bakar area tiga
diberi bioplasenton dan luka bakar area empat diberi basis gel
karbopol® 940. Dilakukan pengamatan pada hari keempat dan hari
ketujuh.
BAB IV
HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
a. Optimasi NANOEMULSI
Tabel 1. Formula NANOEMULSI
Konsentrasi (%)
No.
Bahan
Formula A
Formula B
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Minyak Kelapa Murni
1
1
1
1
2.
Minyak Zaitun
1
1
1
1
3.
Cremophor RH 40
8
8
7
7
4.
Tween 80
8
8
7
7
5.
PEG 400
1
1
1
1
2
2
2
2
Ekstrak daun Jambu
6.
Biji
7.
Aqua Deion
Ad 5 mL

8

Optimasi jenis dan jumlah minyak dan surfaktan dilakukan
dengan menggunakan dua jenis minyak yaitu VCO dan minyak zaitun,
dan dua jenis surfaktan yaitu Tween 80 dan cremophor RH40 serta PEG
400 sebagai kosurfaktan dengan variasi jumlah perbandingan
minyak:surfaktan:kosurfaktan 1:8:1 dan 1:7:2. Optimasi pemuatan
ekstrak daun jambu biji dalam sistem nanoemulsi dilakukan dengan
menggunakan variasi jumlah ekstrak daun jambu biji (5, 10, 20, 25, 35,
50, 100, 150 mg).
Dari optimasi yang dilakukan, campuran VCO: Cremophor
RH40:PEG400 pada perbandingan konsentrasi 1:8:1 adalah formula yang
paling optimal, karena memberikan tampilan sebagai nanoemulsi yang
lebih transparan dibandingkan dengan yang lainnya. Jumlah ekstrak daun
jambu biji yang paling optimal untuk dimasukkan ke dalam fase minyak
dan membentuk nanoemulsi adalah 150 mg per 1 g fase minyak.
b. Karakterisasi dan Evaluasi Nanoemulsi
1. Tampilan Visual, Indeks Poli dispersitas dan Potensial zeta
Secara visual tampilan
nanoemulsi tampak translucent. Nilai
potensial zeta sebleum kondisi dipaksakan -3,63 dan sesudah kondisi
dipaksakan 0,30. Nilai indeks poli dispersi sebelum kondisi
dipaksakan adalah 0,309 dan setelah kondisi dipasakan adalah 0,331
2. Waktu emulsifikasi
Pembentukan emulsi pada nanoemulsi ekstrak daun jambu biji terjadi
secara spontan dengan kecepatan pengadukan rendah terjadi pada
menit ke 33,08 menit.
3. Uji dispersibilitas
Dari uji dispersibilitas yang dilakukan diketahui bahwa nanoemulsi
ekstrak daun jambu biji terdispersi membentuk emulsi dengan
tampilan visual yang transparan, karena ukuran globulnya yang
berukuran nano.
4. Analisis ukuran tetesan dan pengukuran ukuran partikel
Berdasarkan hasi pengukuran ukuran partikel nanoemulsi ekstrak
daun jambu biji 150 mg mempunyai ukuran partikel yang lebih kecil
(63,37 nm) dan tidak jauh berdeda dengan nanoemulsi ekstrak daun
jambu biji 100 mg (63,71 nm)
c. Pembuatan Sediaan Gel Berbasis Nanoemulsi
Tabel 2. Formula Gel
No.
1.
2.
3.

Bahan
Nanoemulsi Ekstrak Daun
Jambu Biji
Karbopol 940
BHT

Konsentrasi (%)
1 gram
0,5
0,1

9

4.
Metil Paraben
5.
Propil Paraben
6.
Propilen glikol
7.
Gliserin (mL)
8.
Aquadest
d. Uji Stabilitas Sediaan Gel
1. Evaluasi organoleptis
Sediaan

0,18
0,02
15
5
Ad 50 mL

Pemeriksaan

Kondisi

Sebelum
Sesudah
GNSEDJB
Bau
Khas
Khas
Warna
Hijau kehitaman Hijau kehitaman
Konsistensi
Semipadat
Semipadat
Ket: GNSEDJB (Gel berbasis Nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji)
2. Pengukuran Viskositas
Tabel 4. Hasil Pengukuran Viskositas
Kondisi
Sebelum
Siklus

Rpm

Replikasi

Viskositas (Poise)

50

1
2
3

79,20
83,20
72,00
234,40
78,13
67,20
68,00
71,20
206,40
68,80
440,80

Subtotal
Rata-Rata
Setelah
Siklus

50

1
2
3

Subtotal
Rata-Rata
Total
3. Penentuan Nilai pH
Tabel 5. Hasil Pengukuran pH Sediaan
pH
Sebelum Siklus
5,37
Setelah Siklus
5,39
4. Penentuan nilai daya sebar
Tabel 6. Hasil Pengukuran Daya Sebar
Diameter Daya Sebar GNSEDJB
Beban
125 g
225g
325g
Sebelum Siklus
5,4 cm
5,7 cm
5,9 cm
Setelah Siklus
5,6 cm
6,1 cm
6,5 cm
Ket: GNSEDJB (Gel berbasis Nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji)

10

e. Uji Aktivitas Penyembuhan Luka Bakar
Tabel 7. Hasil rata-rata persentase penyembuhan luka bakar hari
keempat dan hari ketujuh
Diameter Luka (cm)
Hari
Luka I/
Luka II/
Luka III/
Luka IV/
GNEDJB
GEDJB Bioplasenton® Basis Gel
5
2,2
1,76
1,78
1,9
7
1,88
1,73
1,75
1,9
Tabel 8. Pengukuran Rata-Rata Diameter Luka Bakar Pada Kelinci Hari
Keempat Dan Hari Ketujuh
Diameter Luka (cm)
Hari
Luka I/
Luka II/
Luka III/
Luka IV/
GNEDJB
GEDJB Bioplasenton® Basis Gel
5
1,81
1,65
1,65
1,70
7
1,69
1,64
1,64
1,70
Tabel 8. Hasil Anova
Source of
SS
df
MS
F
P-value F crit
Variation
3
0,0051
2,7945 0,1731 2,4847
Between Groups 0,0153
0,0073 4
0,0018
Within Groups
0,0226 7
Total
POTENSI HASIL
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
formulasi dan aktivitas gel berbasis nanoemulsi ekstrak etanol daun jambu biji
sebagai usaha dalam pengembangan teknologi sediaan farmasi.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa formula
sediaan gel berbasis nanoemulsi spontan ekstrak etanol daun jambu biji
(Psidium guajava L.) optimal dan stabil secara farmaseutik serta memberikan
efek penyembuhan luka bakar.
B. SARAN
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai uji difusi
sediaan sediaan gel berbasis nanoemulsi spontan ekstrak etanol daun jambu
biji (Psidium guajava L.)

11

LAMPIRAN
A. Penggunaan Dana
1. Belanja Bahan
Material
Alkohol 70%
Kertas Saring
Alkohol 96%
Jergen
Aqua deion
Magnetik Stirer
Vial
Aluminium Foil
Tissu
Kelinci
Sangkar
Makanan Kelinci
(NOVA)
Kapas
Kasa Steril
Isoplast One
Med
Masker Ikat Kain
Handscoon Sensi
glove
Spoit 5 cc
Spoit 1 cc
Bolt
ATK
Alat Cukur
Ketamin
Kelinci
Kelinci
Pelet Kelinci
Nova® Pelet
Kelinci
Toples kaca
Tissue rol
Nova
Pembayaran nota
Sayuran
Fotocopy
proposal kode
etik
Batu stirer
Kertas saring
Tissue

Kuantitas
5L
2
5L
1
1L
1
10
1
1
3
1
1

Harga Satuan
Rp 27.000
Rp 5.000
Rp 33.000
Rp 9.000
Rp 15.000
Rp 25.000
Rp 1.000
Rp 18.000
Rp 1.800
Rp 133.333
Rp 100.000
Rp 32.000

Jumlah
Rp 135.000
Rp 10.000
Rp 165.000
Rp 9.000
Rp 15.000
Rp 25.000
Rp 10.000
Rp 18.000
Rp
1.800
Rp 400.000
Rp 100.000
Rp 32.000

1
1
1

Rp 5.500
Rp 9.000
Rp 9.000

Rp 5.500
Rp 9.000
Rp 9.000

3
3

Rp 6.000
Rp 2.000

Rp 18.000
Rp 6.000

3
3
1
1
1
2
2
1
1

Rp 1.500
Rp 1.500
Rp 450.000
Rp 58.300
Rp 10.800
Rp 88.000
Rp 200.000
Rp 142.500
Rp 10.000
Rp 35.000

Rp 4.500
Rp 4.500
Rp 450.000
Rp 58.300
Rp 10.800
Rp 88.000
Rp 400.000
Rp 285.000
Rp 10.000
Rp 35.000

2
2
2
1
2
5

Rp 8.000
Rp 2.500
Rp 35.000
Rp 50.000
Rp 500.000
Rp 10.000

Rp 16.000
Rp 5000
Rp 70.000
Rp 50.000
Rp 1.000.000
Rp 50.000

1
2
1

Rp 40.000
Rp 2.500
Rp 9.500

Rp 40.000
Rp 5000
Rp 9.500

12

Batang pengaduk
Handscoon
Jasa print kode
etik
Beaker 50 ml
Pembayaran
kode etik

2
2

Rp 8000
Rp 2.000

Rp 16.000
Rp 4.000
Rp 13.600

1
1

Rp 35.000
Rp 75.000

Rp 35.000
Rp 75.000

2. Honor Output Kegiatan
Material
Kuantitas
PSA
4X
PSA
3X
TEM
1X
Sarana Lab.
2X
Pengambilan
2 PP
Sampel
Sarana Lab.
1X
Praklinik
Pengukuran
1X
partikel size dan
zeta potensial
Konsumsi
Peneliti
3. Perjalanan
Material
MakassarBandung
Makassar-Sleman
Makassar-Bogor
Ongkos
perjalanan

Harga Satuan
Rp 250.000
Rp 180.000
Rp 600.000
Rp 500.000
Rp 200.000

Jumlah
Rp 1.000.000
Rp 540.000
Rp 600.000
Rp 1.000.000
Rp 400.000

Rp 300.000

Rp 300.000

Rp 500.000

Rp 500.000

Rp 61.000

Rp 61.000

Kuantitas
2X

Harga Satuan
Rp 77.000

Jumlah
Rp 154.000

2X
2X

Rp 56.000
Rp 45.000
Rp 20.000

Rp 112.000
Rp 90.000
Rp 20.000

B. Bukti Pendukung Kegiatan
1. Gambar Hasil Optimasi

13

2. Gambar hasil optimasi pemuatan ekstrak

3. Uji dispersibilitas
Keterangan:
A : Nanoemulsi Ekstrak 100mg
B : Nanoemulsi Ekstrak 150mg

4. Waktu Emulsifikasi
Keterangan:
A : Nanoemulsi Ekstrak 100mg
B : Nanoemulsi Ekstrak 150mg

5. Uji Sentrifugasi
Keterangan:
A
: Sebelum disentrifuge
B
: Setelah disentrifuge (tidak
terjadi pemisahan fase)

6. Uji Siklus
Keterangan:
A
: Sebelum disiklus
B
: Setelah disiklus (tidak
terjadi pemisahan fase)

14

7. pH

Keterangan:
A
: Sebelum disiklus
B
: Setelah disiklus
8. Uji Viskositas

Keterangan:
A1
: Sebelum disiklus
A2
: Setelah disiklus
9. Morfologi Globul Nanoemulsi Spontan Ekstrak Etanol Daun Jambu Biji

Ket : Morfologi globul nanoemulsi spontan formula FIA9 hasil analisis
TEM berbentuk Sferis
10. Evaluasi Sediaan Gel Nanoemulsi Ekstrak Daun Jambu Biji
1. Uji Organoleptik
Sebelum Kondisi Dipaksakan Setelah kondisi Dipaksakan

15

2. Uji pH
Sebelum Kondisi Dipaksakan Setelah kondisi Dipaksakan

3. Uji Daya Sebar
Beban
(gram)
Replikasi
125

Sebelum Kondisi Dipaksakan
D1

D2

D3

Setelah Kondisi Dipaksakan

D4

D1

D2

225
325

4. Uji Viskositas
Sebelum Kondisi Dipaksakan

Setelah Kondisi Dipaksakan

5. Hasil Pengujian Luka Bakar
Hari KeLuka I
Luka II
3

4

5

7

Luka III

Luka IV

D3

D4

16

C. Bukti Penggunaan Dana

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

OPTIMASI SEDIAAN KRIM SERBUK DAUN KELOR (Moringa oleifera Lam.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DENGAN BASIS VANISHING CREAM

57 260 22

AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI ETIL ASETAT DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) TERHADAP BAKTERI Escherichia coli DENGAN METODE BIOAUTOGRAFI

55 262 32

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) SEBAGAI ADJUVAN TERAPI CAPTOPRIL TERHADAP KADAR RENIN PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus) YANG DIINDUKSI HIPERTENSI

37 251 30

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

EFEK TIMBAL (Pb) PADA BEDA POTENSIAL LISTRIK PERMUKAAN DAUN SEMANGGI (Marsilea crenata Presl.)

0 47 18

JI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK POLIFENOL BIJI KAKAO Escherichia coli SECARA IN VITRO

6 112 17

KADAR TOTAL NITROGEN TERLARUT HASIL HIDROLISIS DAGING UDANG MENGGUNAKAN CRUDE EKSTRAK ENZIM PROTEASE DARI LAMBUNG IKAN TUNA YELLOWFIN (Thunnus albacares)

5 114 11

EFEK KEMOPREVENTIF PEMBERIAN INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) PADA EPITEL DUKTUS JARINGAN PAYUDARA TIKUS BETINA GALUR SPRAGUE DAWLEY YANG DIINDUKSI SENYAWA 7,12-DIMETHYLBENZ[A]ANTHRACENE (DMBA)

1 60 56