ASKEP Gangguan Sistem Pernafasan Pada NY
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajamen adalah suatu upacara kegiatan untuk mengarahkan,
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan
bersama dalam sebuah organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya staf
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat. Manajemen sangat penting
diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan tertata rapi dan terarah,
sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman
dan nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan
professional yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat primer dan perawat asosiet
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah klien, dan klien dilibatkan secara
langsung dalam proses penyelesaian masalah tersebut.
Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan
baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Perawat
professional harus dapat menerapkan ronde keperawatan, sehingga role play
tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar perawat paham
mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya saat bekerja.
Adapun kriteria klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan sebagai
berikut : mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan : pasien dengan kasus baru atau langka
dan metode yang dipakai adalah diskusi
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok melakukan pelaksanaan
ronde keperawatan pada pasien Ny. W dengan PPOK dan TB paru yang telah
mengalami perawatan ±10 hari di ruang jamrud C2 RSUD dr. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2017
B. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatami dan Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologis
a. Organ-organ pernafasan
1)
Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara
(Mutaqqin, 2009).
2) Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan
(Mutaqqin, 2009).
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin,
2009).
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).
5) Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2009).
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari selsel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara
(Mutaqqin, 2009).
b.
Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran
udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan
membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang
berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan
udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi
atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang
melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi
sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapilerkapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau
pernapasan internal (Mutaqqin, 2009).
Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas.
Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.
Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada
sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila
muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus
lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan
paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari
udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan
ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi
yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah
sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi
pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam
alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel
dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon
dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel
akan dikeluarkan oleh paru-paru (Mutaqqin, 2009).
B. Konsep Penyakit
1. Konsep PPOK
a. Pengertian
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekresi mukoid bronchial
yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan
terjadinya insfeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas ,
batuk produktif selama 3 bulan bahkan dalam jangka waktu 2 tahun
berturut-turut (Ovedoff, 2002).
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price and Wilson,2005).
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaiatan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru (Bruner and Suddarth, 2005).
b. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD
adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi udara
3) Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4) Riwayat infeksi saluran nafas.
5) Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama bagi
penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan
penderita penyakit PPOK, yaitu:
1) Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi.
2) Jenis kelamin pria lebih beresiko dibanding wanita
3) Merokok
4) Berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit
tidak dirasakan.
5) Keterbukaan terhadap berbagai polusi, seperti asap rokok dan
debu
6) Polusi udara
7) Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia dan bronkitus
8) Asma episodik, orang dengan kondisi ini beresiko mendapat
penyakit paru obstuksi kronik.
9) Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan
peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena
empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok.
c. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah sebagai berikut:
1) Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
2) Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu
suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis,
yang disertai kerusakan dinding alveolus.
3) Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai
jenis
rangsangan.Keadaan
ini
bermanifestasi
sebagai
penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible
akibat bronkospasme.
4) Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilastasi bronkus dan bronkiolus kronik
yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi
paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau
benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap
tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus
limfe.
d. Tanda dan Gejala
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
1)
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
2)
Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah
yang sangat banyak
3)
Dispnea
4)
Nafas pendek dan cepat (Takipnea)
5)
Anoreksia
6)
Penurunan berat badan dan kelemahan
7)
Takikardia, berkeringat
8)
Hipoksia, sesak dalam dada.
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan
respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali
dianggap
sebagai
gejala
yang biasa
terjadi
pada
proses
penuaan. Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3
bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan.
Kadang- kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus
menerus tanpa disertai batuk. Selain itu, Sesak napas merupakan
gejala yang sering dikeluhkan pasien terutama pada saat
melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi
dengan sesak napas yang bersifat progressif lambat sehingga
sesak ini tidak dikeluhkan. Untuk menilai kuantitas sesak napas
terhadap kualitas hidup digunakan ukuran sesak napas sesuai
skala sesak menurut British Medical Research Council (MRC)
(GOLD, 2009).
Tabel 1-2 : Skala nyeri
e.
Skala Sesak
1
2
Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas
Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
Sesak mulai timbul jika berjalan cepat atau naik
3
4
tangga 1 tingkat
Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
Sesak timbul jika berjalan 100 meter atau setelah
5
beberapa menit
Sesak bila mandi atau berpakaian
Patofisiologi
Patofisiologi menurut Brashers (2007), adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjarkelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta
terjadi batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturutturut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelokkelok dan berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan
berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkhiolus
dapat
menjadi
rusak
dan
membentuk
fibrosis
mengakibatkan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian
menjadi rentan terkena infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan
struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi
tersebut menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya
permukaan
alveoli
bagi
pertukaran
udara.
Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau
menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara
ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap
sama.
Saluran
pernafasan
yang
terhalang
mukus
kental
atau
bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi
akan tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya
permukaan
alveoli
bagi
pertukaran
udara
menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis
yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paruparu untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan
tubuh,
tubuh
melakukan
metabolisme
anaerob
yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan
patologis ini adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori.
Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular
pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan
hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.
f. Manajemen Medik
1) Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2) Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi,
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin
4x0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B.
Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik
seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan
membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam
7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder
atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
3) Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
4) Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat
diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahan.
6) Terapi jangka panjang di lakukan :
a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin
4x0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru
c) Fisioterapi
d) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e) Mukolitik dan ekspektoran
f) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi.
g. Komplikasi
1) Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari
55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen 3 detik dan pasien mengatakan perutnya
juga terasa membesar.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit baru dalam 1 bulan terakhir ini
hanya terasa terkadang sesak namun masih bisa beraktivitas, tidak ada riwayat sakit
jantung.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesedaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6, TTV : T : 36,5 0C, P : 68 x/menit, R : 28
x/menit, BP : 110/80 mmHg, spO2 : 97 %, infus RL 10 tetes per menit
terpasang di vena radialis dextra dan O2 terpasang 8 liter per menit per
menggunakan NRM.
b. Pemeriksaan sistemik
No
1.
Pengkajian
Kepala
Hasil
-
2.
Mata
-
3.
Hidung
-
Inspeksi :
Bentuk kepala simetris
Rambut rata hitam dan tipis
Kulit kepala tampak bersih
Tidak ada ketombe
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Krepitasi (-)
Inspeksi :
Bentuk mata simetris
Konjungtiva anemis (+)
Sclera ikterik (-)
Edema palpebral (-)
Tanda perdarahan (-)
Popil isokor sinistra 2 dextra 2
Palpasi :
4.
Mulut
Nyeri tekan (-)
Inspeksi :
Bentuk hidung simetris
5.
Telinga
-
6.
Leher
-
7.
Thorak/dada
-
Perdarahan (-)
Polip (-)
Secret (-)
Cuping idung (+)
NRM terpasang
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
Inspeksi :
Warna bibir coklat pucat
Mukosa bibir lembab
Mukosa mulut merah muda
Gusi normal/perdarahan (-)
Lidah merah muda
Pembengkakan tonsil (-)
Gangguan bicara (-)
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Inspeksi :
Bentuk telinga simetris
Sejajar dengan sudut mata
Pendarahan (-)
Kemerahan (-)
Serumen (+) berwarna kuning dan
tidak berbau
-
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
-
-
-
Inspeksi :
Bentuk leher simetris
Kaku kudauk (-)
Deviasi trakea (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pembesaran kelenjar limfa (-)
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Pembesaran/pembengkakan (-)
Paru-paru
Inspeksi Anterior :
Bentuk dada barrel chest
Ekspansi dinding dada simetris
Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercostal
Pola nafas (cepat pendek dan
dangkal)
Retraksi dinding dada (+)
Terpasang alat bantu nafas NRM
8 liter/menit
RR : 35x/menit
Perdarahan (-)
Batuk (+)
Sputum
kental
kekuningan
dan
kadang
dikeluarkan.
Inspeksi Posterior :
Tidak ada benjolan masa
Nyeri tekan (-)
berwarna
sulit
Bentuk tulang belakang Kifosis
Adanya pelebaran pembulu darah
Badan tanpak bersih
Lateral Dextra kanan :
Adanya
bentuk
cembung
pada
lateral dextra kanan atas.
Lateral Dextra Kiri :
Simetris
8.
Payudara
Palpasi :
Massa (-)
Krepitasi (-)
Nyeri tekan (-)
Fremitus vocal : teraba di dua
lapang paru
9.
Abdomen
Pokal premitus lobus kanan atas
dan lobus tengah kaanan menurun
dan lobus bawah kanan pokal
premitus teraba.
Pokal
premitus
teraba
pada
seluruh lapang paru sinistra.
Perkusi :
10.
Genetalia
11.
Rectum
Pasa saat dilakukan perkusi suara
menurun pada lobus atas dan
lobus tengah.
Seluruh
lapang
terdengar sonor.
12.
Ekstremitas
Sonor
Sonor
paru
sinistra
Auskultasi :
-
Bunyi nafas tambahan Ronci
Jantung
Inspeksi :
13.
Kulit/kuku
Bentuk dada simetris
Pembesaran/benjolan (+)
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
Ictus cordis teraba
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Bunyi jantung S1 S2 LUP DUP
tunggal teratur
-
Aorta : LUP
Pulmo : LUP
Tricuspit : DUP
Mitral : DUP
Inspeksi :
Ukuran
dan
bentuk
simetris
Putting susu menonjol
Kondisi kulit lembab
payudara
-
-
-
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Edema (-)
Inspeksi :
Bentuk abdomen normal
Asites (-)
Kondisi kulit lembab
Auskultasi :
-
-
Bising usus (+) 10x/menit
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Distensi abdomen (-)
Perkusi :
Timpani
-
Tidak dikaji
-
Tidak dikaji
-
Inspeksi :
Kontraktur (-)
Eformitas (-)
Edema
+
+
Kekuatan otot
5
5
5
5
Skala aktivitas 0 (mandiri)
-
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Piting edema (+) derajat 1
Akral tera
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manajamen adalah suatu upacara kegiatan untuk mengarahkan,
mengkoordinasi, mengarahkan dan mengawasi dalam mencapai tujuan
bersama dalam sebuah organisasi. Manajemen keperawatan adalah upaya staf
keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan, pengobatan, dan rasa
aman kepada pasien, keluarga, serta masyarakat. Manajemen sangat penting
diterapkan di dalam ruangan agar semua kegiatan tertata rapi dan terarah,
sehingga tujuan dapat dicapai bersama, yaitu menciptakan suasana yang aman
dan nyaman baik kepada sesama staf keperawatan maupun pasien.
Dalam pelaksanaan manajemen terdapat model praktik keperawatan
professional yang di dalamnya terdapat kegiatan ronde keperawatan. Ronde
keperawatan adalah suatu kegiatan dimana perawat primer dan perawat asosiet
bekerja sama untuk menyelesaikan masalah klien, dan klien dilibatkan secara
langsung dalam proses penyelesaian masalah tersebut.
Ronde keperawatan diperlukan agar masalah klien dapat teratasi dengan
baik, sehingga semua kebutuhan dasar klien dapat terpenuhi. Perawat
professional harus dapat menerapkan ronde keperawatan, sehingga role play
tentang ronde keperawatan ini sangat perlu dilakukan agar perawat paham
mengenai ronde keperawatan dan dapat mengaplikasikannya saat bekerja.
Adapun kriteria klien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan sebagai
berikut : mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun
sudah dilakukan tindakan keperawatan : pasien dengan kasus baru atau langka
dan metode yang dipakai adalah diskusi
Berdasarkan latar belakang diatas kelompok melakukan pelaksanaan
ronde keperawatan pada pasien Ny. W dengan PPOK dan TB paru yang telah
mengalami perawatan ±10 hari di ruang jamrud C2 RSUD dr. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2017
B. Tujuan
1. Menumbuhkan cara berpikir secara kritis.
2. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berasal dari
masalah klien.
3. Meningkatkan validitas data klien.
4. Menilai kemampuan justifikasi.
5. Meningkatkan kemampuan dalam menilai hasil kerja.
6. Meningkatkan kemampuan untuk memodifikasi rencana perawatan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Anatami dan Fisiologi
1. Anatomi
2. Fisiologis
a. Organ-organ pernafasan
1)
Hidung
Merupakan saluran udara pertama yang mempunyai 2 lubang,
dipisahkan oleh sekat hidung. Di dalamnya terdapat bulu-bulu
yang berfungsi untuk menyaring dan menghangatkan udara
(Mutaqqin, 2009).
2) Faring
Merupakan persimpangan antara jalan nafas dan jalan
makanan, terdapat di dasar tengkorak, di belakang rongga hidung
dan mulut sebelah depan ruas tulang leher. Terdapat epiglotis
yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan
(Mutaqqin, 2009).
3) Laring (pangkal tenggorok)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
servikalis dan masuk ke dalam trakea di bawahnya (Mutaqqin,
2009).
4) Trakea (batang tenggorok)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20
cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti
kuku kuda (huruf C). Sebelah dalam diliputi oleh sel bersilia yang
berfungsi untuk mengeluarkan benda-benda asing yang masuk
bersama-sama dengan udara pernafasan. Percabangan trakea
menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina (Mutaqqin, 2009).
5) Bronkus (cabang tenggorokan)
Merupakan lanjutan dari trakea yang terdiri dari 2 buah pada
ketinggian vertebra torakalis IV dan V (Mutaqqin, 2009).
6) Paru-paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
gelembung-gelembung hawa (alveoli). Alveoli ini terdiri dari selsel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas permukaannya 90
meter persegi, pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara
(Mutaqqin, 2009).
b.
Fisiologis pernafasan
Pernafasan (respirasi) adalah peristiwa menghirup udara yang
mengandung oksigen dan menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh.
Adapun guna dari pernafasan yaitu mengambil O2 yang dibawa
oleh darah ke seluruh tubuh untuk pembakaran, mengeluarkan CO2
sebagai sisa dari pembakaran yang dibawa oleh darah ke paru-paru
untuk dibuang, menghangatkan dan melembabkan udara. Pada
dasarnya sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran
udara yang menghangatkan udara luar agar bersentuhan dengan
membran kapiler alveoli. Terdapat beberapa mekanisme yang
berperan memasukkan udara ke dalam paru-paru sehingga
pertukaran gas dapat berlangsung. Fungsi mekanis pergerakan
udara masuk dan keluar dari paru-paru disebut sebagai ventilasi
atau bernapas. Kemudian adanya pemindahan O2 dan CO2 yang
melintasi membran alveolus-kapiler yang disebut dengan difusi
sedangkan pemindahan oksigen dan karbondioksida antara kapilerkapiler dan sel-sel tubuh yang disebut dengan perfusi atau
pernapasan internal (Mutaqqin, 2009).
Proses pernafasan :
Proses bernafas terdiri dari menarik dan mengeluarkan nafas.
Satu kali bernafas adalah satu kali inspirasi dan satu kali ekspirasi.
Bernafas diatur oleh otot-otot pernafasan yang terletak pada
sumsum penyambung (medulla oblongata). Inspirasi terjadi bila
muskulus diafragma telah dapat rangsangan dari nervus prenikus
lalu mengkerut datar. Ekspirasi terjadi pada saat otot-otot
mengendor dan rongga dada mengecil. Proses pernafasan ini
terjadi karena adanya perbedaan tekanan antara rongga pleura dan
paru-paru.
Proses fisiologis pernafasan dimana oksigen dipindahkan dari
udara ke dalam jaringan-jaringan dan karbondioksida dikeluarkan
ke udara ekspirasi dapat dibagi menjadi tiga stadium. Stadium
pertama adalah ventilasi, yaitu masuknya campuran gas-gas ke
dalam dan ke luar paru-paru. Stadium kedua adalah transportasi
yang terdiri dari beberapa aspek yaitu difusi gas-gas antara
alveolus dan kapiler paru-paru (respirasi eksterna) dan antara darah
sistemik dengan sel-sel jaringan, distribusi darah dalam sirkulasi
pulmonar dan penyesuaiannya dengan distribusi udara dalam
alveolus-alveolus dan reaksi kimia, fisik dari oksigen dan
karbondioksida dengan darah. Stadium akhir yaitu respirasi sel
dimana metabolit dioksida untuk mendapatkan energi dan karbon
dioksida yang terbentuk sebagai sampah proses metabolisme sel
akan dikeluarkan oleh paru-paru (Mutaqqin, 2009).
B. Konsep Penyakit
1. Konsep PPOK
a. Pengertian
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) atau Penyakit
Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekresi mukoid bronchial
yang bertambah secara menetap disertai dengan kecenderungan
terjadinya insfeksi yang berulang dan penyempitan saluran nafas ,
batuk produktif selama 3 bulan bahkan dalam jangka waktu 2 tahun
berturut-turut (Ovedoff, 2002).
Cronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
yang berlangsung lama dan ditandai dengan obstruksi aliran udara
sebagai gambaran patofisiologi utamanya (Price and Wilson,2005).
PPOK adalah merupakan kondisi ireversibel yang berkaiatan
dengan dispnea saat aktivitas dan penurunan aliran masuk dan keluar
udara paru-paru (Bruner and Suddarth, 2005).
b. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan resiko munculnya COPD
adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi udara
3) Paparan debu, asap, dan gas-gas kimiawi akibat kerja.
4) Riwayat infeksi saluran nafas.
5) Bersifat genetik yaitu defisiensi -1 antitripsin.
Faktor penyebab dan faktor resiko yang paling utama bagi
penderita PPOK atau kondisi yang secara bersama membangkitkan
penderita penyakit PPOK, yaitu:
1) Usia semakin bertambah faktor resiko semakin tinggi.
2) Jenis kelamin pria lebih beresiko dibanding wanita
3) Merokok
4) Berkurangnya fungsi paru-paru, bahkan pada saat gejala penyakit
tidak dirasakan.
5) Keterbukaan terhadap berbagai polusi, seperti asap rokok dan
debu
6) Polusi udara
7) Infeksi sistem pernafasan akut, seperti peunomia dan bronkitus
8) Asma episodik, orang dengan kondisi ini beresiko mendapat
penyakit paru obstuksi kronik.
9) Kurangnya alfa anti tripsin. Ini merupakan kekurangan suatu
enzim yang normalnya melindungi paru-paru dari kerusakan
peradangan orang yang kekurangan enzim ini dapat terkena
empisema pada usia yang relatif muda, walau pun tidak merokok.
c. Klasifikasi
Penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruksi
kronik adalah sebagai berikut:
1) Bronkitis kronik
Bronkitis merupakan definisi klinis batuk-batuk hampir setiap
hari disertai pengeluaran dahak, sekurang-kuranganya 3 bulan
dalam satu tahun dan terjadi paling sedikit selama 2 tahun
berturut-turut.
2) Emfisema paru
Emfisema paru merupakan suatu definisi anatomik, yaitu
suatu perubahan anatomik paru yang ditandai dengan melebarnya
secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus terminalis,
yang disertai kerusakan dinding alveolus.
3) Asma
Asma merupakan suatu penyakit yang dicirikan oleh
hipersensitivitas cabang-cabang trakeobronkial terhadap pelbagai
jenis
rangsangan.Keadaan
ini
bermanifestasi
sebagai
penyempitan saluran-saluran napas secara periodic dan reversible
akibat bronkospasme.
4) Bronkiektasis
Bronkiektasis adalah dilastasi bronkus dan bronkiolus kronik
yan mungkin disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk infeksi
paru dan obstruksi bronkus, aspirasi benda asing, muntahan, atau
benda-benda dari saluran pernapasan atas, dan tekanan terhadap
tumor, pembuluh darah yang berdilatasi dan pembesaran nodus
limfe.
d. Tanda dan Gejala
Berdasarkan Brunner & Suddarth (2005) adalah sebagai berikut :
1)
Batuk produktif, kronis pada bulan-bulan musim dingin.
2)
Batuk kronik dan pembentukan sputum purulen dalam jumlah
yang sangat banyak
3)
Dispnea
4)
Nafas pendek dan cepat (Takipnea)
5)
Anoreksia
6)
Penurunan berat badan dan kelemahan
7)
Takikardia, berkeringat
8)
Hipoksia, sesak dalam dada.
Gejala PPOK terutama berkaitan dengan respirasi. Keluhan
respirasi ini harus diperiksa dengan teliti karena seringkali
dianggap
sebagai
gejala
yang biasa
terjadi
pada
proses
penuaan. Batuk kronik adalah batuk hilang timbul selama 3
bulan yang tidak hilang dengan pengobatan yang diberikan.
Kadang- kadang pasien menyatakan hanya berdahak terus
menerus tanpa disertai batuk. Selain itu, Sesak napas merupakan
gejala yang sering dikeluhkan pasien terutama pada saat
melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi
dengan sesak napas yang bersifat progressif lambat sehingga
sesak ini tidak dikeluhkan. Untuk menilai kuantitas sesak napas
terhadap kualitas hidup digunakan ukuran sesak napas sesuai
skala sesak menurut British Medical Research Council (MRC)
(GOLD, 2009).
Tabel 1-2 : Skala nyeri
e.
Skala Sesak
1
2
Keluhan Sesak Berkaitan dengan Aktivitas
Tidak ada sesak kecuali dengan aktivitas berat
Sesak mulai timbul jika berjalan cepat atau naik
3
4
tangga 1 tingkat
Berjalan lebih lambat karena merasa sesak
Sesak timbul jika berjalan 100 meter atau setelah
5
beberapa menit
Sesak bila mandi atau berpakaian
Patofisiologi
Patofisiologi menurut Brashers (2007), adalah :
Asap rokok, polusi udara dan terpapar alergen masuk ke jalan nafas
dan mengiritasi saluran nafas. Karena iritasi yang konstan ini , kelenjarkelenjar yang mensekresi lendir dan sel-sel goblet meningkat jumlahnya,
fungsi silia menurun, dan lebih banyak lendir yang dihasilkan serta
terjadi batuk, batuk dapat menetap selama kurang lebih 3 bulan berturutturut. Sebagai akibatnya bronkhiolus menjadi menyempit, berkelokkelok dan berobliterasi serta tersumbat karena metaplasia sel goblet dan
berkurangnya elastisitas paru. Alveoli yang berdekatan dengan
bronkhiolus
dapat
menjadi
rusak
dan
membentuk
fibrosis
mengakibatkan fungsi makrofag alveolar yang berperan penting dalam
menghancurkan partikel asing termasuk bakteri, pasien kemudian
menjadi rentan terkena infeksi.
Infeksi merusak dinding bronchial menyebabkan kehilangan
struktur pendukungnya dan menghasilkan sputum kental yang akhirnya
dapat menyumbat bronki. Dinding bronkhial menjadi teregang secara
permanen akibat batuk hebat. Sumbatan pada bronkhi atau obstruksi
tersebut menyebabkan alveoli yang ada di sebelah distal menjadi kolaps.
Pada waktunya pasien mengalami insufisiensi pernafasan dengan
penurunan kapasitas vital, penurunan ventilasi, dan peningkatan rasio
volume residual terhadap kapasitas total paru sehingga terjadi kerusakan
campuran gas yang diinspirasi atau ketidakseimbangan ventilasi-perfusi.
Pertukaran gas yang terhalang biasanya terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya
permukaan
alveoli
bagi
pertukaran
udara.
Ketidakseimbangan ventilasi–perfusi ini menyebabkan hipoksemia atau
menurunnya oksigenasi dalam darah. Keseimbangan normal antara
ventilasi alveolar dan perfusi aliran darah kapiler pulmo menjadi
terganggu. Dalam kondisi seperti ini, perfusi menurun dan ventilasi tetap
sama.
Saluran
pernafasan
yang
terhalang
mukus
kental
atau
bronkospasma menyebabkan penurunan ventilasi, akan tetapi perfusi
akan tetap sama atau berkurang sedikit.
Berkurangnya
permukaan
alveoli
bagi
pertukaran
udara
menyebabkan perubahan pada pertukaran oksigen dan karbondioksida.
Obstruksi jalan nafas yang diakibatkan oleh semua perubahan patologis
yang meningkatkan resisten jalan nafas dapat merusak kemampuan paruparu untuk melakukan pertukaran oksigen atau karbondioksida.
Akibatnya kadar oksigen menurun dan kadar karbondioksida meningkat.
Metabolisme menjadi terhambat karena kurangnya pasokan oksigen ke
jaringan
tubuh,
tubuh
melakukan
metabolisme
anaerob
yang
mengakibatkan produksi ATP menurun dan menyebabkan defisit energi.
Akibatnya pasien lemah dan energi yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi juga menjadi berkurang yang dapat menyebabkan
anoreksia.
Selain itu, jalan nafas yang terhambat dapat mengurangi daerah
permukaan yang tersedia untuk pernafasan, akibat dari perubahan
patologis ini adalah hiperkapnia, hipoksemia dan asidosis respiratori.
Hiperkapnia dan hipoksemia menyebabkan vasokontriksi vaskular
pulmonari, peningkatan resistensi vaskular pulmonary mengakibatkan
hipertensi pembuluh pulmonary yang meningkatkan tekanan vascular
ventrikel kanan atau dekompensasi ventrikel kanan.
f. Manajemen Medik
1) Pencegahan : Mencegah kebiasaan merokok, infeksi, dan polusi udara
2) Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
Antibiotik, karena eksaserbasi akut biasanya disertai infeksi,
Infeksi ini umumnya disebabkan oleh H. Influenza dan S. Pneumonia,
maka digunakan ampisilin 4 x 0.25-0.56/hari atau eritromisin
4x0.56/hari Augmentin (amoksilin dan asam klavulanat) dapat
diberikan jika kuman penyebab infeksinya adalah H. Influenza dan B.
Cacarhalis yang memproduksi B. Laktamase Pemberiam antibiotik
seperti kotrimaksasol, amoksisilin, atau doksisiklin pada pasien yang
mengalami eksaserbasi akut terbukti mempercepat penyembuhan dan
membantu mempercepat kenaikan peak flow rate. Namun hanya dalam
7-10 hari selama periode eksaserbasi. Bila terdapat infeksi sekunder
atau tanda-tanda pneumonia, maka dianjurkan antibiotik yang kuat.
3) Terapi oksigen diberikan jika terdapata kegagalan pernapasan karena
hiperkapnia dan berkurangnya sensitivitas terhadap CO2.
4) Fisioterapi membantu pasien untuk mengelurakan sputum dengan baik.
5) Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk di
dalamnya golongan adrenergik b dan anti kolinergik. Pada pasien dapat
diberikan salbutamol 5 mg dan atau ipratopium bromida 250 mg
diberikan tiap 6 jam dengan nebulizer atau aminofilin 0,25 - 0,56 IV
secara perlahan.
6) Terapi jangka panjang di lakukan :
a) Antibiotik untuk kemoterapi preventif jangka panjang, ampisilin
4x0,25-0,5/hari dapat menurunkan kejadian eksaserbasi akut
b) Bronkodilator, tergantung tingkat reversibilitas obstruksi saluran
napas tiap pasien maka sebelum pemberian obat ini dibutuhkan
pemeriksaan obyektif dari fungsi faal paru
c) Fisioterapi
d) Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
e) Mukolitik dan ekspektoran
f) Terapi oksigen jangka panjang bagi pasien yang mengalami gagal
napas tipe II dengan PaO2 (7,3 Pa (55 MMHg)
g) Rehabilitasi, pasien cenderung menemui kesulitan bekerja, merasa
sendiri dan terisolasi, untuk itu perlu kegiatan sosialisasi agar
terhindar dari depresi.
g. Komplikasi
1) Hipoksemia
Hipoksemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari
55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen 3 detik dan pasien mengatakan perutnya
juga terasa membesar.
4. Riwayat Penyakit dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah sakit baru dalam 1 bulan terakhir ini
hanya terasa terkadang sesak namun masih bisa beraktivitas, tidak ada riwayat sakit
jantung.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang, kesedaran compos
mentis, GCS E4 V5 M6, TTV : T : 36,5 0C, P : 68 x/menit, R : 28
x/menit, BP : 110/80 mmHg, spO2 : 97 %, infus RL 10 tetes per menit
terpasang di vena radialis dextra dan O2 terpasang 8 liter per menit per
menggunakan NRM.
b. Pemeriksaan sistemik
No
1.
Pengkajian
Kepala
Hasil
-
2.
Mata
-
3.
Hidung
-
Inspeksi :
Bentuk kepala simetris
Rambut rata hitam dan tipis
Kulit kepala tampak bersih
Tidak ada ketombe
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Krepitasi (-)
Inspeksi :
Bentuk mata simetris
Konjungtiva anemis (+)
Sclera ikterik (-)
Edema palpebral (-)
Tanda perdarahan (-)
Popil isokor sinistra 2 dextra 2
Palpasi :
4.
Mulut
Nyeri tekan (-)
Inspeksi :
Bentuk hidung simetris
5.
Telinga
-
6.
Leher
-
7.
Thorak/dada
-
Perdarahan (-)
Polip (-)
Secret (-)
Cuping idung (+)
NRM terpasang
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
Inspeksi :
Warna bibir coklat pucat
Mukosa bibir lembab
Mukosa mulut merah muda
Gusi normal/perdarahan (-)
Lidah merah muda
Pembengkakan tonsil (-)
Gangguan bicara (-)
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Inspeksi :
Bentuk telinga simetris
Sejajar dengan sudut mata
Pendarahan (-)
Kemerahan (-)
Serumen (+) berwarna kuning dan
tidak berbau
-
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
-
-
-
Inspeksi :
Bentuk leher simetris
Kaku kudauk (-)
Deviasi trakea (-)
Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Pembesaran kelenjar limfa (-)
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Pembesaran/pembengkakan (-)
Paru-paru
Inspeksi Anterior :
Bentuk dada barrel chest
Ekspansi dinding dada simetris
Bantuan otot bantu nafas (+)
retraksi intercostal
Pola nafas (cepat pendek dan
dangkal)
Retraksi dinding dada (+)
Terpasang alat bantu nafas NRM
8 liter/menit
RR : 35x/menit
Perdarahan (-)
Batuk (+)
Sputum
kental
kekuningan
dan
kadang
dikeluarkan.
Inspeksi Posterior :
Tidak ada benjolan masa
Nyeri tekan (-)
berwarna
sulit
Bentuk tulang belakang Kifosis
Adanya pelebaran pembulu darah
Badan tanpak bersih
Lateral Dextra kanan :
Adanya
bentuk
cembung
pada
lateral dextra kanan atas.
Lateral Dextra Kiri :
Simetris
8.
Payudara
Palpasi :
Massa (-)
Krepitasi (-)
Nyeri tekan (-)
Fremitus vocal : teraba di dua
lapang paru
9.
Abdomen
Pokal premitus lobus kanan atas
dan lobus tengah kaanan menurun
dan lobus bawah kanan pokal
premitus teraba.
Pokal
premitus
teraba
pada
seluruh lapang paru sinistra.
Perkusi :
10.
Genetalia
11.
Rectum
Pasa saat dilakukan perkusi suara
menurun pada lobus atas dan
lobus tengah.
Seluruh
lapang
terdengar sonor.
12.
Ekstremitas
Sonor
Sonor
paru
sinistra
Auskultasi :
-
Bunyi nafas tambahan Ronci
Jantung
Inspeksi :
13.
Kulit/kuku
Bentuk dada simetris
Pembesaran/benjolan (+)
Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Krepitasi (-)
Ictus cordis teraba
Perkusi :
Pekak
Auskultasi :
Bunyi jantung S1 S2 LUP DUP
tunggal teratur
-
Aorta : LUP
Pulmo : LUP
Tricuspit : DUP
Mitral : DUP
Inspeksi :
Ukuran
dan
bentuk
simetris
Putting susu menonjol
Kondisi kulit lembab
payudara
-
-
-
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Massa (-)
Edema (-)
Inspeksi :
Bentuk abdomen normal
Asites (-)
Kondisi kulit lembab
Auskultasi :
-
-
Bising usus (+) 10x/menit
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Distensi abdomen (-)
Perkusi :
Timpani
-
Tidak dikaji
-
Tidak dikaji
-
Inspeksi :
Kontraktur (-)
Eformitas (-)
Edema
+
+
Kekuatan otot
5
5
5
5
Skala aktivitas 0 (mandiri)
-
Palpasi :
Nyeri tekan (-)
Piting edema (+) derajat 1
Akral tera