Laporan perjalanan ke pacitan oke (1)

DISUSUN OLEH :
1.
2.
3.
4.

Ade Algantara J.N
Hanung Prasetyo
Pardiyana
Reza Fardilla R.

(01)
(20)
(30)
(33)

SMP NEGERI 4 NGAWEN
JONO, TANCEP, NGAWEN, GUNUNGKIDUL
2014

HALAMAN PENGESAHAN

Karya tulis berjudul “Laporan Perjalanan Wisata SMP Negeri 4 Ngawen
Ke Pacitan 2014”
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.

Ade Algantara J.N
Hanung Prasetyo
Pardiyana
Reza Fardilla R.

(01)
(20)
(30)
(33)

Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing Karya Tulis, dan Kepala
Sekolah selaku penanggung jawab kegiatan pada tanggal 23 Juni 2014.

Mengetahui

Ngawen, 03 September 2014

Kepala Sekolah

Pembimbing

(Gemi, S.Pd.MA)

(Ima Khulata Purwaningsih, S.Pd)

NIP. 19620401 198403 2 010

NIP. 19711228 200801 2 004

2

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan perjalanan studi wisata dengan
baik, walaupun masih banyak kekurangan, kejanggalan katakata, kekeliruan dan hambatan.
Laporan ini disusun berdasarkan kegiatan yang
dilaksanakan siswa SMP N 4 Ngawen yang merupakan kewajiban
untuk membuat laporan hasil studi wisata tahun 2013/2014.
Laporan ini tidak akan sukses dengan baik tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Maka tiada kata terukir indah selain ucapan
terima kasih kepada yangterhormat:
1. Ibu Gemi, S.Pd.MA selaku kepala SMP N 4 Ngawen sebagai
penanggung jawab.
2. Ibu Ima Khulata Purwaningsih, S.Pd Selaku pembimbing
karya wisata.
3. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan perhatian
dan dukungannya baik secara materil maupun non materil
4. Teman-teman yang telah membantu dalam penyusunan
laporan ini
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih
jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis berharap kepada
semua pihak dan pembaca untuk memberikan saran dan kritik

yang bersifat membangun demi perbaikan lebih lanjut.
Demikian laporan ini penulis buat semoga bermanfaat bagi
semua pihak.

Ngawen,
2014

3

September

Penulis,

4

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................

i


HALAMAN PENGESAHAN......................................................................

ii

KATA PENGANTAR...................................................................................

iii

DAFTAR ISI................................................................................................

iv

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang Masalah...................................................................
Maksud dan Tujuan .........................................................................

Metode Pengumpulan Data..............................................................
Waktu dan Tempat obyek Wisata Belajar........................................

1
1
2
2

BAB II PEMBAHASAN
A. Goa Tabuhan....................................................................................
B. Goa Gong.........................................................................................
C. Pantai Teleng Ria.............................................................................

3
6
11

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................
B. Saran ................................................................................................


14
14

LAMPIRAN.................................................................................................

15

5

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Karya Wisata adalah kegiatan wisata yang dilakukan dengan tujuan
untuk menambah pengetahuan siswa dan menambah pengalaman. Setelah
karya wisata dilaksanakan, siswa diwajibkan untuk menyusun karya tulis.
Karya tulis adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah selesai dilaksanakan.
Dalam penyusunan karya tulis ini, siswa diharapkan dapat melaporkan
segala pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama menjalankan
study tour. Pengalaman dan pengetahuan selama mengikuti study tour ke

Pacitan Jawa Timur diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan
sehari-hari. Dalam laporan karya tulis ini membahas tentang beberapa objek
wisata dan objek study tour yang berada di Pacitan Jawa Timur dan sekitarnya.
B. Maksud dan Tujuan
Tujuan yang hendak kami capai dalam pembuatan laporan perjalanan ini
serta dalam pelaksanaan study tour adalah sebagai berikut:
1. Menyelesaikan tugas akhir Bahasa Indonesia
2. Untuk mengembangkan potensi, etika, estetika, dan pratika.
3. Untuk memupuk rasa cinta terhadap tanah air.
4. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman siswa.
5. Mensyukuri Keindahan Alam
6. Dapat menerapkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapat sehingga
dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.
7. Bermanfaat bagi pembaca dalam menambah pengetahuan mengenai
seputar objek wisata.

1

C. Metode Pengumpulan Data
Dalam penyusunan karya tulis ini teknik pengumpulan data yang kami

gunakan adalah sebagai berikut :
1. Teknik pengamatan
Dalam observasi di Pulau Bali, kami melakukan pengamatan dengan
cara mengamati bagian – bagian atau tempat – tempat yang ada di sana serta
melakukan pemotretan ( Pengambilan gambar ).
2. Studi Pustaka
Dalam pengumpulan data kami menggunakan cara kepustakaan,
yaitu dengan mencari data dari majalah – majalah perpustakaan buku
panduan tentang Pulau Bali, buku – buku lainnya yang berkaitan dengan
penyusunan karya tulis dan juga dari Internet.
D. Waktu Dan Tempat Tujuan Wisata
Berangkat pada senin 23 Juni 2014 pukul 07.00 WIB. Tempat wisata
yang kami kunjungi adalah Goa Gong, Goa Tabuhan dan Pantai Teleng Ria
yang terletak di Pacitan Jawa Timur.

2

BAB II
PEMBAHASAN
A. GOA TABUHAN

1. Sejarah Goa Tabuhan
Menurut ceritera masyarakat sekitar, Goa Tabuhan yang ditemukan
oleh Kyai Santiko yang kehilangan lembu tetapi tidak segan lembu yang
telah datang ke goa. Lembu itu tidak ingin keluar dari goa, karena
menyimpan banyak air dari pada akar itu. Setelah belukar telah dibersihkan,
goa perawatan diambil oleh Raden Bagus Joko Lelono dan puteri Raden
Ayu Mardilah.
Oleh karena keaslian bebatuan di dalam gua. Raden Bagus Joko
Lelono dan Putri Raden Ayu Mardilah, masih keturunan Kyai Santiko,
membersihkan gua dari semak belukar. Belakangan keturunan Raden Bagus
Joko yang memiliki darah seni menyebutnya sebagai Gua Tabuhan karena
bebatuan menjulur dari langit-langit ataupun yang menjulang (stalagmit dan
stalaktit), dapat dijadikan alat musik (gamelan).
Kemudian dipopulerkan oleh Kertodirodjo, wedana Punung tahun
1936 diberi nama Goa Tabuhan, karena batu-batuan di dalamnya jika
ditabuh menimbulkan ritme laras seperti gamelan Jawa. Mungkin karena
banyak cerita yang mengaitkan Goa Tabuhan dengan perjuangan bangsa,
maka goa tersebut banyak dijadikan kunjungan objek wisata kalangan
militer.
Sentot Prawirodirjo salah satu pengikut setia Pangeraan diponegoro

pernah bersembunyi dan bertapa di tempat tersebut, juga Pangeran
Sambernyawa. Goa Tabuhan konon dikenal dengan nama Tapan. Menurut
penduduk setempat, Sebelum bernama Gua Tabuhan, gua ini bernama Tapan
yang berarti tempat bertapa. Saat ditemukan, ternyata Jembunya berada
dalam gua dan tidak mau keluar lagi karena di dalam gua banyak ditemukan
sumber air dan makanan. Belakangan keturunan Raden Bagus Joko yang
memiliki darah seni menyebutnya sebagai Gua Tabuhan karena bebatuan

3

menjulur dari langit-langit ataupun yang menjulang (stalagmit dan stalaktit),
dapat dijadikan alat musik (gamelan).
2. Lokasi Goa Tabuhan
Lokasinya berada di Dukuh Tabuhan, Desa Wareng, Kecamatan
Punung, atau sekitar 35 kilometer arah barat Kota Pacitan. Daerah itu
dikenal dengan kawasan perbukitan gamping Pegunungan Seribu di selatan
Pulau Jawa, goa-goa yang berada di gugusan Pegunungan Seribu.
Gua Tabuhan terletak di pantai barat daya Jawa Timur. Gua ini disebut
Tabuhan karena bebatuan yg ada di gua ini bisa digunakan untuk bermain
musik khas jawa dan juga kerap mengeluarkan suara khas gamelan jawa.
Gua ini sangat spektakuler , dengan varilored stalagmites ke atas mencapai
setinggi 50 meter menuju liontin stalagtites dibentuk oleh tetesan air dari
atap. Hal ini disebut sebagai gua Tabuhan karena jika lapped akan
menghasilkan suara seperti irama musik Jawa (gamelan).Gua ini terletak di
desa Wareng, Punung – Pacitan.
Keunikan nya adalah beberapa stalagnit nya kalau di pukul mirip
suara gendang."Tempat itu mulai ramai dikunjungi orang sejak 1998.
Dulunya setiap minggu dipakai sebagai tradisi,” kata Wisanggeni. Penduduk
bisa mendapatkan nafkah dengan cara mengadakan pertunjukan bunyibunyian dari stalagmit alam yang dipadu dengan suara tembang.
Goa Tabuhan yang letaknya tidak jauh dari Goa Gong, dan masih di
Kecamatan Punung. Di goa ini terdapat keunikan yang tiak ditemui di goa
lainnya. Terdapat stalaktit yang mengeluarkan suara merdu saat
dipukul.Keindahan suara stalaktit di goa itu dimanfaatkan penduduk
setempat sebagai atraksi untuk pengunjung. Jika ingin mendengar pemusik
setempat memainkan musik dari stalaktit, pengunjung membayar sekitar Rp
40.000 untuk lima lagu.
Goa Tabuhan yang berlokasi di bukit kapur Tapan misalnya, memiliki
langit-langit penuh akar batu yang bergelantungan. Oleh para ahli goa,
proses pembentukan stalagtit dan stalagmit ini diyakini sudah berlangsung
beratus tahun lalu, karena adanya reaksi kimia antara hujan dan mineral

4

kapur. Dengan panjang rata-rata hingga tujuh meter dan diameter hingga
satu meter. stalagtit dan stalagmit di goa yang termasuk wilayah Dukuh
Tabuhan, Wareng, Kecamatan Punung, sekitar 24 kilometer arah barat kota
Desa Pacitan ini tampak menyerupai pilar-pilar raksasa yang sangat
menakjubkan. Untuk sampai ke kawasan perbukitan gamping Pegunungan
Seribu dari Kota Kabupaten Pacitan tidaklah sulit Selain banyak kendaraan
umum.
Sesampainya di lokasi objek wisata, selain akan disambut pedagang
suvenir, wisatawan juga akan disambut penjual jasa lampu senter dan
panduan masuk gua. Bila berniat menggunakan pemandu agar mengetahui
sejarah dan latar belakang Gua Tabuhan, wisatawan tinggal memberi tips.
Sementara bila hanya membutuhkan senter, wisatawan tinggal merogoh
kocek Rp 2.000.
Sebelum masuk, kita terlebih dahulu harus menaiki anak tangga landai
sejauh 10 meter, di hadapan kita terpampang mulut gua dengan tinggi 3
meter dan lebar 10 meter dengan "taring-taring" putih aneka ukuran Seperti
mulut yang siap terkatup.
Taring-taring itulah pemandangan utama Gua Tabuhan, taring yang
tak Iain adalah juluran-juluran stalag-mit dengan panjang mencapai 7 meter
dan diameter pangkalnya 01 meter. Kalau diamati satu per satu, bisa ditemui
macam-macam rupa di tiap ujung akar stalagmit Ada yang bentuknya mirip
wayang, ada yang mirip sepasang kaki sedang berayun, ada juga yang
seperti kepala ular. Berkunjung ke Gua Tabuhan selain menikmati fenomena
alam berupa bebatuan, sekaligus menikmati simfoni gamelan yang tercipta
dari bebatuan.
Masuk lebih dalam, maka akan banyak melihat berbagai macam
bentukan bebatuan stalagmit dan stalaktit yang dibentuk oleh proses alam.
Lebih ke dalam lagi akan bertemu dengan kelompok Mudi Laras Seloargo.
Merekalah turunan Raden Bagus Joko Lelono yang hingga kini sebagai
penerus memainkan gamelan dari batu Gua Tabuhan. secara rutin menjadi
penghibur wisatawan yang berkunjung ke Gua Tabuhan. Ujung-ujung

5

stalagmit maupun stalaktit ada yang berfungsi sebagai kenong, cente
penerus, kempul, dan gong. Masing-masing dipukul oleh satu orang lakilaki. "Memang tidak semua bebatuan bernada, karenanya digunakan yang
memiliki suara mendekati nada. Jika letak ujung stalagmitnva rendah,
pemainnya cukup duduk di bangku, tapi jika stalagmitnva tinggi, pemainnya
berdiri di atas bangku.
Lokasi bebatuan rang ditabuh menempel di dinding gua. Untuk
membuat nyaman wisatawan, pihak pengelola membuatkan kursi dari
tembok semen. "Hanya dengan membayar Rp 70.000, selama 15 menit
pengunjung bisa duduk sambil menikmati lima langgani Jawa dari
permainan gamelan unik yang hanya dijumpai di Goa Tabuhan
Selain menikmati bebatuan serta musik gamelan batu, wisatawan juga
dapat menikmati seluk beluk gua hingga ke rongga paling dalam. Panjang
Gua Tabuhan mencapai lebih dari 300 meter dengan bagian terdalam adalah
rongga tempat semedi. Letaknya agak tinggi, yakni setinggi pinggang orang
dewasa. Ruangannya sempit, hanya muat satu orang, dan tidak
memungkinkan untuk berdiri. Berkunjung ke Gua Tabuhan selain
menikmati keindahan alam berupa bebatuan, sekaligus menikmati simponii
gamelan yang berasal dari bebatuan.
Jika ingin mencari souvenir gak sah bingung di sekitar tempat ini,
ramai para penjual. Meski menurut mereka, goa ini hanya ramai pada saat
hari libur saja. Sejumlah cinderamata yang bisa didapat di sekitar lokasi
wisata, antara lain batu akik, meja batu marmer, jam dinding dari batu,
patung kuda batu dan banyak perhiasan rumah tangga terbuat dari batu.
B. GOA GONG
Goa Gong terletak 37 km dari Pusat Kota Pacitan, dapat dicapai dengan
kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat. Goa dengan stalagtit
dan stalagmitnya yang dinominasikan sebagai goa terindah di Asia Tenggara
ini mampu memukau setiap wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

6

Selain keindahan stalagtit dan stalagmitnya Goa Gong memiliki empat sendang
yang dinilai magis bagi siapa saja yang mempercayainya.
1. Riwayat Penemuan Goa Gong
Dalam sejarahnya Goa Gong sebenarnya sudah lama dimasuki oleh
manusia yaitu nenek moyang kita dahulu, namun seiring perjalanan waktu
goa tersebut sepertinya hilang begitu saja dan yang ada hanyalah ceritacerita lama/dongeng orang-orang tua, namun justru dongeng dan cerita
itulah pada akhirnya warga dusun Pule desa Bomo bertekad untuk
menemukan kembali goa tersebut. Dan dengan dipimpin Kepala Dusun Pule
maka pencarian goa dimulai :
Pertama : memcocokkan cerita-cerita
Kedua : mencari arah dan alur kehidupan, baik kehidupan binatang maupun
kea-dan alam sekelilingnya
Ketiga : memastikan letak
Keempat : mulai memasuki goa
(Dikisahkan oleh Drs. Wakino/ Penemu Goa Gong)
Ketika itu hari Minggu Pon tanggal 5 Maret 1995 sekitar pukul
09.00 wib, ayah bersama kami duduk di ruang depan bercerita tentang
kejadian yang dialami oleh mbah Noyo Semito (kakek Drs. Wakino) dengan
teman-temannya yang bernama mbah Joyo ± 60 tahun silam.
Ketika itu Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung,
Kabupaten Pacitan dilanda kemarau pangjang hingga sulit untuk mencari air
minum dan untuk keperluan sehari-hari.
Dengan keadaan seperti itu kedua kakek tersebut dengan
keberaniannyamencoba memasuki goa yang dianggapnya tidak terlalu jauh
dari rumah penduduk ± 400 meter untuk mencari air. Dengan menggunakan
alat penerangan tradisional berupa obor (daun kelapa kering yang diikat)
hingga menghabiskan 7 ikat, kedua kakek tersebut berhasil menelusuri
lorong-lorong goa hingga menemukan beberapa sendang dan mandi di
dalamnya.

7

Walaupun pengalaman itu telah diceritakan pada masyarakat
disekitar, namun tak seorangpun yang berani mengikuti jejaknya, karena
menurut kepercayaan masyarakat di sana goa itu dianggap masing wingit
(angker).
Setelah mendengar cerita ayah tersebut, terketuklah hati kami
timbul niatan untuk membuktikan kebenaran yang kakek alami. Keinginan
itu ternyata didukung oleh ayah (Bpk. Suramin) dan teman-teman lain yang
berjumlah 8 orang. Namun di antara teman-teman itu ada yang pro dan
kontra mengenai rencana itu, bahkan ada yang ingin menunda untuk
mencari hari baik. Akhirnya niat kami itu disetujui setelah kami
menyampaikan bahwa besuk akan segera pulang ke Magetan.
2. Perjalanan di dalam Goa
Dengan peralatan yang sederhana, perasaan was-was, takutdan
ngeri dikhawatirkan ada binatang buas, kami beserta rombongan terus
berusaha menelusuri lorong-lorong goa.
Liku-liku perjalanan pada waktu itu memang penuh dengan
perjuangan yang luar biasa antara hidup dan mati. Sambil terus
memanjatkan doa kehadirat Illahi Robbi, tetap melangkahkan kai mencari
arah mana yang harus diikuti. Memang pada waktu itu kamilah sebagai
pencari jalan dan selalu memberikan motivasi pada rombongan, (“ayo maju
terus…slamet-slamet…ojo wedi!”).
Tiba-tiba kami dikejutkan olehgambaran yang menakutkanseolaholah ada seorang manusia yang berdiri tegak menghadang kehadiran kami,
ternyata setelah terkena sinar itu hanyalah sebuah batu besar yang
menjulang tinggai yang berfungsi sebagai penyangga goa.
Setelah lorong-lorong goa dapat kami masuki, ternyata setelah
kembalinya sampai ruang 3 lagi (anggapan sementara waktu itu) kami
bersama rombongan sempat tersesat. Inilah saat yang paling menegangkan,
panik, was-was karena peralatannya tinggal menyisakan sedikit. Akhirnya
kami mencoba untuk belok kanan ternyata kami menemukan lampu baterai
yang sengaja kami tinggal sewaktu brangkat karena bohlamnya putus.

8

Setelah kami bersama meyakini bahwa jalan tersebut benar maka
perjalananpun dilanjutkan. Berkat petunjuk Illahi berhasilla kami keluar dari
goa.
3. Pemberian Nama Goa
Penamaan goa Gong bertalian erat denag salah satu nama dari
perangkat gamelan Jawa. Konon pada saat –saat tertentu, di gunung yang
terdapat goa tersebut sering terdengar bunyi-bunyian seperti seperti gamelan
Jawa, pertunjukkan reog, terbangan, bahkan sering terdengar orang
menangis yang memilukan. Karena itu masyarakat di sekitarnya memberi
nama gunung tersebut gunung Gong-Gongan. Maka kami bersama
rombongan yang berjumlah 8 orang tadi memberi nama goa itu adalah goa
Gong.
Selain itu kalau kita menyasikan keindahan goa tersebut
memperlihatkan suatu pertanda bahwa goa itu tiada duanya. Sehingga kami
bersama rombongan menyimpulkan goa Gong tersebut merupakan gongya
goa.
4. Letak Goa Gong
Goa Gong terletak di pesisir pantai selatan, tepatnya di Dusun Pule,
Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, 37 km ke arah barat
kota Pacitan. Goa Gong dikelilingi oleh sederetan gunung, diantaranya :





Sebelah utara aladah gunung Manyar
Sebelah timur adalah gunung Gede
Sebelah selatan adalah gunung Karang Pulut
Sebelah barat adalah gunung Grugah
Sederetan gunung yang mengelilingi goa Gong tersebut sebagian

besar ditanami pohon jati, pisang, kelapa, tapi sebaliknya di musim hujan
juga ditanami ketela, cabe, padi, mentimun, dan sebagainya, sehingga dari
kejauhan nampak kehijauan yang dapat menambah keasrian suasana goa
Gong pada pagi hari dan menjelan senja tiba.

9

5. Keberadaan Goa Gong
5. 1. Goa Gong Sebelum Direnovasi
Goa Gong tidak bisa dielakkan lagi tentang keindahan, keasrian,
dan keunikan yang ada di dalamnya. Pengunjung pasti akan merasa
heran, kagum dikarenakan seolah-olah kita memasuki dunia baru.
Ruang pertama yang sudah penuh dengan ukiran alami itu, seakanakan pengunjung disambut dengan ucapan selamat datang.
Pintu abadi yang sudah ada, seakan mengajak kita untuk
memasuki ruang kedua dengan ukuran yang sangat luas, di sana ada
semacam kamar manidi yang terbuat secara alami. Kemudian dari sini
kita akan berjalan lagi, sambil melihat ke bawah akan tampak
beberapa sendang yang airnya jernih dan bisa melihat taman goa yang
kelihatan jauh di ruang ketiga.
Di kiri-kanan tangga alami tampak beberapa lukisan dari batubatuan yang menggambarkan sutu keinginan Tuhan. Di samping itu
banyak terdapat batu berwarna putih yang dapat memberikan
gambaran seolah-olah goa ini benar-benar masih perawan, asli, dan
belum dijamah oleh manusia. Di sana-sini terdengar tetesan
airsehingga menambah keasrian dan kesejukan di dalam goa.
5. 2. Goa Gong Sesudah Direnovasi
Berkat kesigapan Pemerintah Daerah Tingkat II Pacitan yang
dipimpin oleh Bapak Bupati Sutjipto dan kerjasama yang baik antara
instansi terkait serta masyarakat sekitar, maka pada tanggal 31 Juli
1996 beberapa fasilitas mulai dikerjakan yang ditangani oleh PT. Citra
Pule Raya.
Sarana yang dibangun untuk memasuki goa adalah : jalan
undak-undakan,dengan pagar pengaman di kiri-kanan, aliran listrik
sebagai penerangan, dan AC sebagai pendingin goa.
Syukur Alhamdulillah proyek proses renovasi dan
pengembangan Goa Gong selesai tanggal 31 Desember 1996,

10

berlajalan sukses dan lancar. Kemudian Goa Gong siap diapasarkan
sebagai komoditi wisata unggulan nasional.
C. PANTAI TELENG RIA
Pantai Teleng Ria merupakan lautan yang menjorok ke darat atau biasa
disebut teluk. Pantainya diapit oleh dua dataran tinggi yang merupakan bagian
dari pegunungan kapur Selatan yang membujur dari Gunung Kidul ke
Trenggalek, menghadap Samudera Indonesia. Kendati pantai ini disinari
matahari yang terik, namun udaranya masih terasa sejuk layaknya hembusan
angin pegunungan.
Meskipun merupakan pantai selatan, namun ombak di Pantai Teleng
Ria relatif kecil, ini cukup bagus bagi para pecinta olahraga surfing, khususnya
mereka yang masih dalam kategori pemula. Antara bulan Juni - Agustus pantai
Teleng Ria menjadi tempat migrasi kelompok ubur-ubur. "Biasanya pada bulan
Juni - Agustus banyak ubur-ubur yang berwarna ungu muncul di pantai ini,"
ungkap Hamdoko Kordinator Baywacth (penjaga pantai) Teleng Ria.
Hari mulai merambat menjelang siang. Dari kejauhan mulai nampak
pengunjung yang datang. Ada yang berkelompok menggunakan sepeda motor,
banyak juga yang datang dengan mobil pribadi, bahkan ada rombongan yang
menggunakan bus dan truk.
"Pengunjung yang datang ke Teleng Ria tahun ini jauh lebih ramai dari
sebelumnya. Tahun kemarin banyak pedagang yang hanya membawa uang
cuma Rp 50.000, tapi sekarang pendapatan merata semua kebagian hasil yang
lebih banyak," ujar penjual makanan dan minuman ringan di sekitar pantai. Hal
senada juga disampaikan seorang kusir dokar, pengunjung yang menyewa
dokarnya unutk berkeliling pantai lebih banyak dari tahun sebelumnya.
"Pengunjung yang sewa dokar lebih banyak dari tahun kemarin, saya hampir
ndak bisa istirahat," ujar kusir ini dengan logat Jawa yang kental.
Semenjak 15 September 2008 lalu, pengelolaan pantai Teleng Ria resmi
diserahkan kepada pihak PT.EL JOHN Tirta Emas Pariwisata. Diharapkan ke
depan setelah dikelola oleh pihak swasta, Pantai Teleng Ria bisa lebih baik dan

11

mampu memberikan kontribusi positif bagi pendapatan Pacitan dari sektor
pariwisata.
Untuk mempercantik diri, beberapa fasilitas yang sudah ada akan
dipugar. Selain itu juga akan ada penambahan fasilitas di sekitar Pantai Teleng
Ria seperti plaza seni, plaza anak untuk bermain, dan plaza kuliner. "Kita akan
buat arena permainan anak yang sifatnya edukatif dan membuat anak kreatif,"
jelas Ardy.
Pengembangan dan pembangunan kawasan pantai Teleng Ria juga akan
menggandeng masyarakat Pacitan, khususnya yang tinggal disekitar Pantai
Teleng Ria "Kita juga ingin mereka masyarakat juga merasakan manfaat positif
dari tempat yang kita kelola, dan juga meningkatkan kesejahteraan
masyarakat," tambah Ardy.
Salah satu bentuk nyata dari merangkul masyarakat sekitar adalah El
JOHN akan menggandeng nelayan untuk mendapatkan keuntungan dengan
menyewakan perahunya kepada pengunjung Teleng Ria. "Pada musim musim
tertentu kan nelayan tidak melaut kita beri mereka kesempatan menyewakan
perahunya dengan pembagian hasil 70 persen untuk nelayan dan 30 persen
masuk ke pihak pengelola," ujar Ardy lagi.
Meskipun karakter ombaknya yang tidak besar, namun Pantai Teleng
Ria cukup representatif untuk melakukan surfing. Karakter ombak yang tidak
besar membuat pantai ini cocok untuk para surfer pemula. "Banyak orang yang
ingin belajar surfing datang ke pantai ini, seperti dari Semarang dan kota lain
dekat Pacitan," jelas Choirul pengurus Pacitan Surfing Club.
Pantai Teleng Ria juga menjadi salah satu tempat favorit bagi para turis
mancanegara yang ingin menikmati wisata pantai. "Walau pun belum terlalu
banyak, tapi wisatawan asing juga ada yang datang ke sini, mereka senang
karena disini tidak terlalu ramai," Ungkap Choirul lagi. Belum ramainya
aktivitas surfing di Pantai Teleng Ria membuat pantai ini menjadi alasan para
surfer asing berselancar di sini. "Kalau surfer asing senang ke sini karena
mereka tidak perlu rebutan ombak dengan surfer lainnya," jelas Choirul lagi.

12

Daya tarik lain mengapa banyak para surfer asing memilih Teleng Ria
adalah karena suasana pantainya yang relatif masih sepi. "Turis asing yang
surfing di sini biasanya dari Australia dan Swiss. Mereka senang ke sini karena
suasanya masih sepi, tidak seramai pantai pantai di Bali". Melihat kelengkapan
alam dan fasilitas yang akan dibangun, kiranya Pantai Teleng Ria siap menjadi
destinasi pantai primadona baru.
Pantai Teleng Ria berada di Kabupaten Pacitan, sekitar 3 Km dari pusat
kota. Hanya butuh waktu 10 menit mencapai Pantai Teleng Ria dari Alun-alun
kota. Kabupaten Pacitan terletak di Pantai Selatan Pulau Jawa dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Tengah, sehingga untuk mencapai Pantai Teleng Ria
akan lebih cepat jika melalui Yogyakarta. Hanya butuh waktu 3 jam perjalanan.
Akses jalan dari Yogyakarta menuju Pacitan pun sangat baik meski ruas
jalannya tidak terlalu lebar.
Jika berangkat dari Yogyakarta hanya butuh waktu 3 jam perjalanan
untuk mencapai pantai ini dengan menggunakan travel jurusan JogjakartaPacitan. Tarifnya berkisar antara Rp 40.000 - Rp 50.000. Pilihan lain
menggunakan bus turun dari Terminal Pacitan dengan ongkos Rp 12.000 per
orang lalu dilanjutkan naik angkot jurusan Prengkuku dengan tarif Rp 2.000
per orang.

13

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasaran isi laporan ini , dapat disimpulkan bahwa tujuan obyek wisata
yang dikunjungi oleh siswa – siswi SMP N 4 Ngawen di Pacitan Jawa Timur.
Di dalam obyek tersebut sangat menarik untuk di datangi saat liburan Karena
di dalam sana kita dapat memperoleh pengalaman yang menyenangkan
sekaligus untuk refresing dengan biaya yang terjangkau .
B. SARAN
Saran untuk SMP N 4 Ngawen adalah agar tahun – tahun berikutnya,
obyek wisata yang dikunjungi adalah obyek wisata yang memilaki nilai
pendidikan dan pengalaman yang tinggi dengan biaya yang terjangkau.

14

LAMPIRAN
GOA TABUHAN

15

GOA GONG

16

PANTAI TELENG RIA

17