persepsi perawat terhadap pelaksanaan di

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dirawat di rumah sakit dapat menjadi hal yang menakutkan bagi klien.
Selain sakit fisik yang dialaminya, lingkungan rumah sakit pun dapat menjadi hal
yang menakutkan dan membingungkan (Departement of Health, 2010). Untuk
menangani masalah kesehatan klien dan membantu proses penyembuhan, maupun
dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai klien merasa siap untuk
kembali ke lingkungannya, sangat dibutuhkan pelayanan keperawatan berkualitas
dan berkesinambungan termasuk Perencanaan pulang (discharge planning) yang
benar sebelum klien pulang dari rumah sakit.
Rorden dan Taff (1990) dalam jurnal Watts, et al., (2005) mendefinisikan
bahwa perencanaan pulang adalah sebuah proses keperawatan yang komprehensif,
tidak hanya memperhitungkan kebutuhan medis tetapi juga psikologis, ekonomi
dan sosial pasien yang terdiri dari beberapa langkah atau tahapan yang bertujuan
untuk memastikan kesinambungan atau continum of care. Definisi ini menjelaskan
bahwa perencanaan pulang merupakan sebuah proses yang dinamis yang
melibatkan keterampilan tertentu dan mengharuskan semua anggota tim perawat
dan tim kesehatan lainnya untuk bekerja sama secara terkoordinasi


untuk

mencapai tujuan yang disepakati bersama dan pada akhirnya terjalin kontinuitas
perawatan.
Perencanaan pulang dapat memberikan motivasi untuk mencapai
kesembuhan klien (Moran, et al., 2005), dapat memberikan dampak terhadap

1

2

pemendekan lama perawatan klien di rumah sakit, menurunkan anggaran
kebutuhan rumah sakit, menurunkan angka kekambuhan, dan memungkinkan
intervensi rencana pulang dilakukan tepat waktu [ CITATION RCS00 \l 1057 ].
Perencanaan pulang bertujuan memberikan pelayanan terbaik untuk menjamin
keberlanjutan asuhan berkualitas antara rumah sakit dan komunikasi yang efektif
(Discharge Planning Association, 2008)..
Perencanaan pulang yang efektif dapat mengurangi kemungkinan klien
kembali di rawat ulang di rumah sakit, membantu dalam proses pemulihan, dan
memastikan obat yang diresepkan diberikan dengan benar. Penelitian telah

menunjukkan bahwa sebanyak 40% dari 65% klien mengalami kesalahan
pengobatan setelah meninggalkan rumah sakit, dan 18% klien kembali untuk di
rawat di rumah sakit dalam waktu 30 hari (Family Caregiver Alliance, 2009). Hal
ini tentu tidak baik bagi pasien, tidak baik bagi rumah sakit, dan tidak baik bagi
lembaga-lembaga seperti asuransi ataupun dana klien sendiri. Hasil penelitian
keperawatan lainnya menunjukkan bahwa pelaksanaan perencanaan pulang dapat
mengurangi komplikasi dan kemungkinan pasien dirawat kembali [ CITATION
RTS08 \l 1057 ]
Perencanaan pulang berfokus untuk mempersiapkan klien dengan
keterampilan dan untuk melanjutkan pengobatan agar mencapai kemajuan yang
lebih baik dan menghindari kambuh dari penyakit yang diderita. Keterlibatan
klien penting dalam perencanaan pulang, sehingga klien dapat menyadari
sepenuhnya tentang apa yang telah klien tentukan dan apa yang akan klien
lakukan [ CITATION PPo05 \l 1057 ]. Terdapat faktor-faktor yang dapat
menghambat perencanaan pulang pasien, yaitu (1) faktor individu yang meliputi

3

usia klien, keadaan emosional klien, dan dukungan sosial yang diterima klien, (2)
faktor medis yang terkait dengan diagnosia dan proses pemulihan klien, dan (3)

faktor organisasi yang meliputi manajemen organisasi pelayanan kesehatan.
Ketiga faktor ini berperan penting dalam proses perencanaan pulang.
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Menurut Sunaryo (2004), persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya
rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu
mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik
yang ada di luar maupun dalam diri individu. Faktor yang mempengaruhi persepsi
terdiri dari (1)

Pelaku persepsi, diantaranya sikap-sikap, motif, minat,

pengalaman dan harapan. (2) faktor pada target, diantaranya sesuatu yang baru,
gerakan, suara, latar belakang. (3) faktor dalam situasi, diantaranya waktu,
keadaan kerja, keadaan sosial [CITATION Het15 \l 1057 ]. Apabila seorang
perawat memiliki persepsi yang positif, maka perawat juga akan bersifat dan
berperilaku yang positif dalam memberikan asuhan keperawatan (Satiadarma,
2001).
Penelitian kualitatif yang dilakukan Watts & Gardner (2005) mengenai
persepsi perawat terhadap pelaksanaan perencanaan pulang mengungkapkan

bahwa sebagian besar perawat memiliki pemahaman yang kurang tentang proses
perencanaan pulang, perawat kurang terlibat dalam proses perencanaan pulang,
dan perawat kurang baik dalam berkomunikasi antar tim kesehatan. Menurut
Lalani (2001), faktor utama yang menyebabkan kurangya keterlibatan perawat
dalam proses perencanaan pulang adalah persepsi perawat yang negatid tentang

4

perencnaan pulang yang akan membutuhkan waktu dan komitmen yang lebih
besar. Menurut Rorden & Taff (1990), perawat terkadang enggan untuk terlibat
dalam proses perencnaan pulang karena mereka memiliki persepsi yang salah
tentang tanggung jawab mereka dalam proses perencanaan pulang ini. Perawat
dengan persepsi yang negatif akan berpikir untuk membiarkan ahli yang
melakukannya sehingga muncul pemahaman bahwa perencanaan pulang bukan
bagian dari asuhan keperawatan. Persepsi perawat ICU yang diteliti oleh
Chaboyer, et al., (2002) menunjukkan bahwa persepsi perawat terhadap
pelaksanaan perencanan pulang adalah proses ini memakan banyak waktu dan
mayoritas berpersepsi bahwa proses ini dilakukan saat klien akan pulang kerumah.
Penelitian-penelitian tersebut dilakukan pada perawat kritis dan perawat dengan
pasien dewasa, belum dilakukan penelitian pada perawat anak.

Pada pasien anak terdapat perbedaan dalam pelaksanaan perencanaan
pulang. Untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan perencanaan pulang pada
kelompok anak, perawat harus bekerja dengan cara baru dan cara yang berbeda
secara profesional dari berbagai instansi dan melibatkan semua pihak seperti
anak-anak dan orang tua mereka. Dalam proses perencanaan pulang pada anak
perlu dikoordinasikan oleh seseorang yang memiliki tanggung jawab yang telah
didelegasikan untuk mengkoordinasikan tahapan perjalanan anak-anak tersebut.
Peran orang tua pun sangat diperlukan dalam pelaksanaan perencanaan pulang.
Namun peran orang tua dapat dicapai jika orang tua sepenuhnya mengetahui
tentang implikasi dari peran tersebut, orang tua harus siap dan terlatih, juga perlu
dukungan agar orang tua mampu menjalankan peran mereka. Hal-hal ini perlu
dikaji saat awal dimulainya proses perencanaan pulang (Lewis & Noyes, 2007).

5

Perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan dirumah sakit memberikan
asuhan keperawatan selama 24 jam secara berkesinambungan, perlu bekerjasama
dengan klien dan keluarganya untuk memberikan dan mengatur kontinuitas
keperawatan yang diperlukan oleh klien. Kegiatannya harus berpusat pada
masalah klien, meliputi tindakan pencegahan, terapeutik, rehabilitatif serta

perawatan rutin sehari-hari di rumah setelah klien pulang dari rumah sakit. Atwal
(2002) mengatakan bahwa perencanaan pemulangan pasien adalah komponen
kunci dari peran perawat. Perawat bertanggung jawab terhadap proses
perencanaan pulang, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Morris,
Winfield, dan Young (2012) tentang persepsi perawat terhadap pelaksanaan
perencanaan pulang yang menyatakan bahwa 76% dari 461 perawat sepakat
bahwa pelaksanaan perencanaan pulang adalah tanggung jawab perawat dan 79%
setuju bahwa pelaksanaan perencanaan pulang harus dimulai saat klien mulai
masuk ke ruang perawatan. Perencanaan pulang harus dilakukan dengan jangka
waktu yang optimal untuk klien dan dilakukan setelah dilakukan pengkajian
kepada klien [ CITATION NCS06 \l 1057 ]
Rumah Sakit Umum Pusat dr. Hasan Sadikin adalah rumah sakit negeri
kelas A. Rumah sakit ini mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan
subspesialis luas, oleh pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi atau
disebut juga sebagai rumah sakit pusat. RSUP dr. Hasan Sadikin memiliki 886
tempat tidur untuk rawat inap, jumlah ini lebih banyak dibandingkan dengan
rumah sakit lainnya yang ada di Jawa Barat. 72 dari 886 tempat tidur di rumah
sakit ini berkelas VIP dan VVIP. Jumlah dokter yang tersedia adalah 624 dokter,
521 diantaranya adalah dokter spesialis. Ruang Kenanga 1 adalah Ruang


6

perawatan anak kelas 3 dengan kapasitas tempat 68 tempat tidur dan jumlah
perawat 36 orang. Ruang Kenanga 1 diisi oleh pasien anak dengan beragam
penyakit hematologi, infeksius, dan lainnya. Namun, pada tahun 2016 ini, terjadi
perubahan sesuai dengan Surat Keputusan bahwa ruang Kenanga 1 hanya akan
diisi oleh pasien anak dengan penyakit infeksius saja, sedangkan untuk pasien
anak dengan penyakit hematologi akan dipindahkan ke ruang Kenanga 2.
Pelayanan kesehatan paripurna yang meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif bagi pasien merupakan salah satu tugas rumah
sakit. Rumah sakit berkewajiban untuk memberi pelayanan kesehatan yang aman,
efektif dan bermutu dengan mengutamakan kepentingan pasien (UU No. 44 Th.
2009). RSUP dr. Hasan Sadikin yang kini sedang menuju akreditasi JCI (Joint
Comission International) tentu sudah seharusnya meningkatkan kualitas
pelayannannya termasuk pelaksanaan perencanaan pulang pada klien.
Berdasarkan komunikasi personal yang telah dilakukan dengan perawat
pelaksana dan kepala ruangan Ruang Kenanga 1, didapatkan beberapa pasien
yang kembali di rawat ulang dengan komplikasi atau penyakit tambahan, tidak
ada pendokumentasian khusus tentang perencanaan pulang, perawat hanya
memberikan informasi mengenai obat-obatan yang perlu di konsumsi saat klien di

rumah dan jadwal kontrol. Pendidikan kesehatan biasanya diberikan saat klien
mulai masuk rawat inap dan jarang diberikan lagi saat klien akan pulang. Perawat
pelaksana pun mengatakan bahwa perencanaan pulang belum menjadi prioritas
mereka dalam memebrikan pelayanan kesehatan. Kepala Ruangan ruang Kenanga
1 pun mengatakan pelaksanaan perencanaan pulang di ruangan tersebut belum
berjalan dengan baik karena kurangnya waktu dan belum pernah dilakukan

7

evaluasi terhadap proses pelaksanaan perencanaan pulang di Ruang Kenanga 1
RSUP Dr. Hasan Sadikin Kota Bandung.
Sesuai dengan masalah yang telah dipaparkan, maka penulis akan
melakukan penelitian mengenai gambaran persepsi perawat terhadap
pelaksanaan perencanaan pulang di Ruang Kenanga RSUP Dr. Hasan
Sadikin Kota Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka peneliti mengidentifikasi
satu rumusan masalah penelitian yaitu “Bagaimana gambaran persepsi perawat
terhadap pelaksanaan perencanaan pulang di Ruang Kenanga 1 RSUP Dr.

Hasan Sadikin Bandung?”.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memberi gambaran persepsi

perawat terhadap pelaksanaan Perencanaan pulang di Ruang Kenanga 1 RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung.

1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap proses perencanaan
pulang
b. Untuk memperoleh gambaran persepsi perawat terhadap waktu dan
pelaksanaan perencanaan pulang.
1.4. Kegunaan Penelitian


8

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi bagi perawat
untuk melakukan praktik keperawatan profesional dalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan dalam pemberian perencanaan pulang, dapat
digunakan Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung sebagai sumber masukan
tentang pelaksanaan perencanaan pulang yang telah diterapkan selama ini,
sehingga dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan perencanaan pulang, dan dapat
menambah pengetahuan peneliti dalam pelaksanaan intervensi keperawatan, serta
sebagai media belajar bagi peneliti dalam melakukan penelitian. Selain itu hasil
penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi
penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama yaitu tentang perencanaan
pulang di ruangan oleh perawat

1.5. Kerangka Pemikiran
Perencanaan pulang merupakan sebuah proses yang dinamis yang
melibatkan keterampilan tertentu dan mengharuskan semua anggota tim perawat
dan tim kesehatan lainnya untuk bekerja sama secara terkoordinasi


untuk

mencapai tujuan yang disepakati bersama dan pada akhirnya terjalin kontinuitas
perawatan [ CITATION Ros05 \l 1057 ]. Perencanaan pulang yang efektif dapat
mengurangi kemungkinan klien kembali di rawat ulang di rumah sakit, membantu
dalam proses pemulihan, dan memastikan obat yang diresepkan diberikan dengan
benar.
Terdapat faktor-faktor yang dapat menghambat perencanaan pulang
pasien, yaitu (1) faktor individu yang meliputi usia klien, keadaan emosional
klien, dan dukungan sosial yang diterima klien, (2) faktor medis yang terkait
dengan diagnosia dan proses pemulihan klien, dan (3) faktor organisasi yang

9

meliputi manajemen organisasi pelayanan kesehatan. Ketiga faktor ini berperan
penting dalam proses perencanaan pulang. Selain ketiga faktor tersebut, hal lain
yang dapat mempengaruhi proses perencanaan pulang adalah persepsi perawat
tentang pemahaman perencanaan pulang, persepsi perawat tentang keterlibatan
perawat dalam proses perencanaan pulang, dan komunikasi perawat dengan antar
multidisplin.
Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi
manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya.
Menurut Sunaryo (2004), persepsi dapat diartikan sebagai proses diterimanya
rangsang melalui panca indra yang didahului oleh perhatian sehingga individu
mampu mnegetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati, baik
yang ada di luar maupun dalam diri individu. Faktor yang mempengaruhi persepsi
terdiri dari (1) Pelaku persepsi, diantaranya sikap-sikap, motif, minat, pengalman
dan harapan. (2) faktor pada target, diantaranya sesuatu yang baru, gerakan, suara,
latar belakang. (3) faktor dalam situasi, diantaranya waktu, keadaan kerja,
keadaan sosial [ CITATION Het15 \l 1057 ].
Perawat mempunyai peranan penting dalam pelaksanan perencanaan
pulang

untuk

mempersiapkan

kepulangan

klien

menjalani

perawatan

berkelanjutan di rumah, karena kegiatan ini merupakan bagian dari proses
keperawatan yang komprehensif. Perawat bertanggung jawab terhadap proses
perencanaan pulang, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Morris,
Winfield, dan Young (2012) tentang persepsi perawat terhadap pelaksanaan
perencanaan pulang yang menyatakan bahwa 76% dari 461 perawat sepakat
bahwa pelaksanaan perencanaan pulang adalah tanggung jawab perawat dan 79%

10

setuju bahwa pelaksanaan perencanaan pulang harus dimulai saat klien mulai
masuk ke ruang perawatan.
Penelitian lainnya tentang persepsi perawat menunjukkan bahwa
mayoritas perawat meyakini bahwa perencanaan pulang merupakan tanggung
jawab perawat, responden pun menyatakan bahwa perencanaan pulang sebaiknya
dipisahkan dari praktek daily care dan sebagian besar responden memandang
bahwa perencanaan pulang memiliki prioritas yang rendah.

11

Gambar 1. 1 Kerangka Teori
Gambaran persepsi perawat dalam pelaksanaan perencanaan pulang
di ruang Kenanga RSUP Dr. Hasan Sadikin

Dilakukan

dengan benar

1. Pemendekan lama perawatan di rumah
sakit.
2. Menurunkan anggaran kebutuhan
rumah sakit
3. Menurunkan angka kekambuhan.

4. Memandirikan pasien pasca rawat.

Proses
Perencanaan
Pulang
Tidak dilakukan
dengan benar

1. Meningkatnya angka kejadian rawat
ulang.
2. Meningkatkan angka kekambuhan.

Faktor-faktor
yang
mempengaruhi
proses
perencanaan pulang :
1. Faktor individu , meliputi : usia paisen, keputusan
pasien, dukungan sosial.
2. Faktor medis meliputi : diagnosis dan proses
pemulihan pasie
3. Faktor organisasi (manajemen pelayanan
kesehatan) meliputi :
- Partisipasi dan keterlibatan perawat dalam
proses perencanaan pulang.
- Pengetahuan perawat tentang proses
perencanaan pulang.
- Komunikasi perawat dengan pasien dan
interdisiplin lainnya.

3. Resiko terjadinya salah pengobatan
pasca rawat.

Persepsi Perawat
terhadap proses
perencanaan
pulang .

Positif

Negatif

-

Persepsi perawat tentang perencanaan
pulang.
Negatif

Keterangan :
= tidak diteliti
= diteliti

Persepsi Perawat
terhadap waktu
dan implementasi
perencanaan
pulang .

Positif

12

Sumber : Black & Pearson (2002), Lalani (2001), Watts, R & Gardner, H (2005),
Morris, Winfield, dan Young (2012).