Keberadaan Ikan Hias Eksotik di Danau Ba

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat kepada kami semua, sehingga buku ”Prosiding Simposium Nasional Ikan Hias” ini
dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang diharapkan. Prosiding ini disusun berdasarkan
makalah yang telah disampaikan pada Simposium Ikan Hias yang dilakukan pada 16
September 2015, di Balai Kota Depok. Selain prosiding, hasil simposium tersebut juga
menerbitkan buku ”Ikan Hias Indonesia: Potensi, Inventarisasi dan Budi daya”.
Simposium Nasional Ikan Hias terselenggara atas kerjasama Balai Penelitian dan
Pengembangan Budi daya Ikan Hias, Masyarakat Iktiologi Indonesia (MII), dan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB Bogor.
Hasil simposium tersebut, kami banyak informasi berkaitan dengan ikan hias yang ada di
negara kami. Tidak hanya sekedar permasalahan sumber daya ikan hias asli yang penting
untuk diperhatikan dan dikembangkan, namun perihal pengelolaan ikan hias secara umum
ataupun ikan hias introduksi, adalah penting menjadi perhatian dan bahan kajian kami semua.
Secara umum, prosiding ini berisi berbagai hal yang berkaitan dengan ikan hias, mulai
dari kajian potensi ataupun pemanfaatan dari alam, teknik budidaya, transportasi,
pengembangan dan pemasaran, serta aspek legalnya. Kami atas nama Ketua MII mengucapan
terima kasih kepada Balai Penelitian dan Pengembangan Budi daya Ikan Hias (Balitbangdias)
- Kementerian Kelautan dan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan - Institut
Pertanian Bogor serta berbagai pihak yang turut serta bersama-sama dalam penyelenggaraan
simposium dan juga berbagai pihak yang membantu dalam penyelesaian buku ini.

Kami berharap, semoga prosiding ini dapat digunakan sebagai referensi dalam
pembahasan berbagai topik yang berkaitan dengan ikan hias terutama di negara kami. Semoga
segala usaha yang kami lakukan senantiasa mendapatkan ridho dari-Nya. Amin.

Bogor, 2016

Ketua Masyarakat Iktiologi Indonesia
(Prof. Dr. Ir. Sulistiono, M.Sc)

i

PRAKATA
Buku ”Prosiding Simposium Nasional Ikan Hias” diterbitkan oleh Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias bekerja sama dengan Masyarakat Ikhtiologi Indonesia.
Harapan serta tujuan diterbitkannya buku tersebut adalah memberikan informasi yang
lengkap kepada masyarakat tentang status dan perkembangan budi daya ikan hias maupun
keanekagaragamannya. Dan secara khusus memberikan informasi terkini tentang hasil-hasil
penelitian dan pengembangan budi daya ikan hias bagi peneliti, akademisi dan praktisi serta
stakeholder lainnya. Disamping prosiding, hasil simposium juga menerbitkan “Ikan Hias
Indonesia: Potensi, Inventarisasi dan Budi daya”.

Buku ini memuat informasi semua komoditas ikan hias baik tawar, maupun laut, baik asli
Indonesia maupun introduksi yang telah banyak berkembang di masyarakat. Adapun secara
rinci isi buku ini sebagai berikut: 1) Status terkini (strategi pengembangan SDI dan
pemanfaatannya untuk kesejahteraan) serta transformasi nilai ikan hias dari berbagai aspek
sudut pandang; 2) Potensi ikan hias Indonesia (potensi ikan hias lahan gambut, danau,
pemanfaatan sumberdaya genetik, kajian ikan introduksi, serta manajemen budi daya ikan
hias terkait). Adapun sumber buku ini berasal dari berbagai artikel yang diperoleh dari
paparan para peneliti, akademisi serta praktisi pada simposium ikan hias-REIKKA 2015.
Dengan terbitnya buku ini perlahan namun pasti, hasil-hasil litbang yang selama ini
terkesan duduk manis di menara gading bisa membumi dan begitu dekat dengan masyarakat
luas. Dampaknya publik semakin mudah memperoleh informasi tentang teknologi yang telah
dihasilkan.
Bentuk penyajian maupun bahasan topik buku ini mungkin masih jauh dari sempurna
namun demikian paling tidak sudah memulai memberikan informasi khusus kepada
masyarakat luas tentang ikan hias. Dengan menyadari keterbatasan itu, kritik dan saran
sangat diharapkan untuk terbitan buku tentang ikan hias selanjutnya.

Depok, 2016

Anjang Bangun Prasetio

Kepala Balai Penelitian dan Pengembangan Budi daya Ikan Hias

iii

PROSIDING SIMPOSIUM NASIONAL IKAN HIAS

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR KETUA MII…………..……………………………………………….

i

PRAKATA BALITBANGDIAS ……………………………………………………………… iv
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..........................

POTENSI IKAN HIAS DI LAHAN GAMBUT SUNGAI SERKAP DAN PELUANG
PEMASARANNYA Oleh: Chairulwan Umar dan Eko Prianto…………………………..

v


7-16

POTENSI HIU DAN PARI SEBAGAI KOMODITI IKAN HIAS DAN ASPEK
KONSERVASINYA Oleh: Fahmi…………………………………………………..……. 19-25
FEKUNDITAS, PENETASAN, KELANGSUNGAN HIDUP, DAN NISBAH KELAMIN
IKAN Threadfin rainbow, Iriatherinawerneri PADA SETIAP KELOMPOK TETAS
Oleh: Akhmad Taufiq Mukti, Odang Carman, Alimuddin, dan Muhammad Zairin Jr ..... 27-34
IKAN TIGERFISH (Datnioides microlepis): HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN
KARAKTER HABITAT
Oleh: Mochammad Zamroni, Sulasy Rohmy, dan Ahmad Musa…..…..............................

35-46

ADAPTASI PAKAN ALAMI PADA BENIH IKAN TIGERFISH (Datnioides microlepis)
PADA LINGKUNGAN BUDIDAYA
Oleh: Tutik Kadarini dan Siti Subandiyah ………………………….…………………… 47-53
DOMESTIKASI IKAN Rasbora sp. SEBAGAI UPAYA PEMANFAATAN IKAN HIAS
SECARA BERKELANJUTAN
Oleh: Nurhidayat.................................................................................................................. 55-62
TEKNIK PERBENIHAN KUDA LAUT (Hippocampus barbouri) SKALA LABORATORIUM

Oleh: Syafiuddin……………………………………………………...…………………… 63-68
KEBERADAAN IKAN HIAS EKSOTIK DI DANAU BATUR DAN BERATAN, BALI
Oleh: Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman, dan Danu Wijaya...……….…………………... 69-79
KAJIAN JENIS IKAN HIAS INTRODUKSI ASING DI INDONESIA
Oleh: Gema Wahyudewantoro dan Haryono………………………….…………………… 81-92
HUBUNGAN PANJANG-BOBOT DAN BEBERAPA ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI
IKAN BUNTAL DURIAN Diodon holocanthus YANG TERTANGKAP DI PERAIRAN
DESA BOKORI SULAWESI TENGGARA
Oleh: Ermayanti Ishak……………………………………………………………………
93-100
DAMPAK NONILFENOL TERHADAP PLASMA NUTFAH IKAN INDONESIA
Oleh: Muhamad Yamin dan Eddy Supriyono…………………...….................................. 101-110
STUDI POPULASI DAN STRATEGI PENGELOLAAN IKAN ARWANA IRIAN
(Scleropages jardinii) DI PERAIRAN WILAYAH KABUPATEN MERAUKE PAPUA
Oleh: Haryono..……………………………………………………………………….
111-122

vi

SEKS REVERSAL PADA IKAN PELANGI (Iriatherina werneri) MELALUI PERENDAMAN

EMBRIO DALAM EKSTRAK TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella alpina)
Oleh: Dinar Tri Soelistyowati, Odang Carman, Anna Nurkhasanah, Muhammad Herjayanto, Rodhi
Firmansyah, dan Wulan Nurindah Rakhmawati…………………………………… 149-156
METILTESTOTERON DAN SUHU MEDIA PEMELIHARAAN PENGARUHNYA
TERHADAP DAYA TETAS, DAYA HIDUP DAN RASIO JANTAN SERTA PENINGKATAN
AGRESIFITAS IKAN CUPANG (Betta splendens)
Oleh: Is Yuniar…………………………………………………..……………………... 127-134

vii

Keberadaan Ikan Hias… (Agus Arifin Sentosa)

KEBERADAAN IKAN HIAS EKSOTIK DI DANAU BATUR DAN
BERATAN, BALI
Agus Arifin Sentosa, Arip Rahman, dan Danu Wijaya
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan. Jl. Cilalawi No. 01, Jatiluhur,
Purwakarta, Jawa Barat 41152
Email: agusarifinsentosa@gmail.com

Abstrak

Danau Batur dan Danau Beratan merupakan dua danau besar di Pulau Bali yang memiliki
sumber daya ikan berpotensi sebagai ikan hias. Pengamatan lapangan dilakukan pada bulan
Mei, Juni, dan Oktober 2011 bertujuan untuk menginventarisasi jenis-jenis ikan yang hidup di
kedua danau tersebut melalui percobaan penangkapan dengan jaring insang percobaan
berukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5; dan 2,0 inci serta hasil tangkapan nelayan. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa komposisi ikan hasil tangkapan di Danau Batur dan Beratan
seluruhnya terdiri atas ikan eksotik atau introduksi. Beberapa jenis ikan eksotik yang
ditemukan di Danau Batur dan Beratan berpotensi sebagai ikan hias seperti dari genus
Amphilophus spp., Amatitlania nigrofasciata, Cherax spp., Osteochilus vittatus, Poecilia
reticulata, Puntius binotatus, Rasbora lateristriata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora sp., dan
Xiphophorus hellerii. Khusus ikan zebra cichlid (Amatitlania nigrofasciata) di Danau Beratan
telah terindikasi menjadi ikan asing invasif. Monitoring terhadap keberadaan ikan hias eksotik
di danau-danau di Indonesia diperlukan untuk memperkecil terjadinya peluang invasi spesies
ikan dari kegiatan introduksi secara sengaja maupun tidak sengaja.
Kata kunci: Danau Batur, Danau Beratan, ikan hias, introduksi, invasif spesies

Pendahuluan
Danau Batur dengan luas 16.075 km2 dan Danau Beratan 3,7 km2 yang terletak di
Provinsi Bali merupakan danau kaldera dengan sistem perairan tertutup (enclosed lake) dan
telah dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk kegiatan perikanan (Hehanussa &

Haryani, 2009). Keberadaan sumber daya ikan di kedua danau tersebut relatif terbatas karena
karakteristiknya berupa danau vulkanik sehingga miskin komunitas ikan dan pengkayaan
jenis ikan umumnya terjadi melalui kegiatan introduksi ikan.
Introduksi ikan merupakan suatu kegiatan memasukkan ikan spesies baru ke dalam suatu
perairan dimana spesies tersebut sebelumnya tidak terdapat (Rahardjo, 2008). Wargasasmita
(2005); Helfman (2007) menyebutkan beberapa istilah untuk ikan introduksi, antara lain ikan
eksotik, nonnative, nonindigenous, allochthonous, translocated, transplanted, dan allien
spesies atau spesies asing. Ikan eksotik yang terintroduksi ke dalam suatu badan perairan
dapat terjadi secara sengaja atau tidak disengaja. Introduksi ikan secara sengaja umumnya
dilakukan berdasarkan alasan ekonomi, lingkungan atau ekologi dan pertimbangan sosial
lainnya (Chenje & Katerere, 2006).
Ikan eksotik banyak ditemukan di Danau Batur dan Beratan. Salah satu jenis ikan
introduksi yang terkenal di Danau Batur adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang
62

Prosiding simposium nasional ikan hias

mendominasi hasil tangkapan masyarakat dan umumnya berasal dari penebaran dan yang
terlepas secara tidak sengaja dari usaha budidaya ikan dalam keramba jaring apung.
Sementara itu, isu keberadaan ikan zebra cichlid (Amatitlania nigrofasciata) yang dominan di

Danau Beratan diduga ada melalui introduksi secara tidak sengaja (Wijaya et al., 2011).
Komunitas ikan di Danau Batur dan Beratan memiliki potensi sebagai ikan hias terkait
keindahan bentuk dan corak warnanya yang menawan dan memiliki daya tarik. Ikan hias
yang bersifat endemik di Bali hanya satu, yaitu Rasbora baliensis (Hubbs & Brittan, 1954) di
Danau Beratan (Kottelat et al., 1993) yang statusnya menurut IUCN Red List of Threatened
Species adalah Vulnerable atau rentan mengalami kepunahan (World Conservation
Monitoring Centre, 1996). Keberadaan sebagian besar ikan hias di Danau Batur dan Beratan
umumnya berasal dari introduksi ke badan perairan danau, baik secara sengaja maupun tidak
disengaja sehingga ikan hias tersebut merupakan ikan eksotik. Oleh karena itu, inventarisasi
terkait keberadaan ikan hias di Danau Batur dan Beratan diperlukan sebagai dasar
pengelolaan sumber daya perikanan di kedua danau tersebut, terutama terkait dampak
keberadaannya yang berpotensi sebagai spesies invasif. Tulisan ini bertujuan untuk
memaparkan hasil inventarisasi keberadaan ikan hias eksotik.

Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan pada dua lokasi, yaitu di perairan Danau Batur, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten Bangli dan perairan Danau Beratan, kawasan Bedugul, Desa
Candikuning, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali. Waktu pelaksanaan
penelitian pada bulan Mei, Juli, dan Oktober 2011.
Data sumber daya ikan dikumpulkan melalui percobaan penangkapan sendiri dengan

menggunakan alat tangkap jaring insang percobaan dengan ukuran mata jaring 0,5; 1,0; 1,5;
dan 2,0 inci yang dipasang pada setiap stasiun pengamatan pada lokasi yang telah ditentukan.
Ikan hasil tangkapan masyarakat setempat juga digunakan untuk mengetahui data komposisi
ikan berdasarkan catatan enumerator setempat.
Sampel ikan diawetkan secara utuh dengan formalin 40% sebagai spesimen untuk
keperluan identifikasi jenis ikan di Laboratorium Biologi Ikan BP2KSI. Identifikasi dan
determinasi jenis ikan dilakukan berdasarkan Weber & De Beaufort (1916); Kottelat et al.
(1993) kemudian dikonfirmasikan dengan data menurut Fishbase (Froese & Pauly, 2013).

Gambar 1. Lokasi penelitian di Danau Batur (A) dan Danau Beratan (B), Bali

63

Keberadaan Ikan Hias… (Agus Arifin Sentosa)

Hasil dan Bahasan
Komposisi ikan hasil tangkapan dengan menggunakan jaring insang percobaan di Danau
Batur terdiri atas 12 jenis (Tabel 1) dan di Danau Beratan terdiri atas 10 jenis (Tabel 2).
Sementara itu, berdasarkan hasil tangkapan masyarakat setempat yang dicatat oleh
enumerator selama bulan Mei – Oktober 2011, di Danau Batur terdiri atas 7 jenis ikan (Tabel

3), dan di Danau Beratan sebanyak 17 jenis ikan (Tabel 4).
Tabel 1. Komposisi jenus ikan yang terperangkap di Danau Batur dengan jaring insang percobaan
No

Σ (ekor)

Kisaran Ukuran
Panjang
Berat (gram)
Total (cm)
7 - 31
6,2 - 588

Nama Lokal

Nama Ilmiah

1

Nila

Oreochromis niloticus

291

2

Nyalian Poleng

Rasbora lateristriata

54

4,6 - 13,3

1,3 - 31,77

3

Mujair

Oreochromis mossambicus

62

10,8 - 17,6

26,2 - 98,67

4

Pedang

Xiphophorus hellerii

19

4,6 - 6,5

1,0 - 5,02

5

Seribu/Gerang

Poecilia reticulata

6

4,5 - 6,2

1,0 - 3,08

6

Rasbora

Rasbora sp.

6

4,7 - 12,1

1,9 - 17,4

7

Nyalian Bali

Puntius binotatus

4

6,7 - 13,2

6,5 - 31,52

8

Louhan Hitam

Amphilophus sp. 1

8

9,3 - 16

19,53 - 98

9

Louhan Merah

Amphilophus sp. 2

2

11,5 - 15

28 - 68

10

Nila Merah

Oreochromis sp.

1

12,9

44,52

11

Bandeng

Chanos chanos

1

51

950

12

Belut

Monopterus albus

1

38

114

Tabel 2. Komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan dengan jaring insang percobaan
No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Σ (ekor)

Kisaran Ukuran
Panjang
Berat (gram)
Total (cm)
3,2 - 10,5
0,254 – 22,79

1

Zebra

Amatitlania nigrofasciata

561

2

Nyalian Cendol

Xiphophorus hellerii

437

3

Pudah

Puntius binotatus

218

5 - 14

1,06 - 42,3

4

Nyalian Buluh

Rasbora lateristriata

33

4,3 - 11,7

0,66 - 17,75

5

Nila

Oreochromis niloticus

36

3,9 - 22,5

1,05 - 205

6

Nilem

Osteochilus vittatus

12

9,5 - 19,1

9,6 - 89

7

Cendol

Poecilia reticulata

4

4,5 - 5,0

1,44 - 1,59

8

Tawes

Barbonymus gonionotus

4

4,9 - 52

1,35 - 1,65

9

Red Devil

Amphilophus citrinellus

2

6,3 - 7,2

5,15 - 7,85

10

Rasbora

Rasbora argyrotaenia

1

10,7

13,7

4 - 7,1

1,01 - 4,65

Tabel 3. Data enumerator komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur
No
1

Nama Lokal
Nila

Nama Ilmiah
Oreochromis niloticus

Total Tangkapan
7764

%
98,35

2

Karper/Mas

Cyprinus carpio

61

0,77

3

Bandeng

Chanos chanos

26

0,33

4

Mujair

Oreochromis mossambicus

24

0,3

5

Lohan

Amphilophus spp.

13

0,16

6

Kuyuh

Channa spp.

3

0,04

7

Lele

Clarias spp.

3

0,04
64

Prosiding simposium nasional ikan hias

Tabel 4. Data enumerator komposisi jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan
No

Nama Lokal

Nama Ilmiah

Total Tangkapan

%

1

Nila

Oreochromis niloticus

5442

54,03

2

Zebra

Amatitlania nigrofasciata

1668

16,56

3

Nilem

Osteochilus vittatus

1005

9,98

4

Pudah

Puntius binotatus

663

6,58

5

Tawes

Barbonymus gonionotus

306

3,04

6

Mas

Cyprinus carpio

284

2,82

7

Betok

Anabas testudineus

200

1,99

8

Lele

Clarias spp.

162

1,61

9

Nyalian Cendol

Xiphophorus hellerii

114

1,13

10

Gurami

Osphronemus gouramy

108

1,07

11

Karper

Cyprinus carpio

60

0,60

12

Sapu-sapu

Hypostomus spp.

31

0,31

14

Nyalian Buluh

Rasbora lateristriata

24

0,24

15

Mujair

Oreochromis mossambicus

1

0,01

16

Bawal

Colossoma macropomum

1

0,01

Berdasarkan data hasil percobaan penangkapan sendiri dan catatan hasil tangkapan oleh
enumerator, maka secara keseluruhan komunitas ikan di kedua danau tersebut relatif hampir
seragam dimana jumlah spesies ikan di Danau Batur sebanyak 17 spesies dan di Danau
Beratan sebanyak 18 spesies. Komposisi hasil tangkapan ikan berdasarkan pencatatan oleh
enumerator terdapat perbedaan dengan hasil tangkapan saat survei lapang dilakukan diduga
terkait dengan perbedaan waktu tangkap dan jenis alat tangkap yang digunakan. Kedua danau
tersebut juga diduga relatif masih banyak jenis spesies ikan lainnya yang belum tercatat
selama penelitian karena keterbatasan metode yang digunakan.
Kottelat et al. (1993) menyebutkan bahwa ikan endemik di Pulau Bali yang tercatat hanya
satu jenis, yaitu Rasbora baliensis yang endemik di Danau Beratan. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Ondara (1981) bahwa jenis-jenis ikan asli di Bali sangat jarang karena
karakteristik perairannya yang khas. Mengingat Danau Batur dan Danau Beratan merupakan
bagian dari perairan umum daratan di Pulau Bali yang memiliki karakteristik sebagai danau
kaldera yang bersifat tertutup (Hehanussa & Haryani, 2009), maka jenis ikan yang berada di
dalamnya hampir seluruhnya merupakan ikan eksotik atau introduksi (Suryono et al., 2006;
Sentosa et al., 2013).
Awal keberadaan ikan introduksi di Danau Batur dan Beratan tidak diketahui secara pasti
namun diduga awalnya terjadi secara tidak sengaja, hingga akhirnya dilakukan penebaran
secara sengaja dengan tujuan peningkatan aktivitas perikanan oleh masyarakat di kedua danau
tersebut dengan komoditas yang umum ditebar adalah ikan nila (Oreochromis niloticus) yang
sebenarnya merupakan komoditas budidaya yang bukan merupakan ikan asli Indonesia
(Sarnita & Kartamihardja, 1992; Wijaya et al., 2011). Whitten et al. (1999) menyebutkan
bahwa peluang introduksi ikan secara tidak sengaja di danau-danau di Bali dapat terjadi
melalui ikan-ikan budidaya di keramba jaring apung yang terlepas, sengaja ditebarkan untuk
pengendalian vektor penyakit seperti jentik nyamuk dan ikan-ikan hias yang tidak sengaja
terlepas seperti ikan seribu (Poecilia reticulata) dan ikan pedang (Xiphophorus helleri). Ikan
hias merupakan salah satu alasan keberadaan introduksi ikan di Danau Batur dan Beratan
yang umumnya terjadi karena tidak sengaja terlepas ke perairan atau memang sengaja
dilepaskan karena tren hobiis atau minat untuk memelihara ikan tersebut sudah berkurang.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 21/PERMEN-KP/2014, ikan hias
65

Keberadaan Ikan Hias… (Agus Arifin Sentosa)

didefinisikan sebagai ikan yang dipelihara untuk hiasan atau pajangan, untuk dilihat dan
dinikmati keindahan warna, corak, dan bentuknya yang memiliki daya tarik tersendiri dan
diperdagangkan sebagai komoditas hidup. Berdasarkan definisi tersebut, maka 47,06% jenis
ikan yang tertangkap di Danau Batur dan 50% di Danau Beratan dapat diklasifikasikan
sebagai ikan berpotensi sebagai ikan hias, selebihnya cenderung sebagai ikan konsumsi atau
tidak dimanfaatkan. Jenis ikan hias di Danau Batur dan Beratan antara lain dari genus
Amphilophus spp., Amatitlania nigrofasciata, Osteochilus vittatus, Poecilia reticulata,
Puntius binotatus, Rasbora lateristriata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora sp., dan
Xiphophorus hellerii.

Gambar 2. Beberapa jenis ikan yang tertangkap di Danau Batur

Gambar 3. Beberapa jenis ikan yang tertangkap di Danau Beratan

Ikan hias di kedua danau tersebut umumnya banyak Sebagai contoh, Amatitlania
nigrofasciata, Poecilia reticulate, dan Xiphophorus hellerii berasal dari kawasan benua
Amerika Tengah dan Selatan (Conkel, 1993; Knight, 2010).
66

Prosiding simposium nasional ikan hias

Keberadaan ikan-ikan hias eksotik di Danau Batur tidak banyak dimanfaatkan oleh
penduduk setempat. Sebagai contoh keberadaan ikan louhan dari genera Amphilophus spp. di
Danau Batur diduga kuat berasal dari ikan louhan yang sengaja dilepaskan karena
berkurangnya minat untuk memeliharanya dan tidak sengaja terlepas bersama benih ikan nila
(Oreochromis niloticus) yang masih kerabatnya dari famili Cichlidae mengingat saat
berukuran benih bentuk ikan louhan sepintas relatif mirip dengan nila. Keberadaan ikan hias
eksotik di Danau Batur relatif tidak terlalu dominan mengingat di danau tersebut umumnya
lebih cenderung dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan budidaya dan tangkap, terutama bagi
komoditas ikan nila (Samuel & Suryati, 2013). Sentosa & Wijaya (2012) bahkan telah
melaporkan bahwa ikan nila di Danau Batur mendominasi perairan dan hasil tangkapan
mengingat ikan tersebut memiliki relung makanan dan habitat yang relatif lebih luas
dibandingkan ikan-ikan lainnya di danau tersebut.
Kondisi yang berbeda terkait dampak keberadaan ikan hias terjadi di Danau Beratan
dimana ikan zebra cichlid (Amatitlania nigrofasciata) telah mendominasi perairan danau
tersebut. Sentosa & Wijaya (2013) melaporkan bahwa berdasarkan karakteristik biologinya,
ikan zebra tersebut memiliki potensi invasif yang tinggi. Sama seperti ikan hias eksotik
lainnya, keberadaan ikan zebra di Danau Beratan tidak diketahui secara pasti, namun diduga
ikan tersebut berasal dari introduksi tidak sengaja yang terlepas ke perairan Danau Beratan.
Ikan zebra (Amatitlania nigrofasciata) berukuran kecil, sangat agresif, bersifat teritorial dan
berasal dari Amerika Tengah dan Selatan serta memiliki habitat di sungai berbatu hingga
danau (Arnott & Elwood, 2009). Ikan nila walaupun invasif di Danau Batur namun
populasinya masih dapat dikendalikan dengan adanya pemanfaatan oleh masyarakat setempat
sebagai ikan konsumsi (Sentosa & Wijaya, 2012), sementara itu ikan zebra di Danau Beratan
relatif tidak dimanfaatkan, bahkan cenderung menjadi hama karena morfologi ikan yang
berduri keras dan dagingnya sedikit serta juga telah merugikan kegiatan perikanan tangkap di
danau tersebut (Rahman et al., 2012) karena bersaing dengan ikan nila yang menjadi target
tangkapan utama bagi masyarakat setempat.
Keberadaan ikan-ikan hias eksotik lainnya di Danau Beratan relatif jarang dilaporkan,
hanya Whitten et al. (1993) yang menyebutkan beberapa ikan-ikan introduksi di Danau
Beratan yang saat itu komposisinya belum terdapat ikan zebra yang sudah mulai invasif saat
penelitian dilakukan. Sentosa et al. (2013) menyatakan bahwa keberadaan ikan-ikan
introduksi di Danau Beratan memiliki dampak ekologi yang tinggi karena terkait karakteristik
Danau Beratan yang relatif tidak luas dan rentan pencemaran serta ancaman terhadap
endemisitas ikan di danau tersebut dengan adanya Rasbora baliensis yang dilaporkan
endemik di Danau Beratan (Kottelat et al., 1993). Karena dampaknya yang merugikan,
Amatitlania nigrofasciata bahkan telah dimasukkan dalam lampiran Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 41/PERMEN-KP/2014 tentang Larangan
Pemasukan Jenis Ikan Berbahaya dari Luar Negeri ke Dalam wilayah Negara Republik
Indonesia disamping beberapa jenis ikan lainnya.
Awal keberadaan ikan introduksi di Danau Batur dan Beratan, khususnya ikan hias tidak
diketahui secara pasti namun diduga awalnya terjadi dengan sebab-sebab tertentu seperti ikan
hias yang terlepas tidak sengaja bersama dengan benih ikan lain yang ditebar atau sengaja
dilepaskan ke perairan danau karena tren atau popularitas suatu ikan hias sudah menurun
sehingga keinginan masyarakat untuk memeliharanya menjadi berkurang. Beberapa jenis ikan
hias eksotik di kedua danau tersebut yang berukuran kecil masih ada yang ditangkap dan
dimanfaatkan sebagai ikan hias akuarium seperti Poecilia reticulata, Xiphophorus hellerii,
dan Puntius binotatus. Ikan hias dari genus Rasbora juga kadang menjadi ikan hias akuarium
karena beberapa spesies telah berhasil didomestikasi dan dibudidayakan, namun hal tersebut
67

Keberadaan Ikan Hias… (Agus Arifin Sentosa)

perlu perlakuan khusus karena ikan tersebut sensitif dengan kandungan oksigen terlarut dan
menyukai perairan yang berarus atau rheofilik (Djumanto et al., 2008; Sentosa & Djumanto,
2010; Nurhidayat & Zamroni, 2013).
Beberapa pakar menyebutkan bahwa keberadaan ikan-ikan eksotik dapat memiliki
dampak positif dan negatif, namun umumnya dampaknya cenderung bersifat negatif
(Wargasasmita, 2005) terutama terkait dengan keanekaragaman spesies ikan asli dengan
adanya kawin silang dengan ikan endemik, perusakan habitat, kompetisi pakan dan habitat,
pemangsaan serta parasit atau penyakit (Rachmatika & Wahyudewantoro, 2006). Sebagai
contoh, ikan zebra diduga dapat menjadi predator bagi ikan-ikan kecil di Danau Beratan
mengingat komposisi makanannya terdiri dari jenis ikan, cacing-cacingan, krustasea,
serangga, dan tumbuhan air, termasuk plankton (Froese & Pauly, 2013).
Keberadaan ikan eksotik di Danau Batur dan Beratan yang sebagian besar telah
mengalami naturalisasi atau telah beradaptasi di luar habitat alaminya perlu dikelola agar
dampak ekologinya tidak semakin besar. Menurut Wargasasmita (2005), ikan eksotik banyak
menimbulkan dampak negatif terhadap komunitas ikan danau yang terisolasi, seperti Danau
Batur dan Beratan yang merupakan cekungan terkungkung. Salah satu dampak introduksi
ikan antara lain adanya penurunan populasi ikan asli yang merupakan proses awal menuju
kepunahan spesies tertentu yang mengakibatkan penurunan keanekaragaman hayati dan
berakhir dengan terbentuknya komunitas ikan yang homogen didominasi oleh ikan eksotik.
Kondisi tersebut telah nampak di Danau Batur yang didominasi oleh ikan nila dan di Danau
Beratan yang didominasi oleh ikan zebra yang merupakan ikan eksotik.
Perhatian yang lebih terhadap keberadaan ikan-ikan hias eksotik di danau-danau di
Indonesia diperlukan dengan adanya monitoring dan survei berkala terhadap status
keanekaragaman sumber daya ikan di danau-danau prioritas untuk memperkecil terjadinya
peluang invasi spesies ikan dari kegiatan introduksi secara sengaja maupun tidak sengaja.
Ikan hias eksotik yang telah menjadi invasif dan menyebar di suatu perairan cenderung akan
menurunkan nilai keunikan dan kepopulerannya, bahkan statusnya dapat menjadi ikan hama
atau pengganggu jika dampak keberadaannya relatif merugikan. Penegakan hukum dan
penguatan upaya karantina ikan diperlukan agar Indonesia dapat terjaga dari masuknya ikan
eksotik yang berdampak negatif bagi keanekaragaman sumber daya ikan.

Simpulan
Keberadaan sumber daya ikan di Danau Batur dan Beratan di Bali umumnya berasal dari
hasil introduksi baik sengaja maupun tidak sengaja. Sebanyak 47,06% ikan eksotik yang
tertangkap di Danau Batur dan 50% di Danau Beratan dapat diklasifikasikan sebagai ikan
berpotensi sebagai ikan hias, antara lain dari genus Amphilophus spp., Amatitlania
nigrofasciata, Osteochilus vittatus, Poecilia reticulata, Puntius binotatus, Rasbora
lateristriata, Rasbora argyrotaenia, Rasbora sp., dan Xiphophorus hellerii.

Ucapan Terima Kasih
Tulisan ini merupakan kontribusi dari kegiatan penelitian “Kajian Risiko Introduksi Ikan
di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali”, Tahun Anggaran 2011 di di Balai Penelitian
Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat. Terima
kasih diucapkan kepada Dr. Didik Wahju Hendro Tjahjo, Sukamto, Dyah Ika
68

Prosiding simposium nasional ikan hias

Kusumaningtyas, A.Md., Waino, Sutoto, dan Rahmat serta masyarakat dan instansi terkait
yang telah banyak membantu kegiatan survei lapangan.

Daftar Pustaka
Arnott, G. & R.W. Elwood. 2009. Gender differences in aggressive behaviour in convict
cichlids. Animal Behaviour. 78: 1221–1227.
Chenje, M. & J.M. Katerere. 2006. Invasive alien species (Chapter 10). In Africa
Environment Outlook 2 – Our Environment. Our Wealth (AEO-2). Section 3: Emerging
Challenge. Division of Early Warning and Assessment (DEWA). United Nations
Environment Programme. Kenya. 10 (3): 331 – 349.
Conkel, D. 1993. Cichlids of North and Central America. T.F.H. Publications, Inc., Neptune
City. 191 pp.
Djumanto, E. Setyobudi, A. A. Sentosa, R. Budi & N. C. I. Nerwati. 2008. reproductive
biology of the yellow rasbora (Rasbora lateristriata) inhabitat of the Ngrancah River,
Kulom Progo regency. Journal of Fisheries Sciences. 10 (2): 261-275.
Froese, R. & D. Pauly (eds). 2013. FishBase. World Wide Web electronic publication.
www.fishbase.org, version (04/2013).
Hartoto, D.I. & E Mulyana. 1996. Hubungan parameter kualitas air dengan struktur
ikhtiofauna perairan darat Pulau Siberut. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia. 29:
41-55.
Hehanussa, P.E. & G.S. Haryani. 2009. Klasifikasi morfogenesis danau di Indonesia untuk
mitigasi dampak perubahan iklim. In Konferensi Nasional Danau Indonesia I, Bali. 1315 Agustus 2009. (ed). Kementerian Lingkungan Hidup. Prosiding Konferensi Nasional
Danau Indonesia I Jilid 2: Pengelolaan Danau dan Antisipasi Perubahan Iklim.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Jakarta. 298-310 pp.
Helfman, G.S. 2007. Fish conservation: a guide to understanding and restoring global
aquatic biodiversity and fishery resources. Island Press. Washington. United States of
America. 584 pp.
Knight, J.D.M. 2010. Invasive ornamental fish: a potential threat to aquatic biodiversity in
peninsular India. Journal of Threatened Taxa. 2 (2): 700-704.
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater fishes of
Western Indonesia and Sulawesi (ikan air tawar Indonesia Bagian Barat dan Sulawesi).
Periplus Editions Ltd. Indonesia. 293 pp.
Nurhidayat & M. Zamroni. 2013. Domestikasi dan pemijahan ikan hias rasbora (Rasbora
argyrotaenia) sebagai upaya mendukung kegiatan konservasi secara eksitu. In
Kartamihardja et al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemulihan dan Konservasi
Sumberdaya Ikan IV. Jatinangor, 8 Oktober 2013. Balai Penelitian Pemulihan dan
Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. KSI-PI. 11: 8 pp.
Ondara. 1981. Beberapa catatan tentang perairan tawar dan fauna ikannya di Indonesia.
Prosiding Seminar Perikanan Perairan Umum. Buku II. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Perikanan, Jakarta. 13 – 32 pp.
Rachmatika, I. & G. Wahyudewantoro. 2006. Jenis-jenis ikan introduksi di perairan tawar
Jawa Barat dan Banten: Catatan tentang Taksonomi dan Distribusinya. Jurnal Iktiologi
Indonesia. 6 (2): 93 – 98.
Rahardjo, M.F. 2008. Perkembangan iptek dalam pemacuan sumberdaya ikan. In Rahardjo et
al. (eds). Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumberdaya Ikan I. Pusat Riset
69

Keberadaan Ikan Hias… (Agus Arifin Sentosa)

Perikanan Tangkap bekerjasama dengan Departemen MSP-IPB. Pusat Penelitian Biologi
LIPI. dan Masyarakat Iktiologi Indonesia. 45 – 49 pp.
Rahman, A. A.A. Sentosa, D. Wijaya. 2012. Sebaran ukuran dan kondisi ikan zebra Amatitla
nigrofasciata (Günther, 1867) di Danau Beratan, Bali. Jurnal Iktiologi Indonesia. 12 (2):
75-88.
Samuel & N.K. Suryati. 2013. Performansi kondisi limnologis dan perikanan tangkap di
Danau Batur, Propinsi Bali. In Kartamihardja et al. (eds). Prosiding Forum Nasional
Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV. Jatinangor, 8 Oktober 2013. Balai
Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. KSI-PI. 22: 12 p.
Sarnita, A.S. & E.S. Kartamihardja 1992. Hasil-hasil penelitian potensi dan tingkat
pemanfaatan sumber daya perikanan air tawar di Bali dan Nusa Tenggara. In Prosiding
Temu Karya Ilmiah Dukungan Penelitian bagi Aplikasi Pola Pengembangan Usaha
Perikanan. Nusa Tenggara, Mataram, 12 – 14 Agustus 1992. Prosiding Puslitbangkan.
27: 46 – 56.
Sentosa, A.A & Djumanto. 2010. Habitat pemijahan ikan wader pari (Rasbora lateristriata)
di Sungai Ngrancah, Kabupaten Kulon Progo. Jurnal Iktiologi Indonesia. 10 (1): 55-63.
Sentosa, A.A. & D. Wijaya. 2013. Potensi invasif ikan zebra cichlid (Amatitlania
nigrofasciata Günther, 1867) di Danau Beratan, Bali Ditinjau dari Aspek Biologinya.
BAWAL. 5 (2): 113-121.
Sentosa, A.A. & D. Wijaya. 2012. Struktur komunitas ikan introduksi di Danau Batur, Bali.
Berita Biologi. 11 (3): 329-337.
Sentosa, A.A., D. Wijaya & D.W.H. Tjahjo. 2013. Kajian risiko keberadaan ikan-ikan eksotik
di Danau Beratan, Bali. In Kartamihardja et al. (eds). Prosiding Forum Nasional
Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan IV. Jatinangor, 8 Oktober 2013. Balai
Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumberdaya Ikan. Purwakarta. KSI-PI. 38: 16 pp.
Suryono, T., F. Sulawesty, S. Sunanisari, A.A. Meutia, Triyanto, G.S. Haryani, A.B. Santoso,
Y. Sudarso, Cynthia H., T. Tarigan, G.S. Aji, R.L. Toruan, S. Nomosatryo, E. Mulyana,
I. Ridwansyah & Y. Mardiati. 2006. Kajian karakteristik limnologi untuk pengelolaan
habitat perairan Danau Batur. Provinsi Bali. Laporan Teknis DIPA 2006. Program
Penelitian dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Pusat Penelitian
Limnologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. 233 pp.
Wargasasmita, S. 2005. Ancaman invasi ikan asing terhadap keanekaragaman ikan asli.
Jurnal Iktiologi Indonesia. 5 (1): 5 – 10.
Weber, M. & L.F. De Beaufort. 1916. The fishes of the Indo-Australian Archipelago. Volume
III. E.J. Brill. Leiden. 455 pp.
Whitten, T., R.E. Soeriaatmatdja & S.A. Afiff. 1999. Ekologi Jawa dan Bali. Seri Ekologi
Indonesia Jilid II. Prenhallindo, Jakarta. 972 pp.
Wijaya, D., D.W.H. Tjahjo, A.A. Sentosa, A. Rahman, D.I. Kusumaningtyas, Sukamto &
Waino. 2011. Kajian risiko introduksi ikan di Danau Batur dan Beratan, Provinsi Bali.
Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan, Purwakarta. 83 pp.
World Conservation Monitoring Centre 1996. Rasbora baliensis. In IUCN 2011. IUCN Red
List of Threatened Species. Version 2011.2. http://www.iucnredlist.org. Downloaded on
20 December 2011.

70