Laporan Kimia Dasar Reaksi Kimia
I.
II.
Tujuan
Mengamati perubahan yang terjadi pada saat terjadinya suatu reaksi
kimia
Dasar Teori
Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Bereaksi artinya
berubah menjadi. Zat yang bereaksi disebut pereaksi (reaktan), sedang
hasil reaksi disebut produk. Reaksi kimia yaitu suatu proses dimana
zat-zat baru yaitu hasil reaksi (produk), terbentuk dari beberapa zat
aslinya (reaktan), yang disebut pereaksi. Biasanya, suatu reaksi kimia
disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna,
perubahan suhu, pembentukan endapan, atau timbulnya gas.
Dalam ilmu kimia, persamaan reaksi atau persamaan kimia adalah
penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi
ditulis di sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di
sebelah kanan.[1]. Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia
sebuah zat adalah koefisien stoikiometri, yang menggambarkan jumlah
zat tersebut yang terlibat dalam reaksi relatif terhadap zat yang lain.
Persamaan reaksi yang pertama kali dibuat oleh ahli iatrokimia Jean
Beguin pada 1615. Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan
produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol →
digunakan untuk reaksi searah, ⇆ untuk reaksi dua arah, dan ⇌ untuk
reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana
(suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi
dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut.
Huruf s melambangkan padatan, l melambangkan cairan, g
melambangkan gas, dan aq melambangkan larutan dalam air.
Misalnya, reaksi padatan kalium (K) dengan air (2H2O) menghasilkan
larutan kalium hidroksida (KOH) dan gas hidrogen (H2), dituliskan
sebagai berikut
2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g)
Selain itu, di paling kanan dari sebuah persamaan reaksi kadangkadang juga terdapat suatu besaran atau konstanta, misalnya perubahan
entalpi atau konstanta kesetimbangan. Misalnya proses Haber (reaksi
1
sintesis amonia) dengan perubahan entalpi (ΔH) dituliskan sebagai
berikut
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ΔH = -92.4 kJ/mol.
Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah
kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan,
dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.
Persamaan reaksi mempunyai sifat :
1.
Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu
2.
sama
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol
(khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga
menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den tekanannya
sama)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi yaitu:
1. Luas permukaan
Semakin luas bidang sentuh, semakin cepat reaksi berlangsung.
2. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi terjadinya reaksi, karena banyaknya
partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka
peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan.
3. Tekanan
Penambahan
tekanan
dengan
memperkecil
volume
akan
memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat mempercapat
terjadinya reaksi.
2
4. Suhu
Reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah
suhunya. Reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang
lebih tinggi. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena
dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat
sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif
yang menghasilkan perubahan
5. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi, tetapi
zat itu sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal. Katalis
dibedakan atas katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis
homogen adalah katalis yang sefase dengan zat yang dikatalis.
Katalis heterogen adalah katalis yang tidak sefase dengan zat yang
dikatalis.
Reaksi dalam larutan
Banyak reaksi berlangsung dimana pereaksi larut dalam pelarut
menjadi larutan. Misalnya bubuk natriurn klorida, NaCI, dengan
kristal bubuk perak nitrat, AgNO3, tidak terlihat adanya sesuatu terjadi.
Tetapi jika kedua senyawa ini masing-masing kita larutkan terlebih
dahulu dalam air dan kemudian dicampur, suatu reaksi yang cepat akan
terjadi, seperti terlihat pada. Alasan terjadinya perbedaan dalam
keadaan yang padat dan keadaan cair tidak begitu sukar untuk
dipahanii. Jika kristal dicampur. hanya permukaan luarnya saja yang
dapat kontak, yang berarti hanya sebagian kecil pereaksi yang
mungkin dapat bereaks i. Jika s en yaw a ini dilarutkan dalam
air, masing-masing partikel pereaksi daiam keadaan bebas dan
dapat dengan mudah bercampur dengan molekul air. Jika kedua
3
larutan dicampur, partikel kedua senyawa ini bercampur dan meyebabkan terjadinya reaksi di antara kedua senyawa tersebut lebih cepat.
Persamaan reaksi yang terjadi pada reaksi tersebut adalah
NaCI (aq) + AgNO3(aq)
AgCI (s) + NaNO3(aq)
dimana kita menggunakan kata (aq) untuk memperlihatkan NaCI,
AgNO3 dan NaNO3(aq) berada dalam keadaan larut dalam
pelarut air (aquous solution) dan (s) memperlihatkan AgCI dalam
keadaan padat (solid). Cairan yang berbentuk susu kental dari basil
reaksi campuran yang terlihat disebabkan oleh munculnya zat padat
putih AgCl. Zat padat yang terbentuk dalam larutan sebagai hail suatu
reaksi kimia seperti ini disebut endapan (presipitat).
Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara
untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali
tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi
kimia yang biasanya digunakan.
1.
Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang
struktur tanpa perubahan pada kompoasisi atomnya
2.
Kombinasi langsung atau sintesis, yang mana dua atau lebih unsur
atau senyawa kimia bersatu membentuk produk kompleks:
N2 + 3 H2 → 2 NH3
3.
Dekomposisi kimiawi atau analisis, yang mana suatu senyawa
diurai menjadi senyawa yang lebih kecil:
2H2O → 2 H2 + O2
4.
Penggantian tunggal atau substitusi, dikarakterisasikan oleh suatu
unsur digantikan oleh unsur lain yang lebih reaktif:
4
2Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)
5.
Metatesis atau Reaksi penggantian ganda, yang mana dua senyawa
saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa yang
berbeda:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
6.
Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam
dengan basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep
asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum
adalah:
a.
Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan
ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
b.
Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+)
donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi
definisi Arrhenius.
c.
Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa
adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi
definisi Brønsted-Lowry.
7.
Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan
oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat
diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks
adalah:
2S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)
Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan S2O32- (anion tiosulfat)
dioksidasi menjadi S4O62-.
8.
Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan
yang dapat terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator,
5
biasanya oksigen, untuk menghasilkan panas dan membentuk
produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran biasanya digunakan
untuk merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan
molekul.
Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak
termasuk dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O
9.
Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis
produk yang berbeda hanya pada keadaan oksidasinya.
2Sn2+ → Sn + Sn4+
10.
Reaksi organik, melingkupi berbagai jenis reaksi yang melibatkan
senyawa-senyawa yang memiliki karbon sebagai unsur utamanya.
Dalam penulisan persamaan reaksi biasanya diperlukan tiga langkah,
walaupun langkah pertama sering tidak ditulis.
a. Nama-nama pereaksi dan hasil reaksi ditulis, hasilnya disebut
sebuah persamaan reaksi zat hasil.
Contoh :
Nitrogen oksida + oksigen → nitrogen dioksida
b. Sebagai pengganti nama-nama zat diperlukan rumus-rumus kimia,
hasilnya disebut persamaan kerangka.
Contoh : NO + O2 → NO2
c. Persamaan
kerangka
kemudian
disetimbangkan
yang
menghasilkan persamaan kimia.
Contoh : 2NO + O2 → 2 NO2
Dalam persamaan diatas, terdapat tiga atom O disebelah kiri dan
dua atom O disebelah kanan. Keadaan ini diperbaiki dengan
menyediakan 2 molekul NO disebelah kiri dan 2 molekul NO2
disebelah kanan. Dapat dikatakan “Jumlah atom daru tiap jenis zat
6
tidak berubah dalam reaksi kimia; atom tidak dapat dibentuk atau
dihancurkan
di
dalam
suatu
reaksi”.
Dalam
melakukan
penyeimbangan, hanya koefisien yang dapat berubah, tidak pernah
berubah rumus kimianya. Jadi salah bila menulis NO + O2 → NO3
didalam menyeimbangkan persamaan diatas. Nitrogen dioksida
hanya mempunyai rumus NO2. Angka-angka koefisien reaksi
digunakan
dalam
persamaan
reaksi
untuk
menunjukkan
keseimbangan jumlah unsur-unsur bahan sebelum reaksi dan
sesudah reaksi terjadi.
Contoh : Mg + ½ O2 → Mg O
P4 + 5 O2 → 2 P2O5
III.
Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas ukur
Larutan Pb(CH3COO)2 0,1 M
Larutan K2CrO4
0,1 M
Larutan CuSO4
0,1 M
Larutan NaOH
0,1 M
Larutan H2SO4
0,1 M
7
IV.
Gambar Rangkaian Alat
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
R
a
k
XX.
tabung reaksi dan tabung reaksi
Pipet tetes
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
Gelas ukur
Cara Kerja
1. Campuran pertama
XXI. Memasukan 2 ml larutan Pb(CH3COO)2 ke dalam tabung
reaksi kemudian menambahkan 2 ml larutan K2CrO4
2. Campuran kedua
XXII. Larutan Memasukan 2 ml larutan CuSO4 ke dalam tabung
reaksi kemudian menambahkan 1 ml larutan NaOH
XXIII.
XXIV.
3. Campuran ketiga
XXV. Memasukan 2 ml larutan K2CrO4 ke dalam tabung reaksi
kemudian menetesi dengan larutan H2SO4
4. Campuran keempat
XXVI. Memasukan 3 ml larutan H2SO4 ke dalam tabung reaksi lalu
menambahkan 3 ml larutan NaOH. Merasakan perubahan suhunya.
XXVII. Hasil Pengamatan
1. Campuran pertama
XXVIII.
2 ml larutan Pb(CH3COO)2 yang tidak berwarna
ditambahkan 2 ml larutan K2CrO4 yang berwarna kuning
menghasilkan endapan kuning.
2. Campuran kedua
XXIX. 2 ml larutan CuSO4 ditambahkan 1 ml larutan NaOH
menghasilkan campuran heterogen pekat berwarna coklat dan biru
3. Campuran ketiga
XXX. 2 ml larutan K2CrO4 ditetesi dengan larutan H2SO4 pada saat
reaksi terjadi kenaikan suhu dan menghasilkan larutan berwarna
orange.
4. Campuran keempat
XXXI. 3 ml larutan H2SO4 ditambahkan 3 ml larutan NaOH, pada
saat reaksi terjadi kenaikan suhu dan tidak terjadi perubahan warna
XXXII. Pembahasan
1. Campuran pertama
XXXIII.
2 ml larutan Pb(CH3COO)2 yang tidak berwarna
ditambahkan 2 ml larutan K2CrO4 yang berwarna kuning
menghasilkan endapan kuning. Karena Pb(CH3COO)2 bereaksi
dengan K2CrO4 membentuk PbCrO4 dan CH3COOK dengan
persamaan
XXXIV.
Pb(CH3COO)2
(aq)
+
K2CrO4
(aq)
PbCrO4 (s) + 2CH3COOK (aq)
XXXV.
Jadi yang mengendap didasar tabung reaksi adalah
PbCrO4 karena PbCrO4 berbentuk padatan dan mempunyai masa
jenis lebih besar dibandigkan masa jenis larutan
sehingga
mengendap di dasar tabung. Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi
campuran ini yaitu terbentuknya endapan.
2. Campuran kedua
XXXVI.
2 ml larutan CuSO4 ditambahkan 1 ml larutan NaOH
menghasilkan campuran heterogen pekat
biru. Persamaan reaksinya yaitu
XXXVII.
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq)
berwarna coklat dan
Cu(OH)2 (aq)
+ Na2SO4 (aq)
XXXVIII.
Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi campuran ini yaitu
terjadinya perubahan warna dan tekstur pada campuran tersebut.
3. Campuran ketiga
XXXIX.
2 ml larutan K2CrO4 ditetesi dengan larutan H2SO4
pada saat reaksi terjadi kenaikan suhu dan menghasilkan larutan
berwarna lebih pekat untuk setiap penambahan H2SO4. Persamaan
reaksinya yaitu
XL. K2CrO4 (aq) + H2SO4 (aq)
(aq)
K2 SO4 (aq) + H2 CrO4
XLI.
Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi campuran ini yaitu
terjadinya perubahan warna dan perubahan suhu ( mengalami
kenaikan suhu ) pada campuran tersebut.
4. Campuran keempat
XLII. 3 ml larutan H2SO4 ditambahkan 3 ml larutan NaOH, pada
saat reaksi terjadi kenaikan suhu dan tidak terjadi perubahan warna
XLIII. Persamaan reaksinya yaitu,
XLIV. H2SO4 (aq) + NaOH(aq)
Na2SO4 (aq) + H2O
(aq)
XLV. Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi campuran ini yaitu
terjadinya perubahan suhu ( mengalami kenaikan suhu ) pada
campuran tersebut.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L.
LI.
LII.
LIII.
Pertanyaan:
LIV.
Perubahan apa yang menyertai reaksi kimia diatas?
LV.Jawaban :
1. Terbentuknya endapan, terjadi pada campuran pertama
2. Perubahan warna, terjadi pada campuran kedua dan campuran
LVI.
ketiga.
3. Perubahan suhu, terjadi pada campuran ketiga dan keempat.
Kesimpulan
LVII.
Pada saat terjadinya reaksi kimia, terdapat perubahanperubahan yang menyertai reaksi tersebut diantaranya yaitu :
1. Terbentuknya endapan, terjadi pada campuran pertama
2. Perubahan warna, terjadi pada campuran kedua dan campuran
ketiga.
3. Perubahan suhu, terjadi pada campuran ketiga dan keempat.
LVIII.
semula.
LIX.
LX.
LXI.
LXII.
LXIII.
LXIV.
LXV.
Zat yang telah bereaksi tidak dapat kembali ke bentuk
LXVI.
LXVII.
LXVIII.
LXIX. Daftar Pustaka
LXX. Arsyad. 2001. Kamus Kimia arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta :
Erlangga.
LXXI. Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid II Edisi V Penerjemah
Kartohadiprodjo.
LXXII.
LXXIII.
Jakarta : Erlangga.
Basuki, Atastina Sri, dan Setijo Bismo. 2003. Buku Panduan
Praktikum Kimia
LXXIV. Fisika. Jakarta : Tim Dosen Laboratorium Dasar Proses
Kimia Universitas Indonesia.
LXXV. Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :
Universitas
LXXVI. Indonesia Press.
LXXVII. Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal. Jakarta :
Penerbit
LXXVIII. Universitas Indonesia.
LXXIX.Gilles, R.V. 1984. Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi II Penerjemah
Herwan
LXXX.
LXXXI.
Widodo. Jakarta : Erlangga.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI-Press.
LXXXII. Noerdin, I. 1986. Buku Materi Pokok Larutan. Jakarta : Karonika.
LXXXIII. Keenan, K. dan Wood. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid I Edisi
VI
LXXXIV. Penerjemah Aloysius, H. Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
LXXXV. Oxtoby, dkk.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat
jilid 1. Jakarta:
LXXXVI. Erlangga.
LXXXVII. Petrucci, K.H, 1985. Kimia Dasar Edisi IV Jilid II Penerjemah
Suminar S.
LXXXVIII.
Achmadi. Jakarta : Erlangga.
LXXXIX. Roth, H.G dan Blaschke. S. 1985. Analisis Farmasi Penerjemah
Sarjono Kumar.
XC.
XCI.
Yogyakarta : UGM-Press.
Sukarjo, 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta : Binarupa Aksara.
XCII. Wiryoatmojo, S. 1988. Kimia Fisika I. Jakarta : Departemen P dan K.
XCIII.
II.
Tujuan
Mengamati perubahan yang terjadi pada saat terjadinya suatu reaksi
kimia
Dasar Teori
Perubahan kimia disebut juga reaksi kimia. Bereaksi artinya
berubah menjadi. Zat yang bereaksi disebut pereaksi (reaktan), sedang
hasil reaksi disebut produk. Reaksi kimia yaitu suatu proses dimana
zat-zat baru yaitu hasil reaksi (produk), terbentuk dari beberapa zat
aslinya (reaktan), yang disebut pereaksi. Biasanya, suatu reaksi kimia
disertai oleh kejadian-kejadian fisis, seperti perubahan warna,
perubahan suhu, pembentukan endapan, atau timbulnya gas.
Dalam ilmu kimia, persamaan reaksi atau persamaan kimia adalah
penulisan simbolis dari sebuah reaksi kimia. Rumus kimia pereaksi
ditulis di sebelah kiri persamaan dan rumus kimia produk dituliskan di
sebelah kanan.[1]. Koefisien yang ditulis di sebelah kiri rumus kimia
sebuah zat adalah koefisien stoikiometri, yang menggambarkan jumlah
zat tersebut yang terlibat dalam reaksi relatif terhadap zat yang lain.
Persamaan reaksi yang pertama kali dibuat oleh ahli iatrokimia Jean
Beguin pada 1615. Dalam sebuah persamaan reaksi, pereaksi dan
produk dihubungkan melalui simbol yang berbeda-beda. Simbol →
digunakan untuk reaksi searah, ⇆ untuk reaksi dua arah, dan ⇌ untuk
reaksi kesetimbangan. Misalnya, persamaan reaksi pembakaran metana
(suatu gas pada gas alam) oleh oksigen dituliskan sebagai berikut
CH4 + 2 O2 → CO2 + 2 H2O
Seringkali pada suatu persamaan reaksi, wujud zat yang bereaksi
dituliskan dalam singkatan di sebelah kanan rumus kimia zat tersebut.
Huruf s melambangkan padatan, l melambangkan cairan, g
melambangkan gas, dan aq melambangkan larutan dalam air.
Misalnya, reaksi padatan kalium (K) dengan air (2H2O) menghasilkan
larutan kalium hidroksida (KOH) dan gas hidrogen (H2), dituliskan
sebagai berikut
2K (s) + 2H2O (l) → 2KOH (aq) + H2 (g)
Selain itu, di paling kanan dari sebuah persamaan reaksi kadangkadang juga terdapat suatu besaran atau konstanta, misalnya perubahan
entalpi atau konstanta kesetimbangan. Misalnya proses Haber (reaksi
1
sintesis amonia) dengan perubahan entalpi (ΔH) dituliskan sebagai
berikut
N2(g) + 3H2(g) → 2NH3(g) ΔH = -92.4 kJ/mol.
Suatu persamaan disebut setara jika jumlah suatu unsur pada sebelah
kiri persamaan sama dengan jumlah unsur tersebut di sebelah kanan,
dan dalam reaksi ionik, jumlah total muatan harus setara juga.
Persamaan reaksi mempunyai sifat :
1.
Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama
Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi selalu
2.
sama
3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol
(khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga
menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den tekanannya
sama)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi yaitu:
1. Luas permukaan
Semakin luas bidang sentuh, semakin cepat reaksi berlangsung.
2. Konsentrasi
Konsentrasi mempengaruhi terjadinya reaksi, karena banyaknya
partikel memungkinkan lebih banyak tumbukan, dan itu membuka
peluang semakin banyak tumbukan efektif yang menghasilkan
perubahan.
3. Tekanan
Penambahan
tekanan
dengan
memperkecil
volume
akan
memperbesar konsentrasi, dengan demikian dapat mempercapat
terjadinya reaksi.
2
4. Suhu
Reaksi dapat juga dipercepat atau diperlambat dengan mengubah
suhunya. Reaksi akan berlangsung lebih cepat pada suhu yang
lebih tinggi. Kenaikan suhu dapat mempercepat laju reaksi karena
dengan naiknya suhu energi kinetik partikel zat-zat meningkat
sehingga memungkinkan semakn banyaknya tumbukan efektif
yang menghasilkan perubahan
5. Katalis
Katalis adalah zat yang dapat mempercepat terjadinya reaksi, tetapi
zat itu sendiri tidak mengalami perubahan yang kekal. Katalis
dibedakan atas katalis homogen dan katalis heterogen. Katalis
homogen adalah katalis yang sefase dengan zat yang dikatalis.
Katalis heterogen adalah katalis yang tidak sefase dengan zat yang
dikatalis.
Reaksi dalam larutan
Banyak reaksi berlangsung dimana pereaksi larut dalam pelarut
menjadi larutan. Misalnya bubuk natriurn klorida, NaCI, dengan
kristal bubuk perak nitrat, AgNO3, tidak terlihat adanya sesuatu terjadi.
Tetapi jika kedua senyawa ini masing-masing kita larutkan terlebih
dahulu dalam air dan kemudian dicampur, suatu reaksi yang cepat akan
terjadi, seperti terlihat pada. Alasan terjadinya perbedaan dalam
keadaan yang padat dan keadaan cair tidak begitu sukar untuk
dipahanii. Jika kristal dicampur. hanya permukaan luarnya saja yang
dapat kontak, yang berarti hanya sebagian kecil pereaksi yang
mungkin dapat bereaks i. Jika s en yaw a ini dilarutkan dalam
air, masing-masing partikel pereaksi daiam keadaan bebas dan
dapat dengan mudah bercampur dengan molekul air. Jika kedua
3
larutan dicampur, partikel kedua senyawa ini bercampur dan meyebabkan terjadinya reaksi di antara kedua senyawa tersebut lebih cepat.
Persamaan reaksi yang terjadi pada reaksi tersebut adalah
NaCI (aq) + AgNO3(aq)
AgCI (s) + NaNO3(aq)
dimana kita menggunakan kata (aq) untuk memperlihatkan NaCI,
AgNO3 dan NaNO3(aq) berada dalam keadaan larut dalam
pelarut air (aquous solution) dan (s) memperlihatkan AgCI dalam
keadaan padat (solid). Cairan yang berbentuk susu kental dari basil
reaksi campuran yang terlihat disebabkan oleh munculnya zat padat
putih AgCl. Zat padat yang terbentuk dalam larutan sebagai hail suatu
reaksi kimia seperti ini disebut endapan (presipitat).
Beragamnya reaksi-reaksi kimia dan pendekatan-pendekatan yang
dilakukan dalam mempelajarinya mengakibatkan banyaknya cara
untuk mengklasifikasikan reaksi-reaksi tersebut, yang sering kali
tumpang tindih. Di bawah ini adalah contoh-contoh klasifikasi reaksi
kimia yang biasanya digunakan.
1.
Isomerisasi, yang mana senyawa kimia menjalani penataan ulang
struktur tanpa perubahan pada kompoasisi atomnya
2.
Kombinasi langsung atau sintesis, yang mana dua atau lebih unsur
atau senyawa kimia bersatu membentuk produk kompleks:
N2 + 3 H2 → 2 NH3
3.
Dekomposisi kimiawi atau analisis, yang mana suatu senyawa
diurai menjadi senyawa yang lebih kecil:
2H2O → 2 H2 + O2
4.
Penggantian tunggal atau substitusi, dikarakterisasikan oleh suatu
unsur digantikan oleh unsur lain yang lebih reaktif:
4
2Na(s) + 2 HCl(aq) → 2 NaCl(aq) + H2(g)
5.
Metatesis atau Reaksi penggantian ganda, yang mana dua senyawa
saling berganti ion atau ikatan untuk membentuk senyawa yang
berbeda:
NaCl(aq) + AgNO3(aq) → NaNO3(aq) + AgCl(s)
6.
Reaksi asam basa, secara luas merupakan reaksi antara asam
dengan basa. Ia memiliki berbagai definisi tergantung pada konsep
asam basa yang digunakan. Beberapa definisi yang paling umum
adalah:
a.
Definisi Arrhenius: asam berdisosiasi dalam air melepaskan
ion H3O+; basa berdisosiasi dalam air melepaskan ion OH-.
b.
Definisi Brønsted-Lowry: Asam adalah pendonor proton (H+)
donors; basa adalah penerima (akseptor) proton. Melingkupi
definisi Arrhenius.
c.
Definisi Lewis: Asam adalah akseptor pasangan elektron; basa
adalah pendonor pasangan elektron. Definisi ini melingkupi
definisi Brønsted-Lowry.
7.
Reaksi redoks, yang mana terjadi perubahan pada bilangan
oksidasi atom senyawa yang bereaksi. Reaksi ini dapat
diinterpretasikan sebagai transfer elektron. Contoh reaksi redoks
adalah:
2S2O32−(aq) + I2(aq) → S4O62−(aq) + 2 I−(aq)
Yang mana I2 direduksi menjadi I- dan S2O32- (anion tiosulfat)
dioksidasi menjadi S4O62-.
8.
Pembakaran, adalah sejenis reaksi redoks yang mana bahan-bahan
yang dapat terbakar bergabung dengan unsur-unsur oksidator,
5
biasanya oksigen, untuk menghasilkan panas dan membentuk
produk yang teroksidasi. Istilah pembakaran biasanya digunakan
untuk merujuk hanya pada oksidasi skala besar pada keseluruhan
molekul.
Oksidasi terkontrol hanya pada satu gugus fungsi tunggal tidak
termasuk dalam proses pembakaran.
C10H8+ 12 O2 → 10 CO2 + 4 H2O
9.
Disproporsionasi, dengan satu reaktan membentuk dua jenis
produk yang berbeda hanya pada keadaan oksidasinya.
2Sn2+ → Sn + Sn4+
10.
Reaksi organik, melingkupi berbagai jenis reaksi yang melibatkan
senyawa-senyawa yang memiliki karbon sebagai unsur utamanya.
Dalam penulisan persamaan reaksi biasanya diperlukan tiga langkah,
walaupun langkah pertama sering tidak ditulis.
a. Nama-nama pereaksi dan hasil reaksi ditulis, hasilnya disebut
sebuah persamaan reaksi zat hasil.
Contoh :
Nitrogen oksida + oksigen → nitrogen dioksida
b. Sebagai pengganti nama-nama zat diperlukan rumus-rumus kimia,
hasilnya disebut persamaan kerangka.
Contoh : NO + O2 → NO2
c. Persamaan
kerangka
kemudian
disetimbangkan
yang
menghasilkan persamaan kimia.
Contoh : 2NO + O2 → 2 NO2
Dalam persamaan diatas, terdapat tiga atom O disebelah kiri dan
dua atom O disebelah kanan. Keadaan ini diperbaiki dengan
menyediakan 2 molekul NO disebelah kiri dan 2 molekul NO2
disebelah kanan. Dapat dikatakan “Jumlah atom daru tiap jenis zat
6
tidak berubah dalam reaksi kimia; atom tidak dapat dibentuk atau
dihancurkan
di
dalam
suatu
reaksi”.
Dalam
melakukan
penyeimbangan, hanya koefisien yang dapat berubah, tidak pernah
berubah rumus kimianya. Jadi salah bila menulis NO + O2 → NO3
didalam menyeimbangkan persamaan diatas. Nitrogen dioksida
hanya mempunyai rumus NO2. Angka-angka koefisien reaksi
digunakan
dalam
persamaan
reaksi
untuk
menunjukkan
keseimbangan jumlah unsur-unsur bahan sebelum reaksi dan
sesudah reaksi terjadi.
Contoh : Mg + ½ O2 → Mg O
P4 + 5 O2 → 2 P2O5
III.
Alat dan Bahan
Alat :
Bahan :
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
Rak tabung reaksi
Tabung reaksi
Pipet tetes
Gelas ukur
Larutan Pb(CH3COO)2 0,1 M
Larutan K2CrO4
0,1 M
Larutan CuSO4
0,1 M
Larutan NaOH
0,1 M
Larutan H2SO4
0,1 M
7
IV.
Gambar Rangkaian Alat
V.
VI.
VII.
VIII.
IX.
X.
XI.
R
a
k
XX.
tabung reaksi dan tabung reaksi
Pipet tetes
XII.
XIII.
XIV.
XV.
XVI.
XVII.
XVIII.
XIX.
Gelas ukur
Cara Kerja
1. Campuran pertama
XXI. Memasukan 2 ml larutan Pb(CH3COO)2 ke dalam tabung
reaksi kemudian menambahkan 2 ml larutan K2CrO4
2. Campuran kedua
XXII. Larutan Memasukan 2 ml larutan CuSO4 ke dalam tabung
reaksi kemudian menambahkan 1 ml larutan NaOH
XXIII.
XXIV.
3. Campuran ketiga
XXV. Memasukan 2 ml larutan K2CrO4 ke dalam tabung reaksi
kemudian menetesi dengan larutan H2SO4
4. Campuran keempat
XXVI. Memasukan 3 ml larutan H2SO4 ke dalam tabung reaksi lalu
menambahkan 3 ml larutan NaOH. Merasakan perubahan suhunya.
XXVII. Hasil Pengamatan
1. Campuran pertama
XXVIII.
2 ml larutan Pb(CH3COO)2 yang tidak berwarna
ditambahkan 2 ml larutan K2CrO4 yang berwarna kuning
menghasilkan endapan kuning.
2. Campuran kedua
XXIX. 2 ml larutan CuSO4 ditambahkan 1 ml larutan NaOH
menghasilkan campuran heterogen pekat berwarna coklat dan biru
3. Campuran ketiga
XXX. 2 ml larutan K2CrO4 ditetesi dengan larutan H2SO4 pada saat
reaksi terjadi kenaikan suhu dan menghasilkan larutan berwarna
orange.
4. Campuran keempat
XXXI. 3 ml larutan H2SO4 ditambahkan 3 ml larutan NaOH, pada
saat reaksi terjadi kenaikan suhu dan tidak terjadi perubahan warna
XXXII. Pembahasan
1. Campuran pertama
XXXIII.
2 ml larutan Pb(CH3COO)2 yang tidak berwarna
ditambahkan 2 ml larutan K2CrO4 yang berwarna kuning
menghasilkan endapan kuning. Karena Pb(CH3COO)2 bereaksi
dengan K2CrO4 membentuk PbCrO4 dan CH3COOK dengan
persamaan
XXXIV.
Pb(CH3COO)2
(aq)
+
K2CrO4
(aq)
PbCrO4 (s) + 2CH3COOK (aq)
XXXV.
Jadi yang mengendap didasar tabung reaksi adalah
PbCrO4 karena PbCrO4 berbentuk padatan dan mempunyai masa
jenis lebih besar dibandigkan masa jenis larutan
sehingga
mengendap di dasar tabung. Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi
campuran ini yaitu terbentuknya endapan.
2. Campuran kedua
XXXVI.
2 ml larutan CuSO4 ditambahkan 1 ml larutan NaOH
menghasilkan campuran heterogen pekat
biru. Persamaan reaksinya yaitu
XXXVII.
CuSO4 (aq) + 2NaOH (aq)
berwarna coklat dan
Cu(OH)2 (aq)
+ Na2SO4 (aq)
XXXVIII.
Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi campuran ini yaitu
terjadinya perubahan warna dan tekstur pada campuran tersebut.
3. Campuran ketiga
XXXIX.
2 ml larutan K2CrO4 ditetesi dengan larutan H2SO4
pada saat reaksi terjadi kenaikan suhu dan menghasilkan larutan
berwarna lebih pekat untuk setiap penambahan H2SO4. Persamaan
reaksinya yaitu
XL. K2CrO4 (aq) + H2SO4 (aq)
(aq)
K2 SO4 (aq) + H2 CrO4
XLI.
Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi campuran ini yaitu
terjadinya perubahan warna dan perubahan suhu ( mengalami
kenaikan suhu ) pada campuran tersebut.
4. Campuran keempat
XLII. 3 ml larutan H2SO4 ditambahkan 3 ml larutan NaOH, pada
saat reaksi terjadi kenaikan suhu dan tidak terjadi perubahan warna
XLIII. Persamaan reaksinya yaitu,
XLIV. H2SO4 (aq) + NaOH(aq)
Na2SO4 (aq) + H2O
(aq)
XLV. Ciri-ciri reaksi kimia pada reaksi campuran ini yaitu
terjadinya perubahan suhu ( mengalami kenaikan suhu ) pada
campuran tersebut.
XLVI.
XLVII.
XLVIII.
XLIX.
L.
LI.
LII.
LIII.
Pertanyaan:
LIV.
Perubahan apa yang menyertai reaksi kimia diatas?
LV.Jawaban :
1. Terbentuknya endapan, terjadi pada campuran pertama
2. Perubahan warna, terjadi pada campuran kedua dan campuran
LVI.
ketiga.
3. Perubahan suhu, terjadi pada campuran ketiga dan keempat.
Kesimpulan
LVII.
Pada saat terjadinya reaksi kimia, terdapat perubahanperubahan yang menyertai reaksi tersebut diantaranya yaitu :
1. Terbentuknya endapan, terjadi pada campuran pertama
2. Perubahan warna, terjadi pada campuran kedua dan campuran
ketiga.
3. Perubahan suhu, terjadi pada campuran ketiga dan keempat.
LVIII.
semula.
LIX.
LX.
LXI.
LXII.
LXIII.
LXIV.
LXV.
Zat yang telah bereaksi tidak dapat kembali ke bentuk
LXVI.
LXVII.
LXVIII.
LXIX. Daftar Pustaka
LXX. Arsyad. 2001. Kamus Kimia arti dan Penjelasan Ilmiah. Jakarta :
Erlangga.
LXXI. Atkins, P.W. 1990. Kimia Fisika Jilid II Edisi V Penerjemah
Kartohadiprodjo.
LXXII.
LXXIII.
Jakarta : Erlangga.
Basuki, Atastina Sri, dan Setijo Bismo. 2003. Buku Panduan
Praktikum Kimia
LXXIV. Fisika. Jakarta : Tim Dosen Laboratorium Dasar Proses
Kimia Universitas Indonesia.
LXXV. Cotton dan Wilkinson. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta :
Universitas
LXXVI. Indonesia Press.
LXXVII. Dogra, S.K dan S.Dogra.1990.Kimia Fisik dan soal-soal. Jakarta :
Penerbit
LXXVIII. Universitas Indonesia.
LXXIX.Gilles, R.V. 1984. Mekanika Fluida dan Hidrolika Edisi II Penerjemah
Herwan
LXXX.
LXXXI.
Widodo. Jakarta : Erlangga.
Martin, A. 1990. Farmasi Fisika. Jakarta : UI-Press.
LXXXII. Noerdin, I. 1986. Buku Materi Pokok Larutan. Jakarta : Karonika.
LXXXIII. Keenan, K. dan Wood. 1990. Kimia Untuk Universitas Jilid I Edisi
VI
LXXXIV. Penerjemah Aloysius, H. Pudjaatmaka. Jakarta : Erlangga.
LXXXV. Oxtoby, dkk.2001.Prinsip-prinsip Kimia Modern edisi keempat
jilid 1. Jakarta:
LXXXVI. Erlangga.
LXXXVII. Petrucci, K.H, 1985. Kimia Dasar Edisi IV Jilid II Penerjemah
Suminar S.
LXXXVIII.
Achmadi. Jakarta : Erlangga.
LXXXIX. Roth, H.G dan Blaschke. S. 1985. Analisis Farmasi Penerjemah
Sarjono Kumar.
XC.
XCI.
Yogyakarta : UGM-Press.
Sukarjo, 1985. Kimia Koordinasi. Jakarta : Binarupa Aksara.
XCII. Wiryoatmojo, S. 1988. Kimia Fisika I. Jakarta : Departemen P dan K.
XCIII.