3. Penegakan Prinsip Kebebasan Beragama
Penegakan Prinsip Kebebasan Beragama di Indonesia
Sikap Elit Muslim dan Kontroversi Ahmadiyah Paska Tragedi Cikeusik 2011 Oleh : Bastiaan Scherpen
1. Pendahuluan
Kontroversi Ahmadiyah di Indonesia pada gilirannya berubah menjadi insiden buruk yang mematikan pada Februari 2011 ketika segerombolan massa yang marah bentrok dengan para pengikut Ahmadiyah di sebuah desa terpencil di Propinsi Banten, tiga orang menemui ajal dalam peyerangan brutal itu. Sebuah rekaman grafis bentrokan Cikeusik juga banyak beredar di YouTube, ormas dan partai-partai berbasis Islam dipaksa untuk mengambil sikap terkait insiden tersebut. Dalam bab ini, segala hal paska terjadinya serangan akan dijadikan sebagai obyek studi kasus dalam meneliti sikap dan perilaku organisasi Islam arus utama dan partai-partai politik berbasis Islam. Sebagian besar penelitian didasarkan pada wawancara pribadi dan pemeriksaan laporan di berbagai media, dan juga di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Hasil dari penenlitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan mendasar antara apa yang disampaikan oleh para politisi dan kelompok masyarakat sipil terkait pandangan mereka tentang bagaimana berurusan dengan sebuah sekte yang hampir secara bulat dianggap sebagai bentuk penyimpang ajaran di Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa kelompok masyarakat sipil arus utama seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah tampaknya acap kali mengajukan solusi pragmatis, nilai-nilai idealisme Islam sering kali diberlakukan di ranah politik.
2. Muslim, minoritas dan demokrasi 1
1 Selain ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang begitu bersahabat dan bersedia meluangkan waktu yang berharganya untuk wawancara dengan kami (yang
disebutkan dalam makalah ini), saya juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada orang-orang berikut untuk umpan balik mereka, saran dan bantuan dalam menghubungi
Hamparan luas kepulauan Indonesia [dengan beraneka ragam suku, adat, budaya, dan agamanya; penerjemah] sering kali diklaim sebagai garda terdepan pelopor
'pluralisme' atau Islam ‘moderat’ –sebagai lawan atas ide-ide Islam yang lebih ‘radikal’– yaitu Islam yang banyak dipraktekan dan dianggap berlaku di negara- negara Timur Tengah. Sejumlah perkembangan dalam beberapa tahun terakhir telah menuntun beberapa pihak untuk mulai mempertanyakan gagasan Indonesia sebagai
representasi dari 'Islam ramah'. 2 Titik tolak pembahasan yang sedang dikaji di sini bahwasanya Indonesia merupakan bentuk negara demokrasi. Kontroversi seputar
kebebasan beragama bisa jadi adalah hal yang menyita perhatian cukup besar, baik di kalangan internasional ataupun domestik. Sebagai contoh, kehadiran kelompok
minoritas 3 sekte Islam Ahmadiyah, yang mana merupakan salah satu di antara yang memunculkan kontroversi. Isu utama yang menjadi perdebatan dalam ranah teologis
yang sedang terjadi adalah memperdebatkan keyakinan Ahmadiyah terkait status Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908). Ada sejarah panjang terkait klaim yang sangat kompleks tersebut dengan klaim yang berlawanan sehubungan dengan kedudukan
Ghulam Ahmad sebagai nabi. 4
nara sumber. Yaitu, Martin van Bruinessen, Kees van Dijk, Ridho al-Hamdi, Ahmad- Norma Permata, Nico J.G. Kaptein, Anita Rachman dan Moch Nur Ichwan.
2 Ma ti a B ui esse , What happe ed to the s ili g fa e of I do esia Isla ? Muslim intellectualism and the conservative turn in post- Suha to I do esia , RSIS
Working Paper No. 222, 6 Januari 2011, www.rsis.edu.sg/publications/ workingpapers/wp222.pdf.
3 Apakah Ahmadiyah sebenarnya kelomppk Muslim atau tidak merupakan inti dari kontroversi yang ada. Saya memilih untuk menahan diri dari memihak salah satu pihak
dalam perdebatan yang sangat kompleks ini, dan saya memilih menganggap Ahmadiyah adalah sebuah sekte Islam karena Ahmadiyah sendiri mengklaim diri mereka sebagai Muslim.
4 Sebuah kajian lebih jauh terkait perdebatan status Mirza Ghulam Ahmad adalah di luar lingkup kajian bab ini. Herman L. Beck mengupas ide-ide kenabian Ghulam Ahmad
dan perbedaan doktrin antara Ahmadiyah dan Islam Sunni arus utama dalam bukunya The uptu e et ee the Muha
adi ah a d the Ah adi a , dala Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde 161 –162 (2005): 210–246, 215–219. Catatan Erni Budi a ti s: Pluralis collapses: A study of the Ja aʾah Ah adiyah I do esia a d its persecution, Asia Research Institute Working Paper Series No. 117, National University of Singapore, 2009, adalah buku lebih komperhensif yang mengulasnya. Untuk melihat sanggahan lengkap berbagai tuduhan yang biasa ditujukan pada Ahmadiyah, lihat M.A.
Pemerintah Indonesia mengalami kesulitan cukup besar dalam menciptakan perdamaian terkait kehadiran berbagai sekte –sebuah isu yang tidak benar-benar menjadi masalah hingga hadirnya kelompok yang memiliki lobi kuat yang
memutuskan untuk memilih tindakan itu satu dekade yang lalu. 5 Kontroversi aliran Ahmadiyah terbukti menjadi isu yang begitu memecah belah umat Islam Indonesia,
dan menyebabkan perdebatan sengit di antara organisasi berbasis Islam dalam beberapa tahun terakhir. Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyatakan bahwa Ahmadiyah merupakan aliran sesat dalam beberapa fatwanya, terakhir pada tahun 2005. Bahkan kelompok-kelompok garis keras telah mengancam akan menggulingkan Pemerintah jika gagal untuk mengeluarkan suatu larangan langsung terkait sekte Ahmadiyah. Ketika kelompok Ahmadiyah di seluruh negeri menderita karena intimidasi dan kekerasan fisik, tindakan Pemerintah justru malah mengeluarkan SKB (Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri) Nomor 3/2008 pada tanggal 8 Juni tahun 2008. SKB tersebut melarang segala bentuk dakwah ajaran Ahmadiyah tetapi tidak melarang ajaran Ahmadiyah tersebut bagi kalangan mereka sendiri. Kelompok pegiat HAM menyayangkan apa yang mereka lihat tersebut sebagai pembatasan pada kebebasan beribadah, sementara kelompok-kelompok garis keras mengecam apa yang mereka anggap sebagai langkah setengah hati yang diambil Pemerintah di bawah tekanan pihak Asing. Dengan latar belakang sebagaimana di atas, pada 6 Februari 2011 tiga jemaah Ahmadiyah secara brutal dibunuh di Desa Umbulan, Kecamatan Cikeusik, Pandegelang di Propinsi Banten.
Keberadaan kontroversi Ahmadiyah pada gilirannya menyebabkan insiden mematikan yang memilukan, dan cuplikan rekaman audio visual atas serangan massa Cikeusik tersebut banyak beredar di YouTube. Berangkat dari tragedi tersebut, organisasi dan partai-partai berbasis Islam dipaksa untuk mengambil sikap. Hal-hal berkaitan sikap mereka adalah topik yang akan saya gunakan di sini sebagai obyek
Suryawan, Bukan Sekedar hitam putih: Kontroversi pemahaman Ahmadiyah (Tangerang: AzzahraPublishing, 2005).
5 International Crisis Group, Indonesia: Implications of the Ahmadiyah Decree. Asia Briefing No. 78. Jakarta/Brussels, 7 Juli 2008: 2 –3, 14–15.
studi kasus untuk menguji sikap dan perilaku kelompok Islam arus utama seperti Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah, dan sikap partai politik berbasis Islam 6
ataupun sikap Dewan Perwakilan Rakyat. Pada bab ini juga akan ditunjukkan bahwasanya terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara sikap para politisi dan kelompok masyarakat sipil yang memiliki ikatan dengan partai mereka berkaitan dengan solusi pemecahan tentang bagaimana menangani masalah Ahmadiyah. Nilai- nilai ideal Islam tampaknya berlaku di kalangan politisi, sementara di kalangan masyarakat sipil secara umum cenderung lebih pragmatis dalam menyikapi permasalahan ini. Perbedaan sikap seperti ini kurang lebih terlihat sama ketika membuat kajian perbandingan antara kelompok tradisionalis, modernis dan aktivis Tarbiyah. Secara umum kelompok tradisionalis merupakan lanskap wajah Islam Indonesia, sebagaimana yang ditunjukan oleh Syaifudin Zuhri dalam kontribusi penelitiannya dalam buku ini, yaitu keterlibatan kelompok tradisionalis dalam gerakan di berbagai ranah sosial dalam domain agama, seperti halnya masjid.
3. Negara
Pengacara senior Adnan Buyung Nasution mencatat bawhwa seorang yang menjabat sebagai penasihat hukum untuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007-2009), mengatakan bahwa ia sangat menentang untuk membubarkan kelompok sektarian Ahmadiyah, akan tetapi SKB itu terpaksa dikeluarkan sebagai langkah kompromi
karena tekanan dari kelompok garis keras. 7 Pernyataan ini tampaknya terkonfirmasi oleh kawat rahasia kediplomatikan pada 11 Juni 2008, Kedutaan Besar AS di Jakarta
6 Partai Keadilan Sejahtera (PKS),Partai Amanat Nasional (PAN), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) adalah (dan yang lainnya) partai-
partai berbasis Islam, akan tetapi rata-rata keberadaan partai tersebut adalah partai- partai kecil. Partai Demokrat (PD), partai Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI P) merupakan partai-partai besar di Indonesia. Meskipun
sa gat jauh dikataka se agai pa tai sekule , pa tai-partai tersebut tidak mengklaim diri mereka sebagai partai berbasis Islam. Dari semua partai yang disebutkan di sini,
hanya PDI-P yang tidak memiliki kader dalam Kabinet Indonesia Bersatu II Presiden Susilo Bambang Yudhoyono .
7 Adnan Buyung Nasution, Nasihat untuk SBY (Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2012): 88 –107.
melaporkan ke Washington terkait pemberlakuan SKB. Kawat rahasia diplomatik tersebut menyatakan bahwa Pejabat Kedutaan merasa khawatir dengan perrnyataan salah satu penasihat urusan luar negeri Yudhoyono tersebut yang diduga mengarah kepada pihak Amerika. Bahwasanya terdapat kata-kata ambigu terkait keputusan yang berupa keputusan ‘keseimbangan’, dan 'kita memang menghadapi sedikit kerumitan' dalam merancang kompromi. 8
Bagaimanapun perlu digarisbawahi, baik dari segi hukum nasional dan kovenan- kovenan atau deklarasi internasional, tidaklah kurang itikad dari pihak pemerintah Indonesia untuk menunjukkan dedikasinya terhadap kebebasan beragama. Beberapa contoh misalnya, pada tahun 2005 Indonesia meratifikasi Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (International Covenant on Civil and Political Rights /ICCPR). Selama 60 tahun sebelumnya pun Republik Indonesia yang masih muda juga sudah menggariskan dalam konstitusinya bahwa ‘negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan
untuk beribadat sesuai agama dan kepercayannya itu’. 9
3.1 Sikap ganda Eksekutif : dialog untuk melanggengkan monolog Tidak berselang lama paska tragedi berdarah Cikeusik, Presiden Yudhoyono mengejutkan para pengamat dengan pernyataannya yang dianggap tidak serius. Presiden mengatakan dia 'menyesali' fakta adanya korban meninggal. Dia malah tidak memerintahkan adanya penyelidikan menyeluruh, justru malah mengatakan bahwa
polisi tampaknya telah gagal untuk melakukan perlindungan. 10 Djoko Suyanto, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan menambahkan bahwa
Pemerintah mengutuk siapa saja yang berada di balik kekerasan terhadap setiap
8 Kedutaa Besa AS di Jaka ta, Ka at No. jaka ta , Se t e e s allo ed to o ship despite edi t . Di uat Ju i
, dirilis oleh WikiLeaks pada 30 Agustus 2011, http://wikileaks.org/cable/2008/06/08JAKARTA1143.html (diakses 10 September 2011). 9 Muha ad Asʾad, Ah adi ah a d the f eedo of eligio i I do esia , Jou al of Indonesian Islam 3 –2 (Desember 2009): 390–413, 392–393.
10 Poli e Neglige t i Ah adi ah Atta k: Yudho o o , Te po, Fe ua i , www.tempo.co.id/hg/nasional/2011/02/08/brk,20110208-312084.html (diakses pada 5 Oktober 2011).
warga negara Indonesia'. Namun, ia juga meminta pemeluk Ahmadiyah untuk 'menghormati kesepakatan bersama [SKB No.3/2008] yang telah ditandatangani pada
tahun 2008'. 11 Suryadharma Ali, lulusan IAIN Syarif Hidayatullah (angkatan 1984) dan mantan
aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), yang juga menjadi ketua PPP sejak 2007, merupakan aktor penting dalam kontroversi Ahmadiyah. Bukan cuma karena dia menjabat sebagai Menteri Agama, tetapi juga karena pernyataannya bahwa Ahmadiyah harus dibubarkan di dalam catatannya yang kurang lebih bersifat opini
pribadi. 12 Namun, sikap resmi sang Menteri tetap mempertahan dukungannya terhadap SKB. Lebih lanjut sebagaimana ia katakan bahwa Pemerintah sedang
mengupayakan solusi yang lebih permanen. Pihak Perwakilan dari organisasi induk Ahmadiyah di Indonesia, Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), menolak untuk menghadiri pertemuan dengan Suryadharma Ali di Kementerian Agama yang direncanakan pada tanggal 22 bulan Maret 2011. Mereka mengatakan bahwa Menag tidak bisa diharapkan menjadi fasilitator yang adil untuk dialog. 'Dari awal ia telah berniat membubarkan Ahmadiyah', ungkap juru bicara JAI Zafrullah Ahmad
13 Pontoh. 14 Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI) yang lebih kecil skala organisasinya juga tidak menghadiri pertemuan dengan Menag tersebut.
11 SBY O de s I estigatio i to Fatal Atta k o Ah adi ah , Jaka ta Glo e, 7 Februari 2011, www.thejakartaglobe.com/home/sby-orders-investigation-into-fatal-
attack-on ahmadiyah/421163 (diakses pada tanggal 18 Maret 2012). 12 Ah adi ah: Da i pada Di ia ka , Le ih Baik Di u a ka , Politik I do esia,
Februari 2011, http://politikindonesia.com/index.php?k=politisiana&i=19223 (diakses pada tanggal 8 October 2011). Patut dicatat juga bahwa Menag mendukung 'dialog' sebagai cara untuk membawa kelompok Ahmadiyah kembali kepada Islam arus utama karena dianggap menyimpang : Lihat Shia Co e sio Is Solutio : Mi iste , The Jaka ta Post, 6 September 2012, www.thejakartapost.com/news/2012/09/06/shia-conversion- solution-minister.html (diakses pada 7 Januari 2013).
13 Me ag: Tidak Fai , Alasa Ah adi ah A se Dialog , Politik I do esia, Maret 2011, http://politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=20144 (diakses pada 8
Oktober 2011). 14 Di dunia, terdapat dua kelompok utama penganut Ahmadiyah, kelompok Qadian
dan Lahore. Qodian menilai Mirza Ghulam Ahmad dalam sudut pandang yang berbeda dari kelompok Lahore. Mereka mengatakan baha Mirza Ghulam adalah seorang
3.2. Sikap ganda Legislatif: mencari sebuah solusi. Pada 9 Februari 2011, tiga hari paska insiden Cikeusik dan kerusuhan bermotif
SARA di Temanggung, 15 Jawa Tengah, Komisi VIII DPR yang menangani masalah keagamaan, sosial, dan pemberdayaan perempuan ( Komisi diketuai oleh politikus
PKB Abdul Kadir Karding yang di kemudian hari ia digantikan pada Februar 2012) melakukan pertemuan dengan Menteri Agama dan Kapolri Timur Pradopo untuk membahas mekanisme Pemerintah dalam melindungi kebebasan beragama dan harmonitas keagamaan dan tentang bagaimana cara mencegah kekerasan. Menteri Agama menyatakan bahwa sejak 1945, konstitusi menjamin kemerdekaan beragama dan berkeyakinan tiap-tiap warga negara sebagaimana keyakinan memilih suatu keyakinan, akan tetapi dia juga menambahkan bahwa ‘dalam melaksanakan
kebebasan, setiap orang harus tunduk pada pembatasan yang ditentukan dalam Undang- Undang’. Suryadharma Ali juga mengatakan bahwa Ahmadiyah telah menyebabkan masalah sedari awal. 16
3.2.1. Partai tradisional: PKB dan PPP
Pemimpin Fraksi PKB di DPR dan ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai, Marwan Ja'far, setelah t erjadinya insiden Cikeusik menyatakan bahwa ‘serangan terhadap anggota Ahmadiyah sangat tidak bermoral, melanggar hak asasi manusia dan mengingkari prinsip-prinsip ajaran- ajaran Islam yang damai’. Dia menyebut serangan itu adalah ‘kemunduran bagi kehidupan beragama di Indonesia’ dan
reformis (mujaddid) keagamaan, bukan Nabi. Di Indonesia, GAI mewakili kelompok kedua.
15 Pada 8 Februari 2011 sekerumunan umat Islam mengamuk di Kota Temanggung, Jawa Tengah, setelah seorang pria Kristen divonis lima tahun penjara karena menghujat
Islam, kerumunan massa menganggap vonis cukup ringan. Beberapa gereja dan gedung- gedung pemerintahan pun dirusak kemudian.
16 DPR RI, Risalah Rapat [Risalah pertemuan Komisi VIII dengan Menteri Agama dan Kapolri], 9 Februari 2011, www.dpr.go.id/id/komisi/komisi8/risalah/1708/Raker-
dengan-Menteri-Agama-dan-Polri (diakses pada 18 Maret 2012).
mengatakan orang seharusnya tidak melakukan tindakan seperti itu untuk menghakimi siapa yang dianggap kafir dan siapa yang tidak. 17
Selama pertemuan di Komisi DPR, Ali Maschan Moesa mengemukakan pandangan-pandangan Fraksi PKB. Pada tanggal 9 Februari, selama pertemuan dengan Menteri Agama dan pimpinan Polri, Moesa menyarankan adanya evaluasi ulang kebijakan yang ada untuk melihat apakah sudah sesuai dalam konteks dialog antar agama. Dia juga menyarankan adanya penyusunan ulang SKB No. 3/2008 tersebut, dan mengatakan bahwa SKB ternyata tidak mampu mengatasi setiap masalah yang ada. Menurutnya, kalau cuma mengatakan seseorang kafir itu adalah mudah, katanya, dan tindakan seperti itu adalah tanda dari pemahaman agama yang sangat dangkal tentang Islam. Dia menekankan perlunya dialog, bahkan ketika orang sepakat bahwa orang lain salah, tetap harus mengedepankan dialog, bukan kekerasan. ‘Kita tidak bisa hanya mengatakan: murtad, sementara orang-orang tersebut masih ingin menjadi Muslim’, jelas Moesa. 18
Bagi PKB sendiri, isu Ahmadiyah tampaknya juga digunakan sebagai kesempatan untuk menunjukan hubungannya dengan NU, mengklaim diri sebagai perwakilan politik yang sah satu-satunya, dengan melihat pernyataan Karding sebagai
ketua Komisi VIII: 19 PKB mengikuti keputusan dari Dewan Pimpinan Pusat NU (PBNU), saat ditanya apa pendapatnya tentang posisi salah satu kyai atau pemimpin
keagamaan paling liberal di jajaran elit NU, Masdar Farid Mas'udi (yang akan dibahas secara lebih rinci di bawah). Karding mengatakan ia setuju bahwa hanya Allah yang berhak untuk memutuskan apakah keyakinan seseorang itu menyimpang atau tidak. Pada waktu bersamaan, politisi muda PKB tersebut juga mengatakan keberadaan Ahmadiyah merupakan tantangan politik yang sangat rumit, terutama dari perspektif hukum. ‘keberadaan Ahmadiyah harus diatur, tapi SKB tidak memiliki legitimasi [hukum]’, katanya. Dia menambahkan bahwa akan sulit untuk
17 Seju lah Pa tai Isla Kutuk t agedi Cikeusik , Politik I do esia, Fe ua i , http://politikindonesia.com/index.php?k=politik&i=18162 (diakses pada 8 Oktober 2011).
18 DPR RI, Risalah Rapat, 9 Februari 2011. 19 Wawancara dengan Abdul Kadir Karding, Jakarta, 13 Oktober 2011.
memutuskan apakah Ahmadiyah bisa diterima secara akidahnya jika dilihat dari perspektif agama, atau sebagai aliran dalam Islam. Karding menyimpulkan bahwa solusi terbaik adalah menciptakan payung hukum yang melingkupi Ahmadiyah, dan yang akan melindunginya secara menyeluruh dan juga yang mengayomi semuanya, yang menjamin kerukunan umat beragama di Indonesia.
Dalam kelompok Islam Politik yang lebih konssrvatif, PPP adalah pendukung setia atas adanya larangan langsung pada Ahmadiyah. Politisi PPP sendiri menggambarkan partai sebagai satu-satunya wakil sejati kelompok Islam pluralis Indonesia, dan memang orang-orang PPP sebagian besar berasal dari ormas Islam arus utama yang berperan aktif di partai tersebut. Berbeda dengan PKB yang berideologikan Pancasila, PPP berdasarkan ideologi Islam, dengan tujuan untuk menjelaskan bahwa mereka yakin hanya Islam adalah yang benar-benar rahmatan lil alamin (rahmat bagi semua ciptaan).
Suryadharma Ali adalah Ketua Umum PPP, tapi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas, karena dia juga merangkap sebagai Menteri Agama, jelas ia diharapkan tidak menyimpang terlalu jauh dari garis resmi Pemerintah dalam menyikapi kontroversi Ahmadiyah. Di sisi lain, anggota Parlemen dari PPP tidak menghadapi pembatasan etis seperti halnya Menag, dan setelah insiden Cikeusik, tampaknya para politisi PPP berusaha untuk menebus batasan yang dihadapi oleh pemimpin Parpol mereka.
Pada tanggal 9 Februari, anggota Komisi VIII, Hasrul Azwar membuat pernyataan untuk pembubaran sekte tersebut dengan menjelaskan bahwa sejak Ahmadiyah masuk ke Indonesia pada tahun 1920, telah menimbulkan masalah. Dia bahkan memiliki pengalaman buruk ketika satu kali di Medan, Sumatera Utara, ia melakukan salat di sebuah mesjid Ahmadiyah. Setelah ia selesai, ruang yang tadi digunakannya dibersihkan dengan air, dia berkata, 'siapa yang kafir: saya atau
Ahmadiyah?’. 20 Menurut Hasrul Azwar, semua komponen Pemerintahan seharusnya melakukan
tindakan tegas dan membubarkan Ahmadiyah. Anggota Parlemen tersebut juga
20 DPR RI, Risalah Rapat, 9 Februari 2011.
mengatakan bahwa masalah Ahmadiyah tidak seharusnya diklasifikasikan sebagai isu hak asasi manusia. ‘Ini penistaan, penodaan agama yang saya anut’, jelasnya, Dia
menambahkan bahwa seseorang tidak boleh bersembunyi di balik hak asasi manusia untuk menistakan agama. Seminggu kemudian, juga di gedung DPR dalam menghadapi pemimpin JAI (amir) Abdul Basit, Hasrul Azwar memastikan tidak akan ada kesalahpahaman tentang posisi sikapnya. Keyakinan Ahmadiyah secara substansial berbeda dari Islam yang benar, tegasnya, dan hanya ada satu solusi:
'Bubarkan Ahmadiyah!’. 21 Akan tetapi di luar gedung Parlemen, setidaknya seorang politikus senior PPP
mengambil sikap lebih lunak paska bentrokan Cikeusik. Lukman Hakim Saifudin, wakil kepala Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan merupakan ketua Dewan Pimpinan Pusat PPP dan juga mantan aktivis NU mengatakan tindakan kekerasan tidak bisa dibenarkan, tetapi ia juga menekankan bahwa semua pihak yang terlibat
harus menghormati SKB. 22 Sentimen terhadap Ahmadiyah juga datang dari M. Arwani Thomafi, seorang elit PPP lainnya yang juga anggota Komisi VIII terkait
insiden Cikeusik. Arwani mengatakan ia percaya bahwa SKB tersebut sudah menjadi dasar hukum yang cukup untuk melarang keberadaan Ahmadiyah, tapi Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya tidak mau ‘menindaklanjuti apa yang telah diputuskan oleh Kementerian Agama’ atas dasar ‘[pemerintah] memiliki pertimbangan politik sendiri’. 23
Menyangkut isu Ahmadiyah tersebut, Arwani menegaskan tidak pernah ada peninjauan kembali terkait garis kebijakan partai terkait Cikeusik. PPP telah mengambil sikap dan hal itu telah disampaikan kepada Presiden untuk melakukan tindakan, tandasnya. Alasan di balik sikap tersebut bahwasanya PPP melihat masyarakat Indonesia, atau setidaknya konstituennya, sebagai masyarakat yang menganggap agama memainkan peran yang sangat penting.
21 Laporan pada tangggal 16 Februari 2011, pertemuan antara perwakilan JAI dan anggota Komisi VIII DPR RI. Info diperoleh dari rekaman oleh tv Parlemen.
22 Seju lah Pa tai Isla Kutuk t agedi Cikeusik , Politik I do esia, Fe ua i . 23 Wawancara dengan M. Arwani Thomafi, Jakarta, 25 Juli 2011.
Pun begitu, sikap masyarakat ini tidak berarti bahwa di masyarakat ada kelompok-kelompok yang berpaham fundamental, atau lawan kata dari pluralisme,
Arwani menegaskan. ‘Tentu telah terbukti bahwa masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang dapat disatukan oleh Pancasila’, katanya. Tapi ketika menyangkut masalah keyakinan agama, katanya, hal itu adalah sesuatu yang berakar kuat dalam hati masyarakat, ‘yang harus dilihat sebagai masalah fundamental’. Dia menambahkan bahwa bagi orang Kristen atau Hindu konsep keyakinan seperti Ahmadiyah juga tidak bisa diterima jika sesuatu yang dianggap suci itu harus diejek atau bahkan dilecehkan. ‘Muhammad dalam keyakinan Islam dianggap sangat mulia,
dan sangat sakral. Terlindung dari perbuatan dosa (maksum). Jika konsep seperti ini yang dilanggar, apa yang terjadi adala h marahnya masyarakat’.
Menurut Arwani, masalah Ahmadiyah bukan masalah pluralisme, melainkan masalah internal Islam. ‘Ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan pluralisme, dan bukan pula berkaitan dengan prinsip kebebasan beragama’, katanya. Ketika
mengaitkannya terhadap hak asasi manusia, Arwani menegaskan bahwa hak asasi dibatasi oleh hak asasi orang lain. Bagaimanapun, untuk menjalankan prinsip kebebasan beragama tersebut tentu haruslah mematuhi setiap ajaran keyakinan
tersebut. ‘Pun jangan memeluk agama tertentu untuk merusak [ajaran] agama-agama lain’, tegasnya. ‘Umat Kristiani percaya bahwa Tuhannya adalah Jesus. Bagaimana jika beberapa orang tiba-tiba muncul mengaku sebagai orang Kristen, tetapi Allah- nya tidak Yesus? Allahnya adalah Goliath, misalnya, atau Firaun ...? umat Kristen akan marah, kan ?’
3.2.2. Itikad baik terletak pada Ahmadiyah: PAN Partai Amanat Nasional (PAN) didirikan pada tahun 1998 oleh sekelompok orang yang berorientasi reformis, termasuk ketua umum Muhammadiyah waktu itu, Amien Rais. Oleh karena itu PAN sering dianggap sebagai partainya Muhammadiyah, tetapi sebenarnya tidak ada hubungan secara struktural antara dua organisasi tersebut, dan
PAN sendiri tidak didasarkan pada ideologi Islam. Pun begitu, partai memandang agama seba 24 gai ‘landasan moral dan etika berbangsa dan bernegara’.
Selama sidang dengar pendapat Komisi VIII pada 9 Februari, Amran dan Dewi Coryati merupakan wakil dari PAN di Komisi tersebut. Amran berpendapat bahwa SKB tersebut benar-benar perlu disosialisasikan kepada masyarakat di tingkat akar rumput, sebagaimana ia telah melakukan komunikasi dengan beberapa pimpinan di daerah pemilihannya paska menyebarnya berita insiden Cikeusik – di televisi – tentang adanya SKB tersebut. Amran, yang berasal dari Sulawesi Selatan, selanjutnya
menjelaskan 25 bahwa pihaknya tidak memperjuangkan kebebasan beragama, tapi memperjuangkannya dalam arti ‘menikmati agama sesuai dengan ajaran-ajarannya.
Kristen, misalnya, bebas untuk menyembah berdasarkan ajaran Alkitab. Tapi dalam kasus Ahmadiyah, jelas bahwa aliran tersebut sesat karena para pemimpin Islam - dan bahkan Qur'an - telah mendefinisikan sangat jelas bahwa Muhammad adalah nabi terakhir. Ahmadiyah mengatakan ada satu lagi nabi setelah nabi yang terakhir tersebut. Keyakinan sepe rti itu menyimpang dari syariat Islam’, jelasnya. ‘Oleh karena itu ada dua alternatif: jika Ahmadiyah ingin mengidentifikasikan dirinya sebagai Muslim, mereka harus kembali ke ajaran-ajaran Islam, dan jika mereka tidak mau kembali pada ajaran-ajaran Islam, mereka harus menanggalkan Islam’. Pun begitu, anggota Dewan tersebut juga menekankan bahwa Ahmadiyah memiliki hak untuk hidup di Indonesia sebagai warga negara dan dialog merupakan satu-satunya solusi.
Dalam pertemuan 16 Februari dengan pemimpin JAI, sebagian besar pandangan fraksi PAN diwakili bukan oleh Amran, tapi oleh Ahmad Rubaie, wakil ketua fraksi partai di DPR. Dia mengatakan bahwa darah tidak seharusnya mengalir ketika menyinggung insiden Cikeusik sebagai bentuk pelanggaran hak asasi manusia. Tapi dia menjelaskan bahwa setiap agama memiliki panutan-panutan (ulama/tokoh agama) dan bagi umat Islam Indonesia yang harus jadi panutan adalah MUI, yang mana
24 Platfo Pa tai A a at Nasio al , Pa tai A a at Nasio al, www.pan.or.id/ index.php?comp=home.detail.99 (diakses pada 12 November 2011).
25 Wawancara dengan Amran, Jakarta, 1 Agustus 2011.
‘tidak memiliki kewenangan menegakkan keyakinan tetapi memiliki kewenangan untuk menjelaskan, s osialisasi dan mendidik’. Sebagaimana keluaran fatwa MUI pada
tahun 2005 menyatakan Ahmadiyah sesat, solusi terbaik adalah Ahmadiyah kembali ke Islam demi ‘memelihara kemurnian Islam’. Perbedaan penafsiran kemudian harus diserahkan kepada MUI. ‘Jika mereka tidak ingin bergabung dengan Islam’, kata
politisi PAN tersebut,’mereka harus mendeklarasikan agama baru’. Inisiatif terletak pada Ahmadiyah.
3.2.3. Implikasi terhadap dunia riil: PKS PKS dalam beberapa tahun terakhir mendapat perhatian lebih banyak oleh para sarjana dan media dibanding parti-partai lain yang kurang lebih diidentifikasi sebagai partai-partai berbasis Islam, mungkin karena kekhawatiran yang meluas –di Indonesia dan luar negeri – terkait agenda Islamisasinya. PKS adalah sebuah partai yang terorganisir dengan baik yang mengangkat isu-isu Islam sangat serius. Namun hal itu tampaknya cenderung merupakan keprihatinan mendalam terhadap isu-isu bersifat
moral, misalnya Undang-Undang Anti Pornografi yang disahkan pada tahun 2008. 26 Berkenaan dengan kontroversi Ahmadiyah, Dewan Syariah Pusat (DSP) PKS telah
menetapkan sikapnya yang sangat jelas dalam bayan (penjelasan terkait bentuk fatwa) pada awal Mei 2008. 27 Apa yang paling menarik tentang bayan ini adalah PKS
secara eksplisit merujuk pada implikasi praktis atas perlakuan menyimpang Ahmadiyah dari perilaku Muslim lainnya – sesuatu yang partai politik lain dan juga kelompok-kelompok masyarakat sipil tampaknya kurang mempedulikannya. Menurut DSP yang diketuai oleh KH. Surahman Hidayat (yang pada Oktober 2011 sempat menjabat Wakil Ketua Komisi VIII), ‘Ahmadiyah telah menodai kesucian Islam, menodai kesucian Al-Qur'an dan menodai Nabi Muhammad saw sebagai nabi terakhir dan utusan- Nya’. Ahmadiyah telah ditegur terkait penyimpangan [akidah]
26 Kajian Ahmad-Norma Permata tentang PKS telah memberikan pemahaman kepada saya tentang hal ini.
27 Ba a DSP PKS No o : / /k/dsp-pks/ Te ta g Ah adi ah , Mei , Lihat
http://harakatuna.wordpress.com/2011/02/10/bayan-dsp-pks-tentang-ahmadi yah-1429-2008/ (diakses pada 18 Desember 2011).
dan siapa saja dari pengikut Ahmadiyah menolaknya bisa dihukumi murtad dan musyrik (penyembah berhala), bukan sebagai ahlul kitab (Ahli Kitab, seperti Kristen). Lebih lanjut, sebagai konsekuensi hukum atas murtadnya pengikut Ahmadiyah, maka tidak halal untuk menikahi wanita Ahmadiyah, membiarkan wanita Muslim menikahdengan seorang pria Ahmadiyah atau makan daging hewan yang disembelih oleh pengikut Ahmadiyah’. Juga, seseorang yang meninggal sebagai pengikut Ahmadiyah tidak sah diberikan upacara penguburan sesuai cara-cara orang Islam ataupun mendoakannya, dan tidak diperbolehkan untuk dimakamkan di pemakaman
Muslim. 28 Bayan dari DSP PKS adalah uraian yang paling rinci atas konsekuensi praktis
terkait penyimpangan ajaran Ahmadiyah dan menunjukkan keasyikan terhadap unsur- unsur yang lebih condong kepada pemikiran keagamaan PKS dengan perspektif Islam praktisnya. Namun di tingkat politik, anggota Parlemen PKS juga telah menyerukan kepada Pemerintah untuk bertindak tegas terhadap Ahmadiyah, terutama untuk
29 mencegah konflik dalam masyarakat. 30 Menurut mantan aktivis KAMMI dan senior PKS di Parlemen yang saat itu, Mahfudz Siddiq pada 2010 bahwa sudah waktunya
Pemerintah mengambil tindakan. 31 Dia mengatakan bahwa jika Pemerintah sudah memiliki alasan untuk membubarkan Ahmadiyah, lebih baik segera dijalankan.
‘Sudah ada [dasar alasannya] fatwa MUI, sehingga Pemerintah sudah memiliki kejelasan mengenai status Ahmadiyah, tapi sejauh ini belum dieksekusi’. Mahfudz
28 Pada Maret 2011, Warga di Kecamatan Cililin, Bandung, Jawa Barat, memindahkan jenazah pengikut Ahmadiyah (yang baru saja dimakamkan) dari komplek
pe aka a Isla . Lihat Maka Pe gikut Ah adi ah Di o gka Wa ga, Je azah Diletakka di Ta ah Koso g , Pos Kota, Ma et
.poskota. o.id/ e ita- terkini/2011/03/03/makam-pengikut-ahmadiyah-dibongkar-warga-jenazah-diletakkan-
di-tanah-kosong (diakses pada tanggal 18 Desember 2011) 29 Untuk penjelasan detail tentang kelompok-kelompok di dalam PKS dan tujuan
politik serta strateginya, lihat pada kontribusi Ahmad-Norma Permata dalam buku ini.
30 KAMMI, atau Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, tidak secara resmi terkait dengan PKS, tapi berbagi pandangan ideologis. Perihal berkaitan KAMMI akan
dibahas dalam bagian 4 bab ini. 31 PKS: Pe elesaia Ah adi ah Ja ga Be la ut-La ut , Mahfudz Siddik log,
September 2010, http://mahfudzsiddik.blogspot.com/2010/09/pks-penyelesaian-ahma diyah-jangan.html (diakses pada 21 September 2011).
mengatakan bahwa ia mencemaskan jika Pemerintahnya terus-menerus angkat tangan terhadap masalah ini, isu ini akan menjadi akumulasi yang ‘mengundang situasi
berbahaya’. Terkait insiden Cikeusik, Sekjen PKS Anis Matta 32 juga meminta polisi untuk
bertindak tegas terhadap mereka yang bertanggung jawab atas kekerasan ‘meskipun berlatarbelakang agama, ini adalah tindakan kriminal ’. Matta, yang juga wakil ketua DPR saat itu, menambahkan bahwa masalah yang berkaitan dengan status Ahmadiyah bisa didiskusikan kemudian, tapi masalah keadilan bagi orang-orang
yang dibunuh harus menjadi prioritas. 33 Dalam sebuah wawancara pada hari yang sama yang mana Matta sebagi juru bicara, anggota dewan dari fraksi PKS dan juga
anggota Komisi VIII, Herlini Amran mengatakan dua hal yang harus dilakukan: (i) Pemerintah harus bersikap tegas dalam masalah ini dan (ii) Ahmadiyah harus berhenti mengaku sebagai bagian dari Islam. Katanya, akar permasalahan adalah prinsip iman [Islam], dia menambahkan bahwa Ahmadiyah akan memiliki kehidupan yang menyejukkan, berdampingan dengan kelompok agama dari denominasi lain, termasuk Islam, kalau saja mereka mau melepaskan klaim mereka sebagai bagian dari Islam.
Untuk Pemerintah, Herlini mengharapkan kejelasan sikap: ‘Pemerintah, khususnya pihak Kejaksaan, benar-benar perlu mengambil sikap tegas terhadap Ahmadiyah. Anda ingin membubarkan atau tidak?... Jangan ragu-ragu, seperti sekarang ini.
Kondisi seperti ini, Ahmadiyah sendiri dalam bahaya 34 .’ Ditanya apakah ia merasa bahwa hak asasi manusia pengikut Ahmadiyah telah
dilanggar dengan mengatakan kepada mereka harus meninggalkan Islam, dia mengatakan bahwa ‘tidak semuanya harus dihubungkan dengan isu-isu hak asasi manusia, terutama masalah yang berkaitan dengan kepercayaan dan iman’.
Membahas tentang fatwa MUI 2005 bahwa beberapa aktivis dan pihak Ahmadiyah
32 Anis Matta mendudukkan kembali Luthfi Hasan Ishaaq sebagai presiden Partai PKS pada tanggal 1 Februari 2013. Di kemudian hari Luthfi mengundurkan diri di tengah
adanya kecurigaan keterlibatannya dalam kasus mega korupsi. 33 Seju lah Pa tai Isla kutuk t agedi Cikeusik , PolitikI do esia, Fe ua i .
34 He li i A a : Se aik a Ah adi ah uat Aga a Ba u Saja , Politik Indonesia, 7 Februari 2011, http://politikindonesia.com/index.php?k=wawancara&i=18180 (diakses
pada 18 Desember 2011).
sendiri telah disalahkan atas kekerasan berkaitan sectarian tersebut. Herlini mengatakan, MUI telah melaksanakan tugasnya dengan baik dan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. Sejalan dengan tugasnya untuk melindungi Islam, MUI telah melakukan penilaian mendalam tentang keberadaan Ahmadiyah. ... Aqidah
Ahmadiyah terdistorsi, sehingga harus dinyatakan sesat’. Dan oleh karena itu, Herlini mengatakan, ‘Fatwa terhadap Ahmadiyah tidak bisa secara serta-merta dilihat sebagai salah satu pemicu kekerasan mematikan di Cikeusik’. Herlini juga mengatakan Pemerintah harus mendengarkan umat Islam yang merupakan mayoritas di
Indonesia. 35 Dalam pertemuan antara anggota Parlemen dan pejabat senior Pemerintah pada 9
Februari 2011, seorang anggota parlemen Jazuli Juwaini – dari Banten – sebagian besar mengutarakan pandangannya mewakili PKS. Dia mengatakan bahwa ia
‘menyesalkan’ fakta bahwa ada ‘orang dibantai atas nama agama’. ‘Semua warga negara Indonesia harus dilindungi, apapun keyakinan mereka, iman atau agamanya’, tandasnya, mengkritik Polri dengan menanyakan bagaimana mungkin kekerasan massal seperti yang terjadi di Cikeusik bisa terjadi. Dia juga ingin tahu apakah serangan itu didalangi oleh seseorang dan bagaimana hal itu secara tiba-tiba berupa kerumunan massa yang banyak bisa muncul di daerah yang relatif terpencil ini. Saran juga dialamatkan kepada Menteri Agama, Jazuli mengatakan bahwa status kontroversial Ahmadiyah harus diperjelas sekarang, oleh karena itu ‘... kita harus membedakan antara kebebasan orang perorang dalam beragama dengan penodaan agama’. Dan dia juga menambahkan, ‘kebebasan beragama tidak berarti berarti menodai agama yang sudah ada’. Dia juga mengatakan langkah Menag adalah hal positif dalam mengundang Ahmadiyah untuk dialog dalam rangka memberitahu mereka bahwa jika mereka ingin menggunakan nama Islam, mereka harus kembali ke ajaran Islam yang benar, dan jika mereka tidak ingin, mereka harus memulai dengan
sebutan agama mereka sendiri tanpa menggunakan nama Islam’. Namun, ia juga menekankan bahwa ‘tidak peduli seberapa banyak orang telah menyimpang dari
Islam, tidak ada seorangpun berhak mengambil tindakan hukum menurut cara mereka
35 Ibid.
sendiri, membunuhi orang dengan impunitas, menghancurkan properti – tindakan seperti ini tidak pernah bisa dibenarkan'.
4. Suara Islam dalam masyarakat sipil
Arus utama di Indonesia, yaitu partai-partai politik berbasis Islam semua kembali pada basis-basis kelompok sosialnya hingga batas-batas tertentu. Yang paling penting dari fenomena ini adalah organisasi sosial keagamaan tradisional Nahdlatul Ulama (NU, didirikan pada tahun 1926) dan kelompok modernis Muhammadiyah (didirikan pada 1912). Sulit untuk menyebut angka pasti jumlah orang yang berafiliasi dengan Ormas-ormas tersebut, tetapi diperkirakan di atas angka puluhan juta untuk kedua Ormas tersebut, yang mana NU lebih besar pengikutnya daripada yang kedua. Meskipun tidak terdapat hubungan formal, Muhammadiyah sering dianggap memiliki kedekatan dengan PAN karena partai ini didirikan pada tahun 1998 oleh ketua Muhammadiyah pada waktu itu, Amien Rais. Dalam sudut pandang yang sama, PKB (didirikan pada tahun 1999) dikaitkan dengan NU. Pun begitu, PPP (didirikan pada tahun 1973 melalui fusi empat partai Islam, termasuk partai NU saat itu) juga menargetkan basis pemilih NU. Sedangkan PKS yang menargetkan suara dari gerakan Tarbiyah, sangat menuai sukses di kalangan pemilih perkotaan, dan secara informal terlibat aktif dan terorganisir dengan kelompok mahasiswa KAMMI.
MUI, organisasi yang telah melarang Ahmadiyah berdasar fatwa keagamaan dengan tidak kurang mengeluarkan tiga fatwa sejak tahun 1980, tentu saja adalah pemain penting lain dalam masyarakat sipil Islam di Indonesia, namun posisinya tidak begitu berpengaruh secara signifikan. Cukuplah di sini untuk mengatakan bahwa setelah serangan Cikeusik, singkatnya, jelas bahwa kekerasan terhadap Ahmadiyah tidak dapat ditolerir. Slamet Effendy Yusuf, ketua Komisi Kerukunan antar Umat Beragama – dan juga salah satu ketua Tanfidziyah NU, atau dewan
eksekutifnya – menganjurkan zero tolerance berkaitan dengan tindakan-tindakan eksekutifnya – menganjurkan zero tolerance berkaitan dengan tindakan-tindakan
elit-elitnya yang dari berbagai organisasi Islam di negeri ini. Lembaga ini adalah organisasi yang didanai Pemerintah, tapi relatif bersifat independen yang bertujuan untuk memberi masukan-masukan kepada Pemerintah dan umatIslam dengan fatwa- fatwanya. Namun, sebagian besar fatwa dikeluarkan melalui sistem satu-organisasi-
satu-suara 37 , orang-orang dengan kecenderungan garis keras sendiri telah mendominasi struktur MUI.
4.1. Kelompok tradisionalis: dakwah tanpa batas Nahdlatul Ulama menampilkan dirinya sebagai suara moderat pluralis-inklusif, dan secara tipikal merupakan organisasi di bidang sosial keagamaan, sangat mempersilahkan sistem demokrasi melalui himbauan-himbauannya atas pentingnya musyawarah. Nahdliyin (sebutan pengikut NU), sebagaimana argumennya, meyakini bahwa Al-Qur'an tidak membenarkan kekerasan terhadap kelompok minoritas dan karena itu mereka jarang terlibat dalam tindak kekerasan. Dalam pandangan ini, massa NU dikontraskan dengan kelompok garis keras yang terlibat dalam serangan
36 Ze o tole a e uat keke asa atas Ah adi ah , Politik I do esia, Fe ua i 2011, http://politikindonesia.com/index.php?k=pendapat&i=18179 (diakses 16 Maret
2012). 37 Meski relatif kecil pengikutnya (dibandingkan dengan NU dan Muhammadiyah),
kelompok-kelompok seperti Hizbut Tahrir Indonesia dan FPI (Front Pembela Islam) memiliki kekuatan yang sama dengan gerakan masif seperti NU dan Muhammadiyah, Ahmad Suaedy menjelaskan hal i i. Lihat ulasa
a dala ‘eligious f eedo a d iole e i I do esia , dala Ota Atsushi, Oka oto Masaaki dan Ahmad Suaedy (ed.), Islam in Contention: Rethinking Islam and State in Indonesia (Jakarta, Kyoto and Taipei: WI, CSEAS and CAPAS, 2010), 139 –169. Almarhum mantan Presiden Indonesia dan tokoh grise populer NU, Abdurrahman Wahid, menyebut MUI sebagai 'bunker kelompok Islam radikal'. Lihat Abdurrahman Wahid, 'Musuh dalam Selimut', dalam Abdurrahman Wahid (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi gerakan Islam transnasional di Indonesia (Jakarta: Gerakan Bhinneka Tunggal Ika, Wahid Institute, Maarif Institute, 2010), 11 –41, 39.
Cikeusik dan pihak-pihak pelaku penyerangan di Temanggung yang cenderung ‘menggunakan tongkat dari pada logika’. 38
Sangat menarik untuk dicermati bahwa banyak pelaku merupakan tokoh penting yang memiliki latar belakang dari kalangan NU dalam kontroversi Ahmadiyah. Hal ini tentu saja tidak berarti bahwa NU sebagai induk organisasi memikul segala tanggung jawab terkait tindakan-tindakan yang dilakukan oleh fungsionarisnya yang turut serta ambil bagian dalam tindakan di luar kebijakan organisasi oleh fungsionarisnya tersebut. Pun begitu, hal ini menunjukkan bahwa di internal NU sendiri juga jauh dari kata seragam (monolitic), dan adanya berbagai ragam perbedaan sikap di kalangan Islam tradisionalis ini ditemukan di semua tingkatan organisasi sosial keagamaannya yang dapat memunculkan ragam perspektif, khususnya terkait pertentangan tak kasat mata secara politis. Salah satu pemain kunci, misalnya, adalah KH. Ma'ruf Amin. Dia adalah salah satu ketua dewan eksekutif MUI dan anggota dewan penasehat Presiden Yudhoyono (Dewan Pertimbangan Presiden/Wantimpres), yang mana ia berhubungan dengan urusan keagamaan. Sebagai mantan ketua Dewan Syuriah (Dewan Pertimbangan) dan anggota Dewan Mustasyar , ia memiliki kredensial ke-NU-an yang kuat. Setelah selesai Muktamar NU pada tahun 2010, Martin van Bruinessen, pengamat lama organisasi ini, menulis:
[D]engan formasi kepengurusan baru tersebut, NU siap untuk mencari keseimbangan baru antara konservatisme dan sikap politiknya di masa lalu, dan pencarian wacana keagamaan baru 1990-an.... Perhatian terhadap fundamentalisme dan pandangan keagamaan yang anti-liberal tampaknya tidak mungkin untuk terus- menerus dipertahankan di bawah kepengurusan baru dan bahkan mungkin dapat
berubah. 39
38 Zai al A idi Na a i, NU da ‘e italisasi Plu alis e Aga a , e site resmi NU, 28 Februari 2011, http://nu.or.id/page/id/dinamic_detil/4/27067/Kolom/NU_dan_
Revitalisasi_Pluralisme_Agama.html (diakses pada 3 Oktober 2011). 39 Ma ti a B ui esse , Ne Leade ship, Ne Poli ies? , Inside Indonesia 100
(April –Juni 2009), www.insideindonesia.org/weekly-articles-100-april-june-2010/new- leadership-new-policies-16061866 (diakses pada 16 Maret 2012).
Menyikapi hal ini, poin permasalahan yang jadi penyebab insiden Cikeusik, pihak NU telah mengirim KH. Masdar Farid Mas'udi sebagai wakilnya dalam pertemuan dengan Komisi VIII pada 17 Februari 2011. Masdar adalah salah satu pemikir yang paling liberal di jajaran elit NU. Ia dianggap sebagai salah satu senior
Islam liberal di Indonesia 40 dan juga menjabat ketua (rais) Dewan Syuriah.
Kantor Pengurus Pusat PBNU.
Di DPR, Masdar mengatakan cara terbaik untuk mengajak pengikut JAI kembali ke pangkuan Islam adalah membuka dialog damai dan menahan diri dari memaksa keyakinan konvensional terhadap mereka. ‘Dengan cara lembut meluruskan mereka. Seperti disebutkan dalam Al-Qur'an, mengajak yang berbeda pemahaman dari kita dengan dakwah, dengan nasihat yang baik. Jika cara itu tidak berhasil, berdebatlah dengan mereka dengan etis. Jika Anda menemui jalan buntu, maka sejauh itulah yang
40 Budi Handrianto, 50 tokoh Islam Liberal Indonesia: Pengusung ide sekularisme, pluralisme, dan liberalisme agama (Jakarta: Hujjah Press, 2007), 145 –146.
bisa dilakukan, pasrahkanlah kepada Allah’. Jelas Masdar kepada para anggota Dewan. 41
Dalam rapat dengar pendapat, Masdar enggan memberikan label pada Ahma diyah sebagai sekte sesat. ‘Manusia tidak memiliki hak untuk menentukan apakah keyakinan seseorang sesat atau tidak’, ujarnya. 'Ketika ditarik ke ranah
agama, memang ada hal yang sepertinya menyimpang. Tetapi jika [konsep ini] digunakan sebagai norma sosial, cara ini akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan
sosial kita’. 42 Pada tahun-tahun sebelumnya, menanggapi fatwa MUI pada 2005 terkait
pelabelan sesat Ahmadiyah, Masdar sudah menyatakan keberatan terkait pendekatan konfrontatif tersebut, dia juga memprediksi bahwa hal itu hanya akan lebih
meningkatkan tindak kekerasan. 43 Ia percaya bahwa keyakinan radikal yang diimpor dari Timur Tengahlah yang harus disalahkan terkait masalah Ahmadiyah dalam
beberapa tahun terakhir. 44 Menurut Masdar, alasan mengapa NU tidak pernah secara resmi melabeli Ahmadiyah sesat tetapi hanya ‘berbeda’, karena label sesat tersebut
bisa digunakan sebagai lisensi untuk membunuh, atau setidaknya memprovokasi tindak kekerasan. Pada ranah lebih privat, ia mengatakan: adalah bentuk kesombongan untuk membuat keputusan tentang suatu hal yang hanya Allah-lah yang berhak memutuskan. Meskipun Masdar sendiri tidak setuju dengan keyakinan Ahmadiyah tentang konsep kenabiannya, ia mengatakan perdebatan tentang penafsiran agama haruslah terbuka. Pada kenyataannya, penting untuk digarisbawahi adalah adanya keyakinan bahwa Muhammad memang nabi terakhir: ‘…pada
41 Lu uska Ah adi ah de ga Kele uta , Kompas, 17 Februari 2011, http:// nasional.kompas.com/read/2011/02/17/22493848/NU.Luruskan.Ahmadiyah.dengan.Kel
embutn, (diakses pada 16 Maret 2012). 42 Ibid.
43 Ah ad Su aki , Ilha Mashu i da M. As o Yusuf, ‘espo Tokoh Isla atas Fat a MUI te ta g Ge aka Ah adi ah I do esia , http://ern.pendis.kemenag.go.id
/DokPdf/ern-III-06.pdf (diakses pada 21 September 2011). 44 Wa a a a de ga KH. Masda Fa id Masʾudi, Jaka ta, Okto e .
dasarnya mengarah pada doktrin kebebasan berpikir’, 45 katanya. Pokok argumen Masdar bahwasanya hal ini sudah jelas bahwa tidak akan ada nabi lain, terserah
kepada umat untuk memutuskan bagaimana untuk memenuhi kebutuhan religius: ‘... kita tidak lagi perlu cemas bahwa [penafsiran kita tentang Islam] akan ditentang oleh
seseorang dengan otoritas absolut [yaitu, seorang nabi]’. ‘satu-satunya kebenaran mutlak yang tersisa adalah Qur'an, imbuhnya. Jalan keluar dari kontroversi
Ahmadiyah, menurut Masdar, akan membutuhkan dua mekanisme terpisah: (i) negara harus melindungi hak-hak dasar semua warga negara, dan (ii) Muslim arus utama harus menjadi lebih dewasa, dengan menyadari bahwa itu bukan tanggung jawab mereka untuk melakukan penyelarasan masyarakat (homogenise society). Dua langkah tersebut harus ditetapkan secara terpisah, Masdar mengatakannya sebagai ‘...
negara tidak memiliki hak untuk menilai apakah suatu keyakinan itu benar atau salah’.