Rektor: FH Sumber Jernih Penegakan Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Rektor: FH Sumber Jernih Penegakan Hukum
Tanggal: 2011-12-17
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP mengalungkan gordon kepada
Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH, MSi, MHUm
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP, berpendapat penegakan hukum sangat
ditentukan oleh akademisi, praktisi dan professional hukum. Mereka adalah “sumber air”
yang mengalirkan keputusan-keputusan hukum dan berperan penting bagi penegakan
hukum di Indonesia. “Jika sumbernya keruh, maka air yang mengalir juga keruh,
keputusan yang diambil juga bisa mencemari,” kata Muhadjir ketika memberi sambutan
pada pengukuhan Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH, MSi, MHUm sebagai Guru Besar bidang
Dagang dan Kepailitan FH UMM, Sabtu (17/12).
Era reformasi, kata Muhadjir, telah melahirkan civil society yang kuat. Berbeda
dengan era sebelumnya, dimana negara berperan sentral dalam tatanan sosial melalui
aparatus yang menyimpang, maka di era reformasi civil society menjadi kuat melalui
penegakan supremasi hukum. “Hukum harus jadi panglima, oleh karenanya para praktisi,
professional dan akademisi ilmu hukum harus terus menjadi penegak supremasi hukum
itu,” kata rektor.
Sebagai dampak dari naiknya pamor hukum sebagai panglima itulah kini program
studi hokum lebih laris. Namun di sisi lain, praktik penyimpangan hukum juga tidak malah
berkurang. Di era keruhnya hukum seperti sekarang inilah, lanjut Muhadjir, sangat
diperlukan kejernihan para akademisi, praktisi dan profesional hukum. Salah satu entitas
yang bisa membangun itu semua adalah perguruan tinggi pencetak sarjana hukum, yakni
Fakultas Hukum. “Sumber jernih untuk supremasi hukum bisa mengalir dari Fakultas
Hukum,” tegasnya.
Muhadjir menyayangkan banyaknya akademisi hukum yang potensial tergoda
menjadi pejabat publik atau menjadi ‘selebritis’ di Jakarta. Padahal, dari pundak
merekalah dipikul tanggung jawab mencetak sarjana yang jernih tadi. Hal ini akan
mengurangi kredibilitas determinasi Perguruan Tinggi karena ketika telah terlibat di
jabatan publik dikuatirkan akan terjadi migrasi otak (brain drain).
“Saya harap, dosen UMM lebih berkhikmat untuk membangun determinasi
akademik daripada tertarik untuk menjadi ‘selebriti,” ujar rektor.
Hal senada disampaikan anggota Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Prof. Dr.
Mursyidi, MSc, Apt. Menurutnya, sangat penting menjadi dosen yang istiqomah mendidik
mahasiswa menjadi ahli hukum yang jernih. “Majlis Dikti Muhammadiyah sangat
mendukung pernyataan rektor tadi,” katanya. (nas)
page 1 / 1
Arsip Berita
www.umm.ac.id
Rektor: FH Sumber Jernih Penegakan Hukum
Tanggal: 2011-12-17
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP mengalungkan gordon kepada
Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH, MSi, MHUm
Rektor UMM, Dr. Muhadjir Effendy, MAP, berpendapat penegakan hukum sangat
ditentukan oleh akademisi, praktisi dan professional hukum. Mereka adalah “sumber air”
yang mengalirkan keputusan-keputusan hukum dan berperan penting bagi penegakan
hukum di Indonesia. “Jika sumbernya keruh, maka air yang mengalir juga keruh,
keputusan yang diambil juga bisa mencemari,” kata Muhadjir ketika memberi sambutan
pada pengukuhan Prof. Dr. Rahayu Hartini, SH, MSi, MHUm sebagai Guru Besar bidang
Dagang dan Kepailitan FH UMM, Sabtu (17/12).
Era reformasi, kata Muhadjir, telah melahirkan civil society yang kuat. Berbeda
dengan era sebelumnya, dimana negara berperan sentral dalam tatanan sosial melalui
aparatus yang menyimpang, maka di era reformasi civil society menjadi kuat melalui
penegakan supremasi hukum. “Hukum harus jadi panglima, oleh karenanya para praktisi,
professional dan akademisi ilmu hukum harus terus menjadi penegak supremasi hukum
itu,” kata rektor.
Sebagai dampak dari naiknya pamor hukum sebagai panglima itulah kini program
studi hokum lebih laris. Namun di sisi lain, praktik penyimpangan hukum juga tidak malah
berkurang. Di era keruhnya hukum seperti sekarang inilah, lanjut Muhadjir, sangat
diperlukan kejernihan para akademisi, praktisi dan profesional hukum. Salah satu entitas
yang bisa membangun itu semua adalah perguruan tinggi pencetak sarjana hukum, yakni
Fakultas Hukum. “Sumber jernih untuk supremasi hukum bisa mengalir dari Fakultas
Hukum,” tegasnya.
Muhadjir menyayangkan banyaknya akademisi hukum yang potensial tergoda
menjadi pejabat publik atau menjadi ‘selebritis’ di Jakarta. Padahal, dari pundak
merekalah dipikul tanggung jawab mencetak sarjana yang jernih tadi. Hal ini akan
mengurangi kredibilitas determinasi Perguruan Tinggi karena ketika telah terlibat di
jabatan publik dikuatirkan akan terjadi migrasi otak (brain drain).
“Saya harap, dosen UMM lebih berkhikmat untuk membangun determinasi
akademik daripada tertarik untuk menjadi ‘selebriti,” ujar rektor.
Hal senada disampaikan anggota Majlis Dikti PP Muhammadiyah, Prof. Dr.
Mursyidi, MSc, Apt. Menurutnya, sangat penting menjadi dosen yang istiqomah mendidik
mahasiswa menjadi ahli hukum yang jernih. “Majlis Dikti Muhammadiyah sangat
mendukung pernyataan rektor tadi,” katanya. (nas)
page 1 / 1