LOMBA ESAI NASIONAL LEON 2016 LORONG BUD

LOMBA ESAI NASIONAL LEON 2016

LORONG BUDAYA UNTUK INDONESIA EMAS 2045

Diusulkan oleh
Wildana Ambo Asse, 04020140254, Angkatan 2014
Muh Fachrul Ummah Said, 04020140477, Angkatan 2014

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2016

Lorong Budaya Untuk Indonesia Emas 2045
Wildana Ambo Asse, Muh Fachrul Ummah Said
Fakultas Hukum Universitas Muslim Indonesia
ABSTRAK
Setiap negara di dunia ini memerlukan pandangan hidup yang jelas dalam rangka
menentukan arah dan tujuan yang hendak dicapai. Keinginan untuk berdiri kuat
diatas kaki sendiri juga menjadi modal suatu bangsa dalam memandang sebuah
persoalan yang dihadapi dan mengatasinya secara tepat. Tahun 2045, Republik
Indonesia telah mencapai usia 100 tahun sejak kemerdekaan diproklamirkan

dimana tepat saat itu pula visi Indonesia tahun 2045 adalah Indonesia Emas
dengan masa kejayaan yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. Dukungan dari segenap komponen bangsa juga akan menjadi
penopang dalam mewujudkan cita-cita tersebut sebab kehadiran mereka
khususnya generasi muda sebagai pelanjut tongkat estafet kepemimpinan bangsa.
Generasi muda sebagai sumber daya manusia tentu harus memiliki kapasitas serta
mampu bersaing secara kompetitif di era keterbukaan seperti saat ini. Namun
demikian, Indonesia harus takluk pada persoalan degradasi moral yang
menempatkan generasi muda pada garda terdepan sebab tingkah laku para insan
tanah air sungguh sangat memprihatinkan dimana kemajuan zaman menyebabkan
kemunduran moral. Terhadap nilai-nilai luhur Pancasila dan UUD NRI 1945 telah
terjadi penyimpangan luar biasa dimana titik klimaks persoalan ini, yaitu
“Disintegrasi Bangsa” yang akan membawa Indonesia pada ambang perpecahan.
Degradasi moral telah menyelimuti hampir sebagian besar elemen bangsa bahkan
yang lebih menyayat hati adalah para generasi muda justru menjadi aktor
utamanya. Olehnya itu, melalui abstrak ini tim penulis menawarkan solusi melalui
Lorong Budaya yang akan mewadahi pemuda(i) Indonesia guna
mengaktualisasikan diri mereka dalam rangka memecahkan berbagai persoalan di
bidang sosial budaya. Secara sederhana Lorong Budaya dengan mekanisme yang
kreatif hendak membangun interaksi pemuda dengan semangat Pancasila, UUD

NRI Tahun 1945 dan basis kearifan lokal untuk terlibat secara aktif (langsung)
dalam menjawab persoalan demi persoalan yang mendera bangsa Indonesia hari
ini. Sangatlah penting untuk menempatkan generasi muda tidak lagi sebagai
objek melainkan juga subjek yang turut bertanggung jawab dalam pemecahan
berbagai persoalan yang tengah dihadapi. Hadirnya lorong budaya ini diharapkan
mampu bersinergi dengan kementrian dan lembaga terkait serta para stakeholder
untuk membimbing generasi muda ke arah pembangunan yang dikehendaki .
Kata Kunci :“Degradasi Moral,Disintegrasi Bangsa,Lorong Budaya, Indonesia
Emas 2045”

BAB I PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG MASALAH
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam menentukan haluan bangsa
tengah dihadapkan pada kompleksitas masalah yang kian hari kian rumit dimana
transisi pemerintahan, dinamika sosial budaya, tuntutan perkembangan IPTEK,
pengaruh globalisasi dan modernisasi telah mengubah gaya hidup manusia
Indonesia. Kekhawatiran terhadap degradasi moral tercermin dari hasil survei
yang dilakukan oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) di 33 provinsi
di Indonesia selama bulan Januari hingga September 2010 dinyatakan bahwa
sebesar 62,7 % remaja mengaku tidak perawan dan 97 % pernah nonton film

porno. Selanjutnya pada tahun 2012, hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS)
mengungkap tingginya angka kehamilan remaja pada usia 15-19 tahun mencapai
48 dari 1.000 kehamilan. Tidak hanya itu, salah satu kategori kejahatan luar biasa
turut menjadi penyumbang terbesar yang pelakunya di dominasi oleh generasi
muda, dimana hasil penelitian Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama
dengan Puslitkes UI tahun 2014 menunjukan bahwa sebanyak 33 % penyalahguna
narkoba berada pada rentang usia pelajar dan mahasiswa.
Degradasi moral sebagai bentuk kemunduran inilah yang juga menjadi
salah satu indikator bahwa bukan tidak mungkin disintegrasi bangsa akan
menghampiri Indonesia cepat atau lambat. Situasi keterpurukan dalam pedoman
hidup dimana nasionalisme dan nilai-nilai kearifan lokal yang dahulu menjadi
identitas serta jati diri bangsa ini, mulai memperlihatkan keruntuhan. Bung Karno
mengatakan "Suatu bangsa apabila kehilangan jati dirinya, maka bangsa tersebut
tidak akan mampu bertahan hidup, bahkan akan punah". Selanjutnya krisis sosial
yang terjadi juga mengakibatkan terjadinya disharmoni dan berimplikasi pada
ketegangan berupa konflik kekerasan antara kelompok-kelompok masyarakat.
Menispisnya suasana kebersamaan dan rasa persamaan nasib membuat modal
sosial berupa saling percaya sebagai landasan eksistensi sebuah masyarakat
bangsa perlahan-lahan akan hancur sebab adanya kegagalan dalam memaknai arti
keberagaman.


Olehnya itu, melalui essay ini tim penulis menawarkan solusi melalui
Lorong

Budaya

yang

akan

mewadahi

pemuda(i)

Indonesia

guna

mengaktualisasikan diri mereka dalam rangka memecahkan berbagai persoalan di
bidang sosial budaya. Salah satu keunggulan dari Lorong Budaya adalah lebih

menjamin sistem penyelesaian persoalan yang sistematis dan menyeluruh sebab
jalinan komunikasi antar pemuda akan terbingkai berdasarkan keadaan sosial
masyarakat Indonesia yang majemuk sehingga mampu mengikis persoalan
degradasi moral dan membangun kembali solidaritas yang kokoh untuk
menghindarkan bangsa Indonesia dari perpecahan.
Dengan senantiasa merujuk pada amanat konstitusi kita yang merupakan
puncak tertinggi dalam tata urutan peraturan perundang-undangan di Indonesia
pasal 28I ayat 3 UUD NRI Tahun 1945 yang berbunyi, “Identitas budaya dan hak
masyrakat tradisonal dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan
peradaban” lebih lanjut lagi dalam pasal 32 ayat 1 UUD NRI Tahun 1945 yang
berbunyi, “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah
peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan
mengembangkan nilai-nilai budayanya”. Memajukan kebudayaan nasional telah
menjadi tugas bersama bagi seluruh elemen bangsa.
Basis kearifan lokal sebenarnya bukanlah hal baru, namun penulis
meyakini bahwa penanaman nilai-nilai kearifan lokal seyogyanya dilakukan sejak
dini sebab telah menjadi tanggung jawab bersama untuk menciptakan lingkungan
berbudaya sebab Indonesia memiliki modal keanekaragaman budaya yang begitu
menakjubkan disetiap wilayah. Sebagai komparatif negara Korea menjadi negara
maju karena bangsa Korea (selatan) memiliki nilai – nilai budaya tertentu yang

sangat mereka jaga. Begitu pula dengan Jepang dan Cina.
Tim penulis meyakini, bahwa fokus menuju Indonesia Emas 2045
membutuhkan kontribusi nyata oleh siapapun yang ada di Republik ini dan
melalui Lorong Budaya para pemuda bangsa dapat lebih mengaktualisasikan diri
mereka untuk menciptakan iklim regenerasi pemuda sebagai Kunci Indonesia
Emas 2045.

BAB II ISI
A. Definisi Lorong Budaya
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), lorong merupakan jalan
kecil dimana terdapat rumah dibagian kiri-kanannya dan biasanya disepanjang
lorong itu banyak orang berjualan. Sementara itu, menurut Hofstede (1990),
budaya bukanlah perilaku yang jelas atau benda yang dapat terlihat dan diamati
seseorang. Budaya juga bukan falsafah atau sistem nilai yang diucapkan atau
ditulis dalam anggaran dasar organisasi tetapi budaya adalah asumsi yang terletak
di belakang nilai dan menentukan pola perilaku individu terhadap nilai-nilai
organisasi, suasana organisasi dan kepemimpinan. Organisasi dengan budaya
tertentu memberikan daya tarik bagi individu dengan karakteristik tertentu untuk
bergabung.
Budaya menurut Koentjaraningrat diartikan sebagai segala daya dan

kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam (Koentjaraningrat dalam
Soekanto, 1969: 55).

Sehingga Lorong Budaya adalah jalan kecil yang

disepanjang jalannya terdapat bangunan berupa tempat bermukim masyarakat
dalam rangka membentuk pola perilaku individu atau kelompok untuk mengolah
dan mengubah keadaan linngkungan sosial masyarakat. Dalam hal mengubah
lingkungan sosial masyarakat hari ini maka kehadiran Lorong Budaya sangatlah
diperlukan sebagai bentuk perubahan dalam mewujudkan target Indonesia Emas
2045, sebagai bentuk penolakan terhadap pola hidup kebarat-baratan atau
westernisasi dan upaya dalam menjaga nilai-nilai luhur yang sejak dahulu telah
menjadi jati diri bangsa Indonesia.
Tidak dipungkiri, bahwa perilaku westerninasi menjadi momok yang
mungkin akan mengancam eksistensi budaya bangsa sebab tidak relevan dengan
kultur yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat. Melihat kondisi
tersebut, peran aktif generasi muda secara langsung sangat dibutuhkan untuk
mengembangkan

pola


pikir

yang

baik

dalam

menjaga,

melestarikan,

mengembangkan, meneguhkan, dan menempatkan kebudayaan nasional pada
derajat tertinggi untuk mencapai tujuan yang dicita-citakan. Selanjutnya nilai-

nilai kearifan lokal dan penghargaan terhadap keberagamaan akan mendarah
daging dalam kepribadian mereka.

Lorong Budaya ini dilengkapi dengan


gambaran perspektif nyata yang terintegrasi secara efektif sebagai berikut :
1. Karakteristik
 Menjadikan Bhinneka Tunggal Ika disetiap lorong sebagai prinsip
hidup untuk mencegah SARA
 Pernak pernik yang melambangkan keberagamaan dan kekayaan
budaya Indonesia
 Bahasa lokal sebagai bahasa sehari-hari tanpa menafikkan bahasa
Indonesia
 Memuat gambar yang menjelaskan mengenai identitas dari kearifan



lokal
Terbuka untuk mereka yang mencintai budaya Indonesia
Memiliki gapura di depan lorong yang mencerminkan tentang



budaya Indonesia

Terdapat bangunan multifungsi yang harus dimanfaatkan ke arah

mengenal lebih jauh mengenai budaya
2. Jenis Kegiatan
 Dialog interaktif, bertujuan mendudukkan pokok persoalan dengan
membahas isu strategis khususnya hal yang menyangkut dinamika


sosial budaya masyarakat dan mengupayakan solusi konkret.
Kerja bakti, bertujuan memupuk jalinan persaudaraan antar
sesama,disiplin,etos kerja serta penghargaan terhadap alam melalui
bingkai perbedaan. Sehingga membangun karakter dan identitas



bangsa yang akan mengalir dalam diri masing-masing individu.
Pelatihan unit kegiatan mandiri, bertujuan memberdayakan potensi
sumber daya alam dan sumber daya manusia untuk mengubah
setiap tantangan menjadi peluang agar mampu keluar dari jeratan
persoalan sosial yang menghimpit masyarakat. Selain itu hal ini

akan menjadi momentum mempersiapkan diri menghadapi bonus
demografi dimana berdasarkan hasil kajian demografi dan
perhitungan proyeksi penduduk memperkirakan bahwa Indonesia
akan mengalami bonus demografi yang diperkirakan akan terjadi
pada tahun 2020-2030 mendatang dan jika itu terjadi, artinya setiap

100 penduduk usia produktif hanya menanggung 40-50 penduduk


non produktif.
Pekan minat dan bakat, bertujuan menggali potensi setiap generasi
muda dengan menyibukkan mereka pada hal-hal positif dan berdaya
guna sehingga mampu menjauhkan mereka dari kenakalan remaja

dan perilaku menyimpang lainnya.
3. Bentuk Pemberdayaan
 Memberikan pengarahan bagi ibu rumah tangga dapat mengolah
setiap tantangan menjadi peluang seperti menciptakan produk lokal


seperti batik dan peci.
Meneriakkan yel yel cintai produk lokal Indonesia, 100% Asli
Indonesia, Indonesia itu Aku dan I love Indonesia dengan tujuan

menanamkan rasa cinta tanah air.
4. Keunggulan
 Mampu menciptakan rasa kepedulian sosial terhadap sesama,
sebagaimana yang diharapkan bahwa melalui Lorong Budaya ini
akan terjalin hubungan positif antara generasi muda,masyarakat


serta lingkungan tempat tinggalnya.
Mampu mengkoordinasikan pemahaman generasi muda dalam
cabang seni dan kebudayaan guna menjaga dan mengawal esensi



dari nilai-nilai tradisi itu sendiri.
Mampu menciptakan iklim regenerasi pemuda yang positif melalui
spesialisasi produk kebudayaan guna meningkatkan minat generasi



muda terhadap kebudayaan nasional.
Mampu menekan angka kriminalitas dikalangan generasi muda
sebab Lorong Budaya hadir sebagai lingkungan yang mampu
mendukung tumbuh kembang setiap generasi penerus bangsa
secara lebih aktif dengan pendekatan kekeluargaan.

B. Lorong Budaya sebagai Solusi Degradasi Moral
Mencetak generasi yang cerdas dan mengenal budayanya tidaklah
cukup

untuk

menjawab

tantangan

Indonesia

Emas

2045

sebab

mempertahankan kearifan lokal untuk masa depan bangsa ada di tangan
pemuda sebab gaya hidup konsumtif dapat mengikis norma-norma kearifan

lokal dimasyarakat. Untuk menghindari hal tersebut maka norma-norma
yang berlaku disuatu masyarakat yang sifatnya turun menurun perlu
dilestarikan. Selanjutnya kehidupan pemuda(i) kini mengalami degradasi
moral yang tidak lain penyebabnya adalah perkembangan zaman yang
menimbulkan budaya hedonisme dan konsumtif menjadi sebuah tren.
Padahal, jika pemuda(i) tahu betul prinsip serta nilai-nilai dari suatu budaya ,
tentu mereka akan berada pada poros budaya yang benar.
Mengutip ungkapan James W.Van der zanden “ penyimpangan
sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang yang dianggap
sebagai suatu hal yang tercela dan diluar batas toleransi. ”. Aspek sosial
masyarakat yang kurang menciptakan relasi-relasi yang baik dan harmonis di
antara warga masyarakat sekitar akan memberi implikasi terhadap tumbuh
kembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga memberi dampak
lemahnya pengawasan dan kontrol sosial akan aktifitas pemuda(i) . Fokus
pada persoalan sosial budaya, sebenarnya menjadi tanggung jawab segenap
pihak sebab urgensi hari ini adalah bagaimana melahirkan pemuda(i) yang
bersahaja serta mampu bersaing secara kompetitif dengan penuh kesopanan.
Sebagai refleksi, penulis mengangkat konsep Trisakti Bung Karno
pada poin ketiga yakni “Berkepribadian Secara Sosial Budaya” dimana hal
tersebut dilandasi pemikiran bahwa persatuan dan kebangsaan Indonesia itu
akan lebih kukuh jika diperkuat oleh pendekatan kebudayaan. Sehingga
wujud konkret Lorong Budaya untuk mengatasai beragam persoalan tersebut
khususnya degradasi moral, adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan lingkungan sadar budaya lokal dengan mewajibkan para
seniman tanah air membuat karya khusus yang berciri nusantara misalnya
memiliki minimal 1 album yang berisi lagu daerah. Hal tersebut sebagai
pertimbangan bahwa mereka adalah media yang digandrungi oleh hampir
sebagian besar generasi muda.
2. Berkoordinasi dengan Komisi Penyiaran Indonesia untuk mewajibkan
setiap stasiun televisi memiliki program acara yang menayangkan
kebudayaan Indonesia. Dengan senantiasa mengingat bahwa media televisi

hari ini telah menjadi penyumbang kerusakan terbesar penyebab perilaku
yang tidak terpuji oleh generasi muda.
3. Menyelenggarakan pameran atau festival kebudayaan skala nasional yang
mempertemukan berbagai etnis dari 5 pulau di Indonesia bukan hanya dari
pihak yang berdarah ningrat atau darah biru melainkan melibatkan seluruh
komponen bangsa sebagai penjaga nilai budaya dari noda budaya luar
yang tak sesuai dengan budaya asli dengan pertimbangan, kebudayaan
merupakan unsur paling dasar (basic) dari suatu masyarakat. Lawrence
Harrison dalam bukunya “Culture Matters” menggambarkan bagaimana
nilai – nilai budaya mempengaruhi kemajuan maupun kemunduran
manusia (Harrison, 2000).
BAB III SIMPULAN
Pada akhirnya, bahwa segenap komponen bangsa memiliki tanggung
jawab untuk membangun Indonesia ke arah yang lebih baik. Pembenahan sektor
sosial budaya tentunya membutuhkan sentuhan secara kontekstual bahwa karunia
sebagai bangsa yang heterogen membawa konsekuensi dimana pembangunan
sejatinya merupakan representasi dari wilayah itu sendiri, sebab lain wilayah
maka lain pula persoalannya dan tentu membutuhkan penyelesaian yang berbeda.
Melihat kondisi sosial budaya Indonesia yang kian hari makin tergerus, maka
pendekatan melalui lorong budaya sangat relevan untuk melihat fenomena
degradasi moral di Negara Indonesia.
Mengutip ungkapan Sultan Hamengkubuwono X, bahwa “Ketika manusia
jenuh melihat berbagai rekayasa, jalan yang bijak adalah melihat melalui
kebudayaan,”. Akhir tulisan ini kami mengingatkan kembali bahwa hadirnya
Lorong Budaya sebagai solusi untuk mewujudkan target Indonesia Emas 2045.
Sikap konsisten dan konsekuen dalam memenuhi apa yang menjadi amanah
Pancasila dan Konstitusi haruslah dijunjung tinggi.menjaga dan menanamkan
nilai dari norma-norma yang diteima serta Sinergitas nilai-nilai kearifan lokal juga
sebagai modal untuk melahirkan generasi yang tidak hanya unggul dan mandiri
tetapi juga berintegritas tinggi dan berkepribadian secara sosial budaya Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Humas. (2014). Aktivitas Seksual Remaja. [Online]. Tersedia :
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=1770. [23 Agustus
2016]
Humas. (2015) . BNN – KPAI Sinergi Hadapi Penyalagunaan Narkoba Pada
Anak. [Online]. Tersedia :
http://www.bnn.go.id/portal/index.php/konten/detail/humas/berita/12909/b
nn-kpai-sinergi-hadapi-penyalahgunaan-narkoba-pada-anak. [23 Agustus
2016]
Humas. (2016). Negara Harus Siap Bonus Demografi. [Online]. Tersedia :
http://www.bkkbn.go.id/ViewBerita.aspx?BeritaID=3684 . [24 Agustus
2016]
Muin, Idianto. 2013. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X, Kelompok Peminatan
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga.
Supsiloani. (2008) . Analisa Nilai Budaya Masyarakat Dan Kaitannya Dalam
Pembangunan Wilayah Di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.
[Online]. Tersedia :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7297/7/Chapter%20I.pdf/
[24 Agustus 2016]
Sugiharto. (2012) . Menyongsong Indonesia Emas 2045 . [Online]. Tersedia :
http://www.icmi.or.id/tokoh/view/dr_sugiharto_semba [27 Agustus 2016]
Kreitner dan Kinicki. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta : Salemba Empat
Tika , Moh Pabundu . (2006) Buku Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja
Perusahaan. Bumi Aksara: Jakarta.