Peran UMKM Menghadapi Pasar Bebas ASEAN

1

PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015
Oleh : Yohanes.2014.NIM 017070343 (agungarthaavisa1@gmail.com)

ABSTRAK
Program
Studi
Ekonomi
Pembangunan.Fakultas
Ekonomi
Pembangunan.Universitas Terbuka UPBJJ Pontianak – Kalimantan Barat. Karya
Ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui Pertumbuhan Ekonomi Nasional yang
sangat ditentukan oleh dinamika perekonomian daerah, sedangkan perekonomian
daerah pada umumnya ditopang oleh kegiatan ekonomi berskala kecil dan
menengah. Unit usaha yang masuk dalam kategori Usaha Mikro,Kecil dan
Menengah (UMKM) merupakan urat nadi perekonomian daerah dan nasional.
Sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha yang
tangguh di tengah krisis ekonomi. Saat ini sekitar 99% pelaku ekonomi
mayoritas adalah pelaku usaha UMKM yang terus tumbuh secara signifikan dan
menjadi sektor usaha yang mampu menjadi penopang stabilitas perekonomian

nasional. Peranan pemerintah sebagai salah satu prasyarat keberhasilan dalam
pengembangan UMKM dengan melakukan berbagai terobosan untuk
meningkatkan kinerja UMKM sehingga dapat menghasilkan produk-produk yang
berdaya saing tinggi. Mengingat sebagian besar penduduk Indonesia adalah
pelaku usaha kecil yang harus diperhatikan secara serius dan berkesinambungan ,
memiliki peluang yang besar untuk mengembangkan produk - produk yang
berorientasi pada ekspor . Pemerintah perlu mengambil langkah – langkah
strategis guna mendukung pertumbuhan dan perkembangan UMKM agar tidak
hanya menjadi pelaku didalam negeri sendiri namun dapat pula melangkah maju
pada tingkat regional terutama dalam menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015.
Kata kunci : UMKM, Peranan Pemerintah,Pasar Bebas ASEAN 2015.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

2

PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah mampu membuktikan eksistensinya
dalam perekonomian di Indonesia. Ketika badai krisis moneter melanda Indonesia
di tahun 1998, banyak investor dan pengusaha besar yang mengalihkan modalnya

ke negara-negara lain, sehingga perekonomian Indonesia dikala itu semakin
terpuruk. Usaha kecil dan sektor riil mampu bertahan dan menopang roda
perekonomian bangsa Indonesia. Undang-undang yang mengatur tentang selukbeluk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2008. Dalam undang-undang tersebut dijelaskan bahwa sebuah
perusahaan yang digolongkan sebagai UMKM adalah perusahaan kecil yang
dimiliki dan dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok kecil orang
dengan jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu. Rinciannya sebagai berikut:


Usaha produktif yang kekayaannya sampai 50 juta rupiah dengan
pendapatan sampai 300 juta rupiah per tahun digolongkan sebagai Usaha
Mikro.



Usaha produktif yang nilai kekayaan usahanya antara 50 juta hingga 500
juta rupiah dengan total penghasilan sekitar 300 juta hingga 2,5 milyar
rupiah per tahun dikategorikan sebagai Usaha Kecil.




Sedangkan Usaha Menengah merupakan usaha produktif yang memiliki
kekayaan (modal) 500 juta hingga 10 milyar rupiah dengan jumlah
pendapatan pertahun berkisar 2,5 – 50 milyar rupiah.

Menurut Bank Dunia, UMKM dapat dikelompokkan dalam tiga jenis, yaitu
Usaha Mikro (jumlah karyawan 10 orang), Usaha Kecil (jumlah karyawan 30
orang) dan Usaha Menengah/Medium (jumlah karyawan hingga 300 orang).
Dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:


UKM sektor informal atau dikenal dengan istilah Livelihood Activities,
contohnya pedagang kaki lima dan warteg.



UKM Mikro atau Micro Enterprise adalah para UKM dengan kemampuan
sifat pengerajin namun tidak memiliki jiwa kewirausahaan dalam
mengembangkan usahanya.


[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

3



Usaha Kecil Dinamis (Small Dynamic Enterprise) adalah kelompok UKM
yang mampu berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima
pekerjaan subkontrak) dan ekspor.



Fast

Moving

Enterprise

adalah


UKM-UKM

yang

mempunyai

kewirausahaan yang cakap dan telah siap untuk bertransformasi menjadi
usaha besar.
Secara umum, usaha kecil memiliki ciri-ciri : manajemen berdiri sendiri,
modal disediakan sendiri, daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil,
dan jumlah karyawan yang dipekerjakan terbatas. Asas pelaksanaan UMKM
adalah kebersamaan, ekonomi yang demokratis, kemandirian, keseimbangan
kemajuan,

berkelanjutan,

efesiensi

keadilan,


serta

kesatuan

ekonomi

nasional. UMKM mendapat perhatian dan keistimewaan yang diamanatkan oleh
undang-undang, antara lain: bantuan kredit usaha dengan bunga rendah,
kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan pengembangan usaha dari lembaga
pemerintah, serta beberapa kemudahan lainnya.
Berikut ini adalah undang – undang dan peraturan tentang UMKM,
1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil.
2. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan.
3. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha
Kecil.
4. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah.
5. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang
Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka
Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan
o


Merupakan pembaruan dari Keppres No. 99 Tahun 1998 tentang
Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan
Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar
Dengan Syarat Kemitraan.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

4

6. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil
dan Menengah.
7. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan
Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah.
Dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,Kecil dan
Menengah yang dimaksud dengan:
1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur

dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah
atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha
Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha
dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari
Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta,
usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di
Indonesia.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]


5

5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha
Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di
Indonesia.
ASEAN ( Association of South East Asian Nations ) berdiri sesuai Deklarasi
Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967 yang ditandatangani oleh lima menteri luar
negeri negara – negara di kawasan Asia Tenggara. Kelima menteri luar negeri itu
adalah :
a. Adam Malik dari Indonesia
b. Tun Abdul razak dari Malaysia
c. Thanat Khoman dari Thailand
d. S.Rajaratnam dari Singapura
e. Nasisco Ramos dari Filipina
Di dalam deklarasi Bangkok tercantum maksud dan tujuan organisasi
ASEAN,antara lain sebagai berikut,
a. Meningkatkan ekonomi, sosial dan kebudayaan di kawasan Asia Tenggara
b. Meningkatkan perdamaian dan stabilitas keamanan di kawasan Asia Tenggara
c. Meningkatkan kerjasama dalam bidang ekonomi,sosial,budaya, teknologi dan

ilmu pengetahuan bagi negara – negara anggota ASEAN
d. Mengadakan kerjasama dalam bidang pertanian,industri,perdagangan dan
komunikasi
e. Menyediakan fasilitas latihan dan penelitian bagi negara – negara di kawasan
Asia Tenggara
Saat

sekarang

keanggotaan

ASEAN

semakin

bertambah,

dengan

bergabungnya Brunai Darussalam ( 7 Januari 1984 ),Vietnam ( 28 Juli 1995 ),

Laos ( 23 Juli 1997 ), Myanmar ( 23 Juli 1997 ), Kamboja ( 16 Desember 1998 ),
Timor Leste. Semakin bertambahnya jumlah keanggotaan ASEAN, maka semakin
besar persaingan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam segala bidang, terutama
pada saat ini adalah dalam bidang ekonomi dan perdagangan.
Bertambahnya keanggotaan ASEAN akan memberikan peluang bagi negaranegara anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

6

tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan,
serta memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. Di samping itu, bertambahnya
keanggotaan ASEAN juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses
pasar

intra-ASEAN

serta

meningkatkan

transparansi

dan

mempercepat

penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik.
Beberapa potensi Indonesia untuk merebut persaingan ASEAN 2015, antara
lain:
1. Indonesia merupakan pasar potensial yang memiliki luas wilayah dan jumlah
penduduk yang terbesar di kawasan (40% dari total penduduk ASEAN). Hal ini
dapat menjadikan Indonesia sebagai negara ekonomi yang produktif dan
dinamis yang dapat memimpin pasar ASEAN di masa depan

dengan

kesempatan penguasaan pasar dan investasi.
2. Indonesia merupakan negara tujuan investor ASEAN. Proporsi investasi negara
ASEAN di Indonesia mencapai 43% atau hampir tiga kali lebih tinggi dari ratarata proporsi investasi negara-negara ASEAN di ASEAN yang hanya sebesar
15%.
3. Indonesia berpeluang menjadi negara pengekspor, dimana nilai ekspor
Indonesia ke intra-ASEAN hanya 18-19% sedangkan ke luar ASEAN berkisar
80-82% dari total ekspornya, Hal ini berarti peluang untuk meningkatkan
ekspor ke intra-ASEAN masih harus ditingkatkan agar laju peningkatan ekspor
ke intra-ASEAN berimbang dengan laju peningkatan impor dari intra-ASEAN.
4. Liberalisasi perdagangan barang ASEAN akan menjamin kelancaran arus
barang untuk pasokan bahan baku maupun bahan jadi di kawasan ASEAN
karena hambatan tarif dan non-tarif sudah tidak ada lagi. Kondisi pasar yang
sudah bebas di kawasan dengan sendirinya akan mendorong pihak produsen
dan pelaku usaha lainnya untuk memproduksi dan mendistribusikan barang
yang berkualitas secara efisien sehingga mampu bersaing dengan produkproduk dari negara lain. Di sisi lain, para konsumen juga mempunyai alternatif
pilihan yang beragam yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan, dari yang paling murah sampai yang paling mahal. Indonesia
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

7

sebagai salah satu negara besar yang juga memiliki tingkat integrasi tinggi di
sektor elektronik dan keunggulan komparatif pada sektor berbasis sumber daya
alam, berpeluang besar untuk mengembangkan industri di sektor-sektor
tersebut di dalam negeri.
5. Indonesia sebagai negara dengan jumlah populasi terbesar akan memperoleh
keunggulan tersendiri, yang disebut dengan bonus demografi. Perbandingan
jumlah penduduk produktif Indonesia dengan negara-negara ASEAN lain
adalah 38:100, yang artinya bahwa setiap 100 penduduk ASEAN, 38 adalah
warga negara Indonesia. Bonus ini diperkirakan masih bisa dinikmati
setidaknya sampai dengan 2035, yang diharapkan dengan jumlah penduduk
yang produktif akan mampu menopang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
pendapatan per kapita penduduk Indonesia.
Namun untuk menjawab tantangan yang dihadapi, Indonesia harus
meningkatkan daya saing antar negara ASEAN. Salah satu dari delapan aturan
kunci (golden rules) peringkat kompetitif dunia yang dikeluarkan oleh
International Institute for Management Development (IMD), salah satunya adalah
dukungan terhadap UMKM. Pada masa krisis moneter, UMKM mampu bertahan
dan terus berkembang, hal tersebut dapat memberikan peluang peningkatan daya
saing. Namun demikian, UMKM masih berada pada area kurang diperhatikan
oleh pemerintah. Ketiadaan pendampingan dari pemerintah untuk menstandarkan
produk lokal dan menginternasionalkan UMKM, membuat UMKM sulit bersaing
dan kalah pada pasar lokal. Kerap kali terjadi ungkapan bagi UMKM “Unggul di
Produk, Kalah di Promosi”. Keanekaragaman yang dimiliki UMKM Indonesia
berpeluang untuk membentuk pasar ASEAN, salah satu contohnya adalah
kerajinan tangan, furniture, makanan daerah, dan industri lainnya.
Berdasarkan dari penjelasan diatas, tentang tantangan yang dihadapi
Indonesia dalam meningkatkan daya saing menghadapi kompetitif di negara
ASEAN, maka dapatlah dirumuskan permasalahan yang dihadapi oleh UMKM
yaitu “ Bagaimana Peran UMKM menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015 “.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

8

PEMBAHASAN
A. Peranan UMKM terhadap perekonomian di Indonesia
Peranan UMKM terlihat cukup jelas pasca krisis ekonomi, yang dapat
dilihat dari besaran pertambahan nilai PDB, pada periode 1998 – 2002 yang relatif
netral dari intervensi pemerintah dalam pengembangan sektor perekonomian
karena kemampuan pemerintah yang relatif terbatas, sektor yang menunjukkan
pertambahan PDB terbesar berasal dari industri kecil, kemudian diikuti industri
menengah dan besar. Hal ini mengindikasikan bahwa UKM mampu dan
berpotensi untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi pada masa akan datang.
Dari aspek penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian secara absolute
memiliki kontribusi lebih besar dari pada sektor pertambangan, sektor industri
pengolahan dan sektor industri jasa. Arah perkembangan ekonomi seperti ini akan
menimbulkan kesenjangan pendapatan yang semakin mendalam antara sektor
yang menghasilkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan menyerap tenaga kerja
lebih sedikit.
Usaha Mikro, Kecil,dan Menengah (UMKM) telah menjadi tulang punggung
perekonomian Indonesia. Sejarah membuktikan, ketika terjadi krisis moneter di
tahun 1998 banyak usaha besar yang tumbang karena dihantam krisis tersebut,
namun UMKM tetap eksis dan menopang kelanjutan perekonomian Indonesia.
Tercatat, 96% UMKM di Indonesia tetap bertahan dari goncangan krisis. Hal yang
sama juga terjadi di tahun 2008-2009. Ketika krisis datang dan mengakibatkan
perlambatan pertumbuhan ekonomi, UMKM lagi-lagi menjadi juru selamat
ekonomi Indonesia. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah juga berperan dalam
memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas
kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan
pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam
mewujudkan stabilitas nasional. Berdasarkan data BPS (2003), populasi usaha
kecil dan menengah (UKM) jumlahnya mencapai 42,5 juta unit atau 99,9 % dari
keseluruhan pelaku bisnis di tanah air. UMKM memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja, yaitu sebesar
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

99,6 persen.

9

Sementara itu, kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB)

sebesar 56,7 persen. Angka tersebut terus meningkat seiring dengan pertumbuhan
UMKM dari tahun ke tahun.
Meski demikian, UMKM juga masih memiliki beberapa kendala antara lain
dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan
teknologi, permodalan, serta iklim usaha. Dalam pertemuan APEC 2013, Menkop
dan UMKM Syarif Hasan mengungkapkan 3 kendala yang dihadapi oleh pelaku
UMKM yakni permodalan, teknologi, dan pemasaran. Agar kendala tersebut tidak
berlanjut, perlu dilakukan upaya pemberdayaan UMKM. Dalam rangka
pemberdayaan

UMKM,

keterlibatan

stakeholder

sangat

menentukan

keberhasilannya. Sejauh ini keterlibatan stakeholder UMKM antara lain terdiri
dari instansi pemerintah, lembaga pendidikan, LSM, koperasi, perbankan dan
asosiasi usaha. Menurut Karsidi dan Irianto (2005) keterlibatan yang ada masih
bersikap sendiri-sendiri dan kurang intregratif antara stakeholder satu dengan
yang lain.
Menurut Sri Winarni (2006) Pada umumnya, usaha kecil mempunyai ciri
antara lain sebagai berikut (1) Biasanya berbentuk usaha perorangan dan belum
berbadan hukum perusahaan, (2) Aspek legalitas usaha lemah, (3) Struktur
organisasi bersifat sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, (4)
Kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan dan tidak melakukan pemisahan
antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan, (5) Kualitas manajemen
rendah dan jarang yang memiliki rencana usaha, (6) Sumber utama modal usaha
adalah modal pribadi, (7) Sumber Daya Manusia (SDM) terbatas, (8) Pemilik
memiliki ikatan batin yang kuat dengan perusahaan, sehingga seluruh kewajiban
perusahaan juga menjadi kewajiban pemilik. Dapat dikatakan secara umum, usaha
kecil memiliki ciri-ciri : manajemen berdiri sendiri, modal disediakan sendiri,
daerah pemasarannya lokal, aset perusahaannya kecil, dan jumlah karyawan yang
dipekerjakan terbatas.
B. Perkembangan UMKM di Indonesia

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

10

Perkembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Indonesia kian meningkat
dan kini mencapai 55,2 juta yang tersebar di seluruh Indonesia. Menteri Koperasi
dan Usaha Kecil Menengah, Syarif Hasan menyatakan dari puluhan juta UKM itu
saat ini mewakili lebih dari 90 persen bisnis di Indonesia dan memberikan
kontribusi sebesar 57 persen pada Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia.
Menurut Syarif, UKM di wilayah Asia Pasifik dapat memberikan kontribusi yang
cukup signifikan pada perekonomian lokal. Tidak hanya itu, dengan penanaman
teknologi informasi atau internet dalam memasarkan produknya diyakini UKM
akan segera berkembang ke tingkat international. UKM tidak terpengaruh pada
krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 dan krisis ekonomi 2008. UKM
memiliki peranan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia dan pemerintah
berkomitmen untuk terus mendukung UKM. Beberapa tantangan yang dihadapi
UKM seperti akses internet yang masih terbatas terutama di daerah pedesaan.
Tidak tersedianya pembayaran online serta potensi peraturan yang dapat melarang
perusahaan kecil melakukan hosting digital, menyebabkan terbatasnya kegiatan ecommerce. Itulah yang menjadi tantangan utama untuk mengembangkan sistem
informasi dan internet dalam rangka mengembangkan sistem marketing online.
Menurutnya, dengan layanan internet, memungkinkan bagi UKM untuk memiliki
toko online yang mampu menjangkau penjualan di tingkat internasional. Kini baru
sebagian UKM yang memiliki website sehingga menjadi peluang besar untuk
mengembangkan bisnis secara online, seiring dengan meningkatnya penggunaan
internet di Indonesia dan wilayah Asia Pasifik.
Pertumbuhan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga mampu mengurangi angka
pengangguran dan kemiskinan di Indonesia . Jumlah UMKN saat ini mencapai
56,5 juta unit, dan 98,9 persen adalah usaha mikro, sedangkan jumlah koperasi di
Indonesia mencapai 200.808 unit . Seiring dengan pertumbuhan koperasi dan
UMKM yang begitu tinggi, tentu akan berdampak kepada pengurangan
kemiskinan dan pengurangan angka pengangguran. Jumlah debitur dari Koperasi
dan UMKM sebanyak 10,04 juta debitur. Tentunya terjadi pengurangan
kemiskinan . Kementerian Koperasi dan UKM, juga akan terus melakukan
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

11

penambahan koperasi dan UMKM untuk seluruh Indonesia. Dengan memberikan
fasilitas pendanaan, pendampingan dan menjembatani pemasaran produk-produk
dari UMKM baik di dalam maupun di luar negeri . Dewan Koperasi Indonesia
(Dekopin) dan berbagai organisasi kemasyarakatan guna memperkenalkan
koperasi dan UMKM kepada masyarakat.
Sejatinya pemberdayaan UMKM merupakan gerakan sinergis antar berbagai
pihak. Namun pemerintah tetap memegang peranan terbesar dalam upaya
pemberdayaan tersebut. Keterlibatan

pemerintah

UMKM telah diatur jelas dalam UU No. 20 tahun

dalam

memberdayakan

2008

tentang UMKM.

Undang-Undang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan
pemberdayaan,

kriteria,

penumbuhan

iklim usaha, pengembangan usaha,

pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi
administratif

dan

ketentuan

pidana.

UMKM

mendapat

perhatian

dan

keistimewaan yang diamanatkan oleh undang-undang, antara lain : bantuan kredit
usaha dengan bunga rendah, kemudahan persyaratan izin usaha, bantuan
pengembangan usaha dari lembaga pemerintah, beberapa kemudahan lainnya.
C. Hambatan dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia
Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan
peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai
hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Sebagai
usaha yang ruang lingkup usahanya dan anggotanya adalah (umumnya) rakyat
kecil dengan modal terbatas dan kemampuan manajerial yang juga terbatas,
UMKM sangat rentan terhadap masalah-masalah perekonomian.
Perlu digaris bawahi bahwa lebih dan 51 juta usaha yang ada, atau lebih dan
99,9% pelaku usaha adalah Usaha Mikro dan Kecil, dengan skala usaha yang sulit
berkembang karena tidak mencapai skala usaha yang ekonomis. Dengan badan
usaha perorangan, kebanyakan usaha dikelola secara tertutup, dengan Legalitas
usaha dan administrasi kelembagaan yang sangat tidak memadai. Upaya
pemberdayaan UMKM makin rumit karena jumlah dan jangkauan UMKM
demikian banyak dan luas, terlebih bagi daerah tertinggal, terisolir dan perbatasan.
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

12

Kuncoro (2000) mengungkapkan ada beberapa kendala yang dialami oleh
UMKM dalam menjalankan usahanya. Kendala tersebut berupa tingkat
kemampuan,

ketrampilan,

keahlian,

manajemen

sumber

daya

manusia,

kewirausahaan, pemasaran dan keuangan. Lemahnya kemampuan manajerial dan
sumberdaya manusia ini mengakibatkan pengusaha kecil tidak mampu
menjalankan usahanya dengan baik. Berdasarkan pengamatan Pusat Konsultasi
Pengusaha Kecil UGM, urutan prioritas permasalahan yang dihadapi oleh PK
jenis ini adalah (Kuncoro, 1997): (1) Masalah belum mempunyai sistem
administrasi keuangan dan manajemen yang baik karena belum dipisahkannya
kepemilikan dan pengelolaan perusahaan; (2) Masalah bagaimana menyusun
proposal dan membuat studi kelayakan untuk memperoleh pinjaman baik dari
bank maupun modal ventura karena kebanyakan PK mengeluh berbelitnya
prosedur mendapatkan kredit, agunan tidak memenuhi syarat, dan tingkat bunga
dinilai terlalu tinggi; (3) Masalah menyusun perencanaan bisnis karena persaingan
dalam merebut pasar semakin ketat; (4) Masalah akses terhadap teknologi
terutama bila pasar dikuasai oleh perusahaan/grup bisnis tertentu dan selera
konsumen cepat berubah; (5) Masalah memperoleh bahan baku terutama karena
adanya persaingan yang ketat dalam mendapatkan bahan baku, bahan baku
berkualitas rendah, dan tingginya harga bahan baku; (6) Masalah perbaikan
kualitas barang dan efisiensi terutama bagi yang sudah menggarap pasar ekspor
karena selera konsumen berubah cepat, pasar dikuasai perusahaan tertentu, dan
banyak barang pengganti; (7) Masalah tenaga kerja karena sulit mendapatkan
tenaga kerja yang terampil.
D. Peran Pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM di Indonesia
Kementerian Koperasi dan UKM merilis daftar 100 koperasi besar Indonesia
yang siap untuk didorong "go international" mulai tahun ini. Deputi Bidang
Pengembangan dan Restrukturisasi Usaha Kementerian Koperasi dan UKM
Braman Setyo di Jakarta, mengatakan sudah saatnya koperasi Indonesia lebih
banyak masuk dalam daftar 300 koperasi besar dunia versi

International

Cooperative Alliance (ICA). 100 koperasi besar Indonesia siap untuk go
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

13

international dan sampai akhir tahun ini setidaknya ada 3 sampai 4 koperasi
masuk daftar 300 koperasi besar dunia. Dari 100 koperasi besar itu sebanyak 10 di
antaranya Kospin Jasa Pekalongan, Kisel Jakarta, KJKS BMT UGT Sidogiri,
Kopdit Lantang Tipo, KWSG Gresik, Kopindosat, Kopdit Pancur Kasih, Kopdit
Keling Kumang, Koperasi Astra, dan Koperasi Serba Usaha ( KSU ) Sejahtera
Bersama Bogor . Sampai sejauh ini baru satu koperasi Indonesia yang masuk
dalam daftar 300 koperasi besar dunia yakni Koperasi Warga Semen Gresik
(KWSG) yang berada pada peringkat 205 dari 300. Perlu dilakukan pembenahan
kelembagaan termasuk dalam hal tata kelola koperasi. Beberapa hal yang paling
mendasar dan harus dilakukan oleh koperasi di antaranya melakukan Rapat
Anggota Tahunan (RAT) dan memilih manajer yang profesional untuk
menjalankan bisnis koperasi. Sedangkan pengurus koperasi sebagai pemilik atau
pemegang saham serta selaku pengendali dari organisasi koperasi itu. Pentingnya
pengembangan usaha dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi
untuk memenuhi kebutuhan bisnis di era globalisasi.Selain itu juga perlu
dilakukan diversifikasi usaha koperasi melalui pengembangan unit usaha koperasi
dengan menggunakan entitas bisnis seperti PT. Koperasi harus membangun
sinergi atau jaringan usaha koperasi yang sejenis untuk memperkuat permodalan,
usaha, dan jaringan sehingga bisa menjalankan usaha dari hulu ke hilir.
Semenjak Indonesia merdeka, pemerintah berusaha mencetak pengusahapengusaha baru untuk merobohkan sistem ekonomi kolonial dan diganti dengan
ekonomi kerakyatan. Beberapa program disusun oleh pemerintah Orde Lama. Di
masa demokrasi liberal, dikenal Program Benteng (Kabinet Natsir), yaitu upaya
menumbuhkan wiraswastawan pribumi dan mendorong importir nasional agar
bisa bersaing dengan perusahaan impor asing dengan membatasi impor barang
tertentu dan memberikan lisensi impornya hanya pada importir pribumi serta
memberikan kredit pada perusahaan-perusahaan pribumi agar nantinya dapat
berpartisipasi dalam perkembangan ekonomi nasional. Namun usaha ini gagal,
karena sifat pengusaha pribumi yang cenderung konsumtif dan tak bisa bersaing
dengan pengusaha non-pribumi.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

14

Di masa Orde Baru, pengembangan UMKM terus berlanjut. Pemerintah Orba
membuat UU No.9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil guna memberdayakan usaha
kecil. UU ini berisi XI bab dan 38 pasal dan mengatur pelaksanan pemberdayaan
UMKM

di

Indonesia.

Sehubungan

dengan

perkembangan

lingkungan

perekonomian yang semakin dinamis dan global, Undang-Undang Nomor 9 Tahun
1995 tentang Usaha Kecil, yang hanya mengatur Usaha Kecil perlu diganti, agar
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan
kepastian dan keadilan usaha. UU tersebut diganti dengan UU No.20 Tahun 2008
tentang UMKM. Dalam UU tersebut, disebutkan peran pemerintah untuk
memberdayakan UMKM. Terkait dengan urusan pemerintahan, Undang-Undang
telah memberi amanat terhadap pemerintah untuk mengembangkan UMKM.
Dalam UU No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah
sehubungan dengan hal ini, pemerintah juga melaksanakan berbagai program
yang bertujuan untuk memberdayakan UMKM. Program tersebut antara lain
adalah program Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) dan pemberian Kredit
Usaha Rakyat (KUR). Gerakan Kewirausahaan Nasional bertujuan memiliki
tujuan sebagai berikut: a. Meningkatkan semangat dan jiwa kewirausahaan bagi
masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menjadi wirausaha yang mandiri
handal dan tangguh, serta memiliki daya saing; b.Memotivasi agar tumbuh
wirausaha baru kreatif, inovatif dan berwawasan global; c.Mampu melakukan
interaksi melalui tukar menukar informasi dan peningkatan kerjasama di segala
sektor; d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan berwirausaha khusus bagi
wirausaha baru; e. Mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha koperasi dan
UMKM yang dilakukan oleh para pelaku wirausaha; f.Mengekspose dan
memberikan inspirasi atas keberhasilan wirausaha dari dalam dan luar negeri dan
diharapkan dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya wirausaha baru.
Sedangkan KUR yang dilaksanakan sejak tahun 2007 dan bekerja sama
dengan bank nasional penyalur KUR sebanyak 7 bank yaitu Bank Nasional
Indonesia (BNI), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Tabungan
Negara (BTN), Bank Bukopin, Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Negara
Indonesia Syariah (BNI Syariah). Hasil pelaksanaan pada tahun 2012 yaitu
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

15

penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp.34,2 trilyun untuk lebih dari
1,9 juta debitur, dengan rata-rata kredit/pembiayaan sebesar Rp.17,5 juta.
Realisasi sebaran KUR dari tahun 2007 sampai 2013 menyebutkan bahwa Bank
BRI adalah penyalur KUR terbesar dengan total plafond mencapai Rp. 79,9
trilyun. Menduduki peringkat kedua yaitu Bank Bank Mandiri dengan total
plafond sebesar Rp. 12,6 triliun, Di urutan ketiga adalah BNI dengan total plafond
sebesar Rp. 12,11 triliun, selanjutnya berturut-turut yaitu BTN dengan plafond Rp.
4,1 triliun, BSM dengan plafond Rp. 3,4 triliun, Bank Bukopin dengan plafond
1,75 triliun dan BNI Syariah dengan plafond Rp. 142.876 miliar. Secara
keseluruhan, nilai Non Performing Loan (NPL) penyaluran KUR oleh bank
pelaksana ini masih dibawah 5% yaitu sebesar 3,4%. Bank BTN merupakan Bank
Pelaksana dengan nilai NPL terbesar dalam penyaluran KUR yaitu sebesar 9,5%
dan BRI Mikro dengan NPL terkecil yaitu 1,9%. Diharapkan pada periode-periode
berikutnya nilai NPL pada bank yang masih di atas 5% bisa turun sehingga
penyalurannya lebih tepat sasaran. Pada tahun 2012, pemerintah juga melakukan
pendampingan bagi 27.520 calon debitur KUR dan sosialisasi KUR di 33
provinsi.

Melalui

program

tersebut

diharapkan

penerima

KUR

dapat

mempergunakan KUR untuk pengembangan usaha dan membuat UMKM menjadi
lebih berdaya karena tambahan modal tersebut.

E. Strategi UMKM menghadapi Pasar Bebas ASEAN
Belum kokohnya fundamental perekonomian Indonesia saat ini, mendorong
pemerintah untuk terus memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja cukup besar dan memberi
peluang bagi UMKM untuk berkembang dan bersaing dengan perusahaan yang
lebih cenderung menggunakan modal besar (capital intensive). Pemberdayaan
UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan membuat UMKM
harus mampu mengadapai tantangan global, seperti meningkatkan inovasi produk
dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan teknologi, serta perluasan area
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

16

pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk menambah nilai jual UMKM itu sendiri,
terutamanya agar dapat bersaing dengan produk-produk asing yang kian
membanjiri sentra industri dan manufaktur di Indonesia, mengingat UMKM
adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja terbesar di Indonesia
(Sudaryanto, 2011).
Laporan World Economic Forum (WEF) 2010 menempatkan pasar Indonesia
pada ranking ke-15. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sebagai pasar yang
potensial bagi negara lain. Potensi ini yang belum dimanfaatkan oleh UMKM
secara maksimal. Perkembangan UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada
berbagai persoalan sehingga menyebabkan lemahnya daya saing terhadap produk
impor. Persoalan utama yang dihadapi UMKM, antara lain keterbatasan
infrastruktur dan akses pemerintah terkait dengan perizinan dan birokrasi serta
tingginya tingkat pungutan. Dengan segala persoalan yang ada, potensi UMKM
yang besar itu menjadi terhambat. Meskipun UMKM dikatakan mampu bertahan
dari adanya krisis global namun pada kenyataannya permasalahan-permasalahan
yang dihadapi sangat banyak dan lebih berat. Hal itu dikarenakan selain
dipengaruhi secara tidak langsung krisis global tadi, UMKM harus pula
menghadapi persoalan domestik yang tidak kunjung terselesaikan seperti masalah
upah buruh, ketenagakerjaan dan pungutan liar, korupsi dan lain-lain.
Permasalahan lain yang dihadapi UMKM, yaitu adanya liberalisasi
perdagangan, seperti pemberlakuan ASEAN- China Free Trade Area (ACFTA)
yang secara efektif telah berlaku tahun 2010. Di sisi lain, Pemerintah telah
menyepakati perjanjian kerja sama ACFTA ataupun perjanjian lainnya, namun
tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu kesiapan UMKM agar mampu bersaing.
Sebagai contoh kesiapan kualitas produk, harga yang kurang bersaing, kesiapan
pasar dan kurang jelasnya peta produk impor sehingga positioning persaingan
lebih jelas. Kondisi ini akan lebih berat dihadapi UMKM Indonesia pada saat
diberlakukannya ASEAN Community yang direncanakan tahun 2015.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

17

Kemampuan UMKM dalam menghadapi terpaan arus persaingan global
memang perlu dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi kestabilan
perekonomian Indonesia. Selain itu faktor sumber daya manusia di dalamnya juga
memiliki andil tersendiri. Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan
dapat dilakukan dengan peningkatan daya saing dan pengembangan sumber daya
manusianya agar memiliki nilai dan mampu bertahan menghadapi pasar ACFTA,
diantaranya melalui penyaluran perkreditan (KUR), penyediaan akses informasi
pemasaran, pelatihan lembaga keuangan mikro melalui capacity building, dan
pengembangan information technology (IT).
Langkah yang diambil Pemerintah dalam hal ini Kementrian Koperasi dan
UKM untuk segera mensertifikasi produk dengan sertifikat halal, HKI, dan
standar mutu yang lain menjelang pemberlakukan Masyarakat Ekonomi ASEAN
(MEA) adalah untuk meningkatkan kualitas produk dan mensertifikasikan dengan
standar mutu agar produk yang dihasilkan semakin berdaya saing. Selain itu,
dengan membuat produk yang berkualitas serta harga sesuai dengan kualitas, pasti
produk akan lebih bisa bersaing dengan produk dari negara ASEAN lainnya.
Secara kumulatif Kementrian Koperasi dan UKM telah memfasilitasi Pendaftaran
HKI, Pendaftaran Sertifikasi SNI/ISO 9001-2008 /HACCP, serta Sertifikat Halal
bagi sekitar 3500 UMKM. Meskipun fasilitasi tersebut tentunya masih jauh jika
dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada, namun standarisasi dan sertifikasi
produk ditempatkan sebagai program nasional teratas Kementerian/Lembaga
untuk melindungi produk UMKM memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri
menyongsong pasar global 2020. Di samping itu, SNI, HKI dan Halal juga harus
menjadi syarat mutlak bagi produk impor sebelum dipasarkan .
Strategi yang baik bagi pemerintah khususnya Menteri Koperasi dan UMKM,
anggota serta pengurus koperasi di seluruh Indonesia dan para owner UMKM di
seluruh Indonesia agar memiliki komitmen yang kuat untuk meningkatkan
perekonomian Indonesia melalui cara-cara berikut, diantaranya:
1.

Penyediaan modal dan akses kepada sumber dan lembaga keuangan.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

18

2.

Meningkatkan kualitas dan kapasitas kompetensi SDM.

3.

Meningkatkan kemampuan pemasaran UMKM.

4.

Meningkatkan akses informasi usaha bagi UMKM.

5.

Menjalin kemitraan yang saling menguntungkan antar pelaku usaha (UMKM,
Usaha Besar dan BUMN).
Melakukan/membuat program goes to goal, yaitu langsung ke tujuan atau

sasaran. Dilakukan dengan cara memberikan bantuan baik modal, konsep, dan
hal-hal yang dibutuhkan oleh koperasi dan UMKM atau dengan membidik para
individu yang memiliki jiwa enterpreneur dengan tetap adanya prinsip prudensial
dan adanya manager investasi (meminjam istilah perbankan syariah dimana
nasabah yang telah diberi pinjaman tetap terus mendapat pengawasan atau
layanan prima dalam pengolahan dana uang ).

PENUTUP

A.Kesimpulan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah menjadi tulang punggung
perekonomian Indonesia. Sejarah membuktikan, ketika terjadi krisis moneter di
tahun 1998 banyak usaha besar yang tumbang karena dihantam krisis tersebut,
namun UMKM tetap eksis dan menopang kelanjutan perekonomian Indonesia.
Tercatat, 96% UMKM di Indonesia tetap bertahan dari goncangan krisis.
Peran UMKM terhadap penyerapan tenaga kerja cukup besar. Sehingga
pengembangan UMKM merupakan langkah strategis dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia dan pertumbuhan ekonomi nasional terutama
dalam menghadapi pasar bebas ASEAN.
Secara kumulatif Kementrian Koperasi dan UKM telah memfasilitasi
Pendaftaran HKI, Pendaftaran Sertifikasi SNI/ISO 9001-2008 /HACCP, serta
Sertifikat Halal bagi sekitar 3500 UMKM. Meskipun fasilitasi tersebut tentunya
masih jauh jika dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada.

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

19

Pertumbuhan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
terus meningkat dari tahun ke tahun sehingga mampu mengurangi angka
pengangguran dan kemiskinan di Indonesia, jumlah UMKN saat ini mencapai
56,5 juta unit, dan 98,9 persen adalah usaha mikro, sedangkan jumlah koperasi di
Indonesia mencapai 200.808 unit.
Kemampuan UMKM dalam menghadapi terpaan arus persaingan global
memang perlu dipikirkan lebih lanjut agar tetap mampu bertahan demi kestabilan
perekonomian Indonesia.

B.Saran
Para pengelola dan pelaku UMKM harus memahami perkembangan teknologi
saat ini sehingga konsep pemasaran dan promosi produk yang dilaksanakan
tersebar luas dan menarik di kalangan pembeli baik di tingkat domestik , regional
maupun internasional.
Pemerintah dalam hal ini Lembaga/Kementrian terkait perlu menyiapkan
berbagai langkah strategis untuk mendorong pertumbuhan industri nasional
terutama UMKM agar mampu menghadapi persaingan yang semakin kompetitif
di antara negara ASEAN, baik dalam rangka mengisi Pasar Dalam Negeri maupun
Pasar ASEAN 2015.
Strategi pengembangan UMKM untuk tetap bertahan dapat dilakukan dengan
peningkatan daya saing dan pengembangan sumber daya manusianya agar
memiliki nilai dan mampu bertahan menghadapi Pasar Bebas ASEAN 2015.
Kesulitan UMKM dalam hal permodalan perlu menjadi perhatian yang serius
dari Pemerintah, faktor kebijakan dan persyaratan perbankan adalah hal pokok
yang dihadapi UMKM dalam mengembangkan usahanya guna menghadapi Pasar
Bebas ASEAN 2015.

DAFTAR PUSTAKA

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

20

Pio.2014,Agar bisa bersaing di Pasar Bebas ASEAN, Produk UMKM harus
Bersertifikat, , Diunduh ulang:
28 September 2014
Sumetra,Dewa
Putu.2013,Jumlah
UKM
di
Indonesia
capai
55,2
juta, , Diunduh : 25 September 2014.
Sikumbang,Zul.2014.Jumlah
Koperasi
dan
UMKM
terus
meningkat,, Diunduh 25 September 2014.
LSM

Lentera.2013.Kelemahan
dan
hambatan
Koperasi
dan
UKM, Diunduh : 23 September 2014

Arisandy,Yunni.2014.Kesiapan Koperasi UKM Indonesia menatap Era MEA
2015,, Diunduh : 24 September 2014
Adypo.2010.Kebijakan ekonomi pada masa orde lama,orde baru dan
reformasi, , Diunduh ulang :28 September 2014
Agustine,Metattalya.2010.Rencana Strategis Kementerian Koperasi dan Usaha
Kecil
dan
Menengah
Republik
Indonesia
Tahun
20102014, , Diunduh : 26 September 2014
Sofia,Hanni.2014,Kementerian
Rilis
100
Koperasi
Siap
“go
internasional“,, Diunduh ulang: 29 September 2014.
Kuncoro,Mudrajad.2000,Usaha kecil di Indonesia:Profil,Masalah dan Strategi
Pemberdayaan,
, Diunduh ulang : 22 Oktober 2014 pukul 20.39 wiba
Mengenal
Usaha
Mikro,
Kecil
dan
Menengah
(UMKM), ,Diunduh : 25 September 2014
Wiwaha,Arjuna.2013,Pengertian
UMKM
dan
Koperasi, ,Diunduh : 23 September 2014
Bahan Rakornas Final Deputi PJU.2013.Program Strategis Pemberdayaan Koperasi
dan UMKM Bidang Pemasaran dan Jaringan Usaha 2014,
, Diunduh : 26 September
2014
[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

21

Purwatih,Rastri.2013,Perkembangan Koperasi dan UKM di Indonesia,
, Diunduh : 24 September 2014
Sri Winarni,Endang.2006.Strategi Pengembangan Usaha Kecil Melalui Peningkatan
Aksesibilitas Kredit Perbankan. Infokop Nomor 29 Tahun XXII, 2006,
,diunduh ulang : 22 Oktober 2014.
Ramadhana,Aditya.2013,Makalah
Kinerja
UMKM
dan
Hambatannya,, Diunduh ulang: 28 September 2014.
Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kajian Fiskal,Depkeu.2013,Strategi
Pemberdayaan
UMKM
menghadapi
Pasar
Bebas
ASEAN, Diunduh : 24 September 2014
Sudrajat,UPBJJ-UT Denpasar.2010.Pemberdayaan UMKM dalam Mewujudkan
Tujuan
Pembangunan
Milenium
(Penanggulangan
Kemiskinan), , Diunduh ulang : 22 Oktober 2014
www.CepuTelecenter.wordpress.com.2009,Undang – undang dan peraturan tentang
UKM, Diunduh ulang: 28 September 2014,pukul 22.01
wiba
Mahdi Hanif,M.2012,Peran Usaha Mikro,Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
Pembangunan
Ekonomi
Indonesia,, Diunduh : 25 September 2014
Undang – undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang UMKM,4 Juli
2008.Jakarta Diunduh : 25
September 2014 pukul 11.52 wiba.
(Chairil

/Yuhardi /Hardyanto/Erwin/ Palma),Kementerian Sekretariat Negara
Republik Indonesia,2014,Peluang dan Tantangan Indonesia pada ASEAN
Economic Community 2015,
, Diunduh : 22 Oktober 2014
pukul 19.45 wiba

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]

22

[PERAN UMKM MENGHADAPI PASAR BEBAS ASEAN 2015]