Evolusi sistem dunia Internasional Perwu

Ujian Akhir Semester Teori Hubungan Internasional II
Research: Perwujudan Political Community dalam Critical Theory
Ahmad Alfajri, MA

Disusun Oleh:
Nur Anti Widianti

1310412072

Chatrine Natalia

1310412091

Gea Cameiliasari

1310412093

Wilda Radita

1310412095


Fika Triandini

1310412096

Aldy Fachriansyah

1330412101

Program Studi Strata Satu Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
2015

Daftar Isi
Abstrak……………………………………………………………………………………..………i
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………1
I.1.Latar Belakang…………………………………………………………………………………1
I.2.Pertanyaan Penelitian………………...…………………………………………………….….5
I.3.Tujuan Penelitian………………………………………………………….…………………...5
I.4.Landasan Teori………………………………………………………………...………...…….5

BAB II PEMBAHASAN
II.A. Perkembangan peradaban dunia dalam system Nation-State……………………………….......8
II.B.Konflik pada kemunculan Negara-negara yang membatasi kehidupan individu……...……12
II.C. Kemajuan dunia yang mendekat pada era borderless……………………………………….….15
BAB IV
Kesimpulan………………………………………………………………………………………19
Daftar Pustaka……...………………………………………………………………………….…20

Abstrak
Kata Kunci: masyarakat internasional, politik, perdamaian, komunitas politik, Negara
Kehidupan masyarakat modern kini di abad ke-21 telah banyak mengalami kemajuan dalam
keinginan untuk mewujudkan suatu perdamaian yang abadi. Setiap Negara memiliki kewajiban
untuk melindungi hak-hak individunya dan seiring dengan kemajuan individu kepentingan
Negara menjadi terabaikan sehingga menciptakan Negara yang tanpa batas. Individu yang
merupakan manusia suatu Negara berubah menjadi manusia yang bebas dan menuju apa yang
disebut dengan manusia tanpa kewarganegaraan. Perubahan yang terus berkembang dari masa
kemasa peradaban manusia menjadikannya penting bagi kaum teori kritis untuk menjadikan
dunia sebagai suatu komunitas politik yang tidak dibatasi oleh kepemilikan suatu Negara atas
individu, maupun sumber daya yang dimiliki setiap Negara.


Abstract
Keyword: international society, Politics, peace, political community, state.
Modern society is now in the 21st century has been a lot of progress in the desire to achieve a
lasting peace. Every State has the duty to protect the rights of the individual and in line with the
progress of the individual interests of the State to be ignored thereby creating a country without
borders . Human individual who is a State turned into a free man and towards what is called a
man without citizenship . Changes continue to evolve over time, human civilization makes it
essential for the critical theory to make the world as a political community that is not limited by
the ownership of the State over the individual , as well as the resources of each State .

BAB I
Pendahuluan
I.1 Latar Belakang
Sejak awal keberadaan manusia di dunia, telah tercipta sebuah sistem disetiap era.
Dimana sistem tersebut berubah mengikuti perkembangan dan kemajuan pemikiran manusia.
Dimulai sejak peradaban kuno sebelum masehi, setiap manusia melindungi dan mempertahankan
suatu wilayah untuk menjadi tempat pelindungnya. Kala itu manusia hidup berpindah-pindah
atau nomaden yang mengindikasikan manusia selalu menginginkan sesuatu untuk dicari tahu dan
perubahan untuk setiap masanya.
Manusia purba memiliki jangkauan wilayah yang sangat luas untuk dijelajahi, hingga saat

manusia memiliki kesempatan untuk berada disuatu wilayah tersebut manusia mengupayakan
sebuah pertahanan dan menjadi sebuah kepemilikan dari sekelompok manusia-manusia tersebut.
Dimulai sejak peradaban kuno, manusia kala itu telah memilliki hubungan dengan manusia dari
kelompok lainnya untuk kemudian menjalin kerjasama, baik untuk pertahanan wilayah maupun
pangan.
Perkembangan terus terjadi hingga timbul bagi manusia untuk memiliki sebuah kepercayaan
yang didasarkan pada alam semesta, perpecahan dan perlawanan terjadi bagi mereka yang tidak
menyetujui ajaran agama suatu kelompok. Kepercayaan menjadi cikal bakal tumbuhnya kerajaan
yang pada kenyataannya membelah sekelompok manusia dengan lebih besar lagi dari
sebelumnya, manusia menginginkan sebuah kekuasaan untuk berkuasa atas kehidupan di dunia.
Hingga terjadilah peperangan selama tiga puluh tahun antara katolik dengan protestan, yang
kemudian diakhiri dengan perjanjian westphalia, dimana perjanjian tersebut mengubah tatanan
dunia yang juga menjadi cikal bakal hadirnya hubungan internasional.
Kehidupan menjadi lebih teratur, dengan batas-batas wilayah yang ditentukan berdasarkan
sejarah yang dimiliki suatu negara bukan lagi berdasarkan kepercayaan. Kemajuan peradaban
terus terjadi hingga pada era modern saat ini, dimana manusia tidak lagi mengandalkan
kepercayaan melainkan menuntut sebuah bukti bagi setiap hal yang dibutuhkannya. Namun
negara dan sistem tatanan dunia yang ada pada era modern ini memberikan sebuah langkah baru

bagi pemikir barat. Negara dianggap tidak lagi relevan dengan keadaan dunia saat ini, sistem ini

dianggap sudah terlalu tua untuk digunakan dan dibutuhkan sebuah emansipasi atau transformasi
mengenai masa depan dunia internasional.
Kemudian muncul critical theory atau teori kritis sebagai kritik atas sistem dunai saat ini, teori
kritis merupakan teori yang lahir pada tahun 90an. Berawal pada pemikiran dari Immanuel Kant,
Friedrich Hegel, dan Karl Marx. Teori ini mendasarkan pada pengkritikan atas teori-teori yang
telah ada dengan tujuan untuk melahirkan sebuah kacamata baru yang bermaksud untuk tidak
berpihak pada suatu kepentingan. Teori kritis banyak berkembang di Jerman atau lebih tepatnya
di Frankfurt yang juga dikenal sebagai Frankfurt School. Pada dasarnya kaum teori kritis
beranggapan bahwa tidak ada pengetahuan yang netral atau bebas nilai, pasti semua memiliki
kepentingan atas pembuatan teori tersebut. Oleh karena itu teori dalam hubungan internasional
disebut bias.
Salah satu pemikir dari teori kritik, Robert Cox yang berasumsi bahwa teori selalu untuk
seseorang dan untuk tujuan tertentu. Lalu Cox membagi pandangannya menjadi dua bagian
yakni perbedaan antara pengetahuan penyelesaian masalah atau problem solving knowledge dan
pengetahuan emansipatori atau emancipatory knowledge. Menurutnya, teori-teori yang ada pada
saat ini dan yang tergabung dalam teori alternatif dalam hubungan internasional dianggap hanya
dapat menjelaskan mengenai apa yang sedang terjadi di dunia, namun tidak dapat
memperjuangkan emansipasi sebagaimana kaum teori kritis lakukan.
Teori kritis memberikan kritik dengan penuh kesadaran, karena bagaimanapun hal tersebut akan
menimbulkan konfrontasi. Teori kritik telah memperkenalkan kondisi ekonomi


yang telah

membangun dunia dan telah dipahami oleh masyarakat sosial yang telah terorganisir. Filosofi
menjadi tidak berguna sebagai sebuah disiplin ilmiah mandiri mengenai struktur yang nyata.
Penemu dari kritikal teori memiliki keyakinan bahwa manusia pada dasarnya materialistis. Hal
tersebut bukan berarti mengatur dirinya sebagai sistem filosofi yang berlawanan dengan filosofi
sistem lain. Teori sosial merupakan sistem ekonomis bukan sistem filosofis.
Teori yang telah ada dianggap tidak objektif karena para ilmuwan atau akademisi sosial dianggap
sebagai instrumen kekuatan dan politik semata sehingga teori kritis berupaya untuk mengetahui
kepentingan politis dari teori-teori yang ada tersebut. Nilai dari teori tersebut lebih didasarkan

pada nilai-nilai politis daripada nilai akademis sehingga perdebatan teori yang ada selama ini
merupakan perdebatan yang penuh dengan muatan kekuatan politik. Sejak pertengahan 1990 hal
atau tema utama yang telah tumbuh dari teori kritis ini adalah pembutuhan pembangunan yang
lebih mengerti kepada community sebagai sebuah arti dari penghilangan atas ketidakleluasaan
potensi manusia yang merdeka (bebas).
Sistem atau tatanan dunia saat ini yang condong mengarah pada kesenjangan antara negara maju
dengan berkembang telah bergerak terlalu jauh. Hingga pada berbagai sisi pun masyarakat
internasional mendapatkan dampak dari sistem yang digunakan pada saat ini. Ekonomi politik

dunia tidaklah bergerak untuk menyejatherakan masyarakat namun bagi kaum teori kritis hal ini
merupakan bagian dari kepentingan kaum liberalis untuk menguasai dunia, dengan kata lain
menjajah negara berkembang dengan cara yang jauh lebih tricky. Selain itu kaum teori kritis juga
berupaya untuk mengetahui kepentingan politik tersembunyi dalam teori-teori dan perdebatan
yang terjadi dalam hubungan internasional.
Mengkritisi banyak hal merupakan fokus utama dalam teori kritis, namun bukannya tidak
memiliki tujuan. Kaum ini juga memiliki harapan untuk membangun sebuah political community
yang menyatukan sebuah masyarakat menjadi bagian dari masyarakat internasional yang utuh.
Tanpa dibatasi oleh wilayah dan aturan-aturan yang memisahkan dari interaksi sesama manusia..
Teori kritis ini bukan satu-satunya kemungkinan yang bisa diusut, disana juga ada pemikiran
classical greek terhadap otonomi dan demokrasi yang dapat dipertimbangkan. Teori krietis
memberikan perhatian kepada pemahaman dari sisi masyarakat kontemporer dengan cara
memahami dari segi sejarah dan pembangunan sosial. Teori kritis ini bermaksud bukan unutk
menghilangkan salah satu atau penyalahgunaan suatu teori tetapi untuk menganalisis dari dasar
struktur sosial.
Ada 2 dimensi yang membuat teori kritis memikirkan kembali tentang political community:
1. Sosiologis serta hubungan kepada kebutuhan pembangunan dan dari pangkal perubahan
negara modern dan sebuah sistem negara.
2. Dimensi Praxiological memperhatikan kemungkinan untuk me-rekontruksi ulang hubungan
dalam dunia internasional.


Kaum teori kritis optimis akan mimpinya dapat terwujud, melihat berbagai pandanganpandangan dari pemikir-pemikir dunia internnasional menginginkan akan adanya sebuah akhir
dari sistem dunia yang ada saat ini. Sistem yang membelah manusia dan menimbulkan
perpecahan, peperangan dan ketidakadilan pada manusia secara besar harus segera dihapuskan.
Berbagai prediksi mengenai masa depan dunia telah dikritik dan dipertimbangkan oleh kaum ini.
Hingga muncul sebuah pemikiran dapatkah perdamaian abadi yang diprediksikan Immanuel
Kant terjadi, berikut Hegel dan Marx yang memprediksikan dunia akan menjadi satu, kemudian
dengan cara apa dan bagaimana manusia dapat mewujudkan mimpi kaum teori kritis teresebut.
Sistem yang ada pada saat ini, ekonomi dan pasar bebas kaum liberal secara kasat mata telah
mengupayakan mimpi dari para pemikir teori kritis. Manusia dari belahan dunia manapun dapat
melakukan transaksi perdagangan dengan menggunakan kemajuan teknologi yang ada. Kaum
liberal yang menjadi pencetus bagi setiap sistem peradaban dunia menunjukkan kebenarannya
untuk mewujudkan keadilan bagi setiap manusia yang ada di dunia. Meski membutuhkan sebuah
proses yang lama sejak prediksi Kant dipublikasikan.
Pada hakikatnya sebuah negara dengan sekumpulan manusia yang ada dan dipimpin oleh
seorang pemerintah, tidak mewakilkan keinginan suatu masyarakatnya sendiri. Menjadi sebuah
pertanyaan besar bagi kaum realis bahwa tidak semua masyarakat disuatu negara memiliki
karakter yang sama dengan siapa yang dipimpinnya. Realis beranggapan dengan manusia yang
selalu egois dan menginginkan sebuah kekuasaan. Namun anggapan ini di halau oleh liberalis
dengan ciri khasnya yang individual, manusia tidak lagi harus memikirkan sebuah kekuasaan

untuk dimiliki.
Individu dapat keegoisan untuk perkembangan dirinya sendiri dan bergerak kearah yang lebih
positif bagi liberalis, mengembangkan ide dan kekrreatifitasan jauh lebih bermanfaat. Liberal
yang selalu mencoba memberikan sebuah penyelesaian suatu masalah menjadi cambukan bagi
realis yang selalu beranggapan manusia menginginkan suatu kekuasaan, hingga muncul neo
realis yang mulai membuka dirinya untuk sebuah kerjasama.

Dari hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa political community dapat diwujudkan dengan tujuan untuk mempersatukan
peradaban manusia. Dimana manusia akan tergabung dalam suatu komunitas politik dengan
tidak adanya pemerintahan atau negara yang mengurungnya dan tanpa perbedaan culture yang

memisahkan hubungan antar manusia dan negara. Begitu juga dengan sekat agama yang
memisahkan.
Political community yang diusul oleh Andrew Linklater merupakan sebuah upaya untuk
mengubah sistem tatanan politik dunia untuk menekankan hak manusia seutuhnya. Untuk
menghapuskan segala perbedaan, ketidaksamaan dan ketidakadilan yang terjadi di dunia, yang
dijalankan negara-negara saat ini menimbulkan banyak kritik atas warganegara yang tidak
mendapatkan haknya sebagai manusia yang bebas, individu yang dapat mengeksplorasi dirinya,

kaum kritis meyakini kesetaraan akan terjadi melihat sejarah dunia yang selalu mengalami
kemajuan yang diikuti oleh perubahan. Penulis akan mencoba untuk menjelaskan pencapaian
teori kritis ini menjadi sebuah penelitian yang akan didasarkan pada fakta.
I. 2. Pertanyaan penelitian
Apakah ada kemungkinan terwujudnya political community yang diusung oleh para kaum teori
kritis?
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan ini untuk meneliti transformasi, emansipasi dan terakhir political community
yang diusung oleh para kaum kritis/ critical theory serta kemungkinan perwujudan atas global
citizens terkait penyelesaian masalah dari kaum kritis mengenai tatanan dunia pada era modern.
I.4 Kerangka Teori
Critical Theory
Teori kritis adalah sebuah tradisi pemikiran yang pada awalnya berkembang di Jerman
melalui pemikiran yang dikenal sebagai mahzab Frankfurt (Frankfurt School). Teori kritis
dikenal dengan teori hubungan internasional kritis, dan berkembang dengan pesat sejak kurang
lebih seperempat abad yang lalu. Secara umum, pemikiran-pemikiran teori kritis berakar dari
karya-karya Kant, Hegel, dan Marx. Misalnya, pemikiran Kant tentang keterbatasan
pengetahuan, bahwa manusia tidak bisa memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya
sebagian saja (parsial).


Teori kritis mencangkup berbagai tradisi pemikiran yang sebenarnya bukan hanya sangat
berbeda tetapi juga hampir tidak mungkin disatukan dalam sebuah kategori. Memahami teori
kritis semata-mata sebagai pendekatan yang menentang rasionalitas berarti akan menempatkan
teori tersebut di luar kategori teoritisi dan teori kritis. Dengan kata lain, teoro kritis merupakan
sebuah tradisi pemikiran yang bisa diindentifikasikasi dengan pasti dan menawarkan agendaa
riset yang sangat spesifik dan jelas. Tetapi, pada sisi yang lain, terdapat juga pengakuan bahwa
teori kritis merupakan sebuah kategori yang bukan hanya sangat luas, melainkan juga sangat
membingungkan, rancu dan menimbulkan kesalah-pahaman.
Perbedaan pemahaman ataupun bahkan kesalah-pahaman terhadap teori kritis ini
nampaknya terletak pada realitas bahwa teori kritis pada dasarnya bukanlah sebuah pendekatan
tunggal, melainkan sebuah gugusan dari pendekatan yang berbeda-beda. Berbagai pendekatan
yang berbeda ini yang disatukan oleh ikatan yang sangat longgar yang berupa kritik terhadap
pemikiran-pemikiran studi politik global dan komitmen untuk menunjukan perlunya serta
mendorong terjadinya emansipasi dalam politik global. Para teoritisi hubungan internasional
kritis berangkat dari pemahaman yang sama bahwa hubungan internasional memiliki masalah
yang sangat serius dalam kaitannya dengan keadilan dan kebebasan yang diakibatkan oleh sistem
inklusi dan eksklusi. Sebagai sebuah perspektif akademis, karakter teori kritis dapat dilihat dalam
empat orientasi: Ontologis, Epistimologis, Metodelogis dan normatif. Secara ontologis, teori
kritis berangkat dari asumsi bahwa aktor merupakan produk sosial dalam artian sikap dan
tindakannya sangat terkait dengan kerangka solusinya. Secara epistimologis dan metodelogis,
teori kritis menolak positivisme dan mendukung pluralitas bentuk-bentuk produksi pengetahuan,
yakni melalui strategi interpretatif. Dan, secara normatif teorisi kritis menolak pretensi netralitas
sebuah teori.
Richard Wyn-Jones membedakan dua bentuk teori kritis berdasarkan tradisi pemikiran yang
mempengaruhinya: teori kritis yang berkembang dari teori kritis Frankfrut School dan yang
berkembang dari pemikiran Gramsci. Teori Gramscian cenderung memusatkan perhatian
terutama pada kajian-kajian ekonomi politik. Konsentrasi pada ekonomi politik ini sangat mudah
dipahami karena, sebagai seorang Marxist, Gramsci masih sangat menekankan pemikirannya
pada hubungan produksi dan pentingnya basis ekonomi sekalipun, tidak seperti pemikir Marxist
ortodoks, pada saat yang sama juga mengakui hubungan timbal balik antara sub dan super

structure. Teori Gramscian juga mengembangkan dan menggunakan konsep-konsep hegemoni
dan blok historis dalam analisa mereka terhadap isu dan masalah-masalah politik global dan
konkrit. Kedua konsep ini merupakan perangkat analisis yang sangat tajam untuk memahami
tatanan sosial serta mendorong transformasi tatanan sosial tersebut.
Teoritisi kritis Gramscian memahami hegemoni dengan cara yang sangat berbeda dari teoritisiteoritisi hubungan internasional yang lain. Sementara dalam hubungan internasional hegemoni
cenderung didentikan dengan dominasi, teoritisi kritis Gramscian memahami hegemoni dan
dominasi sebagai dua kutub dalam sebuah kontinuum hubungan kekuasaan. Dominasi
menggambarkan sebuah pola hubungan kekuasaan yang cenderung ditandai dengan paksaan dan
ditopang oleh sarana-saran kekerasan. Hegemoni, sebaliknya, menggambarkan pola hubungan
kekuasaan yang lebih mengandalkan legitimasi daripada paksaan.
Analisis Gramscian terhadap hegemoni memberikan peran yang sangat besar kepada kelompok
intelektual tertentu yang disebut sebagai intelektual organik. Dengan kata lain, teoritisi
Gramscian berusaha menunjukkan bahwa hubungan yang eksploitatif tidak hanya terkait dengan
dimensi ekonomi, tetapi juga dengan dimensi politik, yakni ideologi. Sementara teoritisi kritis
Gramscian memberikan perhatian yang sangat besar kepada kondisi material ekonomi politik,
teoritisi kritis yang berangkat dari tradisi pemikiran Frankfrut juga atau lebih memberikan
perhatian kepada proses konstruksi pengetahuan dalam hubungan internasional kontemporer.
Tetapi, dibandingkan dengan teori Gramscian, teori hubungan internasional yang berkembang
dari tradisi pemikiran Frankfrut cenderung beragam dan tidak koheren secara internal. Tetapi,
sebagaimana induknya, berbagai aliran pemikiran dalam teori kritis yang dikembangkan dari
teori kritis Frankfrut School juga terkait secara kompleks satu sama lain dan tidak bisa
dipisahkan secara tajam.

BAB II
Pembahasan
A.Perkembangan peradaban dunia dalam system Nation-State
Pemerintahan adalah sistem yang dimiliki suatu negara dalam mengatur pemerintahannya.
Sesuai dengan kondisi negara masing-masing Sistem pemerintahan mempunyai sistem dan
tujuan untuk menjaga suatu kestabilan negara itu. Max Webber mendeskripsikan negara itu
sendiri sebagai sebuah komunitas manusia yang berhasil mengklaimatau memonopoli
penggunaan kekuatan dalam suatu wilayah tertentu. Secara luas berarti sistem pemerintahan itu
menjaga kestabilan masyarakat, menjaga tingkah laku kaum mayoritas maupun minoritas,
menjaga fondasi pemerintahan, menjaga kekuatan politik, pertahanan, ekonomi, keamanan
sehingga menjadi sistem pemerintahan yang kontinu dan demokrasi dimana seharusnya
masyarakat bisa ikut turut andil dalam pembangunan sistem pemerintahan tersebut.
Hingga saat ini hanya sedikit negara yang bisa mempraktikkan sistem pemerintahan itu secara
menyeluruh. Secara sempit, sistem pemerintahan hanya sebagai sarana kelompok untuk
menjalankan roda pemerintahan guna menjaga kestabilan negara dalam waktu relatif lama dan
mencegah adanya perilaku reaksioner maupun radikal dari rakyatnya itu sendiri. Dalam teori
hubungan internasional, anarki adalah konsep bahwa sistem dunia tidak punya pemimpin: tidak
ada pemerintahan berdaulat universal atau pemerintahan dunia. Karena itu tidak ada yang
kekuatan koersif yang superior secara hierarkis yang dapat menyelesaikan permasalahan,
memberlakukan hukum, atau menata sistem seperti politik dalam negeri. Dalam hubungan
internasional, anarki diterima luas sebagai titik awal teori hubungan internasional.
"My intention here is not to exclude the consent of the people from being one just foundation of
government where it has place. It is surely the best and most sacred of any. I only contend that it

has very seldom had place in any degree and never almost in its full extent. And that therefore
some other foundation of government must also be admitted."—David Hume
Pandangan David Hume jelas terlihat mengenai betapa pentingnya peran pemerintah dalam suatu
Negara, sehingga sangat menghawatirkan bila kekuasaan yang dimilikinya tidak dapat diawasi
oleh rakyatnya sendiri. Pemerintah tidak menjadikan dirinya relevan pada dunia modern yang
akan diciptakan oleh kaum teori kritis. Kehidupan dunia semakin bergantung dengan adanya
kebutuhan dan kepentingan yang diciptakan oleh suatu Negara itu sendiri, memunculkan
keinginan masyarakat dunia untuk beremanspasi terkait permasalahan yang terjadi didunia, tidak
adanya lagi Negara yang tetap berhegemon di dunia internasional sehingga menimbulkan dunia
dalam system yang anarki.
Meski pada saat ini sejumlah ilmuwan politik memakai kata "anarki" untuk menyebut dunia
dalam ketidakteraturan, kekacauan, atau konflik, ilmuwan lainnya melihat anarki sebagai
cerminan tatanan sistem internasional—negara-negara merdeka tanpa adanya pemerintah pusat
di atasnya. ‘world Government’ adalah sebuah serangkaian hipotesis yang terdiri dari tingkat
pemerintahan yang memiliki otoritas. Beberapa internasionalis beranggapan bahwa pembentukan
pemerintahan dunia sebagai cara untuk membangun kebebasan dan ‘menjinakkan’hukum dunia.
Banyak internasionalis modern yang mengatakan bahwa kekurangan saat ini dalam tatanan
internasional dapat diatasi tidak hanya dengan menentang globalisasi, yang mereka lihat sebagai
proses yang tak terelakkan dan bahkan diterima, tetapi juga dengan menyeimbangkan ‘penyakit’
yang dibawa oleh kepentingan ekonomi sentral yang secara tidak langsung memataikan kegiatan
pemerintahan dengan cara memasukkan sentralisasi pasar-pasar internasional.
Di dunia Wilayah masih diperdebatkan mana kelompok etnis dan nasional bersaing untuk
kekuasaan, di mana mereka mencari pelaksanaan pemerintahan sendiri, di mana mereka
menampilkan homogenitas wilayah, dan di mana mereka terus merasa terancam oleh kelompok
nasional lainnya. sementara wacana publik cenderung untuk fokus pada skala nasional konflik
teritorial, seperti demokrasi perbatasan negara atau hubungan antara negara tetangga, itu adalah
pada skala lokal dan mikro perilaku teritorial di mana sebagian besar orang yang terkena
dampaknya. Hal ini berlaku dari perilaku teritorial lokal sehubungan dengan praktek kehidupan
sehari-hari, seperti kota, kesehatan dan pendidikan.

Pemerintah suatu negara sangat amat penting untuk mengatur segala yang ada didalamnya, mulai
dari Hukum, perekonomian dan lain-lain agar suatu Negara tidak menajdi kacau. Mirisnya
pemerintahan suatu negara pada saat ini sudah mulai terkikis akibat dunia yang terglobalisasi kan
oleh kepentingan suatu pihak. Seperti yang kita lihat sekarang ini sudah banyak pasar bebas yang
merambah ke setiap Negara, yang mengartikan semua barang bahkan budaya pun sudah dapat
masuk ke Negara manapun tanpa terkecuali. Yang secara tidak langsung itu membuka pintu
“borderless” di dunia yang mana akhirnya nanti tidak akan ada lagi pemerintahan yang mengatur
Negara tetapi badan badan yang tersentralisasi yang memegang pemerintahan suatu Negara. Jadi
apa yang dikatakan oleh para penteori Critical Theory yang mana akan terciptanya Political
Community atau dimana tidak ada lagi Negara di dunia adalah mungkin terjadi melihat semua
kejadian di dunia sekarang ini.
Dan bagian terpenting dalam politik ialah Negara yang menjadi subjek atas pencapaiannya,
Negara yang pada awalnya dibentuk sebagai wadah untuk menampung sekelompok manusia
yang memiliki kepentingan yang sama, mayoritas dari penduduk suatu Negara juga memiliki
identitas yang sama sehingga apabila terjadinya perbedaan maka seorang individu dari suatu
Negara tersebut berpindah kewarganegaraan yang memiliki identitas atau ideology yang sama.
Negara sebagai bagian dari asosiasi politik terhubung sebagai asosiasi manusia yang tidak hanya
mewadahi kelompok etnis tertentu tetapi juga agama, budaya, kelompok bisnis dan lain
sebagainya.
Para kaum teori kritis mengkritisi akan pentingnya sebuah Negara bagi masyarakat internasional
yang dikurung kebebasannya dengan status kewarganegaraannya, Negara sendiri merupakan
bagian dari political community meski tidak semua political community adalah Negara.1 Bagian
dari political community sendiri seperti yang telah didefinisikan oleh Chandras Kukanthas
termasuk organisasi-organisasi internasional seperti United Nations, European Union, Asia
Pasific Economic Corporation dan banyak organisasi internasional lainnya. Hal ini membuktikan
Negara mampu mengkotak-kotakkan kehidupan penduduknya karena terikat dalam undangundang atau peraturan hukum yang telah berlaku.

1 Chandras Kukanthas, journal “ a definition of the state” Department of Govermentm London School of
Economics.

Hamper seluruh Negara di dunia memiliki pemerintahan namun tidak secara harfiah memiliki
pemerintahan, tidak semua Negara memiliki pemerintahan seperti Australia yang berada pada
kekuasaan kerajaan Inggris membuktikan bahwa lebih banyak pemerintahan di dunia ini
dibandingkan dengan jumlah seluruh Negara di dunia. Kaum teori kritis, dalam hal ini Andrew
Linklater dalam bukunya The Transformation of Political Community (1998) memberikan
argumennya mengenai triple transformation yang mempengaruhi political community yakni,
“ a progressive recoginition that moral, political and legal principles ought to be universalized,
an insistence that material inequality outght to be reduced and greater demands for deeper
respect for cultural, ethnic and gender differences.”
Yang menjadi keyakinan penulis bahwa diperlukan penghapusan batas Negara untuk setiap
Negara di dunia demi menghindari terjadinya konflik yang selama ini banyak terjadi pada
masyarakat di suatu Negara karena ketidakadilan pemerintahan yang tidak mewakili
masyarakatnya akan tetapi hanya menjunjung tinggi kepentingan-kepentingan politik untuk
kelompoknya sendiri saja. Karena apabila seorang politikus menginginkan adanya sebuah
perdamaian bagi seluruh rakyatnya tentu pemerintah tersebut akan memikirkan dampak terhadap
umat manusia lainnya.
Ketidakadilan ini terlihat dalam berbagai contoh kasus di dunia mengenai penindasan wanita di
Arab Saudi karena peraturan Negara yang membuat wanita di Arab Saudi tidak mendapatkan
haknya untuk mengemudikan mobil. Berbeda dengan Negara-negara yang bersebelahan dengan
Arab Saudi yakni Turki, United Emirates Arab yang memperbolehkan adanya peraturan untuk
wanita mengemudikan kendaraan, hal ini menjadi pembuktian bahwa Negara dapat berlaku tidak
adil bagi masyarakatnya sendiri demi mempertahankan moralitas suatu bangsa dan agama yang
dianut mayoritas penduduknya.
"one whose members share as such a real stake in political institutions and for that reason
subject themselves to the norms and decisions of those institutions” 2
Komunitas politik atau political community adalah suatu wadah atau kumpulan yang berisi
dengan institusi politik didalamnya dan mengajak anggota untuk mematuhi aturan yang berlaku
dalam institusi tersebut. Komunitas politik yang diusung oleh kaum teori kritis ini merupakan
2 http://www.abdn.ac.uk/cisrul/events/2269/

salah satu pencapaian yang diinginkan kaum teori kritis dalam mengubah tatanan dunia pada saat
ini yang dianggap tidak memihak pada keadilan negara-negara berkembang.
Perkembangan dunia pada saat ini dengan kemajuan teknologi, komunikasi, informasi dan
transportasi dalam era globalisasi telah mendorong akselerasi kapital semakin tanpa batas
(borderless).3 Hal ini yang kemudian menjadi titik temu antara kaum marx, liberalisme dan kaum
teori kritis. Keinginan untuk menjadikan dunia menjadi satu atau global citizens telah
diupayakan oleh kaum liberal seiring dengan pembaharuan sistem yang terus berkembang.
Political community yang diimpikan oleh kaum teori kritis ini tanpa disadari telah diupayakan
oleh kaum liberal dengan menyebarnya multinational corporation diberbagai belahan dunia.
Keberadaan negara-negara didunia yang kini telah tersamarkan dengan semakin berkembangnya
pengusaha internasional yang dengan mudahnya mengubah suatu kebijakan dalam dan luar
negeri suatu negara. Globalisasi secara perlahan akan membuat kedaulatan negara menjadi
tersamarkan. Anggapan bahwa kedaulatan negara semakin samar seiring dengan menyebarnya
MNC di seluruh dunia dikemukakan oleh Kenichi Ohmae dalam bukunya yakni The End of
Nation State. “ in a borderless economy, the nation-focused maps we typically use to make sense
of economic activity are woefully misleading'. In his view, people must 'face up at last to the
awkward and uncomfortable truth: the old cartography no longer works. It has become no more
than an illusion.”4

Munculnya perusahaan-perusahaan domestik dalam suatu negara yang

mulai merambah keranah internasional mengakibatkan dunia semakin tidak terbatas. Perusahaan
Apple yang berasal dari Amerika membuka pabrik industrinya di China, yang secara langsung ini
berdampak pada ketergantungan ekonomi dengan masyarakat China dan Amerika sendiri, berikut
masyarakat Indonesia sebagai pasar sekaligus sumber daya alam yang dieksploitasi. Sehingga hal
ini dapat mereduce peperangan di era globalisasi, karena ketergantungan yang disebabkan oleh
sistem dunia pada saat ini.
B. Konflik pada kemunculan Negara-negara yang membatasi kehidupan individu
Dalam political community, budaya, etnis, dan ras tentunya menjadi suatu hal yang
sangat berpengaruh satu sama lain. Definisi budaya itu sendiri menurut salah satu para ahli ialah
keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki
3 Pieterse, Jan. N. “Neoliberal Globalization”, dalam Globalization or Empire?, London :Routledge. 2004
4 Ohmae, Kenichi. “The End of the Nation State”, Simon and Schuster, 1995. 214:17

dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. Sedangkan etnis merupakan kelompok
manusia berdasarkan kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupun kombinasi dari kategori
tersebut yang terikat pada sistem nilai budaya. Dan yang terakhir ialah ras, ras adalah biologis
yang menjelaskan seseorang yang dapat dibedakan menurut karakteristik fisik yang dihasilkan
melalui proses reproduksi.
Etnis melibatkan atribut budaya yang dapat diamati tetapi atribut tersebut harus menjadi
nilai sadar untuk sejumlah etnis.5Pada dasarnya etnis sangat sulit untuk didefinisikan karena itu
terancang dari terjalinnya beberapa kelompok dan karakter budaya. Etnis didalamnya juga
meliputi bahasa, agama, serta wilayah, namun hal tersebut tidak cukup untuk mempertahankan
sebuah kelompok etnis yang ada. Dalam beberapa negara, agama dapat menyebabkan konflik
antar etnis karena masing-masing etnis memiliki agama dan budayanya masing-masing.
Budaya, etnis, serta ras di dunia sangat beragam yang tentunya memiliki perbedaan dari
masing-masing kelompok. Ketiga hal tersebut sangat berpengaruh bagi banyak hal di dunia,
salah satunya Political Community. Budaya, etnis, serta ras merupakan sebuah perbedaan yang
sangat jelas di dunia, maka dari itu perbedaan tersebut harus diupayakan agar tidak menjadi
sebuah penghalang bagi berjalannya Political Community. Seperti yang sudah diketahui, Political
Community dapat menghilangkan border-border yang ada di dunia, tidak ada lagi seseorang atau
suatu negara yang menghegemon. Political Community dapat membuat dunia menjadi satu.
– “As you discover what strength you can draw from your community in this world from
which it stands apart, look outward as well as inward. Build bridges instead of walls.” Sonia Sotomayor
Berdasarkan quotes diatas, karena banyaknya perbedaan etnis di dunia bukan berarti kita harus
berkelompok-kelompok tidak peduli dengan yang lain yang berbeda etnis, namun dengan
perbedaan tersebut sebaiknya kita berusaha membangun sebuah jembatan yang akan
mempersatukan perbedaan-perbedaan yang ada. Maka, dengan bersatunya etnis yang ada di
dunia Political Community akan berjalan dengan baik.
Political Community menurut kami dapat mempersatukan dunia karena pada dasarnya
Political Community menghapus segala batasan yang ada. Namun, banyak cara yang harus
5 Hutchinson, John dengan D.Smith, Anthony. Ethnicity. Hal 198 (1996)

dilakukan untuk Political Community itu sendiri diantaranya mengenai budaya, etnis, dan ras
yang ada di dunia. Seperti yang sudah diketahui, budaya, etnis, ataupun ras di dunia sangatlah
bermacam-macam, maka yang perlu dilakukan antara lain bagaimana kita sebagai kelompok
orang yang menyetujui Political Community di dunia mempersatukan sekelompok orang yang
memiliki budaya, etnis, serta ras yang berbebeda agar Political Community dapat terwujudkan
tanpa adanya konflik diantara perbedaan budaya, etnis, ras serta agama yang ada di dunia.
Agama yang diyakini menjadi sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan
pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal
dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi". Kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.
Definisi tentang agama di sini sedapat mungkin sederhana dan meliputi. Definisi ini diharapkan
tidak terlalu sempit maupun terlalu longgar, tetapi dapat dikenakan kepada agama-agama yang
selama ini dikenal melalui penyebutan nama-nama agama itu. Agama merupakan suatu lembaga
atau institusi yang mengatur kehidupan rohani manusia. Untuk itu terhadap apa yang dikenal
sebagai agama-agama itu perlu dicari titik persamaannya dan titik perbedaannya.
Kritikus menganggap agama sudah menjadi usang, berbahaya bagi individu ( misalnya
pencucian otak anak-anak, iman kesembuhan, mutilasi alat kelamin perempuan, sunat ),
merugikan masyarakat ( misalnya perang suci, terorisme, pemborosan sumber daya ),
menghambat kemajuan ilmu pengetahuan, untuk melakukan kontrol sosial, dan untuk
mendorong

tindakan

asusila

(

misalnya

pengorbanan

darah,

diskriminasi

terhadap

kaum homoseksual dan perempuan, dan bentuk-bentuk tertentu dari kekerasan seksual
seperti perkosaan ) . Sebuah kritik utama dari banyak agama adalah bahwa dari mereka
membutuhkan keyakinan yang tidak rasional, tidak ilmiah, atau tidak masuk akal, karena
keyakinan agama dan tradisi tidak memiliki dasar ilmiah atau rasional.

Beberapa kritikus modern, seperti Bryan Caplan, menahan agama yang tidak memiliki utilitas
dalam masyarakat manusia; mereka mungkin menganggap agama sebagai irasional. Pemenang
Nobel Perdamaian, Shirin Ebadi telah berbicara untuk menentang negara-negara Islam yang
tidak demokratis karena membenarkan "tindakan menindas" dalam nama Islam. 6
Perbedaan agama pada pengelihatan batasan antar-agama dan pemeliharaan diantara dua
kelompok etnis untuk menentukan apakah ada sesuatu khas atau mendalam tentang agama ketika
itu sebuah bagian perbedaan etnis dan penangkapan diantara komunitas yang khususnya luas. 7
Daya tarik agama untuk supra manusia atau supra otoritas empiris untuk merumuskan
penjelasan, penilaian dan tujuan. Contoh, sejauh mana otoritas supra-empiris yang eksplisit dan
berbeda didefinisikan koheren secara luas. Ini adalah dasar perbedaan konvensional antara
agama ‘besar’ (Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll) dan mungkin agama ‘lebih rendah’ (animism,
versi rakyat electic dari agama-agama besar).
Struktur organisasi yang jelas digunakan untuk melaksanakan kewenangan administrasi dan
tingkat hirarki dan integrasi dalam organisasi-organisasi juga berbeda antara agama-agama.
Sehingga Roman Katolik Christianity berdiri karena organisasi yang rumit dan hirarki yang jelas
dan agama animism dibedakan oleh tingkat rendah dari organisasi eksplisit dan profesionalisme
ulama.
Agama juga dapat dikategorikan menurut tingkat tabu dalam menentukan pakaian, makanan dan
perilaku lainnya. Islam dan Kristen telah rajin mengejar bertobat dengan demikian telah
menyerap beragam kelompok budaya, Yudaisme telah sangat non injil. Jenis agama mengaku
oleh pelaku kelompok juga merupakan faktor yang signifikan dalam dinamika antaretnis.
Hubungan antaretnis yang paling tegang terjadi ketika dua kelompok etnis mengaku agama yang
berbeda, masing-masing agama secara teologis dan organisatoris elaborate dan eksplisit, dan
ketika agama-agama telah dihasilkan tabu operasi dalam aspek rutinitas hidup mereka, misalnya
tidak makan. Intensitas meningkat ketika masing-masing agama memiliki tradisi penginjilan.
Oleh karena itu, ketika assessing apa agama menambah identifikasi etnis dan hubungan antaretnis, adalah penting untuk dicatat bahwa ada perbedaan penting antara agama-agama yang
menanggung langsung tentang bagaimana etnis dinyatakan dan dipelihara secara kolektif. Itu
bukan hanya masalah ‘agama’ menjadi bagian dari paket pengaturan batas, tapi yang agama
tambahkan kompleksitas batas lain mungkin sering dipengaruhi oleh sekte dari agama besar.
6 Harrison, Dr. Victoria. “The Pragmatics of defining religion in multi cultural world” published as The International
Journal of Religion Philosophy, University of Glasgow.
7 Hutchinson, John dengan D.Smith, Anthony. Ethnicity. Hal 198 (1996)

Beberapa batas-batas etnis bertahan ketika semua orang Muslim, Hindu atau semua orang
Kristen tetapi perbedaan antara muslim Sunni dan Syiah merupakan faktor penting dalam politik
etnis Irak, dan ada perpecahan antara Lebanon Kristen-Maronit, Ortodoks dan Katolik.
Akhirnya untuk melihat berapa banyak kontribusi agama untuk intensitas dan rezeki dari etnis
adalah mungkin untuk memeriksa kelompok etnis yang secara internal dibagi sepanjang garis
agama. Ada beberapa kelompok etnis multi-agama dan kelangkaan relatif mereka menunjukkan
bahwa agama adalah akar dari diferensiasi etnis atau kekhasan agama adalah kunci untuk
saliency etnis.Homogenitas beragama tidak mungkin memelihara banyak etnis tetapi pluralisme
agama dalam masyarakat masih memiliki konsekuensi yang tulus dalam pengoperasian
masyarakat di masyarakat luas.
“I

cannot

believe

in

a

God

who

wants

to

be

praised

all

the

time.”

― Friedrich Nietzsche.
Pernyataan dari Friedrich Nietzsche mengingatkan kepada penulis mengenai banyaknya
perspektif tentang bagaimana agama menjadi panutan kehidupan dari seorang manusia, di
berbagai belahan dunia setiap masyarakat yang menjadi penganut dari suatu agama
membenarkan suatu agama dan berbanding terbalik dengan pencapaian perdamaian karena
kekerasan yang dianut untuk menyebarkan paham agama yang dianut. Paus Benedict sempat
memberikan pernyataannya mengenai agama islam yang dianggap agama yang baru dan
Nabinya Muhammad mengejarkan penyebaran agama islam dengan pedang atau kekerasan. 8
Pernyataan ini sangat memberikan pengaruh besar bagi masyarakat dunia penganut Kristen
katolik, namun berbeda halnya dengan Paus Francis yang menekankan pada perdamaian bahkan
mengutip sebuah puisi Islam.9
Dapat dilihat bahwa pengaruh dari agama dapat memicu konflik masyarakat dunia yang
memiliki agama yang berbeda, dalam hal ini maka penulis setuju dengan pendapat kaum kritis
yang menekankan pada global citizens sehingga masyarakat akan melihat sendiri pengaruh dari
sebuah agama dan pengaruh seorang politikus. Perbedaan agama bukan menjadi alasan untuk
menciptakan konflik tapi justru untuk menekankan kehidupan sesama manusia untuk lebih
menghargai meski berbeda dalam kewarganegaraannya. Kaum teori kritis juga menekankan pada
8 Diakses dari http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/15/06/21/nq9l1n-kejutkan-dunia-paus-kutippuisi-islam?ref=yfp Pada 21 Juni 2015 pukul 23.49 WIB.
9 ibid

transformasi pada tatanan dunia yang ada sehingga mencoba merubah pola piker masyarakat
dunia mengenai pentingnya mengetahui secara objektif keyakinan yang dianut atau setiap pilihan
yang diyakini.
C.Kemajuan dunia yang mendekat pada era borderless
“It is easier to discover a deficiency in individuals, in states, and in Providence, than to
see their real import and value.” - Georg Wilhelm Friedrich Hegel10.
Pendekatan dunia pada system yang menekankan adanya hubungan antar manusia yang dapat
terjadi melalui perdagangan atau kerjasama ekonomi. Pada dasarnya ekonomi merupakan sebuah
bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material individu, masyarakat dan negara untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Karena ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku
dan tindakann manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang
dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi atau
distribusi. Pada saat ini, ekonomi tidak hanya dalam lingkup satu negara saja melainkan semua
negara di dunia.
Kebutuhan negara-negara dalam pemenuhan ekonominya sangat memungkinkan terjadinya
kerjasama antar negara. Kerjasama yang dilakukan oleh negara-negara membentuk sebuah pasar
ekonomi. Dalam pasar ekonomi terjadi transaksi ekspor-impor demi memenuhi kebutuhan
negara masing-masing. Dalam transaksi yang terjadi tentu saja setiap negara mempunyai
kepentingan sendiri. Karna kepentingan negara yang berbeda-beda terbentuklah hukum
internasional agar tidak terjadi persengketaan antar negara. Kebutuhan negara yang berbeda-beda
membuat munculnya banyak perusahaan internasional. Maka dari itu terbentuklah sebuah
Multinational Corporation atau yang sering disebut dengan MNC.
Perusahaan Multinasional atau Multinational Corporation (MNC) merupakan aktor utama dalam
bisnis internasional. Jenis perusahaan ini pada saat sekarang memegang peranan yang penting
untuk transaksi internasional. Perdagangan internasional seperti impor dan ekspor merupakan
tahap awal dari operasi internasional perusahaan. Pola operasi internasional meliputi; usaha
patungan, penanaman modal asing dan sistem lisensi. Subjek dalam perdagangan internasional
secara tegas sangat memperhitungkan peran pemerintah yang besar dalm hubungan dengan
10 Hegel, G.W.F . “The Berlin Phenomenology”. Springer Netherlands, 1981.

MNC serta perusahaan lainnya dalam bisnis internasional. Karena adanya MNC sendiri membuat
negara-negara menjadi tidak terbatas. Karena adanya transaksi-transaksi ekonomi yang terjadi
dan begitu kuat pemerintahan yang berperan dalam keluar masuknya impor dan ekspor serta
mengendalikan dan menjaga perekonomian negara mereka, ketergantungan suatu negara ke
negara lain yang membuat batasan antar negara menjadi menghilang.
“This massive ascendancy of corporate power over democratic process is probably the
most ominous development since the end of World War II, and for the most part "the free world"
seems to be regarding it as merely normal.” – Wendell Berry11.
Wendell Berry beranggapan bahwa kekuatan dari MNC yang telah menghapuskan batas
antar negara merupakan hal yang menyenangkan sejak akhir perang dunia ke II. Dia
menganggap dunia yang bebas tanpa adanya batasan itu akan terjadi. Dalam Political
Community, para pemikir mendukung adanya negara yang bebas dari batasan. MNC sendiri telah
mendukung adanya borderless di dunia internasional. Transaksi yang sering dilakukan selama ini
telah menghapuskan batasan-batasan yang ada. Negara-negara yang ada didalam MNC
mempunyai tujuan dan kepentingan yang sama dan membuat mereka menjadi satu yang dulunya
negara mereka sangat menghindari adanya kekacauan pada batasan yang ada.
Dan untuk mengatur keberadaan dunia yang dimaksudkan kaum teori kritis dibutuhkan sebuah
aturan hukum yang jelas dan merata serta adil dalam melaksanakannya. Secara harfiah hukum
diartikan sebagai gejala sosial, hukum merupakan suatu gejala yang berada di masyarakat.
Sebagai gejala sosial, hukum bertujuan untuk mengusahakan adanya keseimbangan dari berbagai
macam kepentingan seseorang dalam masyarakat, sehingga akan meminimalisasi terjadinya
konflik. Proses interaksi anggota masyarakat untuk mencukupi kepentingan hidupnya, perlu
dijaga oleh aturan-aturan hukum agar hubungan kerjasama positif antar anggota masyarakat
dapat berjalan aman dan tertib.
Hukum nasional sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dalam suatu negara, tetapi dalam
pelaksanaannya tidak menutup kemungkinan dapat dilakukan di luar Negara itu.Hukum
internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas
11 Berry, Wendell.” Bringing it to the Table: Writings on Farming and Food”, Counterpoint Press: 2009.

prinsip- prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena
itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya. Mochtar
Kusumaatmadja juga mengartikan hukum internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan
asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara,
antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek
hukum bukan negara satu sama lain.12 Hukum internasional mengikat secara hukum. Meskipun
hukum internasional mengikat secara hukum, namun pada faktanya hukum internasional adalah
hukum yang lemah (weak law). 29 Meskipun hukum internasional merupakan hukum yang
lemah, namun negara-negara tetap percaya bahwa hukum internasional itu ada.
Hukum internasional tidak memiliki badan legislatif internasional untuk membuat ketentuanketentuan yang mengatur secara langsung kehidupan masyarakat internasional. Satu-satunya
organisasi internasional yang kira-kira melakukan fungsi legislatif adalah Majelis Umum PBB.
Tetapi resolusi yang dikeluarkannya tidak mengikat kecuali yang menyangkut kehidupan
organisasi internasional itu sendiri.
“ The main foundation of every state, new states as well as ancient of composite ones, are good
laws, and you cannot have good laws without good arms, and where there are good arms, good
laws inevitably follow.”-Niccolo Machiavelli, The Prince
Hukum merupakan bagian terpenting dalam perkembangan sejarah manusia untuk menentukan
keadilan bagi seluruh umat manusia, sebagaimana Machiavelli jelaskan mengenai pentingnya
hukum sebagai sumber pertahanan Negara, dimana setiap manusia yang melanggar peraturan
akan dihukum demi kepentingan seluruh umat manusia di dunia. Sebagai contoh, permasalahan
perbatasan antara Indonesia dengan Malaysia juga Singapore yang mengalami banyak gesekan
mengenai batas wilayah Negara, Indonesia mengalami kekurangan wilayah atas negaranya
karena ketidak perdulian pemerintah untuk menyelesaikannya secara hukum.
Begitu juga dengan hubungan Indonesia-Singapura yang dimana cukup banyak koruptor yang
melarikan diri ke Singapura dan melarikan uang hasil korupsinya untuk membangun kehidupan
yang baru. Oleh karena itu setiap hukum harus ditegaskan meski kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama, dan mewujudkan dunia yang adil serta keteraturan individu.

12
Kusumaatmaja 1992; 2.

BAB IV
Kesimpulan

Perkembangan dunia berdasarkan pada system yang diberlakukan pada masanya, system tatanan
dunia pada dasarnya tidak berubah dari waktu kewaktu hanya saja menggunakan cara yang
berbeda namun letak kekuasaan pada satu atau beberapa titik tetap diberlakukan hingga kini.
Masyarakat dunia yang pada awalnya tidak memiliki kepemilikan atas suatu wilayah yang besar
menjadi berkembang dan menjadikan system kerajaan dan agama sebagai titik tumpu kekuasaan,
namun berbeda halnya kini dengan system tatanan dunia yang mengarah pada perbatasan
wilayah berdasar pada fakta dan sejarah dari kehidupan manusia yang dibedakan menurut
agama, etnis, bahasa dan berbagai pembeda lainnya.
Pengubahan system telah berjalan ketika perjanjian Westphalia dibentuk yang kemudian
mempersempit bagian-bagian kekuasaan dan mengelompok-mengelompokkan setiap individu
dan menghasilkan konflik yang cukup signifikan. Beranjak dari hal tersebut penulis beranggapan
bahwa tatanan dunia kini semakin tidak relevan karena ketidakadilan dari pemerintah yang
menjalankan suatu perundang-undangan yang dimaksudkan untuk kepentingan tertentu. Dengan
demikian adanya pengaruh system ekonomi yang menguatkan teori kaum kritis mengenai
political community dan permasalahan atau konflik yang terjadi akibat perbedaan etnis, agama
beserta peraturan yang dibuat oleh suatu Negara demi mempertahankan originalitasnya menjadi
sokongan bahwa keberadaan Negara yang terlalu mengikat membuat setiap individu berhak
mendapatkan kebebasannya menentukan kewarganegaraan.
Terkait pandangan tersebut teori kaum kritis beranggapan akan adanya global citizens yang
menjadi jawaban akan banyaknya konflik atas penggunaan system tatanan dunia pada saat ini,
namun tak dapat dipungkiri kebebasan dalam menggunakan hak kewarganegaraan global dapat
mengakibatkan clash of civilizations yang didasarkan oleh ketidakaturan dari manusia itu sendiri,
sementara itu hukum dapat