Urgensi RUU Ekonomi Kreatif Pemantapan K

Urgensi RUU Ekonomi Kreatif : Pemantapan Kebijakan untuk Mengawal
Posisi Strategis Ekonomi Kreatif Menyambut MEA 2015

Tahukah anda mengenai Rancangan undang-undang (RUU) Ekonomi kreatif? Hal ini
telah masuk dalam daftar Program Legislasi Nasional (Prolegnas) Rancangan UndangUndang (RUU) Prioritas Tahun 2015. DPD RI mengusulkan guna melindungi berbagai jenis
produk kas hasil karya cipta rakyat Indonesia, terinspirasi dari tingginya pendapatan di
sejumlah negara maju yang telah memiliki payung hukum tentang ekonomi kreatif.

1

Di

Indonesia telah ada berbagai kebijakan yang mengatur mengenai eknonomi kreatif seperti
Undang-undang Perindustrian, Undang-Undang HAKI( hak kekayaan intelektual), UndangUndang Desain Industri dan Perda lainnya. Maka tak heran banyak orang mempertanyakan
urgensi, alasan apa yang mendorong pemerintah sehingga Undang-Undang Ekonomi kreatif
ini penting untuk dibuat mengingat ekonomi kreatif sendiri cukup banyak aturan yag masih
tumpang tindih.
Pada tahun 2006, Departemen Perdagangan meluncurkan program Indonesia Design
Power

yang


beranggotakan

Departemen

Perdagangan,

Departemen

Perindustrian,

Departemen Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, serta Kamar Dagang dan Industri
(KADIN) Indonesia. Dalam rangka meningkatkan perekonomian bangsa, Presiden
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi
Kreatif Tahun 2009-2015.

2

Dilanjutkan tahun 2015 pemerintah gencar melakukan


pengembangan ekonomi kreatif karena dinilai salah satu bidang yang

kompetitif dan

strategis dikembangkan untuk menghadapi Masyarakat ekonomi ASEAN (MEA 2015).
Ekonomi kreatif menjadi garda terdepan dan senjata yang dapat digunakan Indonesia
untuk bersaing dalam dunia usaha baik tingkat regional maupun internasional mengingat
ekonomi kreatif telah menjadi fokus pembangunan nasional di berbagai negara.

3

Ekonomi

kreatif menyangkut berbagai bidang, dibutuhkan suatu landasan kuat yang menginterasikan
1 http://www.antaranews.com/berita/477434/dpd-usulkan-ruu-ekonomi-kreatif diakses pada hari

jumat 10 April 2015.
2 http://www.sorotnews.com/berita/print/mari-elka-pangestu-dukung-ruu. diakses pada hari jumat
10 April 2015.
3 Pendapat futurolog Alvin Toffler (1980) yang dalam teorinya telah melakukan pembagian

peradaban ekonomi kedalam tiga gelombang, yaitu pertama, sebagai gelombang ekonomi
pertanian. Kedua, gelombang ekonomi industri. Ketiga, adalah gelombang ekonomi informasi.
Setelah itu Toffler memprediksikan gelombang keempat sebagai gelombang ekonomi kreatif yang
lebih berorientasi pada ide atau gagasan kreatif.

berbagai kebijakan agar memiliki payung hukum dan landasan yang jelas. Karena ekonomi
kreatif juga merupakan ekonomi kerakyatan sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan yang
dianut Indonesia.
Konsep MEA 2015 telah disepakati, pada saat pelaksanaannya tidak menutup
kemungkinan adanya perubahan pola ekonomi Indonesia, yang tadinya bertumpu pada
sumber daya alam menjadi sumber daya manusia, yang berbasis pertanian menjadi industri
ataupun ekonomi kreatif yang bersumber dari ide dan kreatifitas. Ini merupakan konsekuensi
logis, Indonesia tidak boleh menafikkan ini dapat dihindari karena mau tak mau MEA 2015
akan membawa dampak yang luas kepada bentuk, sifat dan basis perekonomian yang selama
ini dianut Indonesia.
Secara sederhana, sektor ekonomi kreatif yang dikembangkan di beberapa negara
Asia dikenali sebagai industri yang sedang tumbuh (emerging industry), dengan karakteristik
umum sebagai berikut:4
1. Merupakan interseksi dari seni budaya, bisnis dan teknologi.
2. Merupakan bagian dari pengembangan potensi kreativitas yang dimiliki oleh individu

dan komunitas masyarakat (kreativitas artistik dan budaya, kewirausahaan, serta
inovasi teknologi) untuk menciptakan nilai ekonomi dan peningkatan kesejahteraan.
3. Sebagian besar sub-sektor ekonomi yang didukung oleh pemerintah di beberapa
negara berdasarkan pada gabungan tiga pendekatan yaitu: seni budaya, bisnis, dan
teknologi
Ekonomi kreatif input dan outputnya adalah gagasan. Atinya, dengan bermodalkan
gagasan/ide seseorang mendapatkan penghasilan. Karena ide yang tentunya orisinil juga
barang ekonomi. Berbicara mengenai ekonomi kreatif tidak hanya perihal ekonomi atau
pengembangan industri saja. Ekonomi kreatif juga mengenai pendapatan negara sebagai
kontribusi ekonomi, kompetisi, haki, ekspor-impor, produktivitas, ketenagakerjaan, teknologi,
sumber daya, ikon nasional, warisan budaya, bahkan identitas bangsa. Maka tidak menutup
kemungkinan ekonomi kreatif ini menimbulkan permasalahan yang kompleks.

4 http://www.idcewatch.com/dukungan-kebijakan-ekonomi-kreatif diakses pada hari jumat 10 April
2015.

Dampak MEA 2015, Indonesia akan dibanjiri produk dari luar. Banyak celah adanya
kemungkinan kemiripan produk, konten, design dan animasi. Tanpa adanya kebijakan yang
kuat tidak akan ada jaminan perlindungan dan pengamanan produksi khas nusantara. Contoh
umumnya saja, jika salah satu tarian daerah dari Indonesia saja bisa diklaim di negara lain,

besar kemungkinan salah satu inovasi produk ekonomi kreatif di Indonesia juga aka diklaim
seperti batik, kerajinan tangan dll. Konsekuensi adanya kesepakatan MEA 2015 akan ada
ratusan bahkan bisa jadi ribuan produk luar negeri yang bersaing dengan produk dalam negeri
dengan hasil ide yang mirip bahkan hampir sama. Permasalahan ini memang telah diatur
dalam beberapa aturan, seperti Perlindungan Hak Karya Intelektual Undang-Undang Nomor
5 Tahun 1984 tentang Perindustrian, dan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2000 tentang
Desain Industri. Akan tetapi masih dibutuhkan aturan yang jelas terkait konsep ekonomi
kreatif agar usaha pengembangan ekonomi kreatifpun dapat dijalankan dengan jelas dan
terarah tanpa aturan tumpang tindih yang menimbulkan ketidakpastian hukum. Ini hanya
terkait sejumlah kecil permasalahan ekonomi kreatif bidang HAKI saja, belum lagi berbicara
tentang strategi makro seperti pembangunan infrastruktur.
Dibidang kompetisi persaingan usaha juga akan ada banyak cela untuk melakukan
persaingan tidak sehat ataupun curang,

karena pelaku usaha akan gencar berupaya

bagaimana agar usahanya tetap berjalan meski harus secara diam-diam melanggar aturan
yang ada. Paling dikhawatirkan adalah keadaan pelaku ekonomi kreatif menengah kebawah
atau masih berskala kecil, pasti akan sulit bertahan jika harus bersaing dengan produk luar
dari industri besar dengan skala yang besar yang telah mampu menawarkan mutu tinggi

dengan harga yang terjangkau pula. Pemerintah telah memiliki program

untuk

mengembangkan eknomi kreatif, akan tetapi akan tersendat jika tidak ada instrumen hukum
yang kuat yang mengaturnya karena minimnya kebijakan yang terintegrasi.
Kehadiran RUU ekonomi kreatif juga diharapkan dapat memperkuat lembaga yang
ada, pendidikan ekonomi kreatif yang diwajibkan untuk disosialisasikan, penghargaan bagi
pelaku industri kreatif yang sukses di pasaran, dan senatiasa mendorong kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat.
Masyarakat ekonomi ASEAN 2015 telah di depan mata, tantangan yang dihadapi
pengembangan ekonomi kreatifpun akan semakin kompleks. Masuknya RUU ekonomi
kreatif ke dalam daftar Prolegnas memang terbilang terlambat, apalagi ini telah memasuki
tahun 2015. Akan tetapi tidak menyurutkan semangat untuk mendukung pertumbuhan

ekonomi kreatif di Indonesia dalam bingkai MEA 2015. Undang-undang ini diharapkan
memberikan perlindungan dan pengamanan bagi pelaku ekonomi kreatif, peraturan yang
mengikat juga mempermudah pemerintah melaksanakan kebijakannya. Kebijakan terkait
ekonomi kreatif tidak semua masyarakat paham, bahkan pelaku industri kreatif itu sendiripun
belum tentu mengetahui. Bagaimana masyarakat khususnya pelaku ekonomi kreatif tahu hak

dan kewajibannya, tahu aturannya, tahu tantangan dan strategi yang akan dihadapi jika
perkembangan kebijakan ekonomi kreatifpun mereka tidak tahu dan paham?
Disinilah dibutuhkan peran mahasiswa sebagai salah satu komponen akademisi yang
memiliki

akses

yang

mudah terjun langsung ke

masyarakat

untuk ikut

serta

mensosialisasikannya sesuai bidang yang mereka tekuni. Bahkan tidak menutup
kemungkinan, mahasiswa ikut terlibat dalam komunitas-komunitas yang memiliki concern
terhadap pemngembangan ekonomi kreatif sesuai skill dan kompetensi. Apalagi saat ini

pemerintah Indonesia menyatakan kesediaan untuk menfasilitasi dan membantu anggaran
bagi pihak-pihak yang ingin memajukan ekonomi kreatif dalam rangka pengembangan sektor
usaha kecil dan menengah (UKM).
Oleh karena itu, tidak ada salahnya mahasiswa dan masyarakat memanfaatkan
kesempatan emas ini untuk berkreatifitas dan berinovasi. Pada intinya, mahasiswa dapat
menggerakkan upaya pengembangan potensi ekonomi kreatif oleh pemerintah,

yang

berusaha mensinergiskan kerjasama antara korporasi/perusahaan/industri, universitas,
lembaga penelitian, ruang pendidikan dan komunitas masyrakat. Melalui Ekonomi kreatif
tercipta ekonomi kerakyatan berbasis SDM kreatif dan inovatif sebagai posisi strategis untuk
menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Di era globalisasi, suatu perubahan dalam tata-hubungan atau konektivitas telah mengubah
cara kita untuk bertukar informasi, berproduksi, berdagang, dan berkonsumsi dari produkproduk budaya dan teknologi dari berbagai tempat di dunia. Dunia menjadi tempat yang
sangat dinamis dan kompleks, sehingga kreativitas dan pengetahuan menjadi suatu aset yang
tak ternilai dalam kompetisi dan pengembangan ekonomi.5

5 Prof. Faisal Afiff, SE.Spec.Lic Guru Besar Fakultas Ekonomi Unpad dalam “Pilar-Pilar Ekonomi
Kreatif”.