Studi Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Tanah pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman di Sub DAS Solo Hulu

  

STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA DAN KIMIA TANAH

PADA BERBAGAI KOMPOSISI TEGAKAN TANAMAN DI SUB DAS SOLO HULU

(The Study of Soil Physics and Chemical Character on Various Straightened Composition of Crop on

  

Sub DAS Solo Hulu)

Sisca Winda Kumalasari, Jauhari Syamsiyah, dan Sumarno

  Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta

  

ABSTRAK

This research was conducted in Sub DAS Solo Hulu area from October 2006 – February 2007.

  

The aim of this research was to study the effect of various straightened composition of crop to soil

physics and chemical properties. The change will be seen when the available vegetation was more

dominant than vegetation on the same area. This research used variable approach by survey in

spacious and is supported by analysis in laboratory. T-test and Correlation test was used in this

research. The result of this research showed that according to vegetation survey, there was get six

straightened composition of crop. The most of straightened composition of crop was predominated

by Jati (Tectona grandis L.). Straightened composition of crop which predominated by Jati (Tectona

grandis L.) giving effect of very real to some soil physics (soil pore, soil aggregate, field capacity) and

chemical properties (pH H2O, pH KCl, organic matter, cation exchangeable capacity, total N, available

P, available K and basalt spacing) at this same of soil type (Entisols and Alfisols). The various

straightened composition of crop to effect soil physics and chemical properties through organic

materials which yielded by litter material and crop activity of root. Various straightened composition

of crop was predominated by annual crop will yield as litter material which is more compared to with

straightened composition of predominated by season crop. Because annual crop have longer life cycle

from at season crop so that can render as litter material as continually. Organic materials

decomposition will yield organic acids as one of the source of organic materials of ground. While

activity of root will render organic materials in ground through flaking back part of root of organic

compound. Annual crop have root system ride, where its root hair can reach broader place so that

organic compound which given into ground also progressively increase.

Keywords: Sub DAS solo hulu, soil physics properties, soil chemistry properties, straightened

composition of crop

PENDAHULUAN Batuwarno, dan Karangtengah. Sedangkan yang

  Saat ini di Sub DAS solo hulu yang termasuk dalam Kabupaten Pacitan yaitu di merupakan bagian dari DAS Solo keberadaan Kecamatan Donorejo. Lahan di Sub DAS Solo hutan lebat hanya dapat dijumpai pada lereng- hulu sebagian besar lahannya digunakan untuk lereng yang terjal dan tinggi. Pembabatan hutan usaha pertanian dengan komposisi tegakan serta penggunaan sumber daya alam tanah dan tanaman yang berberda-beda. Komposisi air yang melampaui batas kemampuannya dan tegakan tanaman yang terdapat pada wilayah tanpa memperhatikan kaidah konservasi tanah, tersebut di atas akan berdampak pada kondisi telah menyebabkan terjadinya erosi lahan yang tanahnya terutama pada sifat fisika dan kimia sangat tinggi, dan akan mempengaruhi dari tanah. Pertanyaan yang kemudian muncul dari kesuburan tanah itu sendiri (Suripin, 2002). fenomena tersebut adalah bagaimana kondisi

  Sub DAS Solo hulu mempunyai cakupan beberapa sifat fisika dan kimia tanah pada wilayah yang meliputi Kabupaten Wonogiri dan berbagai komposisi tegakan tanaman dan Kabupaten Pacitan. Daerah di Sub DAS Solo seberapa besar pengaruh berbagai komposisi hulu yang termasuk dalam Kabupaten Wonogiri tegakan tanaman terhadap beberapa sifat fisika diantaranya Kecamatan Giriwoyo, Baturetno, dan kimia tanah di Sub DAS Solo hulu.

  Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi beberapa sifat fisika dan kimia tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman dan pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap beberapa sifat fisika dan kimia tanah Sub DAS Solo hulu .

  Studi pendahuluan tersebut dilakukan dengan suatu peramalan atau penaksiran tumbuhan, yang metodenya disebut sebagai metode deskriptif (melihat secara langsung/visual), yaitu untuk mengetahui komposisi vegetasi (tegakan tanaman) pada suatu daerah. Pengamatan terhadap komposisi tegakan tanaman dilakukan berdasarkan dominasi tegakan dan penutupan tajuk tanaman.

METODE PENELITIAN

  Statified Random Sampling (Sampel acak

  bertingkat) (Black et al., 1965). Metode ini dikelompokkan berdasarkan variabilitasnya atau komponen-komponen tanah yang terpilih (kesamaan unsur lahan yang meliputi (geologi, relief, fisiografi, vegetasi, iklim). Pengelompokan berdasarkan komponen- komponen tanah tersebut dilakukan dengan cara delineasi (penafsiran atau definisi suatu area, dapat dilakukan dengan pembatasan) dan

  overlay (menumpang susunkan) antara peta

  yang terkait. Dari hasil overlay, kemudian dapat ditentukan titik-titik sampel yang dianggap mewakili derah penelitian.

  Untuk penentuan komposisi tegakan tanaman dilakukan studi pendahuluan (Reconnaissance

  study)

  Penelitian ini dilaksanakan di Sub DAS Solo hulu, yang meliputi Kabupaten Wonogiri (Kecamatan Giriwoyo, Batuwarno, Baturetno, Karangtengah) dan Kabupaten pacitan (Kecamatan Donorejo). Adapun untuk analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian dilakukan mulai bulan Oktober 2006-Februari 2007.

  Vegetation asessment (Tjondronegoro, 1981).

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif eksploratif, yaitu menggambarkan keadaan di tempat penelitian dan pendekatan variabelnya dengan survei, dalam hal ini adalah survei lahan di lapangan dan didukung dengan analisis tanah di laboratorium. Penentuan sampel tanah dilakukan dengan suatu pendekatan survai, yaitu melalui metode

  HASIL DAN PEMBAHASAN Deskripsi Daerah Penelitian

  Sub DAS Solo Hulu mempunyai relief dari datar hingga bergunung. Ketinggian daerah dari 250 hingga 1000 mdpl (di atas permukaan laut). Kemiringan lereng dari landai hingga sangat curam (5-40%).

  Besarnya curah hujan rata-rata di daerah penelitian dan sekitarnya berkisar antara 1.856 mm hingga 2.209 mm dan kebanyakan hujan jatuh pada bulan November hingga April. Sehubungan dengan adanya jadual penanaman tanaman untuk tegalan yang dimulai pada sekitar bulan Oktober hingga November, maka erosi tanah diperkirakan relatif besar (Listyaningsih, 1994). Besarnya curah hujan selama 10 tahun (1996-2005) di Kecamatan Giriwoyo sebesar 2.286,575 mm/tahun, Kecamatan Batuwarno 1.443,3 mm/tahun dan kecamatan Karangtengah sebesar 3.525,96 mm/tahun.

  Sedangkan klasifikasi iklim menurut Schmidt-Ferguson berdasarkan persentase perbandingan bulan kering dan bulan basah di Kecamatan Giriwoyo sebesar 76,47%, Kecamatan Batuwarno sebesar 84,61% dan Kecamatan Karangtengah sebesar 62,16%.

  Sehingga diperoleh rata-rata besarnya perbandingan tersebut, yaitu 74,41% yang termasuk dalam tipe iklim D (60% ≤ Q ≥ 100%), yaitu sedang.

  Berdasarkan pengamatan di lapangan dapat dibedakan menjadi 6 komposisi tegakan (Tabel 1). Dengan adanya berbagai komposisi tegakan tanaman yang berbeda-beda akan

  dengan suatu peramalan atau penaksiran tumbuhan/

  3

  32.99 38.61 42.69

  1

  50

  40

  30

  20

  10

  38.24

  4

  30.93

  38.47

  5

  Terdapat korelasi negatif antara porositas tanah dengan berat volume (kerapatan massa) tanah (r=-0,819). Kerapatan massa tanah yang semakin rendah akan menyebabkan tersedianya ruang pori untuk air dan udara, yang artinya porositas tanah juga semakin tinggi. Menurut Russell dan Cross (1974) jika akar tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan menemukan media padat berpori yang diameternya lebih kecil dari diameter akar, maka akar akan berkembang pertumbuhannya menekan pori untuk memperbesar ruang pori atau tanaman tersebut memperkecil diameter

  o ro si ta s (% ) Komposisi Tegakan Tanaman

  Kondisi Beberapa Sifat Fisika Tanah pada Berbagai Komposisi Tegakan Tanaman Porositas Tanah

  mempengaruhi kondisi tanah baik pada sifat fisik maupun kimia tanah. Masing-masing komposisi tegakan tanaman tersebut mempunyai jenis vegetasi yang beragam, dominasi tegakan tanaman maupun penutupan oleh tajuk tanaman yang semuanya akan mempengaruhi kondisi tanah di bawahnya terutama pada sifat fisika dan kimia tanah.

  2

6 P

          • Vertisols

  Alfisols

  Entisols Sumber: Data Primer

  6 Jati (Tectona grandis Linn F.) Mahoni (Swietenia mahagoni Jacg.) Jambu Mete (Anacardium occidentale Linn) Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)

  Alfisols

  5 Jati (Tectona grandis Linn F.) Melinjo (Gnetum gnemon) Jambu Mete (Anacardium occidentale Linn) Bambu (Bamboo)

  Inceptisols

  4 Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) Ketela Pohon (Manihot utilisima) Pisang (Banana) Jagung (Zea mays)

  Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011 akarnya sehingga lebih kecil dari pori tersebut. Makin banyak akar yang menyebar maka akan semakin banyak pori yang dihasilkan sehingga porositas menjadi meningkat.

  Gambar 1. Porositas tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman

  2 Jati (Tectona grandis Linn F.) Akasia (Acasia Longifolia Willd.) Ketela Pohon (Manihot utilisima) Pisang (Banana) Tembakau (Nicotiana tobacum L.)

  Entisols

  1 Jati (Tectona grandis Linn F.) Mahoni (Swietenia mahagoni Jacg.) Kelapa (Cocos nucifera L.) Nangka (Artocarpus Integra MEER.)

  

Komposisi Jenis Tegakan Tanaman Frekuensi ditemukan Ordo Tanah

  Tabel 1. Komposisi Tegakan Tanaman dan orda tanah yang diamati di lapangan

  Komposisi tegakan tanaman 6 (jati, mahoni, jambu mete, kacang tanah) memiliki porositas yang paling tinggi dibandingkan dengan komposisi tegakan tanaman yang lainnya (Gambar 1). Sedangkan komposisi tegakan tanaman 2 (jati, akasia, ketela pohon, pisang, tembakau) memiliki porositas yang paling rendah. Berdasarkan analisis statistik uji T menunjukkan pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap porositas tanah adalah nyata (P=0,04).

  3 Jati (Tectona grandis Linn F.) Akasia (Acasia Longifolia Willd.)

  Kemantapan Agregat Tanah

  Kondisi Beberapa Sifat Kimia Tanah pada Berbagai Komposisi tegakan Tanaman pH Tanah

  5

  4

  3

  2

  1

  60

  40

  20

  43.49 36.44 33.07 30.79 40.56 37.08

  Kandungan bahan organik dan tipe vegetasi juga akan mempengaruhi kemasaman tanah. Hal tersebut sesuai dengan keterangan Soepardi (1983), yang menyebutkan bahwa proses dekomposisi bahan organik akan menghasilkan asam-asam organik maupun asam anorganik, sehingga menimbulkan suasana asam. Analisis uji T menunjukkan bahwa pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap pH KCl dan pH H 2 O adalah sangat nyata (P=0,00). Dikarenakan Komposisi tegakan tanaman 1, 5 dan 2 memiliki kandungan bahan organik yang lebih tinggi dibandingkan dengan komposisi tegakan yang lain (berturut-turut 4,61%; 4,5%; 3,76%) sehingga memiliki kemasaman yang tinggi (pH rendah). Banyaknya seresah, Gambar 2. Kadar lengas kapasitas lapang pada berbagai komposisi tegakan tanaman

  Menurut Sutanto (2005) tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah dan hara tanah. Hasil uji korelasi menunjukkan korelasi negatif antara kadar lengas kapasitas lapang dengan kadar pasir (r=–0,492). Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan pasir dalam tanah maka semakin kecil kemampuan tanah dalam mengikat air (kadar lengas kapasitas lapang semakin rendah).

  Hasil analisis uji T menunjukkan bahwa pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap kemantapan agregat tanah adalah bersifat sangat nyata (P=0,000). Tabel 2. Kondisi kemantapan agregat dan bahan organik tanah

  Hasil analisis uji T diketahui bahwa pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap kadar lengas kapasitas lapang bersifat nyata (P= 0,016). Hal tersebut dapat diketahui dari besarnya kandungan bahan organik tanah (Gambar 2).

  Kadar Lengas Kapasitas Lapang

  Selain itu dengan adanya seresah, tanah dapat terhindar dari jatuhnya butiran air hujan secara langsung yang dapat menghancurkan agregat tanah. Sehingga pada tanah yang mempunyai lapisan seresah pada permukaannya memiliki kemantapan agregat yang teguh atau tidak mudah hancur akibat pukulan air hujan secara langsung.

  6 Teguh 2,22 Hasil uji korelasi menunjukkan terdapat korelasi positif antara kemantapan agregat dengan bahan organik (r=0,835). Semakin tinggi kandungan bahan organik maka semakin memantapkan agregat tanah (Tabel 2). Bahan organik dapat berperan sebagai bahan pemantap agregat tanah. Dengan adanya bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah, karena bahan organik merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah. Bahan organik mempunyai peran sebagai bahan perekat karena menghasilkan komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat yang berperan sebagai bahan sementasi (perekat) partikel lempung dengan membentuk komplek lempung-logam-humus (Stevenson, 1982).

  5 Teguh 4,50

  4 Cukup teguh 0,94

  3 Cukup teguh 1,50

  2 Teguh 3,76

  1 Teguh 4,61

  Komposisi Kemantapan agregat BOT (%)

  6 p H T a n a h Komposisi Tegakan Tanaman

  Sains Tanah – Jurnal Ilmiah Ilmu Tanah dan Agroklimatologi 8(2) 2011

  4.71

  1

  2

  3

  4

  5

  6 K a d a r B O ( % ) Komposisi Tegakan Tanaman

  Gambar 3. pH tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman

  5.81 5.42 5.61 6.06

  5.75

  5.45

  4.76

  4

  4.70 5.57 4.71

  4.58

  2

  4

  6

  8

  1

  2

  3

  4

  5

  5

  3

  menyebabkan peningkatan kemasaman atau pH tanah. Reaksi tanah merupakan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Reaksi tanah (pH) ada dua, yaitu pH aktual dan pH potensial. Terdapat korelasi negatif antara bahan organik dengan pH H 2 O (r=–0,566) dan pH KCl (r=– 0,536).

  2

  Bahan Organik Tanah

  Berbagai komposisi tegakan tanaman akan memberikan sumbangan seresah ke dalam tanah baik berupa daun, batang, ranting, bunga ataupun buah yang pada akhirnya akan terdekomposisi menjadi bahan organik. Berdasarkan Gambar 4 komposisi tegakan tanaman 1 (Jati, mahoni, akasia, kelapa, nangka) menunjukkan kandungan bahan organik yang paling tinggi 4,61%. Demikian pula dengan komposisi tegakan tanaman 5 (Jati, melinjo, jambu mete, bambu) dengan kandungan bahan organik sebesar 4,5%. Pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap bahan organik tanah adalah nyata (P=0,021). Hal tersebut terjadi karena pada komposisi tegakan tanaman merupakan tanaman tahunan yang menyumbangkan seresah secara terus menerus sepanjang tahun.

  Tudung akar terus menerus berkembang. Sel-sel yang paling luar mati, lalu terpisah satu sama lain dan hancur, kemudian sel-sel itu digantikan yang baru. Sel-sel tudung akar yang terkelupas memberikan pelumas untuk ujung akar yang sedang tumbuh, menjadi bahan organik tanah dan menghasilkan asam absisat, yaitu suatu bahan untuk pertumbuhan tanaman (Fahn, 1991).

  Kapasitas Pertukaran Kation

  Pengaruh berbagai komposisi tegakan tanaman terhadap kapasitas pertukaran kation adalah sangat nyata (P=0,009). Hal ini dapat terjadi karena terdapat hubungan antara kapasitas pertukaran kation dengan kandungan bahan organik tanah.

  Bahan organik dapat meningkatkan daya jerap dan kapasitas pertukaran kation. Hal ini dapat terjadi karena pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang merupakan sumber muatan negatif tanah, sehingga mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air. Sumber muatan negatif humus sebagian besar berasal dari gugus karboksil (-COOH) dan fenolik (-OH) (Buckman dan Nyle, 1982). Dengan meningkatnya kapasitas pertukaran kation, maka dapat menahan unsur-unsur hara. Dengan semakin menurunnya kandungan bahan organik tanah, humus (koloid organik) sebagai sumber muatan negatif tanah juga semakin berkurang sehingga jumlah muatan Gambar 5. Kapasitas pertukaran kation pada berbagai komposisi tegakan tanaman

  24.61 20.46 19.05 18.49 21.64 19.90

  10

  20

  30

  1

  3

  2

  4

  5

  6 K P K ( cm o l/ k g ) Komposisi Tegakan Tanaman

  Gambar 4. Bahan organik tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman

  4.61

  3.76

  1.50

  0.94

  4.50

  2.22

  1

  6 p H T a n a h Komposisi Tegakan Tanaman pH H2O pH KCl positif (kation-kation) dalam tanah yang dapat dipertukarkan juga semakin rendah.

  Kejenuhan Basa

DAFTAR PUSTAKA

  Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Fahn, A. 1991. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga.

  29.15

  Hasil analisis uji T diketahui bahwa berbagai komposisi tegakan tanaman adalah berpengaruh nyata terhadap kejenuhan basa (P= 0,028).

  10

  20

  30

  40

  1

  2

  American Society of Agronomy, Inc., Publisher Madison, Wisconsin. USA. Buckman, HO. dan CB. Nyle,. 1982. Ilmu Tanah.

  36.52 32.94 28.72 28.69

  Black, CA., DD. Evans, JL. White, LE. Ensminger, FE. Clark. 1965. Methods of Soil Analysis.

  Perlu adanya masukan ataupun usulan terhadap pemerintah setempat untuk melestarikan penanaman tanaman tahunan, atau mengkombinasikan antara tanaman tahunan dan semusim secara lebih luas untuk mempertahankan kelestarian sifat-sifat tanah.

  Perlu dilakukan penelitian yang sama pada jenis komposisi tegakan tanaman yang berbeda untuk mengetahui sifat fisika dan kimia tanah pada kondisi yang berbeda.

  3

  4

  5

  a d a r B O ( % ) Komposisi Tegakan Tanaman

  Adanya peningkatan kapasitas pertukaran kation, maka berdampak pada kejenuhan basa dalam tanah yang semakin meningkat. Hal ini disebabkan kation-kation yang dapat dijerap oleh koloid humus yang bermuatan negatif juga semakin banyak.

  35.28

6 K

  Gambar 6. Kejenuhan basa tanah pada berbagai komposisi tegakan tanaman

  Tumbuhan. Bagian Ekologi Departemen Botani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

  Kanisius. Yogyakarta. Tjondronegoro, PD. 1981. Pengantar Ekologi

  Bogor. Stevenson, FT. 1982. Humus Chemistry. John Wiley and Sons. New York.

  Soepardi, G., 1983. Sifat dan Ciri Tanah. IPB.

  Sci. 22:305-318.

  Pendidikan dan Kebudayaan Universitas Gadjah Mada Fakultas Geografi. Yogyakarta. Russell, RS. and MJ. Coss. 1974. The response of Roots to Mechanical Impedance. J. Agric.

  di SUB DAS Bengawan Solo Hulu Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah. Departemen

  Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Listyaningsih, EP. 1994. Besar Erosi Permukaan

  Penambahan variabel pengamatan terhadap parameter tegakan tanaman dan terhadap sifat-sifat fisika dan kimia tanah lainnya sangat perlu dilakukan agar informasi yang dapat disajikan menjadi lebih lengkap dan akurat.

  Saran

  Berbagai komposisi tegakan tanaman berpengaruh lebih baik pada sifat fisika tanah, yaitu porositas tanah, kadar lengas kapasitas lapang, dan kemantapan agregat tanah. Selain itu juga meningkatkan beberapa sifat kimia tanah, yaitu bahan organik, kapasitas pertukaran kation, dan kejenuhan basa.

  Komposisi tegakan tanaman yang didominasi oleh tanaman Jati (Tectona grandis Linn F) memberikan peningkatan yang lebih baik terhadap beberapa sifat fisika dan kimia tanah.

  KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

  Suripin, 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. ANDI. Yogyakarta. Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.

Dokumen yang terkait

Macam dan Dosis Pupuk Organik terhadap Hasil dan Kadar Antosianin Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa)

0 0 6

Kajian Kemampuan Lahan pada Usahatani Lahan Kering Berbasis Tembakau di Sub-DAS Progo Hulu

0 0 8

PENGARUH PUPUK KANDANG TERHADAP P‐TERSEDIA PUPUK FOSFAT ALAM YANG DIINOKULASI BAKTERI PELARUT FOSFAT (The Effect of Manure on Available‐P of Phosphate Rock Fertilizer Inoculated with P‐solubilizer Bacteria) Sudadi dan Hery Widijanto Jurusan Ilmu Tanah, Fa

0 0 6

Evaluasi Kesesuaian “Beberapa Jenis Tanaman” dalam Sistem Wanatani di Wilayah Desa Ngadipiro Kecamatan Nguntoronadi Kabupaten Wonog

0 1 14

Pemetaan Kualitas Tanah pada Beberapa Penggunaan Lahan di Kecamatan Jatipuro Kabupaten Karanganyar

0 1 14

  Ita Khairani, Sri Hartati dan Mujiyo  Alumni Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta  Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret, Surakarta 57126    ABSTRACT  - Pengaruh Kascing dan Pupuk

0 3 10

Efisiensi Serapan P dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) pada Berbagai Imbangan Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah Palur Sukoharjo (Musim Tanam II)

0 1 8

Efisiensi Serapan S dan Hasil Padi dengan Pemberian Pupuk Kandang Puyuh dan Pupuk Anorganik di Lahan Sawah (Musim Tanam II)

0 2 10

Pendugaan Perkembangan Alfisols di Kecamatan Jatipuro, Karanganyar Dengan Model Kestabilan Genetik

0 1 8

Pengaruh Bahan Organik dan Pupuk Fosfor terhadap Ketersediaan dan Serapan Fosfor pada Andisols dengan Indikator Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata strurt)

0 0 8