PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) DI KOTA BANDAR LAMPUNG

  

PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE DALAM PENYUSUNAN

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Bobby Aldian Praja, Yuswanto, Marlia Eka Putri

  Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung Jl. Soemantri Brojonegoro Nomor 1 Bandar Lampung 35145

  Email: bobbyaldianpraja @yahoo.com

  ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Alasan penerapan prinsip-prinsip good

governance dalam penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung (2) Penerapan prinsip-

prinsip good governance dalam penyusunan RAPBD Kota Bandar Lampung.

Hasil penelitian menunjukkan: (1) Alasan penerapan prinsip-prinsip good governance dalam

proses penyusunan APBD adalah konsekuensi otonomi daerah, Peningkatan kepercayaan

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) (2) Penerapan prinsip-prinsip good governance

dalam proses penyusunan APBD, adalah: (a) Prinsip partisipasi dilakukan dengan

melibatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan Bedah APBD, yaitu masyarakat

memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan

RAPBD kepada DPRD. (b) Prinsip kepastian hukum, di mana penyusunan APBD

dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan dengan penyusunan

Peraturan Daerah Tentang APBD. (c) Prinsip transparasi, proses penganggaran APBD

dilakukan secara transparan, akuntabel dan alokasi anggaran harus dapat menjawab

permasalahan riil masyarakat. APBD bersifat terbuka, melibatkan berbagai pihak dalam

penyusunannya (d) Prinsip akuntabilitas di mana penyusunan APBD dapat dipertanggung

jawabkan dan sesuai dengan perundang-undangan. Kata Kunci: Prinsip, Good Governance, RAPBD ABSTRACT

The purpose of this study was to determine: (1) The reason the implementation of the

  Implementation of the principles of good governance in the preparation of the budget draft Bandar Lampung. The results showed: (1) The reason for the implementation of the principles of good governance in the budget process is a consequence of local autonomy, Increased public confidence in the performance of the city government and the maximization of professionalism Local Working Units (2) Implementation of the principles of good governance the budget process, are: (a) the principle of participation is done by involving the community in the activities of surgery budget, namely the public to provide input orally or in writing in order to prepare or budget draft to parliament discussion. (b) The principle of legal certainty, where the budget process is guided by the legislation with the preparation of the Local Regulation about Budgets. (c) The principle of transparency, the budget budgeting process is done in a transparent, accountable and budget allocations should be able to answer the real problems of society. Budgets are open, involving various stakeholders in the formulation (d) the principle of accountability in the budget process can be justified and in accordance with the statutory mandate.

  Keywords: Principles, Good Governance, Local Budget Dratf I.

   Pendahuluan

  Penyelenggaraan pemerintahan dimaksudkan Salah satu konsep good governance yang untuk mencapai tujuan negara, yang dalam sering dipakai adalah yang dicanangkan pelaksanaaannya perlu dikelola dalam suatu badan PBB yakni United Nations sistem pengelolaan keuangan negara. Development Program (UNDP) telah dapat Pengelolaan keuangan negara sebagaimana dipertanggungjawabkan sebagai prinsip dimaksud dalam UUD 1945, perlu penyelenggaraan pemerintahan yang dilaksanakan secara professional, terbuka, akuntabel. Beberapa negara maju telah dan bertanggung jawab untuk sebesar- berhasil mengembangkan ekonomi dan besarnya kemakmuran rakyat, yang keberhasilan mewujudkan stabilitas politik diwujudkan dalam Anggaran Pendapatan dengan menerapkan prinsip good dan Belanja Negara (APBN) dan Anggaran governance . Diharapkan dengan paradigma Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) tersebut dapat menjadi

  good governance

  yang harus dilaksanakan dengan tata kelola acuan bagi negara berkembang untuk pemerintahan yang baik (good governance). mewujudkan suatu pemerintahan yang baik.

1 Sesuai dengan asas desentralisasi dalam

  penyelenggaraan pemerintahan Negara, sebagian kekuasaan Presiden diserahkan kepada Gubernur/Bupati/Walikota selaku pengelola keuangan daerah. Suatu daerah akan dapat menyelenggarakan urusan rumah tangganya sendiri jika memiliki sumber- sumber keuangan yang memadai. Salah satu kriteria penting untuk mengetahui secara nyata kemampuan daerah dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri adalah kemampuan self supporting dalam bidang keuangan. Faktor keuangan tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonomi.

  Penerapan prinsip good governance tentunnya membawa paradigma baru perencanaan keuangan daerah dan APBD yang dilatar belakangi oleh meningkatnya tuntutan masyarakat di era reformasi terhadap pelayanan publik yang ekonomis, efisien, efektif, transparan, akuntabel dan responsif. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menghasilkan anggaran daerah yang benar- benar mencerminkan kepentingan masyarakat daerah setempat terhadap 1 Dadang Solihin, Hasil Uji Coba Pengukuran pengelolaan keuangan daerah secara ekonomis, efisien, dan efektif.Asas umum pengelolaan keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang- undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan, kepatutan, dan manfaat bagi masyarakat Pemerintahan yang mengedepankan prinsip

  good governance mengandung makna bahwa

  semua warga masyarakat mempunyai suara dalam pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka. Partisipasi menyeluruh tersebut dibangun berdasarkan kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat, serta kapasitas untuk berpartisipasi secara konstruktif. Dengan demikian anggaran dalam setiap proses mulai dari penyusunan, pembahasan dan impelementasi maupun evaluasinya tidak pernah lepas dari konteks relasi politik. Meski demikian seringkali yang relasi politik tersebut belum mengartikulasi dan mengakomodasi kepentingan masyarakat ke dalam anggaran, bahkan yang terjadi justru semakin menjauh dari kepentingan masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk mengambil posisi dan bersikap terhadap setiap kebijakan keuangan daerah tersebut. Hal ini sesuai pemerintah termasuk kebijakan anggaran. dengan permasalahan yang dihadapi dalam hal pengelolaan anggaran daerah di era

  Penerapan prinsip good governance dalam otonomi daerah adalah masyarakat luas penyusunan RAPBD memungkinkan relatif merasa kesulitan untuk mendapatkan keterlibatan masyarakat dalam proses akses informasi mengenai penyusunan penyusunan anggaran. Anggaran memiliki anggaran, sehingga berkembang anggapan dampak yang luas yang meliputi seluruh bahwa pengelolaan anggaran merupakan aspek kehidupan masyarakat. Namun tidak kewenangan dari pemerintah daerah dan jarang kalangan tertentu dari masyarakat DPRD, padahal semestinya tidak demikian, yang terpinggirkan karena sumberdaya sebab otonomi daerah harus mencerminkan ekonomi dan kemampuan untuk adanya keterbukaan dalam hal penyusunan

  2 mempengaruhi kebijakan kurang memiliki dan pengelolaan anggaran publik .

  akses untuk terlibat dalam proses penyusunan kebijakan politik termasuk Permasalahan dalam penelitian ini adalah: penyusunan APBD. Sebagai sebuah produk

  a. prinsip-prinsip good Mengapa antara aktor yang berkepentingan terhadap penyusunan Rencana Anggaran alokasi sumber daya, dengan pemerintah Pendapatan dan Belanja Daerah sebagai pemegang otoritas untuk (RAPBD) di Kota Bandar Lampung? melaksanakan fungsi alokasi. Relasi b.

  Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip kekuasaan tersebut berpengaruh terhadap good governance dalam penyusunan bentuk kebijakan yang dilahirkan berikut Rencana Anggaran Pendapatan dan konsekuensi anggarannya Belanja Daerah (RAPBD) di Kota

  Bandar Lampung? Masalah yang melatarbelakangi penelitian ini adalah penyusunan RAPBD harus Tujuan penelitian ini adalah: memenuhi prinsip transparansi atau 1.

  Untuk mengetahui alasan penerapan keterbukaan sebagai perwujudan dari tata prinsip-prinsip good governance dalam kelola pemerintahan yang baik (good penyusunan Rencana Anggaran

  governance ), tetapi masyarakat masih

  kurang mendapatkan informasi mengenai 2 Ali Hasan. Tata Pemerintahan Menunjang transparansi penyusunan perencanaan

  Pendapatan dan Belanja Daerah Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku (RAPBD) di Kota Bandar Lampung Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota 2.

  Bandar Lampung, maka diketahui bahwa Untuk mengetahui penerapan prinsip- prinsip good governance dalam konsekuensi dari pemberlakuan Undang- penyusunan Rencana Anggaran Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pendapatan dan Belanja Daerah Pemerintahan Daerah, yaitu pemberian (RAPBD) di Kota Bandar Lampung otonomi kepada daerah kabupaten/kota didasarkan atas asas desentralisasi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Pemberian kewenangan

  II.

  tersebut menyangkut penentuan kebijakan,

   Metode Penelitian

  perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, Pendekatan masalah yang digunakan adalah pengendalian dan evaluasi guna menjamin yuridis normatif dan pendekatan yuridis perkembangan dan pembangunan di daerah. empiris. Pengumpulan data dilakukan Pemberian kewenangan dilaksanakan secara dengan studi pustaka dan studi lapangan. proporsional yang diwujudkan dengan pengumpulan data dilakukan dengan teknik sumber daya nasional yang berkeadilan, studi pustaka dan studi lapangan. Analisis serta perimbangan keuangan pusat dan data dilakukan secara kualitatif. Daerah.

  Implikasinya adalah daerah memiliki III. kewenangan membuat kebijakan daerah

   Pembahasan

  untuk mengatur urusan pemerintahannya A. sendiri. Kewenangan daerah mencakup

   Alasan Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Proses seluruh kewenangan dalam bidang

  pemerintahan, kecuali bidang politik luar

  Penyusunan RAPBD di Kota Bandar

Lampung negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, monet

  er fiskal nasional dan agama yang diatur 1. dalam ketentuan Pasal 10 Ayat (3) Undang-

  Konsekuansi Penyelenggaraan Otonomi Daerah Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

  Pemerintahan Daerah. Secara spesifik urusan wajib yang menjadi kewenangan daerah diatur dalam ketentuan Pasal 13 dan 14, yang telah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Pemerintah juga telah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah. Untuk menjalankan urusan pemerintahan daerah sebagaimana dimaksud Peraturan Pemerintah tersebut, Pemerintah Daerah memerlukan perangkat Peraturan Perundang-Undangan.

  Peningkatan Kepercayaan Masyarakat kepada Pemerintah Kota Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota Bandar Lampung, maka diketahui bahwa Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya semaksimal mungkin mewujudkan pemerintahan yang baik kebijakan pembangunan diarahkan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja aparatur pemerintah yang profesional, produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

  3. Maksimalisasi Profesionalisme Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah

  Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota Bandar Lampung, maka diketahui bahwa alasan lain penerapan prinsip-prinsip good

  governance dalam proses penyusunan APBD

  Kota Bandar Lampung adalah untuk memaksimalkan profesionalisme kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah, yaitu dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah perlu dibantu oleh perangkat daerah yang dapat pemerintahan yang dilaksanakan oleh pemerintahan daerah. Hal ini selaras dengan

  Pasal 128 Ayat (1) dan Ayat (2) Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Susunan dan Pengendalian Organisasi Perangkat Daerah dilakukan dengan berpedoman pada peraturan pemerintah. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

  Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan. Perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, Organisasi Perangkat Daerah ditetapkan dengan peraturan daerah dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi Perangkat Daerah. Peraturan daerah mengatur mengenai susunan, kedudukan, tugas pokok organisasi perangkat daerah. Rincian tugas, fungsi, dan tata kerja diatur lebih lanjut dengan Peraturan Gubernur/Bupati/Walikota. Pemerintah Kota Bandar Lampung berupaya menciptakan kinerja aparatur pemerintahan Kota Bandar Lampung yang profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan dengan melakukan optimalisasi dan efisiensi keuangan daerah, yang bertujuan untuk pengalokasian anggaran keuangan daerah yang efisien dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembangunan, terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif.

  B. Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dalam Penyusunan Rencana APBD Kota Bandar Lampung 1.

  Penerapan Prinsip Partisipasi Menurut keterangan Rustam selaku anggota Kepala Bagian Anggaran DPRD Kota penerapan prinsip partisipasi dalam proses penyusunan Rencana APBD Kota Bandar Lampung berdasarkan konteks good

  governance memungkinkan keterlibatan

  masyarakat dalam proses penyusunan anggaran. Anggaran memiliki dampak yang luas yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Namun tidak jarang kalangan tertentu dari masyarakat yang terpinggirkan karena sumberdaya ekonomi dan kemampuan untuk mempengaruhi kebijakan kurang memiliki akses untuk terlibat dalam proses penyusunan kebijakan politik termasuk penyusunan RAPBD. Sebagai produk politik, anggaran merefleksikan relasi politik antara aktor yang berkepentingan terhadap alokasi sumber daya, dengan pemerintah sebagai pemegang otoritas untuk melaksanakan fungsi alokasi. Relasi kekuasaan tersebut berpengaruh terhadap bentuk kebijakan yang dilahirkan berikut konsekuensi anggarannya. Asas keterbukaan terdapat dalam negara demokrasi. Hal ini mengandung makna bahwa pemerintahan negara tetap di bawah kontrol masyarakat, salah satunya adalah melalui keterbukaan (publicity) dalam pengambilan keputusan. Keterbukaan dalam pengambilan keputusan merupakan suatu keharusan, karena pemerintah bertindak demi dan atas nama seluruh masyarakat, mengetahui apa yang dilakukannya. Bukan saja berhak mengetahui, juga berhak berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Hakikat pentingnya partisipasi masyarakat dalam penyusunan anggaran adalah:

  a) Memberikan landasan yang lebih baik untuk pembuatan kebijakan publik dalam menciptakan suatu good governance.

  b) Memastikan adanya implementasi yang lebih efektif karena warga mengetahui dan terlibat dalam pembuatan kebijakan publik.

  c) Meningkatkan kepercayaan warga kepada eksekutif dan legislatif.

  d) Efisiensi sumber daya, sebab dengan keterlibatan masyarakat dalam pembuatan kebijakan publik dan mengetahui kebijakan publik, maka sumber daya yang digunakan dalam sosialisasi kebijakan publik dapat dihemat.

  Partisipasi masyarakat ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yang sangat penting dalam rangka menciptakan good

  governance . Masyarakat berhak memberikan

  masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau pembahasan Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

  Penerapan Prinsip Kepastian Hukum Menurut keterangan Rustam selaku anggota Kepala Bagian Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung, maka diketahui bahwa penerapan prinsip aturan hukum (rule of

  law ) dalam proses penyusunan Rencana

  APBD Kota Bandar Lampung berdasarkan konteks good governance berkaitan dengan penerapan aturan hukum dan perundang- undangan yang berkeadilan serta harus ditegakkan dan dipatuhi secara utuh dalam penyusunan anggaran. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 sendiri telah disepakati oleh Pemerintah bahwa Pusat dan seluruh Pemerintah Daerah sebagai Omnibus menjadi satu satunya peraturan perundangan yang menjadi acuan dalam Pengelolaan Keuangan daerah guna menjawab perbedaan penafsiran yang tertuang dalam berbagai peraturan perundangan tentang Pengelolaan Keuangan daerah, secara operasional telah diatur lebih lanjut dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan daerah yang kemudian diperbaharui lewat Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006.

  Penyelenggaraan pemerintahan yang baik harus didasarkan pada pengaturan hukum yang baik pula. Penyelenggaraan mengatur hubungan antara pemerintah dengan masyarakat. Penerapan prinsip kepastian hukum dalam penyelenggaraan pemerintahan merupakan instrumen yuridis Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam melakukan pengaturan, pelayanan, dan perlindungan bagi masyarakat. Selain itu sebagai aturan normatif tentang bagaimana pemerintahan dijalankan. Penerapan prinsip kepastian hukum mengandung makna bahwa dalam kaitannya dengan penyusunan Rencana APBD, maka Pemerintah melaksanakannya dengan berdasar pada peraturan perundang- undangan atau berdasarkan pada legalitas.

  Artinya pemerintah tidak dapat melakukan tindakan pemerintahan tanpa dasar kewenangan. Ketentuan bahwa setiap tindakan pemerintahan ini harus didasarkan pada asas legalitas. Penerapan prinsip kepastian hukum mengandung beberapa fungsi yaitu fungsi normatif menyangkut penormaan kekuasaan memerintah dalam upaya mewujudkan pemerintahan yang bersih. Fungsi instrumental berarti menetapkan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menggunakan kekuasaan memerintah. Adapun fungsi jaminan adalah fungsi untuk memberikan jaminan perlindungan hukum bagi rakyat.

  Penerapan Prinsip Transparasi Menurut keterangan Wilson Faisol, selaku Kepala Bidang Anggaran BPKAD Kota Bandar Lampung, diketahui bahwa penerapan prinsip tranparansi (transparancy) dalam proses penyusunan Rencana APBD Kota Bandar Lampung berdasarkan konteks

  good governance diwujudkan dalam

  kebebasan aliran informasi. Dalam kaitanya dengan penyusunan anggaran, proses penyusunan kelembagaan yang terkait dan anggaran yang tersusun harus disediakan dalam bentuk yang memadai dan mudah dimengerti. Pada hakekatnya, anggaran bersumber dari rakyat dan menjadi instrumen penting dalam menggerakkan roda pembangunan. Terutama dalam rangka mewujudkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat. artinya, segala sesuatu menyangkut pembangunan tidak terlepas dari peran dan fungsi anggaran. Instrumen utama untuk mengukur komitmen pemerintah kepada masyarakat, salah satunya diukur dengan sejauhmana proses penganggaran dilakukan secara transparan, akuntabel dan yang lebih penting lagi, alokasi anggaran harus dapat menjawab problem riil masyarakat. Anggaran publik memiliki tipikal yaitu bersifat terbuka, melibatkan berbagai aktor dalam anggaran sebagai bentuk akuntabilitas publik, dan adanya keterbatasan yang harus diperhatikan.

  APBD sebagai anggaran publik ketika hendak disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka dan mudah diakses oleh masyarakat. Meliputi tujuan, sasaran dan sumber pendanaan pada setiap jenis/objek belanja. Sekaligus menarik korelasi antara besaran anggaran dengan manfaat dan dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Setiap pengguna anggaran harus dapat bertanggung jawab terhadap penggunaan sumber daya yang dikelola untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Pentingnya transparansi anggaran bagi pelaksanaan fungsi pemerintahan dan menjalankan mandat dari rakyat. Dengan transparansi, kebohongan sulit untuk disembunyikan. Karena itu menjadi instrumen penting untuk menyelematkan uang rakyat dan mencegah terjadi perbuatan korupsi politik dan penggelapan uang rakyat. Di sisi lain transparansi anggaran juga menjadi penting untuk membuka partisipasi dan kontrol masyarakat terhadap proses penganggaran sekaligus untuk menilai dan mengukur kinerja pemerintahan dan institusi yang memberi pelayanan transparansi anggaran mengacu kepada sejaumana publik dapat memperoleh informasi atas aktivitas keuangan pemerintah dan implikasinya secara komprehensif, akurat dan tepat waktu. Transparansi anggaran mengacu pada keterbukaan dalam masyarakat dalam hal fungsi dan struktur pemerintahan, tujuan kebijakan fiskal, sektor keuangan publik, dan proyeksi-proyeksinya. Ini berarti informasi mengenai aktifitas pemerintah harus mempunyai akses yang dapat di percaya secara luas dan tepat guna.

4. Penerapan Prinsip Akuntabilitas

  Menurut keterangan Rustam selaku anggota Kepala Bagian Anggaran DPRD Kota Bandar Lampung, maka diketahui bahwa penerapan prinsip akuntabilitas (accountability) dalam proses penyusunan Rencana APBD Kota Bandar Lampung berdasarkan konteks good governance menuntut para pengambil kebijakan dan pelaksana kebijakan untuk memiliki pertanggungjawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum) sebagaimana halnya kepada para pemilik (stake holders).

  APBD merupakan parameter dalam atau progress report yang dilakukan dengan pendekatan anggaran kinerja atau

  performance budgeting system yang

  mengutamakan upaya pencapain hasil atau output daerah. Dengan kata lain APBD merupakan dekumen penting bagi suatu daerah, karena dalam APBD tergambar pendapatan, sumber-sumber pendapatan dan belanja daerah baik berupa belanja pembangunan maupun belanja rutin, terlebih lagi diera otonomi daerah saat ini, di mana daerah dituntut kemam puannya untuk mencari sumber-sumber pendapatan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan sebagai daerah otonom, serta diberikan kewenangan untuk membelanjakan pendapatan tersebut secara baik dan benar sesuai dengan kebutuhan yang terdapat dalam masyarakat. Penjelasan di atas sesuai dengan pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang berimplikasi bahwa pemerintah daerah memiliki kebebasan untuk mengalokasikan sumber-sumber pembiayaan pembangunan sesuai dengan prioritas dan preferensi daerah masing-masing. Pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal membawa konsekuensi pada perubahan pola pertanggung jawaban daerah atas pengalokasian dana yang telah dimiliki. Penyelenggaraan otonomi daerah diimbangi dengan kebebasan untuk mengalokasikan sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah masing-masing.

  Pemerintahan daerah diharapkan dapat melakukan optimalisasi belanja yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Perangkat pemerintah daerah harus memiliki kemampuan dan pengetahuan yang memadai dalam perencanaan dan perumusan kebijakan strategis daerah, termasuk proses dan pengalokasian anggaran belanja daerah agar pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan oleh pemerintah daerah dapat berjalan secara efisien dan efektif. Otonomi daerah membawa implikasi bahwa penyelenggaraan tugas daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi dibiayai atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), di sisi lain pembiayaan pembangunan secara bertahap akan menjadi beban pemerintah daerah. Keadaan ini akan semakin memperkuat tekanan internal kepada keuangan daerah karena peranan sumbangan dan bantuan pusat dalam pembiayaan pembangunan daerah akan semakin kecil. Bantuan pusat dalam pembiayaan pembangunan hanya akan diberikan untuk menunjang pengeluaran pemerintah, khususnya untuk belanja pegawai dan program-program pembangunan yang hendak dicapai. Seiring dengan otonomi daerah perspektif perubahan yang diinginkan dalam pengelolaan keuangan daerah dan anggaran daerah sebagai upaya pemberdayaan pemerintah daerah di antaranya adalah harus bertumpu pada kepentingan publik (public

  oriented ), kejelasan tentang misi

  pengelolaan keuangan daerah pada umumnya dan anggaran daerah pada khususnya dan desentralisasi pengelolaan keuangan dan kejelasan peran para partisipan yang terkait dalam pengelolaan anggaran seperti DPRD, Kepala Daerah, Sekretaris Daerah dan perangkat daerah lain serta masyarakat.

  III. Kesimpulan 1.

  Alasan penerapan prinsip-prinsip good

  governance dalam proses penyusunan

  Rencana APBD Kota Bandar Lampung adalah karena: a.

  Konsekuensi otonomi daerah, yaitu menuntut pemerintah daerah untuk menyelengarakan pemerintahan yang menjamin kepastian hukum, keterbukaan, profesional dan akuntabel, pemerintahan yang menghormati Hak Asasi Manusia dan pelaksanaan demokrasi, pemerintahan yang dapat meningkatkan pemberdayaan pelayanan prima kepada masyarakat tanpa diskriminasi, serta pemerintahan yang mengakomodasikan kontrol sosial masyarakat.

  b.

  Peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap kinerja pemerintah kota profesional, produktif, efektif, efisien, transparan dan akuntabel dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.

  c.

  Maksimalisasi profesionalisme kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) secara profesional dan bertanggung jawab dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembangunan dan terciptanya pengelolaan keuangan daerah yang efisien dan efektif.

  Daerah Kota Bandar Lampung telah menerapkan prinsip-prinsip good

  Prinsip akuntabilitas (accountability), di mana penyusunan Rencana APBD dapat dipertanggung jawabkan dan sesuai dengan amanat perundang- undangan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

  Otonomi Daerah di Negara

  Press. Jakarta Kaho, Josef Riwo. 2002.Prospek

  Menunjang Pembangunan Manusia Berkelanjutan. Rajawali

  Hasan, Ali. 2009. Tata Pemerintahan

  Pemerintah Meningkatkan Pelayanan Publik: Standar Pelayanan Minimal , Jurnal Demokrasi dan HAM. Jakarta.

  Effendi, Taufiq. 2006. Upaya

  Budiardjo, Miriam. Menggapai Bandung. 2004.

  Daftar Pustaka

  d.

2. Pemerintah dan Dewan Perwakilan

  governance dalam proses penyusunan

  Prinsip transparasi (transparency), di mana proses penganggaran APBD dilakukan secara transparan, akuntabel dan alokasi anggaran harus dapat menjawab permasalahan riil masyarakat. APBD bersifat terbuka, melibatkan berbagai pihak dalam penyusunannya.

  c.

  APBD dilaksanakan dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang berlaku atau memenuhi asas legalitas agar APBD yang disusun memiliki kepastian hukum. Prinsip ini diwujudkan dengan penyusunan Peraturan Daerah Tentang APBD.

  law), di mana penyusunan Rencana

  Prinsip kepastian hukum (rule of

  b.

  Prinsip partisipasi (participation), dilakukan dengan melibatkan peran serta masyarakat atau stakeholder dalam kegiatan Bedah APBD, yaitu masyarakat bisa memberikan masukan secara lisan atau tertulis dalam rangka penyiapan atau Daerah Tentang APBD kepada DPRD Kota Bandar Lampung.

  Rencana APBD, yaitu sebagai berikut: a.

  Beberapa Faktor Yang Mempengaruhinya, Penerbit

  Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

  Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemrintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

  2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

  32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2008 tentang perubahan Kedua Atas UU Nomor

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

  Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.

  2006 UUD 1945 dan Perubahan-Perubahan UUD 1945.

  Rajawali Press, Jakarta. Krina, Loina Lalolo. 2005. Indikator dan

  Perencanaan dan Penganggaran Daerah, Andi Offset. Yogyakarta

  Jakarta. Ritonga, Irwan Taufiq. 2006.

  Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik, Candra Press, Pati. governance : Prinsip, Komponen dan Penerapannya. Pelita Ilmu.

  Mardiasmo, 2003. Pewujudan

  Sekretariat Good Public Governance Badan Perencanaan. Jakarta.

  Alat Ukur prinsip Akuntabilitas, Transparansi dan Partisipasi ,

  Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah