PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERUBAHAN ANGGARAN DANA BAGI HASIL, DAN PERUBAHAN ANGGARAN SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TERHADAP PERUBAHAN ANGGARAN BELANJA TIDAK LANGSUNG (Studi Pada Pemerintah KabupatenKota Di Aceh)

PENGARUH PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH,

  

PERUBAHAN ANGGARAN DANA BAGI HASIL, DAN PERUBAHAN ANGGARAN

SISA LEBIH PERHITUNGAN ANGGARAN TERHADAP PERUBAHAN

ANGGARAN

BELANJA TIDAK LANGSUNG 1) 2) 3)

(Studi Pada Pemerintah Kabupaten/Kota Di Aceh)

  Nelliyanti, Dr. Darwanis, SE,. M.Si, Ak, CA, Dr. Syukriy Abdullah, SE,. M.Si, Ak 1) 2,3) Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

Staff Pengajar Magister Akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.

  

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah,

perubahan anggaran Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama terhadap perubahan

anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh dan menguji pengaruh perubahan

anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan anggaran Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran SiLPA secara

sendiri-sendiri terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

  

Objek penelitian ini adalah data anggaran murni dan data anggaran perubahan periode 2011-2013 dari 23

kabupaten/kota di Aceh. Sumber data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu dokumen-dokumen yang

diperoleh dari Dinas Kekayaan Aceh (DKA). Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik

dokumentasi. Metode analisis yang digunakan yaitu Analisis Regresi Linear Berganda. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan anggaran Dana Bagi Hasil, dan

perubahan anggaran SiLPA berpengaruh secara bersama-sama terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak

Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah berpengaruh

positif terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh,

Perubahan anggaran Dana Bagi Hasil berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung

pada kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran SiLPA berpengaruh negatif terhadap perubahan anggaran

Belanja Tidak Langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

  Kata Kunci : Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil, Sisa Lebih Perhitungan Anggaran, Belanja Tidak Langsung. PENDAHULUAN

  Anggaran Pendapatan dan Belanja dari APBD dilakukan setahun sebelum Daerah (APBD) adalah rencana keuangan pelaksanaannya, maka pada saat pelaksanaan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan anggaran dapat dilakukan penyesuaian atau disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan perubahan anggaran sebagaimana ketentuan DPRD yang ditetapkan dengan peraturan Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 daerah (Darise, 2006:143). Halim dan Abdullah tentang pengelolaan keuangan daerah.

  (2006) menyatakan bahwa APBD merupakan Perubahan APBD dimungkinkan jika dokumen penting dalam pengelolaan keuangan terjadi perkembangan yang tidak sesuai dengan daerah di Indonesia yang harus ditetapkan asumsi kebijakan umum APBD, terdapat dengan peraturan daerah sebelum tahun keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pelaksanaanya dimulai. Oleh karena pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar penyusunan rencana kerja yang akan dibiayai kegiatan, dan antar jenis belanja serta terjadi keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih tahun sebelumnya harus digunakan untuk pembiayaan dalam tahun anggaran berjalan (Darise, 2006:172-173). Lebih lanjut, Permendagri nomor 13 tahun 2006 pasal 154 angka 1 menyatakan bahwa perubahan APBD dapat dilakukan apabila terjadi (1) Perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi kebijakan umum APBD,(2) Keadaan yang menyebabkan harus dilakukannya pergeseran anggaran antar unit organisasi, antar kegiatan, dan antar jenis belanja, (3) Keadaan yang menyebabkan saldo anggaran lebih dari tahun sebelumnya harus digunakan untuk tahun berjalan dan (4) Keadaan darurat dan (5) Keadaan luar biasa.

  Abdullah dan Rona (2015) menyatakan bahwa salah satu fenomena yang biasa dalam penganggaran di pemerintahan adalah perubahan dan revisi terhadap anggaran yang sedang dilakukan pada tahun berjalan. Bland dan Rubin (1997:58); Dougherty, et al. (2003) dan Forrester dan Mullins (1992) dalam Abdullah dan Rona (2015), menyatakan perubahan anggaran dilakukan untuk menyesuaikan antara target dan alokasi dengan perkembangan terkini di lapangan, misalnya karena terjadi perubahan asumsi yang mempengaruhi estimasi penerimaan dan pengeluaran, sehingga dengan adanya penyesuaian makatarget yang telah ditentukan sebelumnya dapat tercapai seperti yang diharapkan.

  Perubahan atas setiap komponen APBD memiliki latar belakang dan alasan berbeda, baik untuk perubahan anggaran penerimaan maupun perubahan anggaran pengeluaran (Abdullah dan Nazry, 2014). Dalam struktur APBD di Indonesia, komponen anggaran terdiri dari pendapatan, belanja dan pembiayaan, dimana ketiga-ketiganya dapat mengalami penyesuaian selama tahun berjalan. Logika penyusunan anggaran diIndonesia menggunakan tax-spending hypothesia, yang mengasumsikan bahwa besaran target penerimaan yang terdiri dari pendapatan dan penerimaan pembiayaan, akan menentukan perkiraan pengeluaran yang meliputi dari belanja dan pengeluaran pembiayaan. Hal tersebut memberi pengertian bahwa perubahan anggaran pendapatan dan penerimaan pembiayaan akan menyebabkan perubahan dalam anggaran belanja dan pengeluaran pembiayaan (Abdullah dan Rona, 2015).

  Perubahan anggaran belanja dapat menjadi gambaran dari perubahan target pelayanan publik dan orientasi pembangunan daerah, setidaknya untuk jangka pendek. Sebagaimana menurut Sharkansky (1967), dalam Abdullah dan Rona, (2015). Anggaran belanja merupakan indikator kualitas pelayanan publik yang dapat diberikan dan prioritas pembagunan yang ditetatpkan oleh pemerintah dan Anggaran juga dapat dipandang sebagai posisi tawar (bargaining position) dari para pembuat keputusan anggaran yang ada di pemerintahan (Rubin, 1996:4).

  Abdullah (2012) memberikan gambaran tentang beberapa bentuk perubahan alokasi untuk belanja daerah. (1) Perubahan karena adanya pergeseran antar-kelompok atau antar-jenis anggaran (virement). Pergeseran anggaran dapat terjadi dalam satu SKPD, meskipun total alokasi untuk SKPD yang bersangkutan tidak berubah, dan antar-SKPD, namun tidak mengubah anggaran belanja pemerintah daerah secara keseluruhan. (2) Perubahan belanja karena adanya perubahan dalam penerimaan, khususnya pendapatan, sebagai akibat dari adanya perubahan kebijakan oleh pemerintahan yang lebih tinggi. (3) Perubahan anggaran belanja karena kondisi yang tidak terprediksi sebelumnya.

  Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh perubahan anggaran Pendapatan Asli Daerah, perubahan Dana Bagi Hasil, dan perubahan anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Perubahan anggaran pendapatan asli daerah, perubahan anggaran dana bagi hasil, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama- sama terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran pendapatan asli daerah terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran dana bagi hasil terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh dan perubahan anggaran SiLPA terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

  Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung

  UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 Angka 16 menyatakan belanja daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Menurut Abdullah dan Halim (2004) belanja daerah merupakan semua pengeluaran kas daerah dalam periode tahun anggaran tertentu yang yang menjadi beban daerah. Pengeluaran ini dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka melaksanakan wewenang dan tangungjawabnya kepada masyarakat dan pemerintah diatasnya (Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Pusat).

  Belanja daerah meliputi semua pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana lancar yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

  Menurut Abdullah dan Ramadhan (2014) untuk belanja daerah yang dianggarkan dalam perubahan APBD tahun 2013, hendaknya diperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1) Dalam perubahan belanja daerah yang dianggarkan pada perubahan APBD dibatasi pada kegiatan yang betul-betul prioritas dilakukan. (2) Belanja daerah disusun dengan skala prioritas yaitu dengan menggunakan kegiatan-kegiatan yang nantinya bisa berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan daerah serta berorientasi pada pencapaian hasildari inputyang direncanakan. (3) Pemerintah hendaknya memberikan perhatian hasil dari input yang direncanakan.

KAJIAN KEPUSTAKAAN

  (4) Perubahan APBD difokuskan pada pergeseran anggaran dan kegiatan yang sifatnya benar-benar mendesak. Untuk memudahkan penilaian kewajaran biaya suatu program atau kegiatan, belanja pada setiap satuan kerja perangkat daerah (SKPD) diklarifikasikan berdasarkan kelompok belanja yaitu: (a) Belanja Langsung dan (b) Belanja tidak langsung (Darise, 2009:133).

  Menurut Darise (2009:133) belanja tidak langsung adalah belanja yang penganggarannya tidak dipenuhi secara langsung oleh adanya usulan program atau kegiatan dan dianggarkan setiapu tahun anggaran sebagai konsekuensi dari kewajiban pemerintah daerah secara periodik kepada pegawai yang bersifat tetap (pembayaran gaji dan tunjangan) dan kewajiban untuk pengeluaran belanja lainnya yang umumnya diperlukan secara periodik. Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 36 Angka 2 mendefinisikan belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan.

  Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah

  Berdasarkan ketentuan umum UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah menyatakan bahwa Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Dana perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus dan jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBD.

  Abdullah (2013b) mengungkapkan ada beberapa kondisi yang menyebabkan sebab perubahan atas anggaran pendapatan terjadi, yaitu karena (1) target pendapatan dianggarkan terlalu rendah dalam anggaran daerah atau APBD (Underestimated).(2) Alasan penentuan target PAD oleh SKPD dapatdipahami sebagai praktik moral hazard yang dilakukan agency yang dalam konteks pendapatan adalah budget

  minimazer.

  (3) Jika dalam APBD “murni” target PAD underestimated, maka dapat “dinaikkan” dalam APBD perubahan untuk kemudian digunakan sebagai dasar mengalokasikan pengeluaran yang baru untuk belanja kegiatan dalam APBD-P.

  PAD dapat berpengaruh terhadap alokasi belanja pada tahun yang sama. Hal ini disebabkan karena tidak adanya ketentuan yang bersifat earmark tentang pengalokasian belanja yang bersumber dari PAD. Pemanfaatan PAD untuk di alokasikan menjadi anggaran belanja berbeda dengan DAK, Dimana DAK bersifat

  earmark danmerupakan pendapatan daerah

  yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu dengan tujuan untuk melaksanakan program khusus prioritas nasional yang menjadi urusan daerah (Abdullah, 2013b).

  Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil Berdasarkan ketentuan umum UUNomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah menyatakan bahwa Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proposional, demokratis, transparan, dan bertanggung jawab dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah. Dana perimbangan ini terdiri dari dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus dan jumlah dana perimbangan ditetapkan setiap tahun anggaran dalam APBD.

  Perubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran

  Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

  Pasal 1 Angka 55 menyatakan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran adalah selisih lebih realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran dan menurut Abdullah (2013c) Sisa anggaran adalah dana milik pemda yang belum terpakai selama satu tahun anggaran atau masih tersisa pada akhir tahun anggaran. Dalam konsep anggaran berbasis kas, sisa anggaran sama dengan jumlah uang atau kas Pemda yang belum terpakai. Ada dua bentuk sisa anggaran, yakni SiLPA dan SILPA. SiLPA adalah adanya sisa anggaran tahun lalu yang ada dalam APBD tahun anggaran berjalan/berkenaan, sedangkan SiLPA merupakan penerimaan daerah yang bersumber dari sisa kas tahun anggaran sebelumnya.

  Abdullah (2013c) berpendapat bentuk penggunaan SiLPA ada dua, yakni: (1) untuk melanjutkan kegiatan yang belum selesai dikerjakan pada tahun sebelumnya (luncuran) dan (2) membiayai kegiatan baru yang tidak teranggarkan dalam APBD murni. Kegiatan lanjutan atau luncuran dari tahun sebelumnya dilaksanakan pada awal tahun berjalan dengan menggunakan sisa anggaran yang belum habis dengan terlebih dahulu menetapkan DPA-L (Dokumen Pelaksanaan Anggaran-Lanjutan) pada akhir tahun sebelumnya. Sedangkan Kegiatan Baru. Dalam perubahan APBD, penambahan kegiatan baru dimungkinkan sepanjang dapat diselesaikan sampai pada akhir tahun anggaran, kecuali dalam keadaan mendesak atau darurat (dengan persyaratan tertentu).

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini termasuk dalam jenis pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menguji variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan unit analisis penelitian adalah data anggaran murni dan data anggaran perubahan periode 2011-2013 pada

  23 kabupaten/kota di Aceh. Dalam penelitian ini sumber data yang digunakan adalah data sekunder, dimana data yang digunakan peneliti berupa dokumen- dokumen yang diperoleh dari Dina Kekayaan Aceh (DKA). Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan teknik dokumentasi yaitu pengumpulan data anggaran murni dan data anggaran perubahan.

  Operasionalisasi Variabel Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung (Y)

  Belanja tidak langsung merupakan belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan. Perubahan anggaran belanja tidak langsung merupakan penyesuaian belanja tidak langsung yang dilakukan pada tahun berjalan yang dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota. Pengukuran untuk variabel perubahan anggaran belanja tidak langsung menggunakan angka selisih antara anggaran belanja tidak langsungsetelah perubahan APBK dengan anggaran belanja tidak langsung dalam APBK murni. Skala yang digunakan yaitu skala rasio.

  Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah (X 1 )

  Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber- sumber di dalam daerahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perubahan anggaran pendapatan asli daerah adalah penyesuaian atas target yang telah ditetapkan sebelumnya dan diukur dengan angka selisih antara target pendapatan asli daerahsetelah perubahan APBK dengan target pendapatan asli daerah dalam APBK murni. Skala yang digunakan adalah rasio.

  Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil (X 2 )

  Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kedaerah berdasarkan angka persentase untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal. Dana bagi hasil bersumber dari pajak dan sumber daya alam. Perubahan anggaran dana bagi hasil adalah penyesuaian yang dilakukan oleh pemerintah daerah karena adanya koreksi dari Kementerian Keuangan tentang Dana Bagi Hasil yang menjadi bagian daerah. Perubahan anggaran dana bagi hasil diukur dengan angka selisih antara dana bagi hasil setelah perubahan APBK dengan anggaran dana bagi hasil dalam APBK murni. Skala yang digunakan adalah skala rasio.

  Perubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (X 3 )

  SiLPA adalah selisih lebih penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu periode anggaran. Perubahan SiLPA terjadi karena adanya koreksi atas target SiLPA dalam APBK murni karena angka pasti SiLPA tersebut telah ditetapkan oleh BPK berdasarkan hasil audit dan disampaikan dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) BPK. Pengukuran perubahan anggaran SiLPA dilakukan dengan menghitung selisih antara SiLPA dalam perubahan APBK dengan anggaran SiLPA dalam APBK murni. Skala yang digunakan adalah rasio.

  Metode Analisis

  Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah linear berganda dengan bantuan program SPSS. Rancangan pengujian hipotesis dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen (perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA) terhadap variabel dependen (perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung) dilakukan dengan dua cara yaitu: uji secara bersama-sama dan uji secara terpisah.

HASIL PENELITIAN

  Gambaran Umum Observasi Penelitian

  Populasi penelitian ini adalah 23 pemerintah kabupaten/kota di Aceh periode tahun 2011-2013.Unit analisis penelitian inia dalah data APBK murni dan data APBK-P untuk pendapatan asli daerah, dana bagi hasil, SiLPA, dan belanja tidak langsung dengan mengamati selama 3 (tiga) tahun periode, sehingga diperoleh jumlah populasi sebanyak 69 pengamatan.

  Hasil Pengujian Hipotesis

  Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan regresi linear berganda dari pengaruh perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA terhadap perubahan anggaran Belanja Tidak Langsung dapat dilihat pada tabel berikut.

  Y it = ⍺ + ß 1 X 1it + ß 2 X 2it + ß 3 X 3it + ɛ it

  Y = 8507086330 + 1,340X 1it + 0,421X 2it

  • –0,095X 3it + e

  R = 0,404 R 2 = 0,163 Melalui hasil program SPSS, maka diperoleh persamaan regresi linear berganda sebagai berikut:

  BTL = 8507086330 + 1,340PAD + 0,421DBH – 0,095SiLPA Hasil Pengujian Hipotesis untuk Pengaruh Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah, Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil, dan Perubahan Anggaran SiLPA Secara Bersama-sama terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung karena masing-masing koefisien regresi dari ketiga variabel lebih besar dari 0 dengan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,163. Artinya bahwa variabel perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA mampu menjelaskan variasi dari variabel perubahan anggaran belanja tidak langsung sebesar 16,3%. Sisanya sebesar 83,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam variabel penelitian ini.

  Hasil Pengujian Hipotesis untuk Pengaruh Secara Parsial Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah, Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil, dan Perubahan Anggaran SiLPA terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

  Hasil pengujian secara terpisah dalam penelitian ini ditentukan dengan melihat nilai koefisien re gresi (β) masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Hasil pengujian regresi linear berganda menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi β 1 = 1,340, β 2 = 0,421, dan β 3 = -0,095.

  Hasil tersebut mendukung hipotesis kedua, ketiga, dan keempat (H 2 , H 3 , H 4 ) yang telah dirumuskan, yaitu perubahan anggaran PAD berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran DBH berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, dan perubahan anggaran SiLPA berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

  PEMBAHASAN.

  Pengaruh Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah, Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil, dan Perubahan Anggaran SiLPA terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubahan anggaran PAD, perubahan anggaran DBH, dan perubahan anggaran SiLPA secara bersama-sama berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung.

  Abdullah (2013b) menyatakan bahwa ada beberapa alasan yang menjadi faktor penyebab perubahan APBD, yaitu karena faktor ekonomi, politik, dan sosial, faktor finansial dan kebutuhan fiskal. Secara konseptual, perubahan pendapatan akan berpengaruh terhadap belanja atas pengeluaran. Perubahan APBD menjadi sarana bagi legislatif dan eksekutif untuk merubah alokasi anggaran secara legal, sehingga misalokasi anggaran belanja pemerintah dapat terjadi akibat prilaku oportunistik legislatif dan eksekutif saat perubahan APBD. Lebih lanjut, Abdullah (2013b) juga menyatakan kecendrungan PAD yang selalu bertambah saat anggaran, membuka peluang bagi legislatif untuk “merekomendasikan” penambahan anggaran bagi program dan kegiatan yang menjadi preferensinya.

  Selain penerimaan PAD, DBH juga merupakan bagian dari pemerintah daerah yang ditujukan untuk sumber pembelajaran daerah. Salah satu tujuan pemberian DBH tersebut adalah untuk mengurangi kesenjangan fiskal antara pemerintah dengan daerah dan antar daerah, serta meningkatkan kapasitas daerah dalam menggali potensi ekonomi daerah, sehingga diharapkan akan terjadinya pembagian keuangan yang adil dan rasional. Artinya dari daerah-daerah yang memiliki kekayaan sumber daya alam akan memperoleh bagian pendapatan yang jumlahnya lebih besar dari daerah yang tidak memiliki kekayaan sumber daya alam.

  Abdullah (2013c) menyatakan bahwa dengan diketahuinya secara pasti (definitif) besaran angka SiLPA tahun anggaran sebelumnya pada pertengahan tahun berjalan merupakan salah satu alasan utama perubahan APBD. Artinya, sisa uang dikas daerah bisa dialokasikan kembali (rebudgeting) ke dalam tahun anggaran berjalan. Selanjutnya alokasi anggaran belanja daerah akan dipengaruhi oleh besaran SiLPA definitif tersebut.

  Pengaruh Perubahan Anggaran Pendapatan Asli Daerah terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

  Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan anggaran PAD berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, dimana tingkat pengaruh variabel perubahan anggaran PAD yang dihasilkan adalah 1,340. Artinya bila perubahan anggaran PAD meningkat 1%, maka perubahan anggaran belanja tidak langsung akan meningkat pula sebesar 1,340%.

  Diperoleh hubungan yang positif antara perubahan anggaran PAD dengan perubahan anggaran belanja tidak langsung. Hal tersebut bermakna bahwa perubahan anggaran PAD ikut meningkatkan perubahan anggaran belanja tidak langsung. Perubahan anggaran PAD dapat terjadi karenabeberapa sebab, diantaranya: tidak terprediksinya sumber penerimaan baru pada saat penyusunan anggaran. Abdullah (2013) menyatakan bahwa target PAD memang segaja di underestimate yang mana dapat dinaikkan pada saat APBD perubahan dengan dasar tidak terprediksinya sumber penerimaan baru dan kemudian digunakan dalam perubahan belanja.

  Pengaruh Perubahan Anggaran Dana Bagi Hasil terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

  Hasil pengujian menunjukkan bahwa perubahan anggaran DBH berpengaruh positif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada kabupaten/kota di Aceh, dimana tingkat pengaruh variabel perubahan anggaran DBH yang dihasilkan adalah 0,421. Artinya bila perubahan anggaran DBH meningkat 1%, maka perubahan anggaran belanja tidak langsung akan meningkat pula sebesar 0,421%.

  Hal tersebut bermakna bahwa adanya hubungan yang positif antara perubahan anggaran DBH dengan perubahan anggaran belanja tidak langsung. Artinya, pengalokasian anggaran DBH (DBH pajak dan DBH bukan Pajak) yang ditetapkan Pemda ikut ditujukan untuk alokasi anggaran belanja tidak langsung.

  Pengaruh Perubahan Anggaran Sisa Lebih Perhitungan Anggaran terhadap Perubahan Anggaran Belanja Tidak Langsung.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perubah anggaran SiLPA berpengaruh negatif terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota diAceh, dimana tingkat pengaruh variabel perubahan anggaran SiLPA yang dihasilkan adalah -0,095. Artinya bila perubahan anggaran SiLPA meningkat 1%, maka perubahan anggaran belanja tidak langsung akan menurun sebesar 0,095%.

  Pengaruh negatif ini bisa bermakna bahwa SiLPA tidak berkaitan langsung dengan belanja tidak langsung. Berbeda dengan pengaruh perubahan anggaran SiLPA terhadap belanja langsung atau belanja modal (Martunis, 2014; Aulad, 2014), pengaruh SiLPA terhadap belanja tidak langsung belum ditemukan.

KESIMPULAN DAN SARAN

  Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah, perubahan anggaran pendapatan asli daerah, perubahan anggaran dana bagi hasil, dan perubahan anggaran SiLPA berpengaruh secara bersama-sama terhadap perubahananggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran dana bagi hasil berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh, perubahan anggaran SiLPA berpengaruh terhadap perubahan anggaran belanja tidak langsung pada pemerintah kabupaten/kota di Aceh.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

  Terhadap Belanja . Melalui: http://

  (2014).Analisis Varian Anggaran Pemerintah Daerah-Penjelasan Empiris dari Perspektif Keagenan. Makalah

  Abdullah, Syukriy & Ramadhaniatun Nazry.

  Akuntansi VI. Oktober.

  Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Pemerintah Daerah: Studi Kasus Kabupaten/kota di Jawa dan Bali. Simposium Nasional

  Abdullah, Syukriy dan Abdul Halim. (2003).

  Pemerintah Daerahdalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan. Jurnal Akuntansi Pemerintah 2 (2) 17-32.

  syukriy.wordpress.com/2013/12/16/pen garuh-silpa-Terhadap-belanja/ (10/2/2015). Abdullah, Syukriy.& Abdul Halim.(2006). Studi atas Belanja Modal pada Anggaran

  Saran yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah, bagi peneliti selanjutnya disarankan menambah periode tahun pengamatan lebih lama, minimal pengamatan selama 5 tahun. Sehingga diharapkan hasil penelitian yang diperoleh dapat mencerminkan kondisi daerah pengamatan lebih baik lagi, peneliti selanjutnya disarankan agar variabel yang digunakan dalam penelitian akan datang diharapkan lebih lengkap dan bervariasi dengan menambah variabel independen lainnya, seperti DAU, DAK, Dana Outsus, peneliti selanjutnya juga disarankan menambah unit analisis secara nasional, saran selanjutnya bagi pemerintah kabupaten/kota di Aceh, untuk lebih memperhatikan jumlah SiLPA, mengingat besaran SiLPA sangat ditentukan oleh kemampuan pemerintah kabupaten/kota dalam mengestimasi pendapatan dan belanja, dan kemampuan SKPD dalam melaksanakan kegiatan yang menjadi tangungjawabnya.

  Abdullah, Syukriy. (2012). Varian Anggaran

  com /2013/ 04/22/ perubahan-apbd/ (10/2/2015).

  Melalui: https://syukriy. wordpress.

  01/01/defisit-dan-surplus-dalam- anggaran-daerah-apakah-saling- berhubungan /(10/2/2015). Abdullah, Syukriy.(2013b). Perubahan APBD.

  

  Melalui:

  Apakah Saling Berhubungan.

  Abdullah, Syukriy. (2013a). Defisit/Surflus dan SILPA dalam Anggaran Daerah.

  Pendapatan dan Varian Belanja Daerah: Sebuah Pengantar . Melalui:

  Abdullah, Syukriy. (2013c). Pengaruh SiLPA

  Dipresentasikan pada Konferensi Ilmiah Akuntansi (KIA) I yang -----. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 diselenggarakan oleh IAI KAP di tentang Perimbangan Keuangan Antara

  Wilayah Jakarta dan Banten di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Universitas Mercu Buana, Jakarta, 27- Daerah.

  28 Februari 2014. Abdullah, Syukriy & Riza Rona. (2015).

  Pengaruh Sisa Anggaran, Pendapatan Sendiri dan Dana Perimbangan terhadap Belanja Modal, Studi atas perubahan Anggaran Kabupaten/Kota di Indonesia. Makalah Dipresentasikan

  pada Konferensi Regional Akuntansi II yang diselenggarakan oleh IAI Wilayah Jawa Timur dan Universitas Kanjuruhan. Malang, 29-30 April 2015.

  Darise, Nurlan. (2006). Pengelolaan Keuangan Daerah. PT. Macanan jaya Cemerlang. Darise, Nurlan. (2008). Pengelolaan Keuangan

  pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). PT. Macanan jaya Cemerlang.

  Darise, Nurlan. (2009). Pengelolaan Keuangan

  Daerah, Pedoman untuk Eksekutif dan Legislatif Rangkuman

  7 Undang- Undang, 30 Peraturan Pemerintah dan

15 Permendagri , Jakarta Barat: Indeks.

  Martunis. (2014). Pengaruh Sisa Lebih Perhitungan Anggaran dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Belanja Daerah: Analisis Perubahan APBD Kabupaten/Kota di provinsi Aceh.Thesis. Banda Aceh: Program Pascasarjana Universitas Syiah Kuala.

  Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah

  Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN E-PROCUREMENT DAN KOMPETENSI PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN TERHADAP PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG DAN JASA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENYERAPAN BELANJA MODAL (Studi Pada Satuan Kerja Lingkup Pembayaran Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara B

0 1 11

Analisis Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia Periode 2001-2012 (Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score)

0 0 13

PENGARUH PERUBAHAN SOFTWARE APLIKASI, PENERAPAN REGULASI DAN KAPASITAS SUMBERDAYA MANUSIA TERHADAP EFEKTIVITAS PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN (Studi Empiris pada Kementerian Agama Provinsi Aceh)

0 0 9

PENGARUH AUDIT MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi kasus pada PT. Gramedia Asri Media Bandar Lampung) Herry Goenawan Soedarsa Chairul Anwar Shanti (Universitas Bandar Lampung) Email: herry.gsubl.ac.id Email: chairul.anwarubl.ac.

0 1 21

PENGARUH PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN DAN PENGENDALIAN INTERN TERHADAP GOOD GOVERNANCE DAN DAMPAKNYA PADA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN (STUDI PADA SKPA PEMERINTAH ACEH)

0 0 16

PENGARUH PAYMENT POINT ONLINE BANK (PPOB) DALAM PERCEPATAN ALIRAN KAS PADA PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI LAMPUNG Angrita Denziana Yunus Fiscal Siti Utami Ningsih (Universitas Bandar Lampung) Email: angrita_adz yahoo.com Email: yunus.fiscalubl.ac.id Abstract

0 1 21

IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK BLUD)-STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT PERMATA DAN RUMAH SAKIT BERLIAN

0 0 11

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN BELANJA MODAL TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (Studi pada KabupatenKota di Pulau Sumatra) Yuliana (Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Lampung) Email: yulianaprasetiamandiri.co.id Abstract - Pengaruh Pendapatan Asli Daerah dan Bel

0 0 16

ANALISIS MANAJEMEN LABA TERHADAP NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (Studi Khusus: Perusahaan Dagang Otomotif) Poppy Indriani Jaka Darmawan Siti Nurhawa (Universitas Bina Darma) E-mail: poppy_ucatyahoo.com E-mail: jakadarmawanyahoo.co

0 0 13

PENGARUH PAJAK DAERAH, RETRIBUSI DAERAH, LAIN-LAIN PENDAPATAN ASLI DAERAH YANG SAH, DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA MODAL (Studi pada Pemerintah KabupatenKota di Provinsi Aceh)

0 1 10