Kebijakan perlindungan anak jalanan di
Penanganan Anak Jalanan oleh Lembaga Sosial Masyarakat
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ada di Indonesia. Jawa Timur,
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tak terlepas dari masalah kemiskinan tersebut.
Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang tidak sanggup memenuhi kebutuhannya
sendiri sesuai dengan taraf kehidupan lingkungannya sehingga mengalami kesengsaraan dalam
hidupnya.
Permasalahan mengenai anak jalanan merupakan salah satu permasalahan anak yang
marak terjadi di Indonesia. Malang sebagai salah satu kota di Indonesia, juga mengalami
permasalahan mengenai anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya,
usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18 tahun (2001: 30)
Anak jalanan dianggap sebagai sampah masyarakat, yang sering menyebabkan keresahan
terhadap siapa saja yang bersinggungan dengan mereka. Keresahan dari masyarakat itu karena
banyak anak jalanan yang melakukan tindakan menyimpang, seperti mencuri, merampok,
tawuran, minum-minuman keras, itu merupakan citra dari anak jalanan di mata masyarakat.
Padahal anak jalanan itu bukanlah pembuat masalah, tetapi mereka memiliki bakat yang
tidak tersalurkan dan pola asuh orang tua yang kurang, misal anak jalanan yang ada di Kota
Batu. Keinginanan anak jalanan yang berada di jalan karena faktor hobi, ekonomi, ajakan teman
dan jenuh dengan kemewahan, sehingga semua anak jalanan bukan saja dari keluarga yang tidak
mampu, tetapi ada juga dari keluarga yang mampu.
Keberadaan anak jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial yang membutuhkan
penanganan secara intensif dan mendalam agar bisa bersentuhan langsung dengan akar penyebab
permasalahannya. Permasalahan yang paling utama dalam penanganan anak jalanan adalah pola
pikir orang tua yang salah terhadap masa depan anak dan menyadarkan bahwa anak memiliki
hak untuk bermain, belajar, mengembangkan segala macam potensi bakat dan minat yang
dimiliki serta yang paling utama tidak boleh dipekerjakan.
Penyebab utama anak turun ke jalan pada dasarnya adalah kesulitan ekonomi, yang ada di
lingkungan keluarga, walaupun ada penyebab lain seperti keretakan rumah tangga, perceraian,
pengaruh teman dan lingkungan sosial setempat. Kesulitan ekonomi akan menciptakan suasana
yang tidak kondusif dalam lingkungan keluarga sehingga kebutuhan-kebutuhan pokok menjadi
tidak terpenuhi, dan anak akan mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Melihat kebutuhan mereka tidak terpenuhi maka anak akan mencari cara untuk
memenuhinya, dan cara yang dipilihnya adalah turun ke jalan menjadi pengamen. Selain faktor
kesulitan ekonomi penyebab anak jalanan turun ke jalan ada juga disebabkan keluarga yang
broken home
Latar belakang keluarga yang memiliki kesulitan ekonomi akan sangat rentan bagi
kehidupan seorang anak. Anak belum memiliki kestabilan proses berpikir sehingga sangat mudah
dipengaruhi faktor-faktor yang berada di luar dirinya. Di lingkungan keluarga, orang tua sangat
dominan dalam memberikan penanaman moral serta mental, karena pada lingkungan ini adalah
fase dimana anak akan mengalami proses sosialisasi yang berulang-ulang sehingga akan
membentuk karakter pada dirinya sendiri.
Sebagai anak-anak, mereka tetaplah menjadi aset bangsa yang harus dilindungi oleh
negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 34 UUD 1945, dengan demikian sudah jelas
bahwa perlindungan terhadap warga negara harus dilakukan tanpa terkecuali, termasuk juga
perlindungan anak jalanan.
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar
anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak
secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya
keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam
berbagai bidang bernegara dan bermasyarakat (Gultom,2010:33).
Untuk melindungi dan menjamin hak dan kewajiban anak jalanan sudah menjadi tugas
Dinas Sosial Kota Batu pada bidang Swadaya Sosial dengan memberikan pendampingan kepada
anak jalanan melalui Lembaga konstitusi Kesejahteraan Keluarga (LK3), karena mereka sangat
memerlukan kasih sayang dari orang tua. Sedangkan bagi anak yang tidak memiliki orang tua
atau keluarga akan di bawa ke tempat panti untuk diberi hak asuh, pendidikan, bimbingan dan
perawatan.
Penanganan anak jalanan bukan dimulai dari permasalahan dijalan, tetapi di lingkungan
keluarga juga dari kenakalan anak itu sendiri, memang kita tahu bahwa untuk merehabilitas anak
jalanan bukan hal yang mudah, sebab dari jaman krisis ekonomi anak jalanan sudah ada di
berbagai kota. Dinas Sosial tidak sendiri, disamping itu ada peran Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang menjadi pendamping bagi anak-anak jalanan, salah satunya adalah Lembaga
Pemberdayaan Anak Jalanan Griya.
Menurut soenarko (2005,h.187), salah satu dari tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan
untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan adalah Application. Application
adalah penerapan segala keputusan dan peraturan-peraturan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk terealisirnya tujuan suatu kebijakan.
Dinas sosial mengacu pada tiga hal yang disebut dengan “3 fungsi utama penanganan
anak jalanan” antara lain terdiri dari :
1. Fungsi pencegahan
Dilakuakan dengan cara sosialisasi kepada anak jalanan melalui kerjasama dengan LSM
ataupun pihak-pihak lain yang terkait. Dinas Sosial Kota Malang bekerja sama dengan
Satpol-PP untuk melakukan kegiatan razia anak jalan yang disebut “Operasi Simpatik”.
2. Fungsi rehabilitas
Anak jalanan hasil razia Operasi Simpatik kemudian di data dan ditampung di
LIPONSOS (Lingkungan Pondok Sosial) yaitu tempat yang disediakan untuk membina
anak-anak jalanan yang terjaring dalam razia. Materi pembinaan yang diberikan dalam
upaya rehabilitasi di LIPONSOS antara lain adalah pembinaan mental, keagamaan, dan
motivasi-mtivasi. Dinas sosial juga berkerjasama dengan panti-panti asuhan untuk
merujuk anak jalan yang tidak memiliki tempat tinggal teap dan sudah tidak memiliki
keluarga ataupun orangtua.
3. Fungsi pemberdayaan
Pemberdayaan ini dimaksudkan agar anak-anak jalanan dapat memiliki keterampilan
tertentu yang nantinya dapat mereka jadikan bekal dalam bekerja. Pemberdayaan ini
dimulai dari tahapan identifikasi atau pendataan data selengkap-lengkapnya tentang
mereka.
Setelah semua data terkumpul, dibuatlah rencana intervensi yaitu upaya yang dilakukan
Dinas Sosial unuk memasukkan mereka dalam rangkaian pelatihan keterampilan yang disebut
“Program Bimbingan Sosial dan Keterampilan”.
Dalam melakukan penanganan terhadap anak jalanan program kegiatan yang dilakukan LSM
meliputi:
1. Bantuan Pendidikan yang meliputi pemberian beasiswa pendidikan bagi anak yang masih
bersekolah di sekolah formal dan pelaksanaan pendidikan informal kesetaraan bagi anak
yang putus sekolah.
2. Mengadakan pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan.
3. Pelatihan keterampilan.
4. Rumah atau asrama perlindungan.
5. Advokasi dan pendampingan kasus
Selain pemerintah, pihak yang turut menangani permasalahan anak jalanan adalah
masyarakat yang terwujud dalam bentuk Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). Dalam
merencanakan program kegiatan, LSM akan melibatkan partisipasi anak untuk berpendapat dan
merancang sendiri kegiatan yang mereka inginkan. Sehingga dengan begitu anak akan merasa
senang karena mereka bisa memilih sendiri kegiatan yang akan mereka ikuti.
Untuk melaksanakan kegiatan operasional, LSM juga dibantu berbagai pihak untuk
menyokong biaya yang dikeluarkan. Pemerintah juga menyediakan berbagai program pengentasan
penduduk miskin seperti bantuan langsung tunai, bantuan pendidikan dan kesehatan serta
pemberdayaan (Ramdhoni,2009).
Kendala LSM dalam menangani anak jalanan tidak selalu berpangkal pada masalah dana,
tetapi faktor sosial juga sangat berperan penting. Faktor sosial itu antara lain berasal dari anak
jalanan itu sendiri, orang tuanya, juga lingkungan sosial tempat tinggalnya.
Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang ada di Indonesia. Jawa Timur,
merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tak terlepas dari masalah kemiskinan tersebut.
Kemiskinan merupakan keadaan dimana seseorang tidak sanggup memenuhi kebutuhannya
sendiri sesuai dengan taraf kehidupan lingkungannya sehingga mengalami kesengsaraan dalam
hidupnya.
Permasalahan mengenai anak jalanan merupakan salah satu permasalahan anak yang
marak terjadi di Indonesia. Malang sebagai salah satu kota di Indonesia, juga mengalami
permasalahan mengenai anak jalanan. Anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya
dihabiskan untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat umum lainnya,
usia mereka berkisar dari 6 tahun sampain 18 tahun (2001: 30)
Anak jalanan dianggap sebagai sampah masyarakat, yang sering menyebabkan keresahan
terhadap siapa saja yang bersinggungan dengan mereka. Keresahan dari masyarakat itu karena
banyak anak jalanan yang melakukan tindakan menyimpang, seperti mencuri, merampok,
tawuran, minum-minuman keras, itu merupakan citra dari anak jalanan di mata masyarakat.
Padahal anak jalanan itu bukanlah pembuat masalah, tetapi mereka memiliki bakat yang
tidak tersalurkan dan pola asuh orang tua yang kurang, misal anak jalanan yang ada di Kota
Batu. Keinginanan anak jalanan yang berada di jalan karena faktor hobi, ekonomi, ajakan teman
dan jenuh dengan kemewahan, sehingga semua anak jalanan bukan saja dari keluarga yang tidak
mampu, tetapi ada juga dari keluarga yang mampu.
Keberadaan anak jalanan merupakan salah satu permasalahan sosial yang membutuhkan
penanganan secara intensif dan mendalam agar bisa bersentuhan langsung dengan akar penyebab
permasalahannya. Permasalahan yang paling utama dalam penanganan anak jalanan adalah pola
pikir orang tua yang salah terhadap masa depan anak dan menyadarkan bahwa anak memiliki
hak untuk bermain, belajar, mengembangkan segala macam potensi bakat dan minat yang
dimiliki serta yang paling utama tidak boleh dipekerjakan.
Penyebab utama anak turun ke jalan pada dasarnya adalah kesulitan ekonomi, yang ada di
lingkungan keluarga, walaupun ada penyebab lain seperti keretakan rumah tangga, perceraian,
pengaruh teman dan lingkungan sosial setempat. Kesulitan ekonomi akan menciptakan suasana
yang tidak kondusif dalam lingkungan keluarga sehingga kebutuhan-kebutuhan pokok menjadi
tidak terpenuhi, dan anak akan mencari cara agar bisa memenuhi kebutuhan tersebut.
Melihat kebutuhan mereka tidak terpenuhi maka anak akan mencari cara untuk
memenuhinya, dan cara yang dipilihnya adalah turun ke jalan menjadi pengamen. Selain faktor
kesulitan ekonomi penyebab anak jalanan turun ke jalan ada juga disebabkan keluarga yang
broken home
Latar belakang keluarga yang memiliki kesulitan ekonomi akan sangat rentan bagi
kehidupan seorang anak. Anak belum memiliki kestabilan proses berpikir sehingga sangat mudah
dipengaruhi faktor-faktor yang berada di luar dirinya. Di lingkungan keluarga, orang tua sangat
dominan dalam memberikan penanaman moral serta mental, karena pada lingkungan ini adalah
fase dimana anak akan mengalami proses sosialisasi yang berulang-ulang sehingga akan
membentuk karakter pada dirinya sendiri.
Sebagai anak-anak, mereka tetaplah menjadi aset bangsa yang harus dilindungi oleh
negara, sebagaimana yang tercantum dalam pasal 34 UUD 1945, dengan demikian sudah jelas
bahwa perlindungan terhadap warga negara harus dilakukan tanpa terkecuali, termasuk juga
perlindungan anak jalanan.
Perlindungan anak adalah segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan kondisi agar
anak dapat melaksanakan hak dan kewajibannya demi perkembangan dan pertumbuhan anak
secara wajar baik fisik, mental, dan sosial. Perlindungan anak merupakan perwujudan adanya
keadilan dalam suatu masyarakat, dengan demikian perlindungan anak diusahakan dalam
berbagai bidang bernegara dan bermasyarakat (Gultom,2010:33).
Untuk melindungi dan menjamin hak dan kewajiban anak jalanan sudah menjadi tugas
Dinas Sosial Kota Batu pada bidang Swadaya Sosial dengan memberikan pendampingan kepada
anak jalanan melalui Lembaga konstitusi Kesejahteraan Keluarga (LK3), karena mereka sangat
memerlukan kasih sayang dari orang tua. Sedangkan bagi anak yang tidak memiliki orang tua
atau keluarga akan di bawa ke tempat panti untuk diberi hak asuh, pendidikan, bimbingan dan
perawatan.
Penanganan anak jalanan bukan dimulai dari permasalahan dijalan, tetapi di lingkungan
keluarga juga dari kenakalan anak itu sendiri, memang kita tahu bahwa untuk merehabilitas anak
jalanan bukan hal yang mudah, sebab dari jaman krisis ekonomi anak jalanan sudah ada di
berbagai kota. Dinas Sosial tidak sendiri, disamping itu ada peran Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang menjadi pendamping bagi anak-anak jalanan, salah satunya adalah Lembaga
Pemberdayaan Anak Jalanan Griya.
Menurut soenarko (2005,h.187), salah satu dari tiga kegiatan pokok yang harus dilakukan
untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan kebijakan adalah Application. Application
adalah penerapan segala keputusan dan peraturan-peraturan dengan melakukan kegiatan-kegiatan
untuk terealisirnya tujuan suatu kebijakan.
Dinas sosial mengacu pada tiga hal yang disebut dengan “3 fungsi utama penanganan
anak jalanan” antara lain terdiri dari :
1. Fungsi pencegahan
Dilakuakan dengan cara sosialisasi kepada anak jalanan melalui kerjasama dengan LSM
ataupun pihak-pihak lain yang terkait. Dinas Sosial Kota Malang bekerja sama dengan
Satpol-PP untuk melakukan kegiatan razia anak jalan yang disebut “Operasi Simpatik”.
2. Fungsi rehabilitas
Anak jalanan hasil razia Operasi Simpatik kemudian di data dan ditampung di
LIPONSOS (Lingkungan Pondok Sosial) yaitu tempat yang disediakan untuk membina
anak-anak jalanan yang terjaring dalam razia. Materi pembinaan yang diberikan dalam
upaya rehabilitasi di LIPONSOS antara lain adalah pembinaan mental, keagamaan, dan
motivasi-mtivasi. Dinas sosial juga berkerjasama dengan panti-panti asuhan untuk
merujuk anak jalan yang tidak memiliki tempat tinggal teap dan sudah tidak memiliki
keluarga ataupun orangtua.
3. Fungsi pemberdayaan
Pemberdayaan ini dimaksudkan agar anak-anak jalanan dapat memiliki keterampilan
tertentu yang nantinya dapat mereka jadikan bekal dalam bekerja. Pemberdayaan ini
dimulai dari tahapan identifikasi atau pendataan data selengkap-lengkapnya tentang
mereka.
Setelah semua data terkumpul, dibuatlah rencana intervensi yaitu upaya yang dilakukan
Dinas Sosial unuk memasukkan mereka dalam rangkaian pelatihan keterampilan yang disebut
“Program Bimbingan Sosial dan Keterampilan”.
Dalam melakukan penanganan terhadap anak jalanan program kegiatan yang dilakukan LSM
meliputi:
1. Bantuan Pendidikan yang meliputi pemberian beasiswa pendidikan bagi anak yang masih
bersekolah di sekolah formal dan pelaksanaan pendidikan informal kesetaraan bagi anak
yang putus sekolah.
2. Mengadakan pendampingan dan pemberdayaan anak jalanan.
3. Pelatihan keterampilan.
4. Rumah atau asrama perlindungan.
5. Advokasi dan pendampingan kasus
Selain pemerintah, pihak yang turut menangani permasalahan anak jalanan adalah
masyarakat yang terwujud dalam bentuk Lembaga Sosial Masyarakat (LSM). Dalam
merencanakan program kegiatan, LSM akan melibatkan partisipasi anak untuk berpendapat dan
merancang sendiri kegiatan yang mereka inginkan. Sehingga dengan begitu anak akan merasa
senang karena mereka bisa memilih sendiri kegiatan yang akan mereka ikuti.
Untuk melaksanakan kegiatan operasional, LSM juga dibantu berbagai pihak untuk
menyokong biaya yang dikeluarkan. Pemerintah juga menyediakan berbagai program pengentasan
penduduk miskin seperti bantuan langsung tunai, bantuan pendidikan dan kesehatan serta
pemberdayaan (Ramdhoni,2009).
Kendala LSM dalam menangani anak jalanan tidak selalu berpangkal pada masalah dana,
tetapi faktor sosial juga sangat berperan penting. Faktor sosial itu antara lain berasal dari anak
jalanan itu sendiri, orang tuanya, juga lingkungan sosial tempat tinggalnya.