Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Pen (1)
Pengembangan Ekonomi Kreatif Sebagai Penggerak Pariwisata
*Azfa Mutiara Ahmad Pabulo
Di negara-negara maju, pebentukan ruang-ruang kreatif tersebut telah mengarah pada kota kreatif
(creative city) yang berbasis pada penciptaan suasana yang kondusif bagi pelaku bisnis dan komunitas
sehingga dapat mengakomodasi kreativitas. Kota-kota di Indonesia, dengan sejumlah keunikannya,
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota-kota kreatif, salah satunya adalah Kota Semarang
yang merupakan salah satu “kota tua” ber basis arsitektur sebagai salah satu subsektor pengembangan
ekonomi kreatif di Indonesia yang dapat dilakukan dengan melakukan sinergi seiring dengan
pengembangan wisata.
Kawasan Kota Tua Semarang memiliki deretan bangunan tua peninggalan Belanda. Di masa pendudukan
Belanda, kawasan kini biasa disebut Little Netherland ini difungsikan sebagai pusat pemerintahan Kota
Semarang.Beberapa bangunan yang berada di Kota Tua Semarang adalah Gereja Blenduk yang pada
awalnya bernama Nederlandsch Indische Kerk dan usianya sudah lebih dari dua setengah abad. Di
seberang bangunan gereja, terdapat bangunan tua yang kini digunakan sebagai kantor asuransi
Jiwasraya. Di sebelah barat bangunan, terdapat restoran Ikan Bakar Cianjur. Bagi pecinta kuliner, tempat
ini sangat cocok untuk menikmati ikan bakar sambil berwisata.Selain itu, terdapat Stasiun Tawang yang
saat ini masih dioperasikan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Semarang.
Di depan bangunan stasiun yang berarsitektur khas Belanda tersebut terdapat Polder Air Tawang, yang
saat ini masih berfungsi sebagai penampungan air dan pusat pengendalian banjir sebelum air dibuang ke
laut. Sederet bangunan lainnya yang turut meramaikan suasana Little Netherland adalah Gedung
Samudera Indonesia, Gedung Marba, Kantor Pos Indonesia, Gedung Djakarta Lloyd, dan Titik Nol KM
Semarang.
Selain itu Kota Semarang juga memiliki daerah penyangga lainnya sebagai wilayah destinasi wisata ber
basis arsitektur yaitu Lawang sewu, water front, dan Kuil Sam Po Kong. Daya tarik ekonomi kreatif adalah
dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan melakukan sinerji sub sektor ekonomi kreatif dengan
prinsip Something to see, some thing to do dan some thing to buy. Dari hasil kunjungan assessor bekraf
sudah ada some thing to see, dan some thing to do melalui wisata arsitek dan wisata budaya, namun
belum menemukan something to buy dimana belum ada oleh-oleh khas (souvenir) dari daerah tersebut.
Optimalisasi sinerji akademisi, pelaku bisnis, komunitas dan pemerintahan sangat diperlukan untuk
mewujudkan “brand” kota semarang sebagai kota wisata ber basis arsitektur.
Sinerji antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata merupakan sebuah model pengembangan ekonomi
yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, termasuk Kota Semarang. Untuk
mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dibutuhkan konektivitas, yaitu
dengan menciptakan outlet produk-prouk kreatif di lokasi yang strategsi dan dekat dengan lokasi wisata.
Outlet tersebut dapat berupa counter atau sentra kerajinan dan komunitas yang ada di Kota Semarang
seperti histeria,komunitas start up kuliner, fashion, working space dan komunitas arsitek yang dapat
dikemas dalam paket-paket wisata.
Faktor regulasi dan kebijakan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mem branding pengembangan
ekonomi kreatif sebagai penggerak pariwisata di kota semarang dengan salah satu strategi daerah utama
dengan arsitektur tua dan lawang sewu, water front dan kuil Sam Po Kong sebagai daerah penyangga
dengan beberapa simpul kreatif dan saling sinergi antar aktor (pemerintah, pelaku bisnis,komunitas, dan
akademisi).
*Calon Assesor Penilaian Mandiri Kabupaten Kota Kreatif Indonesia
*Azfa Mutiara Ahmad Pabulo
Di negara-negara maju, pebentukan ruang-ruang kreatif tersebut telah mengarah pada kota kreatif
(creative city) yang berbasis pada penciptaan suasana yang kondusif bagi pelaku bisnis dan komunitas
sehingga dapat mengakomodasi kreativitas. Kota-kota di Indonesia, dengan sejumlah keunikannya,
memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kota-kota kreatif, salah satunya adalah Kota Semarang
yang merupakan salah satu “kota tua” ber basis arsitektur sebagai salah satu subsektor pengembangan
ekonomi kreatif di Indonesia yang dapat dilakukan dengan melakukan sinergi seiring dengan
pengembangan wisata.
Kawasan Kota Tua Semarang memiliki deretan bangunan tua peninggalan Belanda. Di masa pendudukan
Belanda, kawasan kini biasa disebut Little Netherland ini difungsikan sebagai pusat pemerintahan Kota
Semarang.Beberapa bangunan yang berada di Kota Tua Semarang adalah Gereja Blenduk yang pada
awalnya bernama Nederlandsch Indische Kerk dan usianya sudah lebih dari dua setengah abad. Di
seberang bangunan gereja, terdapat bangunan tua yang kini digunakan sebagai kantor asuransi
Jiwasraya. Di sebelah barat bangunan, terdapat restoran Ikan Bakar Cianjur. Bagi pecinta kuliner, tempat
ini sangat cocok untuk menikmati ikan bakar sambil berwisata.Selain itu, terdapat Stasiun Tawang yang
saat ini masih dioperasikan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang ke Semarang.
Di depan bangunan stasiun yang berarsitektur khas Belanda tersebut terdapat Polder Air Tawang, yang
saat ini masih berfungsi sebagai penampungan air dan pusat pengendalian banjir sebelum air dibuang ke
laut. Sederet bangunan lainnya yang turut meramaikan suasana Little Netherland adalah Gedung
Samudera Indonesia, Gedung Marba, Kantor Pos Indonesia, Gedung Djakarta Lloyd, dan Titik Nol KM
Semarang.
Selain itu Kota Semarang juga memiliki daerah penyangga lainnya sebagai wilayah destinasi wisata ber
basis arsitektur yaitu Lawang sewu, water front, dan Kuil Sam Po Kong. Daya tarik ekonomi kreatif adalah
dengan memanfaatkan potensi yang ada dengan melakukan sinerji sub sektor ekonomi kreatif dengan
prinsip Something to see, some thing to do dan some thing to buy. Dari hasil kunjungan assessor bekraf
sudah ada some thing to see, dan some thing to do melalui wisata arsitek dan wisata budaya, namun
belum menemukan something to buy dimana belum ada oleh-oleh khas (souvenir) dari daerah tersebut.
Optimalisasi sinerji akademisi, pelaku bisnis, komunitas dan pemerintahan sangat diperlukan untuk
mewujudkan “brand” kota semarang sebagai kota wisata ber basis arsitektur.
Sinerji antara ekonomi kreatif dengan sektor wisata merupakan sebuah model pengembangan ekonomi
yang cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia, termasuk Kota Semarang. Untuk
mengembangkan ekonomi kreatif sebagai penggerak sektor wisata dibutuhkan konektivitas, yaitu
dengan menciptakan outlet produk-prouk kreatif di lokasi yang strategsi dan dekat dengan lokasi wisata.
Outlet tersebut dapat berupa counter atau sentra kerajinan dan komunitas yang ada di Kota Semarang
seperti histeria,komunitas start up kuliner, fashion, working space dan komunitas arsitek yang dapat
dikemas dalam paket-paket wisata.
Faktor regulasi dan kebijakan pemerintah juga sangat diperlukan untuk mem branding pengembangan
ekonomi kreatif sebagai penggerak pariwisata di kota semarang dengan salah satu strategi daerah utama
dengan arsitektur tua dan lawang sewu, water front dan kuil Sam Po Kong sebagai daerah penyangga
dengan beberapa simpul kreatif dan saling sinergi antar aktor (pemerintah, pelaku bisnis,komunitas, dan
akademisi).
*Calon Assesor Penilaian Mandiri Kabupaten Kota Kreatif Indonesia