Dampak PTSP Pada Peningkatan Nilai PAD Y

Dampak Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) Pada Peningkatan Nilai
Investasi Kota Yogyakarta

Oleh,
Arif Zainudin, SIP1

Abstrak
Analisis ini mencoba untuk melihat dampak yang ditimbulkan oleh pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP) pada peningkatan nilai investasi daerah. Metode yang
digunakan dalam analisis dampak yakni pendekatan fenomenologik dan kuantitatif,
kedua metode ini membantu peneliti dalam memetakan data lapangan. Dalam
temuan analisis terungkap bahwa nilai investasi daerah pada setelah terbentuknya
PTSP Kota Yogyakarta meningkat dengan laju investasi 0,67% per-tahun. Namun
model pelayanan PTSP Kota Yogyakarta terlebih dahulu untuk menciptakan
ketertiban pelayanan. Berdasarkan analisis yang telah dilaksanakan terungkap
indikator peningkatan pelayanan seperti (1) SDM, (2) Infrastruktur, (3) Kejelasan
Mekanisme Prosedur Pelayanan, (4) Kepastian Biaya, (5) Kepastian Waktu Pelayanan,
dan (6) Kepastian Regulasi /Hukum.
Kata Kunci : Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Investasi Daerah, Kota Yogyakarta

A.


Pendahuluan
Pelayanan publik merupakan hak setiap individu yang harus dilindungi.
Hukum internasional, menjamin terpenuhinya hak – hak individu tersebut
melalui konvensi internasional untuk penegakkan hak asasi manusia. Bahkan
sebelum PBB mendeklarasikan DUHAM (Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia)
pada tanggal 10 Desember 1948, Indonesia dalam pembukaan UUD 1945. Dalam
alinea keempat UUD 1945 disebutkan2 :
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintahan Negara
Indonesia yang melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ...

1
2

Alumni FISIP UPS Tegal, Mahasiswa Pascasarjana MIP UMY.
Puspitosari, Hesti. dkk. 2011. Filosofi Pelayanan Publik. Malang

Untuk mengacu perwujudan kedaulatan rakyat dalam alinea tersebut

mempunyai tujuan – tujuan dasar yang harus dicapai oleh Indonesia. Tujuan
tersebut antara lain :








Meningkatkan harkat dan martabat bangsa;
Mengamanatkan

kewajiban

pemerintah

untuk

memberikan


kemakmuran sebesar – besarnya bagi rakyat;
Memajukan kesejahteraan umum;
Mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban
dunia;
Transparansi dalam penyelenggaraan pemerintahan;
Mewujudkan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab;
Merupakan perwujudan dari penyelenggaraan pelayanan publik yang
baik;

Sejalan dengan amanat tersebut, pemerintah menyadari perlunya untuk
selalu meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat, dan selalu berupaya
untuk mewujudkan pelayanan publik yang prima, yaitu pemberian pelayanan
yang sederhana, murah, transparan, bermanfaat bagi masyarakat dan hasilnya
dapat dipertanggung jawabkan.
Indonesia menjamin hak konstituen warga negara, maka negara juga
menjamin tentang kesejahteraan ekonomi hal ini senada dengan implementasi
UUD 1945. Maka untuk mewujudkannya perlu didukung dengan opmtimalisasi
publik seperti pelayanan. Dengan berlakunya Undang – Undang Nomor 25 tahun
2009 tentang Pelayanan Publik menjadikan dasar untuk mewujudkan pelayanan

publik, amanat dalam UU tersebut adalah :


Terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak, tanggung
jawab, kewajiban dan kewenangan seluruh pihak terkait dengan




penyelenggaraan pelayanan publik;
Terwujudnya sistem penyelenggraan pelayanan publik yang layak sesuai
dengan asas – asas umum pemerintahan dan korporasi yang baik;
Terpenuhinya penyelenggaraan pelayanan publik dengan peraturan
perundangan – undangan;



Terwujudnya perlindungan dan kepastian hukum bagi masyarakat dalam
penyelenggaraan pelayanan publik.
Dengan adanya UU N0. 25 tahun 2009, maka daerah diberikan kewenangan


untuk meningkatkan tugas pemerintah salah satunya ialah melayani masyarakat.
Dengan diwujudkan optimalisasi pelayanan publik maka tidaklah sulit untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kenapa demikian? karena dapat kita
lihat bahwa menurut kajian yang telah dilakukan oleh world bank dalam
menetapkan indikator investasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
sebagai berikut3 :

















Membentuk lembaga Promosi Investasi;
Menciptakan Strategi Promosi Investasi;
Membangun kemitraan yang efektif;
Memperkuat citra Daerah yang kondusif;
Melihat dan membangkitkan peluang investasi;
Aspek pelayanan publik kepada investor;
Monitoring dan evaluasi aktifitas investasi;
Pemanfaatan teknologi informasi.
Berdasarkan dari indikator yang ditemukan oleh world bank maka ada

korelasi tentang peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat dari
indikator aspek pelayanan publik kepada investor. Otpimalisasi pelayanan publik
ini sangat membantu dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat karena
melihat bahwa kesejahteraan masyarakat ini mencerminkan bagaimana
seharusnya Negara berbuat untuk kepentingan masyarakatnya. Welfare State,
pada dasarnya mengacu pada peran negara yang aktif dalam mengelola dan
mengorganisasi perekonomian yang didalamnya mencakup tanggung jawab

negara untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesejahteraan dasar dalam
tingkat tertentu bagi warganya4.
Menurut Hardiyansyah Kebijakan pelayanan publik diarahkan untuk;
pertama,
3

penyerdehanaan

penyelenggaraan

pelayanan

publik,

melalui

Disampaikan pada penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) sebagai implementasi reformasi
birokrasi di bidang pelayanan publik oleh Deputi Bidang Pelayanan Publik. 2012.
4
Pupitosari, Hesti, dkk. 2011. Filosofi pelayanan publik. Setara Press: Malang.


restrukturisasi kelembagaan; kedua, melakukan penyerderhanaan pelayanan
perizinan yang berkaitan dengan persyaratan, prosedur, proses dan penyelesaian
perizinan5.
Dewasa ini pemerintah daerah telah mengambil kebijakan penyerdehanaan
penyelengaraan pelayanan perizinan dengan membentuk lembaga Unit
Pelayanan Terpadu (UPT), kebijakan tersebut sesuai dengan apa yang
diamanatkan melalui Peraturan Daerah Kota Yogyakarta Nomor 17 tahun 2005
tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perizinan. Selanjutnya
secara teknis diatur berdasarkan Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 09
tahun 2007 Tentang Penyelenggaran Perizinan Pada Pemerintah Kota
Yogyakarta yang menerangkan ada 35 urusan perizinan. Dengan pembentukan
pelayanan perizinan satu pintu ini diharapkan secara umum dapat mengatasi
permasalahan klasik pelayanan dan dapat membantu peningkatan Pendapatan
Asli Daerah.

B.

Pembatasan Permasalahan
Dalam penelitian ini ada beberapa permasalahan yang akan diungkap oleh

peneliti. Antara lain adalah (1) Apa dampak PTSP pada Pendapatan Asli Daerah
Kota Yogyakarta?, dan (2) Apa yang dijadikan faktor strategis dalam
pengembangan PTSP Kota Yogyakarta.

C.

Metode Penelitian
C.

Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan
positivik (Kuantitatif) dikaitkan dengan pengamatan – pengamatan
fenomenologik (kualitatif) terkait dengan eksistensi penyelenggaraan
pelayanan publik.

C.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi Kota Yogyakarta mengingat Kota
Yogyakarta sudah mempunyai pelayanan perizinan satu pintu yang dikelola
Hardiyansyah, Dr, Msi, 2011. Kualitas Pelayanan Publik, Konsep, Dimensi, Indikator, Dan Implementasinya,
Gaya Media, Jogjakarta.

5

dengan paradigma new public management dan sudah beberapa kali
dijadikan contoh dari pemerintah daerah sekitarnya guna mengoptimalisasi
pelayanan.

D.

Kerangka Teori
Pelayanan
Secara etimologi, pelayanan dapat dipahami dari arti kata dasar/pokok
layan ditambah dengan imbuhan pe dan an (pe-layan-an).
Pengertian layan (melayani) adalah :
1.

Menolong menyediakan segala sesuatu yang diperlukan orang lain (
masyarakat )

2.


Membalas, menyambut atau mengindahkan ( tantangan atau ajakan
sesorang dan sebagainya ).

3.

Memakai atau menggunakan suatu alat, seperti mesin, meriam dan
sebagainya.
Berkaitan dengan pelayanan, ada dua istilah yang perlu diketahui, yaitu

melayani dan pelayanan. Pengertian melayani adalah membantu menyiapkan (
mengurus ) apa yang diperlukan seseorang. Sedangkan pengertian pelayanan
adalah usaha melayani kebutuhan orang lain6.
Beberapa pengertian dasar mengenai pelayanan publik yang terkandung
didalam Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 Tahun
2003 adalah sebagai berikut :
Pelayanan Publik adalah segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh
penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan
penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang –
undangan.
Mengikuti definisi tersebut diatas, pelayanan publik atau pelayanan umum
dapat didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab
dan dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat, di Daerah, dan di
lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam

6

http://id.wikipedia.org/wiki/pelayanan_publik

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka
pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan
Dalam pemberian pelayanan publik, penyelenggara pelayanan ini harus
memperhatikan asas – asas pelayanan dalam rangka meningkatkan kualitas
produk pelayanan perizinan. Menurut Zeithmal dan Gasperz mengemukakan
sebagai berikut ini :
a.

Bukti langsung (tangibles), yakni pelayanan yang berkaitan dengan fasilitas
fisik, peralatan, dan penampilan personil penyedia layanan.

b.

Kehandalan (realibility), yakni ukuran pelayanan yang bebas dari kesalahan
– kesalahan atau kemampuan penyedia layanan dalam memberikan secara
akurat apa yang dijanjiakn atau apa yang disepakati dengan pelanggan
(citizen charter).

c.

Daya tanggap (responsiveness), yakni suatu rasa tanggung jawab, komitmen
memberikan pelayanan prima, dan dalam membantu menyelesaikan
berbagai kesulitan yang mungkin timbul saat merasakan pelayanan yang
diterima pelanggan.

d.

Jaminan (assurance), yakni jaminan atau garansi yang dapat diberikan oleh
penyedia

layanan

atau

suatu

pelayanan

yang

ditawarkan

untuk

membangkitkan keyakinan pelanggan atas kemampuan penyedia layanan
(pengetahuan, keahlian, sikap) dalam memperoleh suatu layanan yang
ditawarkan atau yang diterima oleh pelanggan.
e.

Empati (empathy), yakni tingkat perhatian dan kepedulian penyedia
layanan atas kepentingan, kebutuhan, dan keluhan pelanggan (penerima
layanan)7.

Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu
Salah satu pelayanan publik yang langsung berkaitan dengan kebutuhan
masyarakat dan mempunyai pengaruh lanjut adalah pelayanan di bidang
perijinan. Perizinan ini dapat digunakan untuk kepentingan sendiri seperti ijin

7

Parasuraman, A. Zeithalm, V dan Berry L. 1985. A Conceptual Model of Service Quality and its
Implication for Future Research. Journal of marketing, Vol 49, 41-50.

mendirikan bangunan untuk tempat tinggal, tetapi ada pula yang mempunyai
pengaruh lingkungan maupun usaha seperti ijin gangguan, atau ijin usaha.
Dalam pengertiannya pelayanan perizinan terpadu satu pintu adalah segala
bentuk tindakan yang dilaukan oleh pemerintah kepada masyarakat yang
bersifat legalitas atau yang melegelkan kepemilikan, hak, keberadaan dan
kegiatan individu atau organisasi8.
Pembentukan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu ini masih dalam
frame langkah strategis dalam upaya memperbaiki penyelenggaraan pelayanan
kepada masyarakat. Dalam landasan itu, Presiden mengeluarkan intruksi Nomor
3 Tahun 2006 tentang paket kebijakan perbaikan iklim investasi. Inti dari
intruksi

Presiden

tersebut

mengamanatkan

kepada

beberapa

instansi

pemerintah untuk segera melakukan beberapa kebijakan, program, dan tindakan
dalam meningkatkan iklim investasi / usaha. Salah satunya adalah dengan
menyederhanakan proses perizinan.
Dengan dasar instruksi presiden tersebut, pemerintah memberikan arahan
secara teknis melalui Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 24 Tahun 2006
tentang pedoman penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP).
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) adalah kegiatan penyelenggaran suatu
perizinan dan non prizinan yang mendapat pendelegasian atau pelimpahan
wewenang dari lembaga atau instansi yang memiliki kewenangan perizinan dan
non perizinan yang proses pengelolaannya dimulai dari tahap permohonan
sampai dengan tahap terbitnya dokumen yang dilakukan dalam satu tempat9.
Menurut Ratminto dan Atik Septi, mengungkapkan bahwa dalam
penyelenggaraan pelayanan pemerintahan dan perizinan mempunyai perinsip –
prinsip dasar diantaranya yakni :
a.

Prinsip dasar penghapusan. Untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, maka harus dilakukan penghapusan terhadap izin – izin yang
sifatnya tidak prinsip dan memang tidak perlu. Izin – izin yang tidak sangat
perlu dan cenderung mebebani masyarakat sebaiknya dihapus, shingga izin

8
9

Ratminto. dan Atik. 2012. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 243
UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Pasal 1 Ayat 10.

yang berlaku dan harus diurus oleh masyarakat adalah izin – izin yang
memang sangat diperlukan.
b.

Prinsip dasar penggabungan. Apabila penghapusan izin belum dapat
dilakukan, maka dapat dilakukan minimalisasi dan penggabungan izin. Izin
– izin harus diupayakan seminimal mungkin, atau apabila memungkinkan
beberapa izin dapat digabung menjadi satu. Dengan demikian akan dapat
diciptakan izin yang bersifat komposit (satu izin untuk berbagai keperluan
atau urusan).

c.

Prinsip dasar desentralisasi. Dalam prinsip ini, harus diupayakan agar
sejauh mungkin wewenang pemberian izin diberikan kepada instansi
pemerintah yang paling bawah10.
Dalam PP No 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu di

Bidang Penanaman Modal telah diatur bahwasannya asas penyelenggaraan
pelayanan terpadu satu pintu, asas – asas tersebut ialah :

E.

a.

Kepastian Hukum;

b.

Keterbukaan;

c.

Akuntabilitas;

d.

Perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara; dan

e.

Efisiensi berkeadilan11.

Pembahasan
Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu Yogyakarta
Dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat, berdasarkan SE
Mendagri No. 503/125/PUOD Tahun 1997 perihal Pembentukan Unit Pelayanan
Terpadu Perijinan di Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta membentuk Unit
Pelayanan terpadu Satu Atap dengan Keputusan Walikota Yogyakarta No. 01
Tahun 2000 tentang Pembentukan Unit Pelayanan Terpadu Satu Atap (UPTSA)
Kota Yogyakarta.

10
11

Ratminto, dan Atik Septi W. 2012. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Hal. 244
Pasal 2. PP 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal.

Dalam perkembangannya lembaga UPTSA hanya merupakan front office
sedangkan untuk proses perizinannya tetap di instansi/SKPD. Pada waktu itu
menurut Keputusan Walikota Yogyakarta No. 01 tahun 2000 jenis pelayanan
yang ada di UPTSA : Akta Capil, HO, TDI, TDG, SIUP, IMB, SAL, SAK, In-gang,
IPPT, IPL, Sewa alat berat. Namun melihat kurang efektifnya lembaga UPTSA
ini, maka walikota mengeluarkan surat keputusan Peraturan Daerah Kota
Yogyakarta No. 17 Tahun 2005 tentang pembentukan, organisasi dan tata kerja
dinas perijinan. Organisasi tersebut dibentuk guna merancang sistem
penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu bidang perizinan dan nonperizinan. Adapun tata organisasi tersebut sebagai berikut :
Gambar 1
Struktur Organisasi Dinas Perizinan Kota Yogyakarta Tahun 2013

Sumber : http://perizinan.jogjakota.go.id/home.php?mode=content&id=173

Pola Pelayanan
Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat yang
meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan proses dan dilayani
melalui

satu

pintu.

Pola

ini

hakekatnya

hampir sama

dengan

pola

penyelenggaraan pelayanan terpusat, penyelenggaraan dilakukan pada satu
tempat atau lokasi tertentu, dilayani melalui satu pintu.
Jenis pelayanan yang diberikan dinas perizinan berdasarkan PERDA 33
Tahun 2008 sebagai berikut :
Gambar. 2
Jenis Pelayanan Perizinan Kota Yogyakarta

Sumber : Kantor Dinas Pelayanan Perizinan Kota Yogyakarta

Dengan diterbitkannya PERDA No. 17 Tahun 2005 Tentang Pembentukan
Organisasi

Pelayanan

Perizinan,

maka

pelimpahan

kewenangan

secara

administrasi diserahkan kepada dinas perizinan. Konsep pelimpahan wewenang
secara penuh kepada Dinas/Instansi atau Unit Pelayanan Terpadu, memberikan
keuntungan tercapainya tujuan peningkatan kualitas layanan publik akan lebih
baik dan bertanggung jawab. Dinas/Instansi teknis, berperan dalam tim teknis
peninjau lapangan (yang bersifat teknis dan/atau memiliki dampak berskala
lebih luas, seperti pencemaran lingkungan). Dinas/Instansi tersebut akan lebih
berfungsi pada pengawasan pelaksanaan pemberian izin dan Monev.
Berikut ini bentuk mekanisme Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu :
Gambar 3
Mekanisme Pelayanan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta

Melihat pentingnya asas kepastian dan jaminan yang diberikan dinas
perizinan kota Yogyakarta maka dalam perkembangannya PTSP Kota Yogyakarta
menerapkan konsep Citizen’s Charter. Konsep ini berisikan dokumen – dokumen
yang disebutkan hak- hak dan kewajiban – kewajiban yang melekat baik dalam

diri provider dan customer. Untuk memberikan kepuasan masyarakat, Dinas
Perizinan Kota Yogyakarta memberikan kepastian biaya dan kepastian waktu
yang tercermin dalam motto DINZIN Kota Yogyakarta. Adapun kepastian waktu
tersebut seperti dibawah ini :

Gambar 4
Waktu Pelayanan

Sumber : Dinas Perizinan Kota Yogyakarta 2012

Dengan menerapkan asas kepastian sesuai dengan PP 27 Tahun 2009
Tentang Penanaman Modal. Pemerintah telah memberikan kejelasan dan
kepastian kepada customer di Kota Yogyakarta. Untuk mendukung iklim
investasi adalah penyederhanaan prosedur perizinan seperti yang telah
dijelaskan pada gambar 3, kepastian waktu penyelesaian perizinan. Diakui
membantu kemudahan perizinan di Kota Yogyakarta tercermin dari Survei
Doing Business di Indonesia tahun 2010 dan 2012 yang selalu menempatkan Kota
Yogyakarta sebagai kota dengan peringkat terbaik dalam kemudahan mendirikan

usaha. Survei ini terlaksana atas kerjasama International Finance Corporation,
World Bank Group, The World Bank, Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi
Daerah (KPPOD) dan Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi RI. Berikut ini tabel yang termuat dalam laporan Doing
Business di Indonesia 2012.
Tabel 1
Peringkat Kemudahan Perizinan

Terbukti bahwa berdasarkan survei oleh Doing Business kota Yogyakarta
menempati peringkat pertama dalam kemudahan memberikan izin. Indikator
dalam pengukuran tersebut ialah waktu pelayanan, prosedur yang jelas, dan
kepastian biaya.
Melihat dari suksesi pelayanan perizinan terpadu, penulis merumuskan
bahwa dalam mengoptimalkan pelayanan publik secara teknis harus diterapkan
beberapa hal seperti terlihat dibawah ini :

Gambar 5
Faktor Determinan PTSP

Sumber : Analysis POWERSIM
Perkembangan Investasi Daerah Kota Yogyakarta
Telah diuraikan sebelumnya tentang pola pelayanan PTSP Kota Yogyakarta
ditemukan bahwa faktor determinan dalam proses teknis antara lain (1) kejelasan
mekanisme pelayanan, (2) SDM, (3) Kepastian Biaya, (4) Kepastian Hukum, (5)
Infrastruktur pelayanan, (6) Kepastian waktu. Selanjutnya dengan adanya
peraturan merubah sistem pelayanan sentralistik ke arah desentralistik maka
pemerintah daerah diberi hak untuk menetapkan kepentingan investasi
daerahnya sendiri. Maka dengan pola pelayanan yang mendukung akan
dijadikan bahan pertimbangan investor untuk memberikan modal terhadap
pembangunan Kota Yogyakarta.
Setelah dibentuknya PTSP kota Yogyakarta tahun 2005 maka berdampak
positif pada perkembangan investasi di Kota Yogkarta. Grafik berikut ini
menggambarkan tentang perkembangan investasi di Kota Yogyakarta menurut
SIUP yang diterbitkan tahun 2006 – 2011.

Grafik 1

Pada grafik 1 tersebut jelas terbaca nilai investasi pada tahun 2006 hingga
2011 mengalami perkembangan yang positif. Dari setelah pembentukkan 2006
sebesar Rp. 121.11 miliar sampai pada tahun 2011 nilai investasi sebesar Rp. 591.85
Milliar, maka nilai pertumbuhan investasi per-tahun sebesar 0.67%.
Kemudian dapat dilihat jenis usaha baru per-tahun mengalami peningkatan
hingga tahun 2011 mencapai 966 unit usaha baru, hal ini dilihat berdasarkan
indikator diterbitkannya SIUP hingga tahun 2011.
Adapun perkembangan berdasarkan jenis usaha baru terlihat seperti grafik
berikut ini :
Grafik 2

Seperti terlihat pada grafik 2, jenis golongan usaha baru terbagi menjadi 4
yakni (1) CV, (2) koperasi, (3) Firma, dan (4) PT. Peningkatan per-tahun yang
paling signifikan terlihat pada jenis golongan Perorangan.
Dampak yang jelas dari ketepatan investasi akan mempengaruhi
pertumbuhan perekonomian kota Yogyakarta. Pertumbuhan ekonomi daerah
menunjukkan pertumbuhan dari indikator nilai produksi barang – barang dan
jasa yang dihasilkan dari satu tahun ke tahun berikutnya, yang mengindikasikan
kinerja perekonomian daerah dalam menciptakan output atau nilai tambah
suatu

barang

dan

jasa.

Pertumbuhan

ekonomi

diukur

dengan

memperthitungkan pertumbuhan investasi daerah dengan mempertimbangkan
pertumbuhan PDRB.
Grafik 3

Terlihat pada grafik 3 bahwa laju pertumbuhan perekonomian riil kota
Yogyakarta mencapai 5,64 % pert-tahun. Nilai ini ditunjang atas dasar nilai
investasi per-tahun yang naik hingga 0,67%.

F.

Kesimpulan
Dalam otpimalisasi PTSP Kota Yogyakarta dapat mempertimbangkan dari
beberapa indikator antara lain (1) Regulasi / Dasar Hukum, dan (2) Pola
Pelayanan.
(1)

Regulasi / Dasar Hukum
Berdasarkan SE Mendagri No. 503/125/PUOD Tahun 1997 Pembentukan
Unit pelayanan terpadu Perijinan di Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta ,
kemudian ditingkat daerah PERWAL No 01 Tahun 2000 Tentang
Pembentukan Unit Pelayan terpadu satu atap. Kemudian melihat kurang
efektifnya, maka Pemerintahan Kota Yogyakarta mengeluarkan perda No 17
Tahun 2005 pembentukan, organisasi dan tata kerja dinas perijinan.
Dengan Perda ini maka pelimpahan kewenangan yang semula senralistik
kini menjadi desentralistik. Hal ini sejalan dengan asas pelayanan yakni
kepastian hukum penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu.

(2)

Pola Pelayanan
Untuk memberikan dampak positif pada perkembangan Pendapatan
Daerah, maka provider memperhatikan beberapa faktor determinan seperti
kepastian waktu, kepastian biaya, SDM, kejelasan mekanisme pelayanan,
infrastruktur pelayanan, dan kepastian hukum.
Untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah maka perlu

ditunjang oleh beberapa sektor salah satunya ketertarikan investor kepada
daerah tersebut. Berdasarkan pembahasan ketertarikan investor ini dipengaruhi
oleh sistem administrasi pemerintah seperti kemudahan membuat izin usaha
tanpa dipersulit oleh prosedur yang berbelit – belit. Ketertarikan investor pada
kota Yogyakarta tercermin pada peningkatan investasi daerah kota Yogyakarta
kenaikkannya mencapai 0,67% per-tahun. Dengan ditunjangnya nilai investasi
yang tinggi maka akan mempengaruhi nilai pertumbuhan perekonomian daerah
yang mencapai 5,64 % per-tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Buku :
Hardiyansyah. 2011. Kualitas Pelayanan Publik, Konsep, Dimensi, Indikator, Dan
Implementasinya, Gaya Media, Jogjakarta.
Puspitosari, Hesti. dkk. 2011. Filosofi Pelayanan Publik. Malang : Setara Press.
Ratminto. dan Atik. 2012. Manajemen Pelayanan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Jurnal :
Parasuraman, A. Zeithalm, V dan Berry L. 1985. A Conceptual Model of Service Quality
and its Implication for Future Research. Journal of marketing, Vol 49, 41-50.
Mulatto, Dkk. 2011. Pengembangan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Oleh Perangkat
Daerah Kab/Kota Di Jawa Tengah. Pemprov Jateng.

Sumber Internet
http://id.wikipedia.org/wiki/pelayanan_publik

http://perizinan.jogjakota.go.id/home.php?mode=content&id=173
http://investasi.jogjakota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=193&Itemid=267
http://investasi.jogjakota.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=195&Itemid=269

Peraturan :
UU No 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal,
PP 27 Tahun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman
Modal.
SE Mendagri NO 503/125/PUOD tahun 1997 perihal Pembentukan Unit Pelayanan
Terpadu Perijinan di Daerah Pemerintah Kota Yogyakarta
Keputusan Walikota Yogyakarta No 01 tahun 2000 tentang Pembentukan Unit
Pelayanan Terpadu Satu Atap ( UPTSA ) Kota Yogyakarta
Peraturan Walikota Yogyakarta Nomor 09 Tahun 2007 Tentang Penyelenggaraan
Perizinan Pada Pemerintah Kota Yogyakarta

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65