Pembangunan Berkelanjutan di pondok pesantren

Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai Pembangunan atau perkembangan
yang memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi
mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.
Tantangan pembangunan berkelanjutan adalah menemukan cara untuk meningkatkan
kesejahteraan sambil menggunakan sumberdaya alam secara bijaksana, sehingga sumber
daya alam terbarukan dapat dilindungi dan penggunaan sumber alam yang dapat habis (tidak
terbarukan) pada tingkat dimana kebutuhan generasi mendatang tetap akan terpenuhi.
Konsep pembangunan berkelanjutan muncul ketika terjadi ‘kegagalan’ pembangunan,
dimana proses yang terjadi bersifat top-down (arus informasi yang terjadi hanya satu arah
dari atas ke bawah) dan jika ditinjau dari sisi lingkungan, sosial, dan ekonomi proses
pembangunan yang terjadi ternyata tidak berkelanjutan. Pelaksanaan konsep ini diperkuat
lagi dengan kesepakatan para pemimpin bangsa yang dinyatakan dalam hasil-hasil negosiasi
internasional, antara lain Deklarasi Rio pada KTT Bumi tahun 1992, Deklarasi Milenium
PBB tahun 2000, dan Deklarasi Johannesburg pada KTT Bumi tahun 2002.
Kriteria pembangunan berkelanjutan harus mengacu pada empat aspek umum
pembangunan yaitu aspek sosial, ekonomi, lingkungan dan teknologi. Sebuah inisiatif
negara-negara selatan dan negara utara dalam sebuah kerja sama aplikasi CDM menghasilkan
sebuah kriteria dan indikator untuk menilai kontribusi proyek CDM terhadap pembangunan
berkelanjutan. Metode SSN ini melihat pembangunan berkelanjutan dari empat sisi yaitu,
sosial, ekonomi, lingkungan dan teknologi dan tercermin dalam indikator-indikator berikut

ini (http://www.cdm.or.id) :


Kontribusi terhadap keberlanjutan lingkungan lokal



Kontribusi terhadap keberlanjutan penggunaan sumberdaya alam



Kontribusi terhadap peningkatan lapangan kerja



Kontribusi terhadap keberlanjutan neraca pembayaran



Kontribusi terhadap keberlanjutan ekonomi makro




Efektifitas biaya



Kontribusi terhadap kemandirian teknis

KTT Pembangunan Berkelanjutan
Meskipun tercatat adanya beberapa kemajuan dalam isu lingkungan hidup
internasional antara lain dengan disetujuinya berbagai konvensi lingkungan hidup
internasional, dunia masih memandang bahwa cita-cita yang dicanangkan di Rio de Janeiro—
Prinip-prinsip Rio dan Agenda 21—sepuluh tahun yang lalu masih jauh dari harapan.
Berbagai capaian, kendala dan upaya untuk mengatasi kendala pelaksanaan Agenda tersebut
patut memperoleh telaahan dan kajian yang komprehensif, tanpa perlu merenegosiasikan
Agenda 21.
Untuk tujuan ini, Majelis Umum PBB pada tahun 1999, berdasarkan Resolusi No.
55/1999, sepakat untuk mengadakan sebuah konferensi tingkat tinggi (KTT) yang diberi
nama World Summit on Sustainable Development (WSSD) guna mengkaji secara

menyeluruh pelaksanaan Agenda 21 dalam sepuluh tahun terakhir, sejak KTT Bumi di Rio de
Janeiro tahun 1992. Selain itu, dalam kerangka Programme for Further Implementation of
Agenda 21 (Program Pelaksanaan Lebih Lanjut Agenda 21), KTT ini juga ingin
menghidupkan kembali komitmen global terhadap pembangunan berkelanjutan dengan cara
mengidentifikasi keberhasilan dan hambatan serta mencari upaya untuk memfasilitasi
keberhasilan dan mengatasi hambatan tersebut.
KTT yang rencananya akan diadakan di Johannesburg, Afrika Selatan, pada bulan
September 2002 saat ini sedang berada dalam tahap persiapan. Berbagai kegiatan telah
dilakukan dalam rangka persiapan KTT, antara lain proses perkajian yang dilakukan di
tingkat lokal, nasional, sub-regional, regional dan global dengan peranserta aktif berbagai
kelompok kemasyarakatan seperti akademisi, buruh, wanita dan lain-lain.
Indonesia sedang merampungkan laporan pengkajian tingkat nasional pelaksanaan
Agenda 21. Executive Summary dari laporan tersebut telah disampaikan pada Pertemuan
Persiapan ke-3 (PrepCom III) di New York, 25 Maret – 5 April 2002.
Prepcom untuk KTT Pembangunan Berkelanjutan
Sementara itu, proses persiapan pada tingkat global telah berlangsung sejak April 2001
dengan dimulainya persidangan pertama Preparatory Committee (PrepCom) untuk WSSD di
Markas Besar PBB. Sidang PrepCom kedua (28 Januari – 8 Februari 2002) dan ketiga (25

Maret – 5 April) juga diadakan di New York. Pertemuan PrepCom keempat dan terakhir akan

diadakan pada tingkat menteri di Nusa Dua, Bali, antara 27 Mei sampai 7 Juni 2002.
Pada Prepcom I, Indonesia mendapat kehormatan dengan ditunjuknya Prof. Dr. Emil
Salim sebagai Ketua PrepCom WSSD, suatu posisi yang sangat menentukan arah dan ‘warna’
WSSD. Keberhasilan WSSD akan sangat bergantung kepada keberhasilan Ketua Prepcom
dalam mengarahkan proses dan hasil pertemuan. Untuk menghadapi tugas sebagai tuan
rumah dan membantu Ketua PrepCom, Indonesia membentuk Panitia Nasional (Pannas)
melalui Keppres No. 87 tahun 2001 dengan Menko Ekonomi, Menteri Luar Negeri dan
Menteri Negara Lingkungan Hidup duduk menjadi Ketua Bersama.
Dalam rangkaian proses persiapan menuju KTT, PrepCom IV/Ministerial Meeting di
Bali mempunyai arti penting, mengingat pada pertemuan tersebut akan dilakukan negosiasi
akhir hasil WSSD. Pertemuan PrepCom IV diharapkan dapat menelurkan rumusan dokumendokumen WSSD yang akan disahkan dalam KTT, yaitu dokumen mengenai “Program Aksi
mengenai Pelaksanaan Agenda 21 Sepuluh Tahun Mendatang” “Deklarasi Politik”, dan
“Komitmen berupa initiatives untuk Melaksanakan Pembangunan Berkelanjutan”.
PrepCom IV WSSD di Bali direncanakan akan diselenggarakan di Bali International
Convention Center, Nusa Dua, Bali, dan diperkirakan akan dihadiri sekitar 6.000 orang
delegasi dari 189 negara, badan-badan di bawah organisasi PBB, organisasi non-pemerintah,
dan media massa dari seluruh dunia.
Dalam kerangka Pertemuan PrepCom IV, sebelum Pertemuan Tingkat Menteri pada
tanggal 5 - 7 Juni 2002, akan diselenggarakan Pertemuan Tingkat Pejabat Senior atau Senior
Official Meeting tanggal 27 Mei – 4 Juni 2002. Selain itu, akan diselenggarakan pula

serangkaian kegiatan yang berkaitan dengan Prepcom IV, yaitu:
-

Dialog Lintas Pelaku

-

Pameran Bersama “People, Planet, Prosperity”

-

Indonesia People’s Forum

-

Local Governance Forum

-

Scientific Community Forum


-

Private Sector Forum

-

Side Events: ASEAN Conference on Urban Environment and Good Governance dan

Earth Charter Initiative
-

Hari Lingkungan Hidup Sedunia, 5 Juni 2002

Indonesia dan KTT Pembangunan Berkelanjutan
Dewasa ini, pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu isu global yang
menentukan dalam percaturan politik internasional di samping isu-isu HAM, demokratisasi
dan good governance. Dengan kondisi yang demikian dan terus berkembangnya isu
pembangunan berkelanjutan di tingkat global, maka Indonesia perlu melakukan upaya
mengubah kultur dan persepsi atas aspek ini.

Terpilihnya Indonesia sebagai Ketua Biro PrepCom dan tuan rumah PrepCom IV
(Ministerial Meeting) adalah didasarkan pada pertimbangan bahwa Indonesia merupakan
salah satu negara yang memiliki keaneka-ragaman hayati, flora, dan fauna terbesar di dunia.
Sumber-sumber kekayaan alam ini sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan
kesejahteraan masyarakat global. Selain itu, Indonesia memiliki areal hutan tropis yang
merupakan bagian penting dari paru-paru bumi.
Rangkaian kegiatan WSSD ini karenanya dapat dimanfaatkan oleh Indonesia untuk
menggalang peningkatan kerjasama internasional, khususnya dalam rangka memobilisasi
peningkatan bantuan keuangan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan alih
teknologi. Secara lebih luas, terpilihnya Indonesia sebagai Ketua PrepCom dan tuan rumah
pertemuan terakhir PrepCom pada level pertemuan para menteri akan memberikan beberapa
potensi keuntungan yang dapat dimanfaatkan pemerintah dan bangsa Indonesia, yaitu antara
lain:


Sebagai tanda masih adanya kepercayaan dunia terhadap Indonesia dalam forum
internasional. Jika kita mampu memainkan peran tersebut dengan baik maka hal itu
akan sangat membantu upaya untuk meningkatkan citra Indonesia di fora
internasional,


terutama

di

bawah

pemerintahan

baru

Presiden

Megawati



Soekarnoputri.
Sebagai upaya pemulihan kepercayaan internasional guna menarik kembali investor




asing masuk ke Indonesia.
Membawa dampak positif bagi perekonomian Indonesia, khususnya industri
pariwisata, termasuk pengenalan Indonesia sebagai daerah tujuan wisata terkemuka

dengan berbagai jenis atraksi kepariwisataan. Dengan kehadiran sekitar 6.000 – 7.000
orang delegasi dari 189 negara anggota PBB dan 3 negara peninjau PBB diharapkan
akan semakin memantapkan posisi Bali sebagai salah satu tujuan wisata unggulan


Indonesia.
Mencerminkan peranan Indonesia sebagai pelopor dalam mempertahankan prinsip
penanganan pembangunan berkelanjutan secara terpadu dan saling mendukung
dengan program pembangunan ekonomi dan sosial. Chairman’s Paper atau laporan
Ketua Sidang yang disepakati dalam PrepCom II dianggap sebagai suatu keberhasilan
kepemimpinan Indonesia, karena paper tersebut berhasil mengakomodasikan
kepentingan semua negara dan telah mengakomodasikan kepentingan utama
Indonesia yang akan terus diperjuangkan di KTT nanti.

Isu-isu dalam KTT Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan Berkelanjutan adalah segala upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
umat manusia tanpa melakukan eksploitasi sumber daya alam di luar batas kemampuan bumi
itu sendiri. Berdasarkan pandangan tersebut, jelas terlihat bahwa Pembangunan Berkelanjutan
memiliki lingkup dan dimensi yang sangat luas, oleh karena itu KTT Pembangunan
Berkelanjutan atau WSSD tidak saja akan membahas isu-isu lingungan hidup saja, tetapi juga
membahas isu-isu pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan pembangunan sosial. Sejauh ini,
proses persiapan materi bahasan WSSD tengah dilakukan dalam forum PrepCom. Isu-isu
yang dibahas dalam persiapan substansi antara lain adalah:

1. pembiayaan pembangunan berkelanjutan
2. (b)alih teknologi dan pembinaan kemampuan
3. governance/struktur institusi untuk pembangunan berkelanjutan
4. globalisasi
5. kesehatan
6. energi
7. konsumsi berkelanjutan dan pola produksi
8. penghapusan kemiskinan
9. air bersih dan sanitasi.

Terlaksananya Pembangunan Berkelanjutan membutuhkan perubahan cara pandang dan

tingkah laku dari semua komponen masyarakat. Oleh karena itu, dalam setiap proses
persiapan hingga KTT itu sendiri, keterlibatan unsur-unsur masyarakat, yang disebut dengan
major groups, sangat penting. Seperti tercantum dalam Agenda 21 ada sembilan major
groups yaitu:
-

Industri dan bisnis

-

Petani

-

Pemerintah Daerah

-

Masyarakat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

-

Pemuda dan anak-anak

-

Penduduk asli

-

Organisasi non-pemerintah

-

Perempuan

-

Pekerja dan serikat pekerja

Bagi Indonesia sendiri, kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan dan memperluas
pengetahuan

publik mengenai

pentingnya

Pembangunan

Berkelanjutan

dan KTT

Pembangunan Berkelanjutan perlu dilakukan untuk mengoptimalkan partisipasi para pihak
yang berkepentingan atau pelaku (stakeholders). Hirauan (concerns) utama yang akan
menjadi titik perhatian para pelaku utama (major stakeholders) terhadap forum WSSD
mencakup antara lain (http://www.baliprepcom.org):
 Kemungkinan dampak-dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi dan
liberalisasi ekonomi terhadap kesejahteraan rakyat di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia;
 Perhatian yang lebih tinggi terhadap pelaksanaan good governance, termasuk
pemberantasan KKN dan peran pelaku dalam pengambilan keputusan;
 Gagasan “ecological debt” dalam wujud debt for nature swap dalam upaya
penyelesaian utang luar negeri negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.