Salah satu strategi pembangunan kesehata
Salah satu strategi pembangunan kesehatan nasional untuk mewujudkan ”Indonesia
Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang
berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap
terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Pembangunan kesehatan mengacu
kepada konsep ”Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan
prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu serta berkesinambungan.
Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar dari segi
preventif yang memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi. Upaya
pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan dengan tujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit – penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan tersebut dapat tercapai apabila ditunjang dengan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan ketersediaan standar, pedoman, sistem
pencatatan pelaporan serta logistik yang memadai dan bermutu.
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian
imunisasi hepatitis B (HB-0) bagi semua bayi di negara dengan tingkat endemisitas tinggi ≥
8%. Selanjutnya pada tahun 1997 WHO merekomendasikan agar imunisasi hepatitis B
diintegrasikan kedalam program imunisasi rutin.
Dalam Multi Years Plan 2006-2011 tentang program imunisasi di Indonesia telah
digariskan bahwa kegiatan program imunisasi perlu diarahkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi serta kualitas pelaksanaan. Seperti telah diketahui pencegahan
hepatitis B yang efektif di Indonesia adalah dengan memberikan dosis pertama pada usia 07 hari karena tingginya transmisi hepatitis B secara vertikal di Indonesia.
Diperkirakan di dunia terdapat 400 juta orang pengidap (carrier) dimana hampir 78%
diantaranya tinggal di Asia Tenggara. Indonesia termasuk ke dalam daerah endemis sedang
sampai tinggi berkisar antara 11 juta (5-15%). Sampai saat ini belum ditemukan obat yang
memuaskan terhadap infeksi hepatitis B, maka pencegahan merupakan cara yang terbaik
yaitu melalui peningkatan kesehatan lingkungan, kebersihan perorangan, mencegah
perilaku seksual yang berisiko tinggi dan yang paling efektif adalah imunisasi atau vaksinasi
untuk mencegah penularan bagi orang lain. Vaksin hepatitis B rekombinan adalah vaksin
virus rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non infectious, berasal dari HbsAg
yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan tehnologi DNA
rekombinan yang digunakan untuk imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Kehadiran vaksin dalam tubuh manusia akan mendorong reaksi
perlawanan terhadap virus atau bakteri dari penyakit yang bersangkutan. Perkembangan
kegiatan imunisasi makin maju dengan adanya uniject (ADS-PID/Auto Disable syringe-Prefill
Injection Device), yang mendukung pelaksanaan suntikan yang aman (Safe Injection) dan
mampu menghemat vaksin karena uniject merupakan kemasan tunggal.
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak
hati dengan masa inkubasi 14 - 160 hari. Penyebaran penyakit melalui darah dan
produknya, melalui suntikan yang tidak aman, transfusi darah, proses persalinan atau
melalui hubungan seksual. Dengan melihat masa inkubasi diatas maka pemberian imunisasi
secara aktif diberikan pada waktu kurang dari 7 hari. Infeksi pada anak seringkali subklinis
dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala infeksi klinis yang akut adalah merasa
lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi
pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Risiko terjadinya penyakit
kronis pada penderita Hepatitis B, jauh lebih besar bila infeksi terjadi mulai dari awal
kehidupan dibandingkan dengan infeksi terjadi pada usia dewasa. Infeksi pada masa bayi
mempunyai risiko untuk menjadi carrier kronis sebesar 95% dan menimbulkan
chirrhosishepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian. Pemberian imunisasi Hepatitis B
di Indonesia mulai tahun 1997 menjadi program imunisasi rutin diberikan sebanyak tiga kali
dengan penyuntikan pertama pada bayi umur 3 (tiga) bulan. Mengacu kepada surat No :
168/MENKES/I/2003 tentang Perubahan Kebijakan Teknis Imunisasi Hepatitis B, diberikan
pada bayi umur 0 – 7 hari, dengan menggunakan prefilled syringe (uniject HB) yaitu alat
suntik sekali pakai yang sudah steril dan sudah diisi vaksin hepatitis untuk satu dosis. Hasil
cakupan imunisasi hepatitis B-0 (0-7 hari) secara nasional masih belum mencapai hasil yang
optimal, untuk itu perlu diupayakan agar kerjasama kegiatan Kunjungan Neonatal 1 (KN-1)
sekaligus memberikan imunisasi hepatitis B dengan uniject HB dilakukan bersamaan pada
saat kunjungan rumah. Mengingat perubahan teknis imunisasi Hepatitis B tersebut
merupakan hal yang baru bagi masyarakat (menyuntik bayi usia 0-7 hari), tentunya perlu
sosialisasi kepada masyarakat dan perlu dukungan berbagai pihak. Tujuan program
imunisasi HB-0 adalah agar seluruh bayi usia 0-7 hari mendapatkan imunisasi HB secara
steril dan aman.
Sehat 2010” adalah menerapkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, yang
berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap
terbentuknya lingkungan yang sehat dan perilaku sehat. Pembangunan kesehatan mengacu
kepada konsep ”Paradigma Sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan
prioritas utama pada upaya pelayanan peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif) dibandingkan upaya pelayanan penyembuhan/pengobatan (kuratif) dan
pemulihan (rehabilitatif) secara menyeluruh dan terpadu serta berkesinambungan.
Imunisasi merupakan salah satu upaya pelayanan kesehatan dasar dari segi
preventif yang memegang peranan dalam menurunkan angka kematian bayi. Upaya
pelayanan imunisasi dilakukan melalui kegiatan imunisasi rutin dan tambahan dengan tujuan
untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit – penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Tujuan tersebut dapat tercapai apabila ditunjang dengan
sumberdaya manusia yang berkualitas dan ketersediaan standar, pedoman, sistem
pencatatan pelaporan serta logistik yang memadai dan bermutu.
Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian
imunisasi hepatitis B (HB-0) bagi semua bayi di negara dengan tingkat endemisitas tinggi ≥
8%. Selanjutnya pada tahun 1997 WHO merekomendasikan agar imunisasi hepatitis B
diintegrasikan kedalam program imunisasi rutin.
Dalam Multi Years Plan 2006-2011 tentang program imunisasi di Indonesia telah
digariskan bahwa kegiatan program imunisasi perlu diarahkan untuk meningkatkan
efektifitas dan efisiensi serta kualitas pelaksanaan. Seperti telah diketahui pencegahan
hepatitis B yang efektif di Indonesia adalah dengan memberikan dosis pertama pada usia 07 hari karena tingginya transmisi hepatitis B secara vertikal di Indonesia.
Diperkirakan di dunia terdapat 400 juta orang pengidap (carrier) dimana hampir 78%
diantaranya tinggal di Asia Tenggara. Indonesia termasuk ke dalam daerah endemis sedang
sampai tinggi berkisar antara 11 juta (5-15%). Sampai saat ini belum ditemukan obat yang
memuaskan terhadap infeksi hepatitis B, maka pencegahan merupakan cara yang terbaik
yaitu melalui peningkatan kesehatan lingkungan, kebersihan perorangan, mencegah
perilaku seksual yang berisiko tinggi dan yang paling efektif adalah imunisasi atau vaksinasi
untuk mencegah penularan bagi orang lain. Vaksin hepatitis B rekombinan adalah vaksin
virus rekombinan yang telah diinaktivasi dan bersifat non infectious, berasal dari HbsAg
yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan tehnologi DNA
rekombinan yang digunakan untuk imunisasi aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh
virus hepatitis B. Kehadiran vaksin dalam tubuh manusia akan mendorong reaksi
perlawanan terhadap virus atau bakteri dari penyakit yang bersangkutan. Perkembangan
kegiatan imunisasi makin maju dengan adanya uniject (ADS-PID/Auto Disable syringe-Prefill
Injection Device), yang mendukung pelaksanaan suntikan yang aman (Safe Injection) dan
mampu menghemat vaksin karena uniject merupakan kemasan tunggal.
Hepatitis B adalah penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak
hati dengan masa inkubasi 14 - 160 hari. Penyebaran penyakit melalui darah dan
produknya, melalui suntikan yang tidak aman, transfusi darah, proses persalinan atau
melalui hubungan seksual. Dengan melihat masa inkubasi diatas maka pemberian imunisasi
secara aktif diberikan pada waktu kurang dari 7 hari. Infeksi pada anak seringkali subklinis
dan biasanya tidak menimbulkan gejala. Gejala infeksi klinis yang akut adalah merasa
lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi
pucat. Warna kuning bisa terlihat pula pada mata ataupun kulit. Risiko terjadinya penyakit
kronis pada penderita Hepatitis B, jauh lebih besar bila infeksi terjadi mulai dari awal
kehidupan dibandingkan dengan infeksi terjadi pada usia dewasa. Infeksi pada masa bayi
mempunyai risiko untuk menjadi carrier kronis sebesar 95% dan menimbulkan
chirrhosishepatis, kanker hati dan menimbulkan kematian. Pemberian imunisasi Hepatitis B
di Indonesia mulai tahun 1997 menjadi program imunisasi rutin diberikan sebanyak tiga kali
dengan penyuntikan pertama pada bayi umur 3 (tiga) bulan. Mengacu kepada surat No :
168/MENKES/I/2003 tentang Perubahan Kebijakan Teknis Imunisasi Hepatitis B, diberikan
pada bayi umur 0 – 7 hari, dengan menggunakan prefilled syringe (uniject HB) yaitu alat
suntik sekali pakai yang sudah steril dan sudah diisi vaksin hepatitis untuk satu dosis. Hasil
cakupan imunisasi hepatitis B-0 (0-7 hari) secara nasional masih belum mencapai hasil yang
optimal, untuk itu perlu diupayakan agar kerjasama kegiatan Kunjungan Neonatal 1 (KN-1)
sekaligus memberikan imunisasi hepatitis B dengan uniject HB dilakukan bersamaan pada
saat kunjungan rumah. Mengingat perubahan teknis imunisasi Hepatitis B tersebut
merupakan hal yang baru bagi masyarakat (menyuntik bayi usia 0-7 hari), tentunya perlu
sosialisasi kepada masyarakat dan perlu dukungan berbagai pihak. Tujuan program
imunisasi HB-0 adalah agar seluruh bayi usia 0-7 hari mendapatkan imunisasi HB secara
steril dan aman.