Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS INKUIRI UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN IPA DI SMP
Noviana Anjar Hastuti
noviana_anjar@ymail.com
Jurusan Pendidikan IPA Fakultas MIPA UNY
Abstrak
Penelitian Research and Development (R&D) dengan judul Pengembangan Lembar
Kerja Siswa Berbasis Inkuiri Untuk Meningkatkan Aktivitas Pembelajaran IPA di SMP ini
dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kualitas LKS hasil pengembangan serta
peningkatan aktivitas pembelajaran IPA di SMP yang menggunakan LKS hasil
pengembangan. Penelitian ini merupakan penelitian R&D yang menggunakan langkah
pengembangan Borg and Gall yang dibatasi hingga 5 tahap. Pengumpulan data dilakukan
melalui lembar penilaian produk dan lembar observasi. Data yang diperoleh merupakan data
kualitatif dan kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan dengan mengkonversi skor pada
lembar penilaian produk menjadi skala lima serta mempresentase skor yang diperoleh dari
lembar observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas LKS hasil pengembangan
berdasarkan penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA berada dalam kategori “baik”
untuk untuk aspek pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat,
aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada pada kategori “sangat
baik” untuk aspek kebahasaan dan keterlaksanaan. Kualitas LKS hasil pengembangan
berdasarkan hasil uji respon siswa berada dalam kategori “baik” untuk aspek Aspek

pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan
aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik, dan berada dalam kategori “sangat
baik” untuk aspek keterlaksanaan. Peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menggunakan
LKS hasil pengembangan adalah berupa berupa visual activities sebesar 3,97%, oral
activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing activities sebesar
13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities sebesar 13,64%, mental activities
sebesar 9,70%, dan emotional activities sebesar 6,66%.
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu keberhasilan suatu negara, tidak dapat dipungkiri
bahwa kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kualitas pendidikan. Indonesia sebagai salah
satu negara berkembang memiliki sistem pendidikan yang jauh dari sempurna. Menurut
majalah elektronik BBC (2012) sistem pendidikan di Indonesia masih sangat rendah bahkan
berdasarkan tabel liga global yang diterbitkan oleh firma pendidikan Pearson Indonesia
menempati peringkat terendah di dunia, bersama meksiko dan brazil. Lebih lanjut dijelaskan
bahwa negara-negara yang memiliki sistem pendidikan di tingkat teratas, adalah finlandia,
korea selatan, hongkong, jepang, dan singapura. Perbedaan sistem pendidikan negara-negara
tersebut dengan Indonesia adalah pada keyakinan terhadap kepercayaan sosial atas
pentingnya pendidikan dan “tujuan moral”. Dapat diartikan bahwa negara-negara tersebut
memiliki tingkat kesadaran pendidikan yang tinggi, pemerintah maupun masyarakat bekerja
sama untuk mengembangkan pendidikan. Pendidikan memiliki peran dalam penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi secara menyeluruh dan bermakna. Penguasaan Ilmu pengetahuan
dan teknologi tersebut bersumber pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

Perkembangan pendidikan tidak terlepas dari perkembangan kurikulum. Sejak tahun
2006 Indonesia telah menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Dalam KTSP
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) untuk Sekolah Menegah Pertama (SMP)/Madrasah
Tsanawiyah (MTs), merupakan suatu ilmu yang mempelajari tentang suatu konsep, proses,
dan fakta yang ada di alam. Berdasarkan objek kajiaannya IPA dipisahkan menjadi 3 disiplin
ilmu, yaitu fisika, kimia, dan biologi. Hal tersebut disebabkan karena keterbatasan manusia
dalam mengkaji alam. Seperti yang dikatakan oleh Darliana dalam buku IPA Terpadu bahwa:
alam semesta terbentuk dari objek dan interaksinya yang
menimbulkan fenomena. Fenomena tersebut tidaklah terkotak-kotak seperti
disiplin ilmu-ilmu dasar atau terapan. Hanya keterbatasan kompetensi
manusialah yang menyebabkan ilmu mengenai alam terkotak-kotak dalam
berbagai disiplin ilmu (Darliana, 2007: 1)
Lebih lanjut Darliana (2007: 2) mengungkapkan bahwa IPA untuk tingkat SD dan
SMP masih berupa ilmu yang disederhanakan, karena itu peninjauan objek/fenomena dari
segi fisika, kimia dan biologi masih mungkin dilakukan oleh siswa tingkat SD dan SMP.
Penyederhanaan ilmu IPA itulah yang kemudian membuat pembelajaran IPA di tingkat SD
dan SMP dilaksanakan secara terpadu atau yang sekarang dikenal sebagai IPA terpadu.

Pelaksanaan suatu kebijakan belum tentu sesuai dengan yang tertulis dalam kebijakan
tersebut. Begitu pula dengan kebijakan pelaksanaan pembelajaran IPA secara terpadu untuk
tingkat SD dan SMP. Pembelajaran IPA terpadu belum dapat berjalan maksimal, hal tersebut
disebabkan karena belum ada guru lulusan pendidikan IPA. Seperti yang dikemukakan oleh
Paul Suparno (2007: 54)
Pada kurikulum baru KTSP, pembelajaran IPA sekarang terpadu,
gabungan menyatu dari life science dan physical science, gabungan biologi
dan fisika. Sedangkan lulusan guru IPA SMP yang khusus belum ada, yang
ada adalah guru biologi dan fisika. Maka kedua guru itu dalam sekolah harus
bekerjasama dalam menyusun kurikulum dan pembagian waktu mengajar;
agar tidak banyak terjadi persoalan.
Selain itu, idealisme pelaksanaan pembelajaran IPA yang sebaiknya dilakukan dengan
pendekatan inkuiri pun belum banyak diterapkan. Banyak dijumpai kenyataan di lapangan
bahwa pembelajaran IPA masih dilakukan dengan pendekatan konvensional, salah satu
pendekatan konvensional yang dilakukan adalah dengan metode ceramah. Sardjono dalam
makalahnya pada seminar nasional Pendidikan IPA mengatakan bahwa pola konvensional
kegiatan mengajar sering diarahkan pada aliran informasi dari guru ke siswa, lebih lanjut
dijelaskan:
Berdasarkan penelitian proyek JSE (Junior Secondary Education)
terhadap Performansi Guru IPA dan siswa SLTP di Indonesia pada tahun

1997, ditemukan bahwa sebagian besar guru IPA merasa nyaman dengan
materi pelajaran IPA yang mereka ajarkan dan merasa mampu dalam strategi
pengajaran yang memfokuskan pada membuat siswa menghafalkan informasi
atau rumus (Sardjono, 2009: 29).
Pendekatan inkuiri dianggap sangat baik dalam pembelajaran IPA karena pendekatan
inkuiri memberikan kesempatan pada siswa untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,

bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting dalam
kecakapan hidup. Pendekatan inkuiri dapat dilakukan dengan berbagai metode, salah satunya
melalui kegiatan laboratorium, dimana siswa diposisikan sebagai seorang scientist yang
melakukan satu eksperimen dalam upaya menemukan hubungan antar gejala alam.
Pendekatan inkuiri yang mungkin dilakukan di sekolah adalah inkuiri terbimbing.
Pendekatan inkuiri terbimbing dapat berjalan jika tersedia media yang
mendukungnya. Salah satu media yang dapat digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS).
Menurut Poppy Kamalia, dkk (2009: 39) LKS adalah lembaran berisi tugas yang biasanya
berupa petunjuk dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Pada umumnya LKS
yang beredar di pasaran hanya berupa rangkuman materi dan kumpulan soal-soal yang
kemudian hanya menjadi bahan tugas atau bahan pembelajaran pada saat jam kosong. Seperti
yang diungkapkan oleh Depdiknas (2008: 42) dalam panduan pelaksanan materi
pembelajaran SMP, bahwa selama ini sering terdengar keluhan bahwa LKS hanya berisi

latihan soal-soal, dan siswa diminta mengerjakannya pada saat jam kosong atau alat untuk
PR. Dengan demikian dilakukanlah penelitian pengembangan Lembar Kerja Siswa berbasis
Inkuiri Terbimbing, dengan harapan dapat menciptakan suatu media yang dapat
mengembangkan kemampuan berpikir, meningkatkan keingintahuan, menuntun siswa untuk
memecahkan masalah dari materi yang diajarkan, serta dapat meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran IPA sehingga dapat mencapai kompetensi yang diinginkan.
Penelitian pengembangan LKS yang pernah dilakukan diantaranya adalah penelitian
Sunyono (2008) tentang pengembangan LKS berbasis lingkungan untuk IPA-SMP pada
materi asam, basa dan garam menyatakan bahwa guru mudah menilai hasil kegiatan
praktikum siswa menggunakan LKS IPA berbasis lingkungan hasil pengembangan. Selain itu,
hasil penelitian Fajar Fitri (2010) mengenai pengembangan Lembar Kerja Siswa untuk
pelajaran IPA Kelas V SD pada materi pokok cahaya dengan pendekatan I2M3 menyatakan
bahwa hasil belajar IPA dari aspek kognitif siswa kelas V SD yang menggunakan LKS lebih
tinggi dan signifikan dibandingkan siswa kelas V SD yang menggunakan LKS konvensional.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMPN 12 Yogyakarta selama 5 kali pertemuan dengan 33
peserta didik. Penelitian pengembangan ini mengacu pada model penelitian pengembangan
Borg and Gall. Menurut Borg dan Gall (1989: 775) dalam bukunya yang berjudul
Educational Research, ada sepuluh langkah pelaksanaan strategi penelitian dan
pengembangan. Dari kesepuluh langkah penelitian tersebut, penelitian pengembangan ini

dibatasi hingga tahap 5, yaitu (1) Research and information (pencarian dan pengumpulan
informasi); (2) Planning (perencanaan); (3) Develop preliminary form of product
(pengembangan draf produk); (4) Preliminary field testing (uji coba lapangan awal); (5) Main
product revision (merevisi hasil uji coba) yang kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji
coba terbatas pada satu sekolah terhadap minimal 6-12 siswa. Berikut diagram
pengembangan LKS:

Pencarian dan pengumpulan
informasi

1. Observasi kondisi belajar
2. Observasi kurikulum dan Instruksional

Perencanaan

Pengembangan draft
produk

Perancangan LKS


Penyusunan LKS

LKS IPA
(tahap awal)
1. Konsultasi dosen pembimbing
2. Penilaian dosen ahli, peer viewer,
dan guru IPA

Revisi I
LKS hasil revisi I

Uji Coba lapangan
awal

Revisi hasil uji coba
(revisi II)

1. Uji respon siswa
2. Uji keaktifan siswa


Diseminasi Terbatas Produk akhir
LKS IPA

Tahap pencarian dan pengumpulan informasi dilakukan dengan mengobservasi
kondisi belajar dan kurikulum dan instruksional. Tahap perencanaan dilakukan dengan
melakukan perancangan kerangka dan sistematika LKS, yaitu menentukan urutan bagianbagian yang akan disajikan dalam LKS. Tahap pengembangan produk dilakukan dengan
melakukan penyusunan draft produk, draft produk yang sudah jadi kemudian
divalidasi/dilakukan penilaian kepada 2 dosen ahli, 2 peer viewer, dan 2 guru IPA. Draft
produk yang sudah divalidasi kepada dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA akan memperoleh
penilaian dan masukan untuk dijadikan perbaikan sebelum dilakukan uji coba ke lapangan.
Tahap uji coba lapangan dilakukan setelah draft produk yang divalidasi telah diperbaiki,
kemudian draft tersebut diujicobakan coba untuk mengetahui respon dan keaktifan siswa
selama menggunakan LKS dalam pembelajaran. Tahap uji coba lapangan awal ini akan
menghasilkan data berupa penilaian LKS oleh siswa dan peningkatan aktivitas siswa terhadap
pembelajaran IPA. Tahap revisi hasil uji coba merupakan tahap dimana maka dilakukan revisi
kedua terhadap LKS tersebut. Revisi ini dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari
respon siswa terhadap LKS dan kesalahan/kekurangan yang ditemui peneliti saat melakukan
uji coba lapangan awal. Sehingga dihasilkan produk akhir berupa LKS berbasis inkuiri
terbimbing. Langkah terakhir yaitu diseminasi terbatas yang dilakukan setelah revisi produk
revisi hasil uji coba lapangan awal telah selesai dilakukan. Diseminasi melakukan penyebaran

produk akhir yang telah direvisi oleh peneliti.

Dalam penelitian pengembangan ini data yang diperoleh terdiri dari data kualitatif dan
data kuantitatif, yaitu :
a.
Data kualitatif berupa saran dari dosen pembimbing, dosen ahli, peer viewer,
dan guru IPA yang bersangkutan.
b.
Data kuantitatif adalah data hasil penilaian oleh dosen ahli, peer viewer, guru,
dan siswa, serta hasil observasi keaktifan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar penilaian produk dan
lembar observasi. Lembar penilaian produk digunakan untuk mengetahui kualitas LKS hasil
pengembangan, sedangkan lembar observasi digunakan untuk melihat keaktifan siswa
selama pembelajaran menggunakan LKS. Berikut tabel kisi-kisi instrumen penilaian kualitas
LKS IPA oleh dosen dan guru IPA
No
Aspek Penilaian
Kriteria Nilai
SB
B

C
K
TB
Syarat Didaktik
1.
Aspek Pendekatan Penulisan
2.
Aspek Penyajian Tema
3.
Aspek Kegiatan/Eksperimen
Syarat Konstruksi
4.
Aspek Kejelasan Kalimat
5.
Aspek Kebahasaan
Syarat Teknis
6.
Aspek Penampilan Fisik
Syarat Lain
7.

Aspek kelerlaksanaan
Keterangan : SB = Sangat Baik
B = Baik
C = Cukup
K = Kurang Baik
SK = Tidak Baik
Lembar observasi melihat keaktifan siswa dari beberapa aspek. Berikut tabel aspek penilaian dalam
lembar observasi keaktifan:

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aspek
Visual activities
Oral activities
Listening activities
Writing activities
Drawing activities
Motor activities
Mental activities
Emotional activities

Kriteria

skor

Analisis data kualitatif dilakukan dengan penyeleksian relevansi masukan, koreksi,
saran, dan kritik yang diberikan oleh dosen pembimbing, dosen ahli, peer viewer dan guru
IPA terhadap perangkat pembelajaran yang selanjutnya digunakan sebagai bahan revisi LKS.
Analisis data kuantitatif dilakukan dengan pengubahan nilai kualitatif menjadi kuantitatif
dengan ketentuan sebagai berikut:
Tabel 3. Ketentuan Pengubahan Nilai Kualitatif Menjadi Kuantitatif

Nilai kualitatif
SK ( Sangat Kurang )
K ( Kurang )
C ( Cukup )
B ( Baik )
SB ( Sangat Baik )

Nilai kuantitatif
1
2
3
4
5

Kualitas LKS dan respon siswa terhadap LKS dilakukan setelah melakukan tabulasi
semua data untuk setiap aspek penilian, kemudian dilanjutkan dengan menghitung skor total
rata-rata dari setiap aspek penilaian dengan rumus:
∑X

X =
n , dimana
:


X

= rerata skor
Σ X = jumlah total skor tiap aspek
n = jumlah reviewer
kemudian mengubah skor rata-rata menjadi nilai dengan acuan pengubahan skor menjadi
skala lima, menurut Sukardjo (2009: 84) adalah sebagai berikut:
Tabel 4. Konversi Skor Menjadi skala 5
N
Rentang Skor
Nilai
Kategori
o
1. X > Mi + 1,80 Sbi
A
Sangat Baik
2. Mi + 0,60 SBi < X < Mi + 1,80 SBi
B
Baik
3. Mi - 0,60 SBi < X < Mi + 0,60 SBi
C
Cukup
4. Mi - 1,80 SBi < X < Mi - 0,60 SBi
D
Kurang
5. X < Mi - 1,80 Sbi
E
Sangat Kurang
Keterangan: X = Skor yang dicapai
Mi = Mean ideal
= ½ ( skor maksimal ideal + skor minimal ideal )
SBi = Simpangan Baku Ideal
= 1/6 ( skor maksimal ideal – skor minimal ideal )
Skor maksimal ideal = Σ butir kriteria x skor tertinggi
Skor minimal ideal = Σ butir kriteria x skor terendah
Nilai kelayakan ditentukan dengan nilai minimal “C” yaitu kategori Cukup Baik. Jadi,
jika hasil penilaian oleh reviewer memberikan nilai akhir “C”, maka produk pengembangan
LKS pembelajaran IPA ini sudah dianggap layak digunakan.
Analisis data lembar observasi dilakukan dengan menghitung jumlah skor yang diperoleh
dibagi dengan jumlah skor ideal untuk seluruh item dikalikan 100%. Seperti yang tertera
dalam buku Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan oleh Suharsmimi Arikunto (2007:236) secara
matematis ditulis dengan persamaan:
Skor yang diperoleh
Presentase Tingkat Penilaian = ----------------------------- x 100%
Skor ideal seluruh item

Hasil

Penelitian pengembangan ini melalui enam tahap yaitu tahap penelitian dan mencari
informasi, tahap perencanaan, tahap pengembangan draft produk, uji coba lapangan awal,
revisi hasil uji coba lapangan awal, dan diseminasi terbatas. Berikut hasil dari setiap tahap
tersebut:
1. Hasil tahap pencarian dan pengumpulan informasi
a. Hasil observasi kondisi belajar
Pengumpulan informasi dilakukan dengan wawancara. Hasil wawancara
mengungkapkan mengenai proses pembelajaran IPA di SMPN 12 Yogyakarta.
Pembelajaran IPA di SMPN 12 Yogyakarta masih dilakukan secara terpisah, ada
dua guru yang memegang kelas VII, yaitu guru fisika dan guru biologi. Secara
garis besar proses pembelajaran IPA di kelas VII SMPN 12 Yogyakarta masih
menggunakan metode ceramah. Selain itu, berdasarkan wawancara yang
dilakukan oleh peserta didik, peserta didik belum pernah melakukan eksperimen
untuk materi fisika, sesekali guru hanya melakukan eksperimen untuk materi
biologi. Hambatan yang dihadapi guru adalah belum adanya Lembar Kegiatan
Siswa (LKS) yang menjadi petunjuk siswa melakukan eksperimen.
2. Hasil tahap perencanaan
Hasil tahap perencanaan diperoleh format LKS yang dengan mengikuti panduan dari
Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu
Pengetahuan Alam (PPPTKIPA) tentang struktur LKS Eksperimen. Deskripsi
rancangan kerangka dan sistematika pengembangan LKS ini meliputi : (a) tujuan; (b)
pengantar (kasus dan dugaan); (c) alat dan bahan; (d) langkah kegiatan; (e) tabel
pengamatan; (f) pertanyaan; (g) kesimpulan.
3. Hasil Tahap Pengembangan Draft Produk
Setelah terdapat kerangka dan sistematika LKS, dilakukan pengisian materi dari tema
pemisahan campuran. Sehingga dari pengembangan draft produk dihasilkan susunan
dan desain LKS yang kemudian digunakan dalam penelitian. Draft produk LKS
tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kualitas produk yang diperoleh
melalui evaluasi yang dilakukan oleh dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA. Data
hasil penilaian yang berupa skor dari ketujuh tersebut kemudian dikonversikan
menjadi nilai skala lima. Hasil konversi skor menjadi nilai skala lima dapat dilihat
dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Konversi Skor Penilaian Menjadi Skala Lima
Aspek
Pendekatan penulisan

Interval skor
X > 46,19
37,39 < X ≤ 46,19

Nilai
A
B

Kategori
Sangat Baik
Baik

28,60 < X ≤ 37,39
C
Cukup Baik
19,80 < X ≤ 28,60
D
Kurang Baik
X ≤ 19,80
E
Sangat Kurang Baik
X > 25,2
A
Sangat Baik
20,4 < X ≤ 25,2
B
Baik
Penyajian tema
15,6 < X ≤ 20,4
C
Cukup Baik
10,8 < X ≤ 15,6
D
Kurang Baik
X ≤ 10,8
E
Sangat Kurang Baik
X > 16,80
A
Sangat Baik
13,60 < X ≤ 16,80
B
Baik
Kejelasan kalimat
10,4 < X ≤ 13,60
C
Cukup Baik
7,2 < X ≤ 10,4
D
Kurang Baik
X ≤ 7,2
E
Sangat Kurang Baik
X > 12,6
A
Sangat Baik
10,2 < X ≤ 12,6
B
Baik
Kebahasaan
7,8 < X ≤ 10,2
C
Cukup Baik
5,4 < X ≤ 7,8
D
Kurang Baik
X ≤ 5,4
E
Sangat Kurang Baik
X > 25,2
A
Sangat Baik
20,4 < X ≤ 25,2
B
Baik
Kegiatan/eksperimen
15,6 < X ≤ 20,4
C
Cukup Baik
10,8 < X ≤ 15,6
D
Kurang Baik
X ≤ 10,8
E
Sangat Kurang Baik
X > 8,39
A
Sangat Baik
6,79 < X ≤ 8,39
B
Baik
Keterlaksanaan
5,20 < X ≤ 6,79
C
Cukup Baik
3,60 < X ≤ 5,20
D
Kurang Baik
X ≤ 3,60
E
Sangat Kurang Baik
X > 16,80
A
Sangat Baik
13,60 < X ≤ 16,80
B
Baik
Penampilan fisik
10,4 < X ≤ 13,60
C
Cukup Baik
7,2 < X ≤ 10,4
D
Kurang Baik
X ≤ 7,2
E
Sangat Kurang Baik
a. Hasil evaluasi produk dari dosen ahli
Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh dosen ahli dapat dilihat dalam bentuk
diagram sebagai berikut:

50.00

46.5

40.00
30.00

24

20.00

23.5
17

16
11

8.5

10.00
0.00

b. Hasil evaluasi produk dari peer viewer
Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh peer viewer dapat dilihat dalam bentuk
diagram sebagai berikut:
50.00

46

40.00
30.00

28

26.5

20.00

18.5

17.5
14
9

10.00
0.00

c. Hasil Evaluasi produk dari guru IPA
Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh guru IPA dapat dilihat dalam bentuk
diagram sebagai berikut:
50.00

45.5

40.00
30.00

24

20.00
10.00
0.00

4. Hasil uji coba lapangan awal

23.5
16

14.5

14
8

Dalam uji coba ini, diperoleh data respon siswa terhadap LKS yang dapat jadi
masukan juga bagi LKS yang dikembangkan. Selain itu juga diperoleh data mengenai
keaktifan peserta didik sebelum dan sesudah menggunakan LKS melalui pengamatan
dan lembar observasi.
a. Hasil evaluasi produk dari siswa
Hasil penilaian dari tujuh aspek LKS oleh siswa dapat dilihat dalam bentuk
diagram sebagai berikut:
50.00

44.7

40.00
30.00
20.00

24.85

24.42

16.36

15.3
11.82

10.00

8.4

0.00

b. Hasil observasi keaktifan peserta didik
Data hasil observasi keaktifan dapat dilihat dalam tabel berikut:
No
Aspek
Rerata skor % Rerata skor
Rerata skor
% Rerata Skor
Sebelum
sebelum
sesudah
Sesudah
menggunak menggunakan menggunakan menggunakan
an LKS
LKS
LKS
LKS
1. Visual activities
3.15
63,03%
3,35
66,97%
2. Oral activities
3.00
60,00%
3,13
62,73%
3. Listening activities
3.42
68,48%
4,05
80,91%
4. Writing activities
3.61
72,12%
4,29
85,76%
5. Drawing activities
3.39
67,88%
3,76
86,97%
6. Motor activities
2.91
58,18%
3,59
71,82%
7. Mental activities
2.97
59,39%
3,45
69,09%
8. Emotional activities
3.88
77,58%
4,21
84,24%
5. Hasil Revisi Hasil Uji Coba Lapangan
Dari hasil uji coba lapangan tidak banyak yang dilakukan pada revisi ini, hanya ada
beberapa kata yang belum sesuai EYD/kaidah Bahasa Indonesia.
6. Hasil diseminasi terbatas
Hasil tahap ini adalah berupa pensosialisasian LKS oleh SMPN 12 Yogyakarta dan
guru IPA sekolah terkait untuk digunakan sebagai salah satu media dalam
pembelajaran

Pembahasan
Penentuan kualitas dan keefektifan LKS didasarkan pada hasil evaluasi draft produk dan juga
hasil evaluasi uji coba lapangan awal.
1. Kualitas produk hasil pengembangan
a. Aspek pendekatan penulisan
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa LKS IPA
berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan campuran” berdasarkan
hasil penilaian dosen ahli diperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik”.
Sedangkan hasil penilaian peer viewer dan guru IPA diperoleh nilai B dengan
kategori “Baik”. Hasil penilaian aspek penulisan dari dosen ahli, peer viewer, dan
guru IPA bila disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:
50
40
30
20
10
0
Dosen Ahli

Peer Viewer

Guru IPA

Berdasarkan diagram tersbut terlihat bahwa LKS hasil pengembangan ini telah
memenuhi kriteria pendekatan inkuiri terbimbing karena berada dalam
kategori “Baik” dari hasil penilain ketiga reviewer. Aspek pendekatan
penulisan masuk ke dalam syarat didaktik penyusunan LKS. Syarat didaktik
berhubungan dengan asas pembelajaran efektif. Dengan terpenuhinya syarat
tersebut maka dapat dikatakan bahwa LKS ini dapat dijadikan media
pembelajaran yang efektif.
b. Aspek Penyajian tema
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek penyajian
tema pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan
campuran” memperoleh nilai B dengan kategori “baik” dari penilaian dosen ahli
dan guru IPA. Sedangkan hasil penilaian dari peer viewer menunjukkan bahwa
aspek ini memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik”. Bila hasil penilaian
dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram
maka hasilnya sebagai berikut:
30
25
20
15
10
5
0
Dosen Ahli

Peer Viewer

Guru IPA

c. Aspek kejelasan kalimat
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek kejelasan
kalimat pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan
campuran” memperoleh nilai B dengan kategori “Baik” dari hasil penilaian dosen
ahli dan guru IPA. Sedangkan dari hasil penilaian peer viewer diperoleh nilai A
dengan kategori “Sangat Baik”. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan
guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:
30
20
10
0
Dosen Ahli

Peer Viewer

Guru IPA

d. Aspek kebahasaan
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek
kebahasaan dalam LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema “Pemisahan
campuran” hasil pengembangan ini memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat
Baik” dari penilaian peer viewer dan guru IPA. Sedangkan dari hasil penilaian
dosen ahli, aspek ini memperoleh nilai B dengan kategori “Baik”. Bila hasil
penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk
diagram maka hasilnya sebagai berikut:
20
15
10
5
0
Dosen Ahli

Peer Viewer

Guru IPA

e. Aspek kegiatan/eksperimen
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek
kegiatan/eksperimen pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema
“Pemisahan campuran” hasil pengembangan ini memperoleh nilai B dengan
kategori “Baik” dari hasil penilaian dosen ahli dan guru IPA. Sedangkan hasil
penilaian dari peer viewer menunjukkan bahwa aspek ini memperoleh nilai A
dengan kategori “Sangat Baik”. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan
guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

30
25
20
15
10
5
0
Dosen Ahli
Peer Viewer
Guru IPA
f. Aspek keterlaksanaan
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek
keterlaksanaan pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema
“Pemisahan campuran” memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik” dari
penilaian dosen ahli dan peer viewer. Sedangkan hasil penilaian guru IPA
menunjukkan bahwa aspek ini memperoleh nilai B dengan kategori “Baik”. Bila
hasil penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam
bentuk diagram maka hasilnya sebagai berikut:

g. Aspek penilaian fisik
Berdasarkan tabel skala penilaian maka dapat dinyatakan bahwa aspek
penampilan fisik pada LKS IPA berbasis Inkuiri Terbimbing dengan tema
“Pemisahan campuran” memperoleh nilai A dengan kategori “Sangat Baik” dari
hasil penilaian dosen ahli dan peer viewer. Sedangkan guru IPA memberikan nilai
B dengan kategori “Baik” pada aspek ini. Bila hasil penilaian dosen ahli, peer
viewer, dan guru IPA tersebut disajikan dalam bentuk diagram maka hasilnya
adalah sebagai berikut:

2. Keaktifan
dalam pembelajaran IPA

peserta

didik

Peningkatan keaktifan peserta didik berdasarkan data observasi bila disajikan dalam
diagram adalah sebagai berikut:
8%

5%
3%

12%

15%

17%
17%

visual activities
oral activities
listening activities
writing activities
drawing activities
motor activities
mental activities
emotional activities

23%

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, kualitas produk LKS hasil
pengembangan ini secara keseluruhan memperoleh nilai B yang berarti berada pada kategori
“baik”. Bahkan untuk aspek kebahasaan dan aspek keterlaksanaan memperoleh nilai A yang
berarti berada dalam kategori “sangat baik”. Hal tersebut mengindikasikan bahwa LKS hasil
pengembangan ini layak untuk dikembangkan. Selain itu, hasil observasi keaktifan peserta
didik selama menggunakan LKS menunjukkan hasil yang positif, terbukti dengan terdapatnya
peningkatan keaktifan peserta didik.
Simpulan
Berdasarkan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan penilaian dosen ahli, peer viewer, dan guru IPA kualitas LKS berbasis
inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen pada tema “pemisahan campuran” hasil
pengembangan berada pada kategori “baik” untuk aspek pendekatan penulisan, aspek
penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek
penampilan fisik. Aspek kebahasaan dan aspek keterlaksanaan berada dalam kategori
“sangat baik”. Sedangkan dari hasil uji coba produk, uji respon siswa menunjukkan

kualitas LKS berada pada kategori “sangat baik” untuk aspek keterlaksanaan. Aspek
pendekatan penulisan, aspek penyajian tema, aspek kejelasan kalimat, aspek kebahasaan
aspek kegiatan/eksperimen, dan aspek penampilan fisik berada dalam kategori “baik”.
2. LKS berbasis inkuiri terbimbing dengan metode eksperimen pada tema “pemisahan
campuran” hasil pengembangan dapat meningkatkan keaktifan peserta didik pada
pembelajaran IPA di SMP. Peningkatan keaktifan berupa visual avtivities sebesar 3,97%,
oral activities sebesar 2,73%, listening activities sebesar 12,07%, writing activities
sebesar 13,64%, drawing ativities sebesar 19,09%, motor activities sebesar 13,64%,
mental activities sebesar 9,70%, dan emotional activities sebesar 6,66%.
Daftar Pustaka
-------------. (2008). Panduan Pelaksanaan Materi Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Tahun 2008. Jakarta: Depdikna
BBC. 2012. Peringkat Sistem Pendidikan Indonesia Terendah di Dunia. Diakses pada tanggal 15
Maret 2013 dari www.bbc.co.uk

Borg Walter and Gall Meridith.(1989). Educational Research. New York: Longman Inc
Darliana. (2007). IPA Terpadu. Bandung: Depdiknas (Science Education Development
Center)
Paul Suparno. (2007). Kajian dan Pengantar Kurikulum IPA SMP dan MT. Yogyakarta:
Universitas Sanata Dharma
Poppy Kamalia Devi, dkk. (2009). Pengembangan Perangkat Pembelajaran untuk Guru
SMP. Bandung : PPPPTK IPA
Sardjono. (2000). Permasalahan Pendidikan MIPA di Sekolah dan Upaya Pemecahannya.
Jurnal Proceeding National Science Education Seminar on the Problems of
Mathematics and Science Education and Alternatives to Solve the Problems.
Surabaya: JICA-IMSTEP FMIPA UM
Suharsimi Arikunto. (2007). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT.Bumi Aksara
Sukardjo. (2009). Penilaian dan Evaluasi Hasil Pembelajaran IPA. Yogyakarta: UNY Press