IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS PAGARSIH, IBRAHIM ADJIE DAN PADASUKA KOTA BANDUNG

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK) DI PUSKESMAS PAGARSIH, IBRAHIM ADJIE DAN PADASUKA KOTA BANDUNG

Detty Kurnia

Pegawai Dinas Kesehatan Kota Bandung e-mail: Dettykurnia359@yahoo.com

Hendrikus Triwibawanto Gedeona

Dosen STIA LAN Bandung e-mail: hendrikusgedeona@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka Dinas Kesehatan Kota Bandung dan hambatan yang dialami serta menganalisis output dari pelaksanaan BOK di puskesmas dilihat dari prosentase kenaikan atau penurunan cakupan SPM dan MDGs. Aspek-aspek untuk menganalisis implementasi kebijakan ini adalah standar dan tujuan kebijakan, sumber daya, Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana, karekteristik badan pelaksana, Kondisi sosial, politik & ekonomi dan disposisi pelaksana. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi partisipasif, wawancara semiterstruktrur dan telaah dokumen, adapun teknik verifikasi data menggunakan trianggulasi sumber dan teknik, member check dan klarifikasi bias. Untuk menganalisis data peneliti melakukannya melalui pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penyusunan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka Dinas Kesehatan Kota Bandung belum terlaksana secara optimal. Dukungan dari aspek Sumber Daya (Resource), Karakteristik Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana, Sikap/Kecenderungan (Disposisi) Para Pelaksana belum optimal. Di lihat dari empat aspek tersebut, diketahui bahwa ada dua faktor yang sangat menghambat keberhasilan implementasi kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yaitu sumber daya dan Komunikasi Antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana.

Kata Kunci: Implementasi, Kebijakan, Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

Policy Implementation of Health Operational Fund (BOK) in Bandung City (A Case Study on Cummunity Health Center Pagarsih, Ibrahim Adjie and Padasuka)

Abstact

This research aimed to analyze the implementation of health operational fund (BOK) policy in Bandung City, the barriers encountered, and the output of the BOK policy viewed from the increasing or decreasing SPM and MDGs. The aspects to be researched included: the standard and policy objectives, resources, inter-organizational communication and implementers’ activities, the characteristics of the implementing body, socioeconomic poltical conditions, and disposition. This research employed a qualitative method with a case study. The data were collected through participant observation, semi-structured interviews and document reviews. The data were verified by using the triangulation of data sources and techniques, member check and bias clarification. The data were analyzed through data collection, data reduction, data presentation, and conclusions. The research results showed that the implementation of the health operational fund (BOK) policy in Bandung City did not work optimally. The supports from the aspects of resources, characteristics of the implementing agencies, inter-organizational communication and implementers’ activities, attitudes/dispositions of the executors were not optimal. In view of the four aspects, it revealed that there were two factors that hindered the successful implementation of the health operational fund (BOK) policy in Bandung City. They were the resources and the inter-organizational communication and implementers’ activities.

Keywords: Implementation, Policy, Health Operational Fund (BOK)

Jurnal

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

A. PENDAHULUAN

pemanfaatan dana yang kurang tepat berkaitan dengan masih kurangnya kualitas sumber daya

Tujuan dari penyelenggaraan subsistem

manusia di Puskesmas.

pembiayaan kesehatan di dalam Sistem Penelitian yang dilakukan oleh Sihombing Kesehatan Nasional (SKN) yang tertuang dalam tentang Analisis Implementasi dan Evaluasi Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 adalah Efektifitas Dana BOK terhadap Pencapaian tersedianya dana kesehatan dalam jumlah yang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan mencukupi, teralokasi secara adil, merata dan di Kota Sibolga Sumatera Utara tahun 2012, termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya menjelaskan bahwa kendala dalam pelaksanaan guna, tersalurkan sesuai peruntukannya untuk BOK berkaitan dengan input adalah jumlah menjamin terselenggaranya pembangunan sumber daya manusia masih belum merata kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan dan memegang tugas rangkap sehingga masyarakat yang setinggi-tingginya. menyebabkan keterlambatan dalam pelaporan Sumber pembiayaan kesehatan diperoleh keuangan dan pencairan. Selain itu, masih dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, ditemukan perencanaan yang belum sesuai Masyarakat, Swasta dll. Pembiayaan kesehatan pedoman, penyusunan plan of action (POA) oleh Pemerintah Kota Bandung dalam kurun tanpa melalui mekanisme mini-lokakarya waktu 5 tahun terakhir ini melonjak sangat sehingga kegiatan yang diusulkan kurang drastis, dari sekitar 37 Milyar di tahun 2008 memberikan daya ungkit dalam pencapaian menjadi hampir 117 Milyar di tahun 2014. Standard Pelayanan Minimum (SPM) dan Kenaikan ini dipicu oleh adanya berbagai

MDGs.

kebijakan pemerintah untuk meningkatkan Penelitian yang dilakukan oleh proporsi pembiayaan untuk kesehatan. Kaitan Nurcahyani tentang Implementasi Kebijakan lainnya adalah untuk mengejar ketertinggalan BOK di Kabupaten Bandung Barat tahun Indonesia dalam pencapaian target indikator 2011 disimpulkan bahwa pelaksanaan BOK di Millenium Development Goals (MDGs). kabupaten tersebut belum berjalan maksimal Berbagai upaya telah dan akan terus karena kurangnya dukungan input (sumberdaya ditingkatkan baik oleh Pemerintah Pusat manusia, sumberdaya dana dan sumberdaya maupun Pemerintah Daerah agar peran dan sarana dan prasarana) hal ini dilihat dari aspek fungsi puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesiapan pegawai, penggunaan dana BOK, dan kesehatan dasar semakin meningkat. keterlambatan sosialisasi ke puskesmas. Dukungan pemerintah bertambah lagi dengan Berdasarkan informasi dari pengelola diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan dana BOK di Dinas Kesehatan Kota Bandung (BOK) bagi puskesmas. Melalui dukungan dan dari hasil telaah dokumen BOK yang ada BOK yang telah diselenggarakan sejak tahun menunjukan bahwa implementasi kebijakan 2010, Pemerintah (c.q. Kementerian Kesehatan) BOK di Kota Bandung pada tahun 2014 masih berupaya untuk mendukung penyelenggaraan belum optimal. Hal ini dapat dilihat dari operasional Puskesmas sehingga semakin

beberapa fenomena berikut:

mendorong petugas Puskesmas melaksanakan kegiatan pelayanan kesehatan yang bersifat

a. Upaya kegiatan preventif dan promotif promotif/preventif kepada masyarakat.

yang harus dilaksanakan oleh puskesmas Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)

telah ditentukan dalam Juknis BOK, adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada

namun hal ini dirasakan terlalu kaku/ Pemerintah Daerah untuk percepatan

tidak fleksible oleh pengelola BOK tingkat pencapaian MDGs bidang kesehatan tahun

puskesmas sehingga kadang-kadang 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas

kegiatan yang dilaksanakan di puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes,

belum sesuai dengan kebutuhan di Posyandu dan UKBM lainnya dalam

lapangan.

menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang

b. Adanya beberapa permasalahan terkait bersifat promotif dan preventif.

sumber daya seperti di bawah ini: Dalam penelitian yang dilakukan oleh

1. Belum mencukupi dan memadainya Hutagalung, tentang Evaluasi Pelaksanaan

Sumberdaya manusia baik dari segi Kegiatan BOK di Puskesmas Kabupaten Dairi

jumlah maupun kompetensi. Dari segi tahun 2012 terdapat beberapa permasalahan

jumlah: Pengelola BOK di Puskesmas yang ditemukan yaitu perencanaan dan

maupun Dinas tidak dipegang oleh

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

2. Adanya ketidakjelasan dan ketidak- mengelola BOK, namun dipegang

konsistenan KPPN dalam memberikan oleh tenaga yang ada , dimana masing-

informasi tentang persyaratan masing telah memiliki tupoksi, hal

pencairan dana BOK. Berulang ini berakibat pada keterlambatan

kali terjadi perubahan-perubahan pembentukan Tim BOK baik Tim

yang akhirnya menyulitkan Dinas Pengelola BOK Tingkat Dinas, hal

Kesehatan Kota Bandung dalam ini berpengaruh pada pelaksanaan

melakukan pencairan. kegiatan selanjutnya mulai dari tahap

d. Organisasi formal pengelola BOK tingkat persiapan yang meliputi Pembukaan

Dinas belum berada di Bidang yang Rekening Puskesmas, Penyusunan

tepat selaras dengan pemberi dana dan Plan of Action (POA) sampai dengan

tupoksinya yaitu bidang yankes tetapi tahap pelaksanaan yang meliputi:

berada di bawah bidang Bina Program. Permintaan Dana, Pencairan Dana,

e. Adanya respon kurang positif dari Pertanggungjawaban, Pencatatan/ beberapa puskesmas terhadap pelaksanaan Pem bukuan sehingga mengakibatkan kebijakan BOK ini, hal ini terlihat keterlambatan pencairan dana. dari adanya puskesmas yang belum

2. Dari segi kompetensi: Pengelola menyerahkan laporan SPM secara lengkap keuangan BOK di Puskesmas

ke Dinas yaitu sebanyak 9 puskesmas dan seharusnya dipegang oleh orang

11 puskesmas yang belum melaporkan yang kompeten di bidangnya,

MDGs.

namun pada kenyataannya

f. Adanya beberapa sumber dana yang karena kurangnya tenaga dengan diberikan kepada puskesmas seperti kompetensi itu maka dipegang oleh APBD, APBN, Dana Jaminan Kesehatan tenaga yang ada di puskesmas yang Nasional (JKN) berupa dana Kapitasi sebagian besar berlatar belakang menyebabkan pelaksanaan kegiatan pendidikan kesehatan seperti ini hanya sebagai formalitas saja untuk Kesehatan Lingkungan (23,29%), memenuhi pertanggungjawaban secara Bidan (21.92%), hal ini berakibat pada administrasi keuangan yang akhirnya proses pengadministrasian pencairan berakibat pada belum maksimalnya yang pada ujungnya menyebabkan pencapaian tujuan utama pemberian dana keterlambatan pencairan tahap BOK yaitu percepatan pencapaian SPM berikutnya. dan MDGs Bidang Kesehatan tahun 2015.

3. Adanya tugas rangkap dan beban kerja yang tinggi menyebabkan tim

Dalam penelitian ini puskesmas yang akan pengelola BOK mengalami kesulitan

diteliti dibatasi pada puskesmas dengan Tempat untuk mengatur waktu dalam

Perawatan (DTP). Jumlah puskesmas DTP di melaksanakan tupoksi dan tugas

Kota Bandung ada sebanyak 5 Puskesmas, dari tambahan sehingga ini berakibat pada

5 puskesmas tersebut akan diambil 3 puskesmas proses pengadministrasian pencairan

dimana prosentase penyerapan dananya yang pada ujungnya menyebabkan

mencapai 100% tetapi indikator capaian SPM keterlambatan pencairan tahap dan MDGs nya paling banyak tidak tercapai berikutnya.

yaitu puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan

c. Adanya beberapa permasalahan terkait Padasuka. Berdasarkan fenomena-fenomena komunikasi seperti di bawah ini:

yang ada maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi kebijakan Bantuan

1. Adanya ketidakjelasan dan ketidak- konsistenan dari verifikator dalam

Operasional Kesehatan (BOK), menganalisis memverifikasi Plan of Action Puskesmas

hambatan yang dialami dalam implementasi kebijakan BOK di Kota Bandung dan

menimbulkan yang ke bingungan bagi menganalisis output dari pelaksanaan BOK di pengelola keuangan di puskesmas puskesmas dilihat dari prosentase kenaikan sehingga ini akan menyebabkan atau penurunan cakupan SPM dan MDGs. keterlambatan pe ngajuan POA

yang berimbas pada keterlambatan pencairan oleh puskesmas.

Jurnal

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

B. LANDASAN TEORITIS

dalam mengatur, mengelola dan menyelesaikan

1. Konsep Kebijakan Publik

berbagai urusan publik, masalah publik dan sumber daya yang ada untuk kemaslahatan

Pada kebanyakan kasus dan peristiwa yang publik.” Berbagai pemahaman tersebut dapat berlangsung di sekitar kehidupan kita, tidaklah

kemudian disimpulkan bahwa kebijakan terlampau berlebihan jika dikatakan bahwa

publik adalah keputusan yang dibuat oleh hidup kita ini memang telah dikepung oleh

negara, khususnya pemerintah, sebagai strategi segala sesuatu yang “berbau” kebijakan publik.

untuk merealisasikan tujuan negara yang Kebijakan publik terlihat memastikan dirinya

bersangkutan untuk mengantar masyarakat untuk memainkan peran sentralnya dalam

menuju pada masyarakat yang dicita-citakan. mengatur, mengarahkan dan memengaruhi

Dalam studi kebijakan publik, untuk kehidupan kolektif kita sehari-hari, baik secara

menghasilkan sebuah kebijakan publik sampai langsung maupun tidak langsung.

pada tahap kebijakan itu dilaksanakan dan Kebijakan publik perdefinisi dimaknai

memberi dampak pada masyarakat, melalui secara variatif oleh para pakar, misalnya menurut

sebuah siklus proses yang berurutan. Menurut Dye (Smith & Larimer, 2013:3) public policy is

Dunn (2000:24) siklus pembuatan kebijakan whatever governments choose to do or not to do. Itu

tersebut terbagi ke dalam lima tahapan sebagai berarti bahwa segalah sesuatu yang pemerintah

berikut:

pilih untuk melakukan atau tidak melakukan,

1. Penyusunan agenda (agenda setting) yaitu dapat dikategorikan sebagai kebijakan

penempatan masalah pada agenda publik; publik. Pemahaman ini amat luas, artinya jika

2. Formulasi Kebijakan (Policy Formulation), pemerintah itu tidak melakukan sesuatu atau

merupakan proses perumusan alternatif berdiam diri ketika muncul suatu persoalan

kebijakan untuk mengatasi masalah oleh publik tertentu, sikap tidak bertidak itu juga

pemerintah;

merupakan suatu kebijakan publik. Pandangan

3. Adopsi kebijakan (policy adaption) lain dikemukakan oleh Nugroho (2008:55) merupakan proses adopsi dari alternatif bahwa kebijakan publik adalah keputusan yang

kebijakan;

dibuat oleh negara, khususnya pemerintah,

kebijakan (policy sebagai strategi untuk merealisasikan tujuan implementation), yaitu proses melaksanakan negara yang bersangkutan. Kebijakan publik kebijakan supaya mencapai hasil; adalah strategi untuk mengantar masyarakat

4. Implementasi

pada masa awal, memasuki masyarakat pada

5. Evaluasi kebijakan yaitu proses untuk masa transisi, untuk menuju pada masyarakat

menilai hasil atau kinerja kebijakan yang yang dicita-citakan. Itu berarti bahwa sebuah

telah dibuat.

kebijakan publik dikeluarkan oleh pemerintah James Anderson (1979) yang dikutip untuk mewujudkan tujuan bernegara, yaitu

Subarsono (2009: 12-13), juga menetapkan mewujudkan masyarakat adil dan makmur jika

bahwa proses kebijakan publik dibagi atas lima konteksnya Indonesia.

tahapan yaitu:

1. Formulasi masalah (problem formulation), Jenkins (Howlett dan Ramesh, 1995: 5) bahwa:

Pandangan yang lain disampaikan oleh

2. Formulasi kebijakan (formulation), public policy as ‘a set of interrelated decisions taken

3. Penentuan kebijakan (adoption), by a poltical actor or group of actors concerning the

4. Implementasi (implementation) dan selection of goals and the means of achieving them

5. Evaluasi (evaluation).

within a specified situation where those decisions Kebijakan publik itu sendiri mempunyai should, in principle, be within the power of those tujuan, hal ini seperti yang disampaikan oleh actors to achieve. Itu berarti bahwa sebuah Nugroho (2014: 57–60), sebagai berikut: kebijakan publik memang dibuat secara khusus

oleh berbagai aktor politik yang memiliki

1. Mendistribusikan sumber daya nasional, otoritas untuk mengatasi sebuah permasalahan

yang mencakup redistribusi dan absorpsi publik tertentu. Demikian juga yang digagas

sumber daya nasional. Kebijakan absorptif oleh Mulyadi (2015:3) bahwa kebijakan

bertujuan untuk mendukung kebijakan publik merupakan “suatu proses formulasi,

distributif (dan redistributif), seperti implementasi dan evaluasi kebijakan yang

subsidi sosial, penghapusan kemiskinan, berkesinambungan dan saling terkait, yang

perumahan dan perawatan kesehatan. dilakukan oleh pemerintah dengan stakeholder

114

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Jurnal 115

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

2. Meregulasi, meriberasi dan menderegulasi. Kebijakan regulatif akan, seperti namanya, meregulasi, pemerintah, menciptakan kontrol, menstandarisasi, melegalisasi, dan menyelaraskan. Sebagian besar kebijakan dianggap mempunyai tujuan ini. Sebaliknya, kebijakan deregulasi adalah kebijakan yang melepaskan, melonggarkan, menghentikan, atau membebaskan kebijakan regulatif apapun.

3. Dinamika dan stabilisasi. Tujuan kebijakan adalah untuk menstabilisasi, dinamisasi (bersifat meng- gerakan sumber daya untuk mencapai kemajuan tertentu yang dikehendaki) versus stabilisasi (Bersifat mengerem dinamika yang terlalu cepat agar tidak merusak sistem yang ada, baik sistem politik, keamanan, ekonomi maupun sosial).

4. Memperkuat negara dan memperkuat pasar.

2. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan merupakan suatu aktivitas yang paling penting. Tetapi, tidak seperti anggapan bahwa kebijakan yang dibuat dapat terimplementasikan dengan sendiri- nya, seolah aktivitas implementasi tersebut menyangkut sesuatu yang tinggal jalan. Realita menunjukan, implementasi kebijakan itu sejak awal melibatkan sebuah proses rasional dan emosional yang teramat kompleks. Oleh sebab itu tidak terlalu salah jika dikatakan implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan proses kebijakan. Hal ini selaras dengan pendapat Birkland (2005 : 181) yang menyatakan bahwa: It is important to understand policy implemmentation because it is a key feature of the policy process, and learning from implementation problem can foster laerning about better ways to structure policies to ensure that they have the effect that designer of these policies seek.”

Mempertimbangkan pentingnya implementasi kebijakan maka pemahaman terhadap konsep implementasi kebijakan dirasakan penting. Perdefinisi menurut Mazmanian & Sabatiers (Agustino 2012:139) bahwa implementasi kebijakan adalah tindak lanjut terhadap keputusan kebijakan dasar yang telah dilegitimasikan ke dalam tindakan yang lebih operasional untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam kebijakan. Sementara menurut Van Metter dan Horn (1975) (dalam Agustino, 2012, 139), implementasi kebijakan adalah

tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijaksanaan. Sedangkan menurut Nugroho (2008: 432) bahwa implementasi kebijakan adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Ketiga pendapat tersebut menunjukkan secara jelas bahwa tahapan implementasi kebijakan merupakan sebuah tahapan dimana individu, kelompok, organisasi, baik itu pemerintah maupun swasta serta masyarakat mengopersaionalisasikan tujuan dan sasaran yang telah digariskan dalam peraturan perundangan-undangan agar dapat diwujudkan secara nyata dalam kurun waktu tertentu.

Selanjutnya, agar implementasi kebijakan tersebut dapat berjalan secara efektif guna mencapai tujuannya, maka ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilannya. Dalam tataran konseptual-teoritis, faktor- faktor tersebut kemudian dimodelingkan oleh para pakar tertentu dalam model- model implementasi kebijakan. Berikut akan disampaikan model implementasi kebijakan yang jadikan acuan teoritis dalam penelitian ini.

3. Model Implementasi Kebijakan

Model-model implementasi dapat me- mudahkan untuk mengidentifikasi variabel- variabel yang menentukan efektivitas atau kinerja implementasi kebijakan, juga dapat melihat kendala-kendala yang mungkin timbul selama proses implementasi kebijakan sehingga harapan untuk memperbaiki implementasi kebijakan menjadi terbuka lebar. Secara teoritis diakui bahwa tidak ada pilihan model yang terbaik, yang kita miliki adalah pilihan-pilihan model yang harus kita pilih secara bijaksana sesuai dengan kebutuhannnya sendiri. Dalam penelitian ini peneliti akan berpedoman pada model implementasi Van Metter dan Van Horn karena peneliti menganggap bahwa teori ini sangat relevan dengan fenomena yang ditemui di lapangan dan relevan dengan tujuan dari penelitian ini yang akan menganalisis implementasi kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Kota Bandung dengan meneliti standar dan tujuan, sumberdaya, karakteristik agen pelaksana, sikap/ ke cenderungan (disposition) para pelaksana, komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana dan lingkungan ekonomi, sosial dan politik seperti pada gambar 1.

Komunikasi antar organisasi

Sumber Daya

dan aktivitas pelaksana

Sikap/ Kecenderungan E

Agen Pelaksana

RK

para pelaksana

Standar dan Tujuan

A Kondisi ekonomi, sosial,

dan politik

Sumber: Nugroho (2014: 220).

Gambar 1. Model Van Metter dan Van Horn

Adapun penjelasan dari variabel-variabel adanya sumberdaya manusia yang di atas adalah sebagai berikut:

berkualitas sesuai dengan pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

1) Standar dan Tujuan

ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan Kinerja implementasi kebijakan kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu dapat diukur tingkat keberhasilannya jika nihil, maka kinerja kebijakan publik sangat dan hanya jika ukuran dan tujuan dari sulit untuk diharapkan. kebijakan memang realisitis dengan sosio- Tetapi diluar sumberdaya manusia, kultur yang berada di level pelaksana sumberdaya-sumberdaya lain yang perlu kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan finansial dan sumberdaya waktu. Karena, terlalu utopis) untuk dilaksanakan di mau tidak mau, ketika sumberdaya level warga, maka agak sulit memang manusia yang kompeten dan kapabel merealisasikan kebijakan publik. Identifikasi telah tersedia sedangkan kucuran dana indikator-indikator

melalui anggaran tidak tersedia, maka kinerja merupakan tahap krusial dalam memang menjadi persoalan pelik untuk analisis implementasi kebijakan. Indikator- merealisasikan apa yang hendak dituju indikator ini menilai sejauh mana ukuran- oleh tujuan kebijakan publik. Demikian ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan telah pula halnya dengan sumberdaya waktu. direalisasikan. Ukuran-ukuran

Saat sumberdaya manusia giat bekerja dasar dan tujuan-tujuan berguna dalam dan kucuran dana berjalan dengan baik, menguraikan tujuan-tujuan keputusan tetapi terbentur dengan persoalan waktu kebijakan secara menyeluruh. yang terlalu ketat , maka hal inipun dapat Dalam melakukan studi implementasi, menjadi penyebagian ketidakberhasilan tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran implementasi kebijakan. suatu program yang akan dilaksanakan harus diidentifikasi dan di ukur karena Karena itu sumberdaya yang diminta

oleh Van Meter dan van Horn adalah ketiga implementasi tidak dapat berhasil atau bentuk sumberdaya manusia tersebut. mengalami kegagalan bila tujuan-tujuan

itu tidak dipertimbangkan.

3) Karakteristik agen pelaksana

2) Sumberdaya

Dalam melihat karakteristik badan- Keberhasilan proses implementasi

badan pelaksana, seperti dinyatakan Van kebijakan sangat tergantung dari ke-

Metter dan Van Horn, maka tidak bisa mampuan memanfaatkan sumberdaya

lepas dari struktur birokrasi. Struktur yang tersedia. Manusia merupakan sumber

birokrasi di artikan sebagai karakteristik- daya yang terpenting dalam menentukan

karakteristik, norma-norma dan pola- suatu keberhasilan proses implementasi.

pola hubungan yang terjadi berulang- Tahap-tahap tertentu dari ke-

ulang dalam badan-badan eksekutif yang seluruhan proses implementasi menuntut

mempunyai hubungan baik potensial

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016 Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

kebijakan-kebijakan dengan tepat Pusat perhatian pada agen

karena mereka menolak tujuan-tujuan pelaksana meliputi organisasi formal dan

yang terkandung dalam kebijakan- organisasi informal yang akan terlihat

kebijakan tersebut. Dan begitu pula pengimplementasian kebijakan publik.

sebaliknya, penerimaan terhadap Hal ini sangat penting karena kinerja

ukuran-ukuran dasar dan tujuan- implementasi kebijakan akan sangat banyak

tujuan kebijakan yang diterima dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat serta

secara luas oleh para pelaksana cocok dengan para agen pelaksananya.

kebijakan akan menjadi pendorong

4) Sikap/kecenderungan (Disposition) para

bagi implementasi kebijakan yang

pelaksana

berhasil.

c. Intensitas disposisi implementor yakni dari (agen) pelaksana akan sangat banyak

Sikap penerimaan atau penolakan

preferensi nilai yang dimiliki oleh mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya

implementor.

kinerja implementasi kebijakan publik. Hal Intensitas kecenderungan- ini sangat mungkin terjadi oleh karena

kecenderungan pelaksana akan kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil

memengaruhi kinerja kebijakan. Para formulasi warga setempat yang mengenal

pelaksana yang mempunyai pilihan- betul persoalan dan permasalahan yang

pilihan negatif mungkin secara mereka rasakan. Tetapi kebijakan yang

terbuka akan menimbulkan sikap akan implementor laksanakan adalah

menetang tujuan-tujuan program. kebijakan top-down yang sangat mungkin

Komunikasi antar organisasi dan aktivitas

para pengambil keputusannya tidak

pelaksana

pernah mengetahui (bahkan tidak mampu Koordinasi merupakan mekanisme menyentuh) kebutuhan, keinginan, atau

yang ampuh dalam implementasi permasalahan yang warga ingin selesaikan.

kebijakan publik. Semakin baik koordinasi Mengutip pendapat Van Metter

komunikasi diantara pihak-pihak yang dan Van Horn (Subarsono, 2013: 101) terlibat dalam suatu proses implementasi,

mengidentifikasikan tiga unsur tanggapan maka asumsinya kesalahan-kesalahan pelaksana yang mungkin mempengaruhi

akan sangat kecil untuk terjadi, dan begitu kemampuan dan keinginan mereka untuk

pula sebaliknya.

melaksanakan kebijakan , yakni: Implementasi akan berjalan efektif

a. Kognisi, yakni pemahaman terhadap bila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan

difahami oleh individu-individu yang Pemahaman pelaksana tentang

bertanggungjawab dalam kinerja tujuan umum maupun ukuran-

kebijakan. Dengan begitu sangat penting ukuran dasar dan tujuan-tujuan

untuk memberi perhatian yang besar kebijakan merupakan satu hal yang

kepada kejelasan ukuran-ukuran dasar penting. Implementasi kebijakan yang

dan tujuan-tujuan kebijakan, ketepatan berhasil harus diikuti oleh kesadaran

komunikasinya dengan para pelaksana, terhadap kebijakan tersebut secara

dan konsistensi atau keseragaman dari menyeluruh. Kegagalan suatu

ukuran-dasar dan tujuan-tujuan yang implementasi kebijakan sering di

dikomunikasikan dengan berbagai sumber akibatkan oleh ketidaktaatan para

informasi.

pelaksana terhadap kebijakan. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-

b. Respons implementor terhadap tujuan itu dinyatakan dengan cukup jelas, kebijakan yang akan mempengaruhi

sehingga para pelaksana dapat mengetahui kemauannya untuk melaksanakan

apa yang di harapkan dari ukuran-ukuran kebijakan

dasar dan tujuan-tujuan itu. Komunikasi Arah

didalam dan antara organisasi-organisasi cenderungan pelaksana terhadap

kecenderungan-ke-

merupakan suatu proses yang kompleks ukuran-ukuran dasar dan tujuan-

dan sulit. Dalam meneruskan pesan-pesan tujuan juga merupakan suatu hal

ke bawah dalam suatu organisasi atau dari yang sangat penting. Para pelaksana

suatu organisasi ke organisasi lainnya, para

Jurnal

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

pada hakekatnya merupakan tugas untuk sengaja maupun tidak sengaja. Lebih

membantu menjalankan urusan pemerintah dari itu, jika sumber-sumber informasi

dalam tahap implementasi kebijakan yang yang berbeda memberikan interpretasi-

bersifat operasional. Sebagai tindak lanjut interpretasi yang tidak konsisten terhadap

maka berbagai petunjuk pelaksanaan harus ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan

dipersiapkan oleh pihak yang menugaskan, atau jika sumber-sumber yang sama

menyangkut standar keberhasilan, waktu

memberikan interpretasi-interpretasi penyelesaian, standar biaya dan peralatan serta yang bertentangan, para pelaksana akan

sumberdaya manusia.

menghadapi kesulitan yang lebih besar Adapun tujuan diberikannya tugas untuk melaksanakan maksud-maksud

pembantuan adalah untuk lebih meningkatkan kebijakan. Menurut Van Meter Van Horn,

efektifitas dan efesiensi penyelenggaraan prospek-prospek tentang implementasi

pembangunan serta pelayanan umum kepada yang efektif ditentukan oleh kejelasan

masyarakat serta untuk memperlancar ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan yang

pelaksanaan tugas dan penyelesaian per- dinyatakan dan oleh ketepatan dan

masalahan serta membantu mengembangkan konsistensi dalam mengomunikasikan

pembangunan daerah dan desa sesuai dengan ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan tersebut.

potensi dan karakteristiknya. Agar pelaksanaan

6) Lingkungan ekonomi, sosial dan politik

tugas pembantuan dapat mencapai tujuan Hal terakhir yang perlu juga

yang telah ditetapkan, perlu disusun rencana diperhatikan guna melalui kinerja

tindakan (action plan) yang dijadikan pedoman implementasi publik dalam perspektif

dan petunjuk bagi Pemerintah Daerah dan yang ditawarkan Van Metter dan Van

Pemerintah Desa dalam proses pelaksanaannya. Horn adalah, sejauh mana lingkungan

Untuk mencegah dan sekaligus dapat eksternal turut mendorong keberhasilan

menanggulangi berbagai penyimpangan yang kebijakan publik yang telah ditetapkan.

mungkin terjadi dalam proses pelaksanaan perlu Lingkungan sosial, ekonomi dan politik

dilakukan desain monitoring dan supervisi yang tidak kondusif dapat menjadi biang

yang dilengkapi dengan desain evaluasi untuk keladi dari kegagalan kinerja implementasi

mengukur tingkat keberhasilan pencapaian kebijakan. Karena itu, upaya untuk

tujuan dan sekalgus pula sebagai bahan mengimplementasikan kebijakan harus

penyusunan laporan pertanggungjawaban. pula memperhatikan kekondusifan kondisi

Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) lingkungan eksternal.

adalah bantuan Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk percepatan

4. Asas Tugas Pembantuan

pencapaian MDGs bidang kesehatan tahun 2015, melalui peningkatan kinerja Puskesmas

Dana BOK merupakan dana bersumber dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes, APBN untuk dukungan operasional Puskesmas Posyandu dan UKBM lainnya dalam yang disalurkan melalui mekanisme Tugas menyelenggarakan pelayanan kesehatan Pembantuan kepada Dinas Kesehatan yang bersifat promotif dan preventif. Adapun Kabupaten/Kota sebagai satuan kerja (satker). ruang lingkup kegiatan BOK terdiri dari upaya Puskesmas dan jaringannya beserta Poskesdes/ kesehatan prioritas (60%) dan 40% upaya Polindes dan Posyandu sebagai pelaksana kesehatan lainnya dan manajemen. kegiatan merupakan unit dari satker Dinas Model Konseptual yang merupakan Kesehatan Kabupaten/Kota. penjelasan secara deskriptif–naratif yang Tugas pembantuan pada hakekatnya menggambarkan keterkaitan antara konsep– merupakan tugas untuk membantu menjalankan konsep kunci, yang secara integral merupakan urusan pemerintah dalam tahap implementasi ‘potret’ (manifestasi) fokus penelitian dalam kebijakan yang bersifat operasional. Oleh penelitian Implementasi Kebijakan Bantuan karena itu berbagai petunjuk pelaksanaan harus Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas dipersiapkan oleh pihak yang menugaskan, Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka Dinas menyangkut standar keberhasilan, waktu Kesehatan Kota Bandung mengacu pada model penyelesaian, standar biaya dan peralatan serta implementasi Van Metter dan Van Horn, sumberdaya manusia.

sebagai berikut:

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Komunikasi antar organisasi

Sumber Daya

dan aktivitas pelaksana

Peraturan Kinerja Menteri

Kebijak

Kesehatan RI an: No.1 tahun

Tercapa 2012 tentang

inya Petunjuk

SPM Teknis

Karakteristik Agen Pelaksana

Sikap/

dan Bantuan

Kecenderungan

MDGs di Kota

Operasional

para pelaksana

Kesehatan

Standar dan Tujuan

Bandun g

Kondisi ekonomi, sosial, dan politik

Feedback

Sumber: Adaptasi dari Model Van Meter dan Van Horn

Gambar 2. Model Konseptual

C. METODE PENELITIAN

Untuk operasionalisasi mencari data yang Untuk mendapatkan data primer maupun valid dan reliabel diperlukan metode ilmiah.

sekunder, peneliti menggunakan beberapa Oleh karena itu, dalam penelitian ini, peneliti

instrumen penelitian, yakni wawancara menggunakan pendekatan kualitatif dengan

mendalam, observasi dan studi pustaka dan disain penelitian yang berbentuk studi kasus.

dokumentasi, dan untuk menjamin validitas (Cresswell (1994), dalam Silalahi: 2012). Adapun

data dilakukan triangulasi sumber dan metode, yang menjadi alasan peneliti menggunakan

member check dan klasifikasi bias. desain studi kasus karena penelitian ini terfokus

Pada penelitian ini, informan penelitiannya pada kasus impelementasi kebijakan BOK di

sebagaimana dipaparkan pada tabel di halaman Kota Bandung, khususnya pada Puskesmas

berikut.

Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka.

Tabel. 1 Daftar Informan Penelitian dan Substansi Yang Diwawancarai No.

Informasi yang diinginkan I Tingkat Dinas

Informan

1. Pejabat Pembuat Komitmen Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan di Kota Bandung

2. Pejabat Penguji Tagihan/penandatangan Surat Perintah Implementasi Kebijakan Bantuan membayar

Operasional Kesehatan di Kota 3. Bendahara Pengeluaran

Bandung

4. Verifikator untuk puskesmas Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka

5. Tim Teknis

II Tingkat Puskesmas

1 Penanggung Jawab BOK (Kepala UPT Puskesmas Padasuka, Implementasi Kebijakan Bantuan Pagarsih dan Ibrahim Adjie)

Operasional Kesehatan di Kota 2 Pengelola Keuangan BOK UPT Puskesmas Padasuka, Pagarsih Bandung dan Ibrahim Adjie

III Masyarakat (Ketua Kader Kesehatan di UPT Puskesmas Manfaat yang diterima dari Pagarsih, Ibrahim Adjie dan Padasuka)

Implementasi Kebijakan Bantuan Operasional Kesehatan di Kota Bandung

Sumber: Diolah sendiri oleh peneliti.

Jurnal

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

Selanjutnya, untuk mendapatkan hasil dan meningkatkan mutu hidup seoptimal penelitian yang kredibel, prosedur penelitian

mungkin.

dilakukan melalui tahapan proses pengumpulan Upaya Kesehatan Promotif adalah data, reduksi data, penyajian data dan

upaya untuk meningkatkan derajat pengambilan kesimpulan.

kesehatan masyarakat melalui upaya dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar

D. HASIL PENELITIAN DAN

mereka dapat secara optimal menolong

PEMBAHASAN

dirinya sendiri (mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan,

1. Analisis Implementasi Kebijakan

memelihara dan meningkatkan derajat

Bantuan Operasional Kesehatan

kesehatannya, dan mampu berperilaku Untuk

mengatasi apabila masalah kesehatan implementasi kebijakan telah dipilih satu model

tersebut sudah terlanjur datang), serta yang dijadikan sebagai acuan teoritis yaitu

mengembangkan kegiatan yang bersumber model implementasi kebijakan dari Van Meter

daya masyarakat sesuai sosial budaya Van Horn yang akan dideskripsikan pada

setempat dan didukung oleh kebijakan uraian sebagai berikut:

publik yang berwawasan kesehatan.

1) Analisis Aspek Standar dan Tujuan

Dari hasil penelitian diperolah

Kebijakan

informasi bahwa memang upaya kegiatan preventif dan promotif yang harus

Kinerja implementasi kebijakan dapat dilaksanakan oleh puskesmas ini telah diukur tingkat keberhasilannya jika dan hanya ditentukan jenis kegiatannya dan dalam jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang pelaksanaannya dilapangan puskesmas realisitis dengan sosio-kultur yang mengada akan menyesuaikan kegiatannya yang di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran direncanakan dengan juknis yang telah kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal ditetapkan, munculnya kegiatan-kegiatan (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan yang dibutuhkan di lapangan namun di level warga, maka agak sulit memang tidak diakomodir dalam juknis biasanya merealisasikan kebijakan publik. hanya ada beberapa kasus saja, tapi pada Dalam kaitannya dengan standar dan akhirnya ketika POA mereka tidak di tujuan dalam Implementasi kebijakan BOK setujui verifikator mereka mengambil maka diperlukan adanya standar dan tujuan inisiatif untuk mengganti kegiatan tersebut kebijakan yang jelas agar kebijakan BOK ini bisa dengan kegiatan yang ada di juknis agar diwujudkan. bisa disetujui oleh vefikator, dan untuk Pemberian dana Bantuan Operasional mengatasi masalah tersebut biasanya Kesehatan (BOK) standar dan tujuan puskesmas berkonsultasi ke pemegang kebijakannya sudah tertuang dalam Peraturan program di Dinas untuk mendapatkan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor solusi agar kegiatan yang tidak di akomodir

1 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Bantuan oleh dana BOK itu bisa di akomodir dengan Operasional Kesehatan. menggunakan dana di luar BOK. Adapun standar dan tujuan BOK tersebut Dari pembahasan di atas dapat akan dibahas terperinci sebagai berikut: dilihat bahwa bantuan dana BOK telah

a. Bantuan dana BOK dianggarkan untuk dianggarkan untuk upaya kesehatan upaya kesehatan promotif dan preventif di

promotif dan preventif di Puskesmas puskesmas dan jaringannya serta posyandu

namun fokus kegiatan antara satu Melalui dukungan BOK diharapkan

puskesmas dengan puskesmas yang dapat mendukung penyelenggaraan

lain akan berbeda disesuaikan dengan operasional Puskesmas sehingga se makin

kebutuhan di lapangan.

mendorong petugas Puskesmas me-

b. Penyusunan perencanaan tingkat laksanakan kegiatan pelayanan kesehatan

puskesmas untuk penyelenggaraan upaya yang bersifat promotif/preventif kepada

kesehatan di wilayah kerjanya masyarakat.

Upaya Kesehatan Preventif adalah Perencanaan adalah suatu proses kegiatan yang urut yang harus dilakukan

suatu upaya untuk mengendalikan risiko untuk mengatasi permasalahan dalam kesehatan, mencegah komplikasi penyakit

120

Jurnal Media Pengembangan dan Praktik Administrasi Ilmu Administrasi

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Jurnal 121

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

rangka mencapai tujuan yang telah di- tentukan dengan memanfaatkan sumber- daya yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna. Perencanaan tingkat Puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun upaya kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun agar Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan.

Berdasarkan hasil telaah dokumen terhadap dokumen Perencanaan Puskesmas Tahun 2014 yang dikenal dengan dokumen Perencanaan dan Pengganggaran Kesehatan Terpadu (P2KT), menunjukan bahwa perencanaan tingkat Puskesmas untuk penyelenggaraan upaya kesehatan di wilayah kerjanya telah disusun dan disyahkan oleh Kepala UPT Puskesmas yang bersangkutan dalam dokumen P2KT, namun jika dilihat dari fokus perencanaan kegiatan masing-masing UPT puskemas ada sedikit perbedaan. Untuk UPT Padasuka mereka fokus pada Kegiatan Pemberantasan Penyakit sedangkan untuk UPT Ibrahim Adjie lebih memfokuskan perencanaan pada Kesehatan Ibu dan Anak, Namun untuk UPT Pagarsih fokus perencanaan kegiatannya adalah pada Program Gizi hal ini tentu saja di sesuaikan dengan kebutuhan dan prioritas program dari masing-masing puskesmas.

c. Lokakarya mini sebagai forum penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di puskesmas diselenggarakan

Puskesmas mempunyai kewenangan untuk melakukan pengelolaan program kegiatannya, untuk itu perlu didukung kemampuan manajemen yang baik. Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta pengendalian, pengawasan dan penilaian. Penerapan manajemen penggerakan pelaksanaan dalam bentuk forum pertemuan ini dikenal dengan Lokakarya Mini.

Lokakarya Mini bertujuan untuk meningkatkan fungsi Puskesmas melalui penggalangan kerja sama tim baik lintas program (untuk memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan

perencanaan dan memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru) maupun lintas sektor (untuk meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-sektor yang bersangkutan dalam pelaksananan pembangunan kesehatan) serta terlaksananya kegiatan Puskesmas sesuai dengan perencanaan.

Berdasarkan hasil wawancara dan telaah dokumen di lapangan, peneliti melihat bahwa Lokakarya mini sebagai forum penggerakan pelaksanaan upaya kesehatan di Puskesmas telah diselenggarakan.

Jika dilihat dari prosesnya maka Lokakarya mini yang merupakan per- temuan untuk penggalangan dan pemantauan kinerja puskesmas yang diselenggarakan dalam rangka pengorganisasian untuk dapat ter- laksananya Rencana Pelaksanaan Kegiatan Puskesmas ini merupakan pendekatan bottom up karena pendekatan ini merupakan model yang memandang proses sebagai sebuah negosiasi dan pembentukan konsensus. Dalam lokakarya mini ini menyoroti pelaksanaan kegiatan yang terformulasi dari inisiasi lintas program di puskesmas dan lintas sector serta masyarakat, sehingga masalah dan persoalan yang terjadi di puskesmas dapat dimengerti secara baik oleh pegawainya, lintas sektor dan warga setempat karena yang terlibat langsung dalam pelaksanaan kegiatanlah yang paling tahu dan menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan di puskesmas sehingga pada tahap pelaksanaannya, merekalah yang lebih tahu cara mencapai tujuan kebijakan, sehingga mereka memang seharusnya dilibatkan secara aktif dalam proses penentuan program, strategi dan metode yang digunakan dalam penggalangan dan pemantauan kinerja puskesmas.

d. Terlaksananya kegiatan upaya kesehatan promotif dan preventif di Puskesmas dan jaringannya serta Poskesdes/Polindes dan Posyandu serta UKBM dan tempat pelayanan kesehatan lainnya

Tujuan dan sasaran selanjutnya yang ingin dicapai dalam implementasi Kebijakan BOK ini adalah terlaksananya kegiatan upaya promotif dan preventif di Puskesmas. Dari hasil wawancara Tujuan dan sasaran selanjutnya yang ingin dicapai dalam implementasi Kebijakan BOK ini adalah terlaksananya kegiatan upaya promotif dan preventif di Puskesmas. Dari hasil wawancara

masyarakat.

kesehatan promotif dan preventif

f. Terselenggaranya dukungan manajemen Puskesmas telah terlaksana. Demikian

di

di kota

juga dari hasil telaah dokumen terhadap dokumen

Dukungan manajemen di kota sesuai Puskesmas, dimana dalam Laporan

dengan juknis BOK yang ada adalah Tahunan ini memuat tentang Laporan

berupa kegiatan mulai dari perencanaan, Kegiatan upaya kesehatan promotif dan

penggorganisasian, pengarahan dan preventif yang telah dilakukan UPT

pengawasan. Dengan adanya dukungan Puskesmas selama tahun 2014. Dari

manajemen dari kota maka diharapkan dokumen ini dapat dilihat bahwa kegiatan

implementasi kebijakan ini dapat berjalan upaya kesehatan promotif dan preventif

lancar sesuai dengan yang diharapkan di Puskesmas sudah terlaksana dengan

yaitu agar pemanfaatan dana BOK di baik. Adapun kegiatan yang dilaksanakan

Puskesmas digunakan untuk kegiatan oleh ketiga UPT ini semuanya fokus pada

upaya promotif dan preventif di Puskesmas kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak.

dalam mendukung tujuan MDGs dan SPM. Berdasarkan hasil wawancara

e. Peran serta masyarakat dalam kegiatan di lapangan diperkuat dengan telaah upaya kesehatan promotif dan preventif

dokumen terhadap dokumen Laporan meningkat

Tahunan BOK Tahun 2014, diperoleh data Dalam melaksanakan upaya

bahwa dukungan manajemen di kota mulai kesehatan promotif dan preventif tidak bisa

dari perencanaan, penggorganisasian, hanya mengandalkan petugas kesehatan

pengarahan dan pengawasan telah yang bekerja di UPT Puskesmas saja, namun

diselenggarakan oleh Pengelola BOK dibutuhkan kemitraan antara puskesmas,

tingkat Dinas.

lintas sektor dan masyarakat karena Berdasarkan pembahasan mengenai masalah kesehatan adalah tanggungjawab

Aspek Standar dan tujuan kebijakan, bersama setiap individu, masyarakat,

peneliti dapat menganalisis bahwa ukuran- pemerintah dan swasta. puskesmas

ukuran dasar dan tujuan-tujuan dalam seyogyanya merupakan pemrakarsa

Peraturan Menteri Kesehatan Republik dalam menjamin kerjasama atau kemitraan

Indonesia Nomor 1 tahun 2014 tentang dengan sektor-sektor terkait. Kemitraan ini

Petunjuk Teknis Bantuan Operasional bertujuan untuk menggalang kekuatan agar

Kesehatan itu dinyatakan dengan cukup dapat memecahkan atau menanggulangi jelas, sehingga para pelaksana BOK

masalah kesehatan masyarakat setempat. baik di Dinas maupun puskesmas dapat Dari hasil wawancara di lapangan,

mengetahui apa yang di harapkan dari peneliti memperoleh gambaran bahwa

ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kemitraan antara puskesmas, lintas

itu sehingga akan memudahkan mereka sektor dan masyarakat telah berjalan hal

untuk merealisasikan kebijakan BOK di ini dapat terlihat dengan adanya peran

lapangan.

serta masyarakat dalam kegiatan upaya

2) Analisis Aspek Sumber Daya (Resource)

kesehatan promotif dan preventif yang meningkat. Adapun bentuk peran serta

Sumber daya manusia adalah tempat masyarakat dalam implementasi kebijakan

menyimpan daya, yaitu daya fikir atau daya BOK ini di tiap UPT Puskesmas hampir sama

cipta manusia yang tersimpan dalam dirinya. kegiatannya seperti sweeping, pelacakan,

Dalam menggali dan mendayagunakan pendataan, pengolah PMT dan refresing

sumberdaya manusia secara lebih terarah dan kader. Adapun peran serta masyarakat

produktif, pemanfaatannya perlu dikelola, dalam kegiatan upaya kesehatan promotif

diurus dan diatur dengan terprogram. dan preventif ini merupakan pendekatan Keberhasilan proses implementasi Demokratis/Partisipasi Masyarakat karena

kebijakan sangat tergantung dari kemampuan memiliki ciri mampu mengakomodasi

memanfaatkan sumberdaya yang tersedia. semua kepentingan dan preferensi dalam

Manusia merupakan sumber daya yang ter- masyarakat, pelaksanaan di lapangan

penting dalam menentukan suatu keberhasilan proses implementasi.

Jurnal

Ilmu Administrasi Media Pengembangan dan Praktik Administrasi

Volume XIII | Nomor 1 | April 2016

Untuk mengimplementasikan kebijakan mengerjakan tugas lain yang menjadi BOK dituntut adanya sumberdaya manusia

tupoksinya terutama untuk verifikator yang berkualitas sesuai dengan pekerjaan

bertugas menverifikasi yang diisyaratkan oleh kebijakan yang telah

yang

perencanaan puskesmas padahal ditetapkan. Tetapi ketika kompetensi dan

proses verifikasi ini membutuhkan kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu nihil,

waktu dan ketelitian. Kurangnya maka kinerja kebijakan publik sangat sulit untuk

tenaga verifikator tentunya akan diharapkan.

berakibat pada kelancaran proses Tetapi diluar sumberdaya manusia,

pencairan dana BOK di Puskesmas sumberdaya- sumberdaya lain yang perlu

sehingga tidaklah mengherankan diperhitungkan juga, ialah: sumberdaya

jika proses pencairan ini sering finansial dan sumberdaya waktu. Karena, mau

mengalami keterlambatan. tidak mau, ketika sumberdaya manusia yang

ii. Sumberdaya Pengelola BOK Tingkat kompeten dan kapabel telah tersedia sedangkan

Puskesmas

kucuran dana melalui anggaran tidak tersedia, Berdasarkan hasil wawancara dan maka memang menjadi persoalan pelik untuk

observasi di lapangan peneliti merealisasikan apa yang hendak dituju oleh

melihat bahwa memang Sumberdaya tujuan kebijakan publik. Demikian pula halnya

Pengelola BOK Tingkat Puskesmas dengan sumberdaya waktu. Saat sumberdaya

masih kurang hal ini dapat dilihat manusia giat bekerja dan kucuran dana berjalan

dari intensitas pekerjaan mereka yang dengan baik, tetapi terbentur dengan persoalan

cukup tinggi, tidak mengerjakan BOK waktu yang terlalu ketat, maka hal inipun

saja tetapi mengerjakan tugas lain dapat menjadi penyebagian ketidakberhasilan

yang menjadi tupoksinya terutama implementasi kebijakan.

untuk Pengelola keuangan BOK Untuk memperoleh gambaran yang lebih

yang mempunyai tugas untuk rinci mengenai sumber daya, di bawah ini

mulai dari persiapan, pelaksanaan, adalah pembahasannnya.

pemanfaatan dana sampai dengan pertanggungjawaban, pencatatan dan

a. Sumberdaya Manusia

pembukuan.

a) Kecukupan Sumberdaya manusia Untuk mengimplementasi kebijakan b) Kompetensi sumberdaya manusia dalam melaksanakan kegiatan BOK

BOK ini maka dibentuklah Pengelola BOK Untuk mengimplementasikan ke- Tingkat Dinas dan Tingkat puskesmas

bijakan BOK dituntut adanya sumberdaya seperti uraian di bawah ini:

manusia yang berkualitas sesuai dengan i.

Sumberdaya Pengelola BOK Tingkat pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan Dinas

tersebut. Tetapi ketika kompetensi dan Sumberdaya pendukung dalam

kapabilitas dari sumber-sumberdaya itu menentukan keberhasilan proses

nihil, maka kinerja kebijakan BOK ini implementasi kebijakan BOK di tingkat

sangat sulit untuk diharapkan. Dinas ini terdiri dari: Penanggung

Analisis mengenai kompetensi Jawab BOK Tingkat Dinas, Pejabat

sumber daya pengelola akan dilakukan Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji

kepada pengelola BOK tingkat Dinas dan Tagihan/penandatangan Surat

Puskesmas sebagai berikut: Perintah membayar (PPSPM),

i. Kompetensi Sumberdaya Pengelola Bendahara Pengeluaran, Tim Teknis,