Laporan Praktikum Dasar ilmu Tanah

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA I
PENYIAPAN CONTOH TANAH

Oleh:
Nama

: Lugas Abiyan Saputra

NIM

: A1L014211

Rombongan

: (B2)

PJ Asisten

: Ardi Luqman Hakim


KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah mempunyai sifat sangat kompleks, terdiri atas komponen padatan yang
berinteraksi dengan cairan, dan udara. Komponen pembentuk tanah yang berupa
padatan, cair, dan udara jarang berada dalam kondisi kesetimbangan, selalu
berubah mengikuti perubahan yang terjadi di atas permukaan tanah yang
dipengaruhi oleh suhu udara, angin, dan sinar matahari.
Untuk bidang pertanian, tanah merupakan media tumbuh tanaman. Media yang
baik bagi pertumbuhan tanaman harus mampu menyediakan kebutuhan tanaman
seperti air, udara, unsur hara, dan terbebas dari bahan-bahan beracun dengan
konsentrasi yang berlebihan. Dengan demikian sifat-sifat fisik tanah sangat

penting untuk dipelajari agar dapat memberikan media tumbuh yang ideal bagi
tanaman.
Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan
genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam
perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan
pengamatan profil tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap
tanah.

Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan penting untuk penetapan sifat-sifat
fisik tanah di laboratorium. Pengambilan contoh tanah untuk penetapan sifat-sifat
fisik tanah dimaksudkan untuk mengetahui sifat-sifat fisik tanah pada satu titik
pengamatan, misalnya pada lokasi kebun percobaan atau penetapan sifat fisik
tanah yang menggambarkan suatu hamparan berdasarkan poligon atau jenis tanah
tertentu dalam suatu peta tanah.

B.Tujuan
1.
2.

Menyiapkan contoh tanah kering angin/udara dengan diameter 2 mm.

contoh tanah halus (diameter 0,5 mm), yang digunakan untuk acara penetapan
kadar air, derajat kerut tanah dan pengenalan contoh tanah dengan indra.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pengambilan contoh tanah dimaksudkan untuk memperoleh data karakteristik
tanah yang tidak dapat diperoleh langsung dari pengamatan lapangan. Lokasi
pengambilan contoh tanah harus dipilih sedemikian rupa sehingga dapat mewakili
areal yang diambil contoh tanahnya.
Berdasarkan cara pemilihan lokasi pengambilan contoh tanah, dihasilkan
beberapa macam contoh tanah, antara lain:
Contoh terduga (Judgement Sample)
Satu atau lebih contoh tanah yang diambil dipilih berdasarkan satuan pemetaan
yang ditemui pada areal survei. Lokasi pengambilan contoh tanah ditentukan
secara subyektif sehingga agak bias. Tingkat kepercayaan data yang diperoleh bisa
tinggi bisa rendah tergantung dari tingkat pengalaman (keahlian) si pengambil
contoh.
Contoh acak (Random Sample)
Contoh tanah diambil sedemikian rupa sehingga setiap tanah di dalam daerah

survei mempunyai kesempatan yang sama. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
menggunakan tabel bilangan random. Satu pasangan angka random yang
diperlukan untuk pemilihan lokasi contoh berdasarkan atas sistem koordinat.

Contoh acak bertingkat (Stratified Random Sample)
Pengelompokkan populasi dari yang heterogen ke strata homogen adalah suatu
cara yang paling efektif untuk dapat meningkatkan akurasi pengambilan contoh.
Hal ini berarti dapat meningkatkan akurasi atau mengurangi jumlah contoh tanah
yang diperlukan apabila kita dapat mengelompokkan areal survei ke dalam areal
yang seragam. Pemilihan lokasi pada masing-masing satuan pemetaan ditentukan
dengan bilangan random.
Contoh sistematik (Systematic Sample)
Lokasi pengambilan contoh tanah dengan cara ini ditentukan dengan sistim Grid
yaitu berjarak sama pada kedua arah.
Penetapan sifat fisik dan kimia tanah di laboratorium memerlukan tiga macam
contoh tanah yaitu :
Contoh Tanah Utuh (Undisturbed Soil Sample) untuk penetapan bobot isi (bulk
density), susunan pori tanah, pF, dan permeabilitas tanah.
Contoh Tanah Agregat Utuh (Undisturbed Soil Agregat) untuk penetapan
stabilitas agregat.

Contoh Tanah Biasa (Disturbed Soil Sample), untuk penetapan kandungan air,
tekstur angka Atterberg, dan sifat-sifat kimia.
Beberapa hal prinsip yang harus diperhatikan dalam pengambilan
contoh tanah untuk penetapan sifat fisik tanah adalah sebagai berikut:

Penetapan di laboratorium dibandingkan metode lapangan
Penetapan di laboratorium sangat banyak keuntungannya dibandingkan dengan
pengukuran di lapangan. Di laboratorium, semua fasilitas pendukung seperti,
listrik, gas, dan air tersedia, serta suhu mudah dikontrol. Perlengkapan baku,
seperti timbangan, dan oven lebih siap daripada di lapangan. Perlengkapan yang
mahal dan canggih sering tidak digunakan di lapangan, karena pertimbangan
cuaca, pencurian dan vandalisme, serta kerusakan alat akibat goncangan ketika
diangkut. Selain itu, penetapan di laboratorium dapat menghemat waktu bekerja,
contoh tanah dikumpulkan dari banyak lokasi yang berbeda, dan ditetapkan secara
berurutan. Dibalik keunggulan tersebut, tidak semua sifat tanah dapat ditetapkan
di laboratorium. Di dalam suatu penelitian neraca air, misalnya, kadar air dan
potensi air tanah lebih baik dilakukan di lapangan karena intensitas pengamatan
yang tinggi.
Para peneliti dihadapkan dengan data yang diperoleh dari hasil
penelitiannya, apakah terjadi penyimpangan atau seberapa besar ketepatan

analisisnya, dan bagaimana keragaman datanya. Untuk mengetahui hal tersebut
perlu dikaji bagaimana data diperoleh dan seberapa besar tingkat keyakinan
terhadap nilai data yang diperoleh. Aspek tingkat kepercayaan tidak terlepas dari
prinsip dan metode statistik. Tujuan dari penyajian bab ini adalah untuk
menerangkan prinsip dasar statistik yang ada relevansinya dengan kesalahan
dalam pengamatan, dan jumlah pengamatan dari suatu pengukuran. Pengukuran
adalah kuantifikasi dari sesuatu yang dinilai, yang langsung dapat menjawab

pertanyaan khusus dalam suatu percobaan. Implikasinya adalah kuantifikasi pada
urutan-urutan kegiatan akan menghasilkan resultan hasil pengukuran.
Keragaman tanah di lapangan
Sifat-sifat tanah bervariasi menurut tempat dan waktu, yang dapat
disebabkan oleh hasil akhir dari proses yang terjadi secara internal atau alami dan
pengaruh dari luar, misalnya intervensi manusia. Proses yang sifatnya internal
berkaitan dengan faktor-faktor geologi, hidrologi, dan biologi yang dapat
mempengaruhi pembentukan tanah. Variabilitas sifat-sifat fisik tanah akibat dari
proses alami dapat diregionalisasi dengan asumsi bahwa tempat yang berdekatan
cenderung mirip atau mempunyai nilai yang tidak berbeda jauh, yang kemudian
didelineasi menjadi satu poligon. Namun demikian, tingkat kemiripan tersebut
sangat tergantung pada skala pengamatan, misalnya negara, km, atau hanya

beberapa mm saja. Pengaruh luar terhadap sifat-sifat fisik tanah seperti
pengolahan tanah dan jenis penggunaan lahan dapat diuraikan menurut ruang dan
waktu. Pengolahan tanah, drainase, penutupan tajuk tanaman, dan bahan
pembenah tanah dapat secara nyata mempengaruhi variasi hasil pengukuran baik
menurut ruang maupun waktu. Sebagai contoh, pengolahan tanah adalah
mencampur tanah, yang berarti cenderung mengurangi variasi berat isi tanah
menurut ruang, namun, pengaruhnya berubah menurut waktu akibat proses
pemadatan.

Contoh tanah pewakil
Salah satu hal yang penting dan perlu mendapatkan perhatian dalam pengambilan
contoh tanah adalah ukuran dan jumlah contoh agar diperoleh tingkat
keterwakilan yang memadai berdasarkan heterogenitas tanah. Salah satu sifat fisik
tanah yang heterogenitasnya tinggi adalah porositas tanah. Porositas tanah dapat
berbeda dalam jarak, hanya beberapa sentimeter bahkan milimeter. Jika nilai
porositas tanah ditetapkan berdasarkan volume contoh tanah yang kecil atau tidak
memadai, maka sangat besar kemungkinannya nilai porositas yang ditetapkan
terlalu kecil atau terlalu besar dari yang sebenarnya. Hal tersebut akan
menyebabkan kesalahan dalam menginterpretasi berbagai aspek tanah yang
berkaitan dengan pori tanah seperti perkolasi, pencucian, aliran permukaan, dan

lain-lain. Volume dan jumlah contoh tanah yang terlalu besarpun tidak diinginkan
karena akan menyulitkan dalam menanganinya yang akan mempengaruhi kualitas
data. Volume dan jumlah contoh tanah yang sedikit adalah yang baik, namun hasil
analisisnya mendekati kondisi sifat tanah sebenarnya, yang ditunjukkan oleh
perbedaan yang kecil antara hasil pengukuran satu dan lainnya (Peck, 1980).
Jumlah contoh tanah yang perlu diambil sebagai pewakil tergantung pada sifatsifat fisik tanah yang akan ditetapkan, berikut luasannya secara spasial dan
metode penetapan serta tingkat ketelitiannya.

BAB III
METODE PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan
 Alat
 Mortir dan penumbuknya
 Saringan (2 mm, 1 mm, 0,5 mm)
 Tambir untuk peranginan
 Kantong plastik
 Spidol untuk menulis table
 Alat tulis
B. Bahan


Contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dan sudah dikeringkan
selama kurang lebih satu minggu.
Cara Kerja
Contoh tanah yang sudah dikeringkan ditumbuk dalam mortir secara hati-hati,
kemudian diayak dengan saringan berturut-turut dari yang berdiameter 2 mm, 1
mm dan 0,5 mm. Contoh tanah yang tertampung diatas saringan 1 mm adalah
contoh tanah yang berdiameter 2 mm, sedangkan yang lolos saringan 0,5 mm
adalah contoh tanah halus (< 0,5 mm).
Contoh tanah yang diperoleh dimasukkan dalam kantong plastik dan diberi label
seperlunya.

BAB IV
PEMBAHASAN

Tanah adalah suatu benda alami yang terdapat di permukaan kulit bumi, yang
tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan
hewan, yang merupakan medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu
yang terjadi akibat gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup,
bentuk wilayah dan lamanya waktu pertumbuhan (Bale, 2001)

Tanah utuh
Tanah utuh merupakan contoh tanah yang diambil dari lapisan tanah tertentu
dalam keadaan tidak terganggu, sehingga kondisinya hampir menyamai kondisi di
lapangan. Contoh tanah tersebut digunakan untuk penetapan angka berat volume
(berat isi, bulk density), distribusi pori pada berbagai tekanan (pF 1, pF 2, pF 2,54,
dan pF 4,2 dan permeabilitas.(Bale,1980)
Tanah tidak utuh/terganggu
Contoh tanah terganggu lebih dikenal sebagai contoh tanah biasa (disturbed
soil sample), merupakan contoh tanah yang diambil dengan menggunakan
cangkul, sekop atau bor tanah dari kedalaman tertentu sebanyak 1-2 kg. Contoh
tanah terganggu digunakan untuk keperluan analisis kandungan air, tekstur tanah,
perkolasi, batas cair, batas plastis, batas kerut, dan lain-lain.

Tanah agregat utuh
Contoh tanah agregat utuh adalah contoh tanah berupa bongkahan alami yang
kokoh dan tidak mudah pecah. Contoh tanah ini diperuntukkan bagi analisis

indeks kestabilitas agregat (IKA). Contoh diambil menggunakan cangkul pada
kedalaman 0-20 cm. Bongkahan tanah dimasukkan ke dalam boks yang terbuat
dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal. Dalam mengangkut contoh

tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik harus hati-hati, agar bongkahan
tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara dimasukkan ke dalam peti kayu atau
kardus yang kokoh.
Prosedur pengambilan contoh tanah utuh antara lain:
Diatakan dan dibersihkan permukaan tanah dari rumput atau serasah.
Digali tanah sampai kedalaman tertentu (5-10 cm) di sekitar calon tabung/ring
tembaga diletakkan, kemudian ratakan tanah dengan pisau.
Diletakan tabung/ring di atas permukaan tanah secara tegak lurus dengan
permukaan tanah, kemudian dengan menggunakan balok kecil yang diletakkan di
atas permukaan tabung, tabung ditekan sampai tiga per empat bagian masuk ke
dalam tanah.
Diletakan tabung/ring lain di atas tabung pertama, dan tekan sampai 1 cm masuk
ke dalam tanah.
Dipisahkan tabung/ring bagian atas dari tabung bagian bawah.
Digali tabung/ring menggunakan sekop. Dalam menggali, ujung sekop harus lebih
dalam dari ujung tabung agar tanah di bawah tabung ikut terangkat.

Diiris kelebihan tanah bagian atas terlebih dahulu dengan hati-hati agar
permukaan tanah sama dengan permukaan tabung, kemudian ditutup tabung
menggunakan tutup plastik yang telah tersedia. Setelah itu, iris dan potong
kelebihan tanah bagian bawah dengan cara yang sama dan tabung ditutup.
Dicantumkan label di atas tutup tabung bagian atas contoh tanah yang berisi
informasi kedalaman, tanggal, dan lokasi pengambilan contoh tanah.
Prosedur dalam pengambilan contoh tanah tidak utuh karena kondisi contoh tanah
terganggu tidak sama dengan keadaan di lapangan, karena sudah terganggu sejak
dalam pengambilan contoh. Contoh tanah ini dapat dikemas menggunakan
kantong plastik tebal atau tipis. Kemudian diberi label yang berisikan informasi
tentang lokasi, tanggal pengambilan, dan kedalaman tanah. Label ditempatkan di
dalam atau di luar kantong plastik. Jika label dimasukkan ke dalam kantong
plastik bersamaan dengan dimasukkannya contoh tanah, maka label dalam ini
perlu dibungkus dengan kantong plastik kecil, agar informasi yang telah tercatat
tidak hilang karena terganggu oleh kelembapan air tanah. Pengangkutan semua
contoh tanah hendaknya berpegang kepada prinsip dasar, bahwa contoh tanah
tidak boleh tercampur satu sama lain dan tidak mengalami perubahan apapun
selama dalam perjalanan.

Pengambilan contoh tanah agregat utuh dengan cara bongkahan tanah dimasukkan
ke dalam boks yang terbuat dari kotak seng, kotak kayu atau kantong plastik tebal.
Dalam mengangkut contoh tanah yang dimasukkan ke dalam kantong plastik

harus hati-hati, agar bongkahan tanah tidak hancur di perjalanan, dengan cara
dimasukkan ke dalam peti kayu atau kardus yang kokoh. Untuk analisis IKA
dibutuhkan 2 kg contoh tanah.(Agus,2009).

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji
tanah.
Ada tiga macam cara pengambilan contoh tanah, yaitu : contoh tanah utuh; contoh
tanah tidak utuh/terganggu; contoh tanah dengan agregat utuh.
B. Saran
Pada praktikum acara ini sebaiknya praktikan dapat melakukan praktikum sendiri
sehingga dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang sesuai dengan
pengaplikasian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Cahyono. 2009 . Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah Hutan . Fakultas

Kehutanan UGM: Yogyakarta.
Ali, Kemas . 2005 . Dasar-dasar Ilmu Tanah . PT Raja Grafindo Persada .
Jakarta.
Arsyad,S. 1979. Konservasi Tanah. Jurusan Tanah. Fakultas
Pertanian.IPB: Bogor.
Bale, A. 2001. Ilmu Tanah I . Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada :
Yogyakarta
Bale, Anwar.1980. Ilmu Tanah Hutan Program Diploma III . Fakultas Kehutanan
Pertanian.IPB: Bogor.
Hardjowigeno,Sarwono. 1987.Ilmu Tanah. Mediyatama. Sarana Perkasa. Jakarta
Mulyani, Mul . 2002 . Pengantar Ilmu Tanah (Terbentuknya Tanah dan Tanah
Pertanian) .IPB:Bogor.
Wirjodihardjo,M.W. 1964.Ilmu Tanah. Jilid II. Pradya Pratama. Jakarta.