Jual Beli Online Perspektif Hukum Islam

HUKUM JUAL BELI ONLINE
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
Disusun guna memenuhi salah satu tugas terstruktur Ushul Fiqh Muamalah
Dosen Pengampu : Ubaidillah S.Ag, M.H.I

Di susun Oleh:
Tuti Purnamaningsih

1415202105

MUAMALAH B / SEMESTER 6

FAKULTAS SYARI’AH DAN EKONOMI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan Perjuangan By Pass Sunyaragi Cirebon
Telp. (0231) 481264 Faks. (0231) 489926 Cirebon 45153
1439 H / 2018 M

KATA PENGANTAR


‫اللما عليكم ورحمةاللهوبركا ته‬
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat-Nya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa penulis ucapkan banyak terimakasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya.
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Ushul Fiqh Muamalah” juga untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan kepada para
pembaca yang senantiasa membaca makalah yang telah penulis susun sedemikian rupa.
Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca,
untuk dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi di masa yang akan datang.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, penulis yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
‫واللما عليكم ورحمةاللهوبركا ته‬

Cirebon, 09 April 2018


Penyusun

i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................
B. Rumusan

BAB II

Masalah........................................................................................
C. Tujuan penulisan makalah...........................................................................
HUKUM JUAL BELI ONLINE
A. Definisi Jual Beli……………………………………….............................
B. Hukum Jual Beli……………………………………..................................
C. Rukun Jual Beli…………………………………………………………...


i
ii
1
1
1
2
2
2

D. Macam-macam Jual Beli…………………………………………………

3

E. Bentuk-bentuk Jual Beli Yang Dilarang Islam…………………………...

4

F. Jual Beli Online (E‐commerce)..…………….............................................


5

G. Analisis E-commerce Perspektif Hukum Islam …………........................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................
B. Kritik dan Saran..........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................

6

ii

7
7

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jual beli merupakan salah satu hal terpenting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu dalam
hal memenuhi kebutuhan jasmani seseorang. Setiap manusia pasti melaksanakan suatu

transaksi yang biasa kita sebut dengan jual beli. Transaksi jual beli telah ada sejak dahulu
hingga sekarang. Atas dasar pemenuhan kebutuhan sehari-hari maka terjadilah suatu kegiatan
yang dinamakan jual beli.
Si penjual menjual barangnya dan si pembeli membelinya dengan menukarkan barang
tersebut dengan sejumlah uang yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Jual beli adalah
proses pemindahan hak milik/barang atau harta kepada pihak lain dengan menggunakan
sejumlah uang sebagai alat tukarnya. Islam melihat konsep jual beli itu sebagai suatu alat
dalam melakukan aktivitas ekonomi. Dalam Islam terdapat pula jual beli yang di haramkan
namun banyak orang yang mengabaikan aspek jual beli, apakah jual beli tersebut merupakan
jual beli yang halal atau jual beli yang haram menurut syariat Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Definisi Jual Beli ?
2. Bagaimana Hukum Jual Beli ?
3. Apa saja Rukun Jual Beli ?
4. Apa Saja Macam-macam Jual Beli ?
5. Bagaimana Bentuk-bentuk Jual Beli Yang Dilarang Islam ?
6. Bagaimana Jual Beli Online (E‐commerce) ?
7. Analisis E-commerce Perspektif Hukum Islam.
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk Mengetahui Definisi Jual Beli.

2. Untuk Mengetahui Hukum Jual Beli.
3. Untuk Mengetahui Rukun Jual Beli.
4. Untuk Mengetahui Macam-macam Jual Beli.
5. Untuk Mengetahui Bentuk-bentuk Jual Beli Yang Dilarang Islam.
6. Untuk Mengetahui Jual Beli Online (E‐commerce).
7. Untuk Mengetahui Analisis E-commerce Perspektif Hukum Islam.

1

BAB II
HUKUM JUAL BELI ONLINE
DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

A. Definisi Jual Beli
Jual beli atau perdagangan dalam istilah fiqh disebut al-ba’i yang menurut etimologi
berarti menjual atau mengganti. Wahbah al-Zuhaily mengartikannya secara bahasa dengan
menukar sesuatu dengan sesuatu yang lain. Secara terminologi menurut ulama Hanafiyah
yang dikutip oleh Wahbah al-Zuhaily yaitu jual beli adalah saling tukar harta dengan harta
melalui cara tertentu, atau tukar-menukar sesuatu yang diinginkan dengan yang sepadan
melalui cara tertentu yang bermanfaat.1

B. Hukum Jual Beli
Hukum Jual beli merupakan akad yang diperbolehkan berdasarkan Al-Qur’an yaitu
sebagai berikut:2

…‫… تأكلوااموالكم بينكم با لباطل ا ان تكون تجارة ان تكون تجارة ان تراض منكم‬
Artinya: “….janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu….. “
(QS. An Nisa’29)

‫و حل ل البيع وحرم الربا‬
Artinya: “Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”
(Qs. Al Baqarah 275).
C. Rukun Jual Beli
Jumhur ulama menyatakan bahwa rukun jual beli itu ada empat, yaitu:
1. Ada orang yang berakad atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli).
2. Ada shigat (lafal ijab dan kabul).
3. Ada barang yang dibeli.
1

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),

cet-2, hlm. 67-68.
2
Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat ( Jakarta:Amzah, 2013), cet-2, hlm. 177-178.

2

4. Ada nilai tukar pengganti barang.3
D. Macam-Macam Jual Beli
Jual beli dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu dari segi obyek jual beli dan segi pelaku
jual beli yaitu sebagai berikut:
1. Ditinjau dari segi benda yang dijadikan obyek jual beli ada tiga macam:4
a) Jual beli benda yang kelihatan, yaitu pada waktu melakukan akad jual beli
benda atau barang yang diperjualbelikan ada di depan penjual dan pembeli.
Hal ini lazim dilakukan masyarakat banyak.
b) Jual beli yang disebutkan sifat-sifatnya dalam perjanjian, yaitu jual beli salam
(pesanan). Salam adalah untuk jual beli yang tidak tunai (kontan), pada
awalnya meminjamkan barang atau sesuatu yang seimbang dengan harga
tertentu, maksudnya adalah perjanjian sesuatu yang penyerahan barangbarangnya ditangguhkan hingga masa-masa tertentu, sebagai imbalan harga
yang telah ditetapkan ketika akad.
c) Jual beli benda yang tidak ada serta tidak dapat dilihat, yaitu jual beli yang

dilarang oleh agama Islam, karena barangnya tidak tentu atau masih gelap,
sehingga dikhawatirkan barang tersebut diperoleh dari curian atau barang
titipan yang akibatnya dapat menimbulkan kerugian salah satu pihak.
2. Ditinjau dari segi obyeknya jual beli dibedakan menjadi empat macam:5
a) Bai’ al-muqayadhah, yaitu jual beli barang dengan barang, atau yang lazim
disebut dengan barter. Seperti menjual hewan dengan gandum.
b) Ba’i al-muthlaq, yaitu jual beli barang dengan barang lain secara tangguh atau
menjual barang dengan as-tsamn secara mutlaq, seperti dirham, dolar atau
rupiah.
c) Ba’i as-sarf, yaitu menjualbelikan as-tsamn (alat pembayaran) dengan astsamn lainnya, seperti dirham, dinar, dolar atau alat-alat pembayaran lainnya
yang berlaku secara umum.
d) Ba’i as-salam. Dalam hal ini barang yang diakadkan bukan berfungsi sebagai
mabi’ melainkan berupa dain (tangguhan) sedangkan uang yang dibayarkan
sebagai as-tsamn, bisa jadi berupa ‘ain bisa jadi berupa dain namun harus
3

Nasroen Harun, Fiqh Muamalah (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), cet-2, hlm. 115.
Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafndo Persada, 2005), hlm. 75-76.
5
Ghufron A. Masadi, Fiqh Muamalah Kontekstual (Jakarta: PT Raja Grafndo Persada,

2002), hlm. 141.
4

3

diserahkan sebelum keduanya berpisah. Oleh karena itu as-tsaman dalam akad
salam berlaku sebagai ‘ain.
3. Ditinjau dari segi pelaku akad (subyek) jual beli terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:6
a) Akad jual beli yang dilakukan dengan lisan, yaitu akad yang dilakukan oleh
kebanyakan orang, bagi orang bisu diganti dengan isyarat yang merupakan
pembawaan alami dalam menampakkan kehendak, dan yang dipandang dalam
akad adalah maksud atau kehendak dan pengertian, bukan pembicaraan dan
pernyataan.
b) Penyampaian akad jual beli melalui utusan, perantara, tulisan atau suratmenyurat, jual beli seperti ini sama dengan ijab qabul dengan ucapan,
misalnya via pos dan giro. Jual beli ini dilakukan antara penjual dan pembeli
tidak berhadapan dalam satu majlis akad, tapi melalui pos dan giro. Jual beli
seperti ini dibolehkan menurut syara’.
c) Jual beli dengan perbuatan (saling memberikan) atau dikenal dengan istilah
mu’athah, yaitu mengambil dan memberikan barang tanpa ijab dan qabul,
seperti seseorang mengambil barang yang sudah bertuliskan label harganya,

dibandrol oleh penjual dan kemudian memberikan uang pembayaranya kepada
penjual.
E. Bentuk-Bentuk Jual Beli yang Dilarang Islam
a. Jual beli barang yang zatnya haram dan najis atau tidak boleh di perjualbelikan,
seperti anjing, babi, bangkai, dan khamr.
b. Jual beli sperma (mani) hewan, seperti mengawinkan seekor domba jantan dan
betina agar dapat memperoleh keturunan.
c. Segala bentuk jual beli yang mengakibatkan penganiayaan hukumnya haram,
seperti menjual anak binatang yang masih bergantung pada induknya.7
d. Jual beli bersyarat yaitu jual beli yang ijab kabulnya dikaitkan dengan syaratsyarat tertentu yang tidak ada kaitannya dengan jual beli.
e. Jual beli yang menimbulkan kemudharatan, seperti jual beli patung, salib, atau
buku-buku bacaan porno.
f. Jual beli dari orang yang masih dalam tawar menawar.
g. Jual beli dengan menghadang dagangan di luar kota/pasar.
6
7

Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah (Jakarta: Raja Grafndo Persada, 2005), hlm. 77-78.
Sohari Sahrani, Fikih Muamalah (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), cet-1, hlm. 72-73.

4

h. Membeli barang dengan memborong untuk di timbun
i. Jual beli barang rampasan atau curian.
j. Jual beli atas barang yang tidak ada (ba’i al-ma’dum), seperti jual beli janin di
dalam perut ibu.8
k. Jual beli waktu adzan jum’at.
l. Jual beli anggur untuk dijadikan khamr.9
F. Jual Beli Online (E‐commerce)
E‐commerce merupakan prosedur berdagang atau mekanisme jual‐beli di internet dimana
pembeli dan penjual dipertemukan di dunia maya. E‐commerce juga dapat didefinisikan
sebagai suatu cara berbelanja atau berdagang secara online atau direct selling yang
memanfaatkan fasilitas Internet dimana terdapat website yang dapat menyediakan layanan
“get and deliver“. E‐commerce akan merubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus
memangkas biaya‐biaya operasional untuk kegiatan trading (perdagangan). Perdagangan dan
pemasaran dengan menggunakan internet, memindahkan akivitas tradisional tatap muka antar
pembali dan penjual, untuk tawar menawar, memeriksa barang yang akan dibeli sampai
penggunaan uang kontan dalam transaksi.
Penggunaan fasilitas internet memungkinkan aktivitas bisnis di lakukan dimana, dan
kapan pun tanpa harus mempertemukan pihak yang bertransaksi secara fisik. Aktivitas
dengan menggunakan media internet dinamakan electronic commerce (E- commerce), atau
perniagaan elektronik. Karakteristik beberapa pelayanan elektronik dapat terlihat juga pada
pelayanan tradisional. Jasa internet bersifat tidak nyata, karena transaksi dan pengalaman jasa
disampaikan dengan jaringan elektronik yang tidak dapat dilihat, sehingga sulit untuk di ukur
dan dipertimbangakan secara penuh. Perbedaan ini timbul karana adanya perbedaan
kebutuhan, harapan, kemampuan pelayanaan diri, kesadaran untuk berinteraksi, dan
kontribusi persepsi konsumen terhadap adanya ketidakseragaman dalam pelayaan
elektronik.10

8

Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalat (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012),
cet-2, hlm. 67-68.
9
Rachmat Syafe’I, Fiqh Muamalah (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2001), hlm. 100.
10
Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 199-128.

5

G. Analisis E-commerce Perspektif Hukum Islam
Berbicara tentang bisnis online, banyak sekali macam dan jenisnya. Namun demikian
secara garis besar bisa di artikan sebagai jual beli barang dan jasa melalui media elektronik,
khususnya melalui internet atau secara online. Penjualan produk secara online melalui
internet, dalam bisnis ini, dukungan dan pelayanan terhadap konsumen menggunakan
website, e-mail, nomer telpon, wdan sebagainya sebagai alat bantu kontrak. Setiap kali orang
berbicara tentang e-commerce, mereka memahaminya sebagai bisnis yang berhubungan
dengan internet. Dari definisi diatas, bisa diketahui karakteristik bisnis online, yaitu:
1) Terjadinya transaksi antara dua belah pihak;
2) Adanya pertukaran barang, jasa, atau informasi;
3) Internet merupakan media utama dalam proses atau mekanisme akad tersebut.
Dari karakteristik di atas, bisa di lihat bahwa yang membedakan bisnis online dengan bisnis
offline yaitu proses transaksi (akad) dan media utama dalam proses tersebut. Akad
merupakan unsur penting dalam suatu bisnis. Hukum dasar bisnis online sama seperti akad
jual-beli dan akad as Salam, hal ini diperbolehkan dalam Islam. Bisnis Online dinyatakan
haram apabila:
1) Sistemnya haram, seperti money gambling. Sebab judi itu haram baik di darat
maupun di udara (online)
2) Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan.
3) Karena melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan.
4) Dan hal lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan
kemudharatan.
Sebagaimana hukum dasar dari muammalah menurut Islam. Bisnis Online dihukumi
dibolehkan selama tidak mengandung unsur-unsur yang dapat merusaknya seperti riba,
kezhaliman, penipuan, kecurangan, dan sejenisnya.

6

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa jual beli itu di perbolehkan dalam
hukum Islam, namun bisa berubah menjadi wajib jika memang sangat terpaksa untuk
melakukan jual beli tersebut. Hal tersebut di karenakan jual beli sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia sehari-hari. Jual beli telah ada dari dulu hingga sekarang. Namun di
samping itu banyak pula jual beli yang di larang dalam hukum Islam karena tidak sesuai
dengan rukun-rukun yang terdapat dalam jual beli maupun dalam syariat Islam.
Disamping itu banyak jual beli yang di haramkan oleh hukum Islam karena banyak
mengandung kemudharatan yaitu seperti jual beli atas barang yang tidak ada, jual beli karena
zatnya yang haram atau najis, jual beli yang bersyarat dan sebagainya. Jual beli tersebut di
larang maupun di haramkan karena tidak mengandung manfaat serta tidak sesuai dengan
syariat Islam maupun rukun-rukun jual beli. Dalam rukun jual beli ada orang yang berakad
atau al-muta’aqidain (penjual dan pembeli), ada shigat (lafal ijab dan kabul), ada barang yang
dibeli, ada nilai tukar pengganti barang, jika tidak dipenuhi maka jual beli tersebut tidak sah.
Bisnis Online dihukumi dibolehkan selama tidak mengandung unsur-unsur yang dapat
merusaknya seperti riba, kezhaliman, penipuan, kecurangan, dan sejenisnya.

B. Saran
Demikian Makalah yang dapat kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Makalah kami tidak luput dari kesalahan maka dari itu dengan terbuka kami menerima segala
kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.

7

DAFTAR PUSTAKA

Ghazaly, Abdul Rahman. 2012. Fiqh Muamalah, Jakarta: Prenada Media Group.
Jusmaliani. 2008. Bisnis Berbasis Syariah, Jakarta: Bumi Aksara.
Harun, Nasroen. 2007. Fiqh Muamalah, Jakarta: Gaya Media Pratama.
Masadi,

Ghufron A. 2002. Fiqh Muamalah Kontekstual Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.
Sahrani, Sohari. 2011. Fikih Muamalah, Bogor: Ghalia Indonesia.
Suhendi, Hendi. 2005. Fiqh Muamalah, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Syafei, Rahmat. 2001. Fiqh Muamalah, Bandung: Cv. Pustaka Setia.
Wardi Muslich, Ahmad. 2013. Fiqh Muamalat, Jakarta:Amzah.

8