Keputusan DH tentang Jual beli Saham
HUKUM JUAL BELI SAHAM DALAM RANGKA PROFIT-TAKING
Pertanyaan dari pembaca Adz-Dzikro: 085711323XXX
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya jual beli saham dalam rangka profit-taking?
Jawab: Berikut ini adalah hasil keputusan Dewan Hisbah Persatuan Islam mengenai hukum jual beli
saham dalam rangka profit-taking:
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah
Di Sumedang, 4 J. Tsaniyah 1421 H
3 September 2000 M
TENTANG
JUAL BELI SAHAM DALAM RANGKA PROFIT-TAKING
بسم الله الرحمن الرحيم
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM (PERSIS) dalam sidangnya pada hari Ahad tanggal 4
Jumadits- Tsaniyah 1421 H/3 September 2000 di Sumedang, Jawa Barat, setelah:
Memperhatikan
1.
Makalah dan uraian dari Dr. H. Adiwarman A. Karim, SE, MBA dan KH. Dr. M. Abdurrahman,
MA tentang masalah tersebut.
2.
Pembahasan yang disampaikan oleh seluruh anggota Dewan Hisbah.
Menimbang
1.
Bahwa saham adalah bukti kepemilikan aset atau barang;
2.
Jual beli dinilai sah dengan syarat “An Taradhin”;
3.
Tukar menukar dinar dengan dirham dengan tunai sudah ada di zaman Nabi SAW. dan Nabi
SAW. tidak melarangnya dan
4.
Bahwa Islam mengharamkan: riba, gharar, ihtikar dan maisir.
Dewan Hisbah mengambil istinbath:
1.
Jual beli saham dari aset atau produk yang tidak diharamkan, dan tidak mengandung unsur
riba, gharar, ihtikar, dan maisir hukumnya halal dan
2.
Jual beli valas dengan cara tunai pada dasarnya boleh. Tapi jual beli valas sebagai komoditas
atau dalam rangka profit-taking hukumnya haram.
Demikian Keputusan Dewan Hisbah tentang masalah tersebut dengan makalah terlampir.
Sumedang, 4 J. Tsaniyah 1421 H
3 September 2000 M
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Ketua
Sekretaris
KH. E. Sar’an
NIAT: 03897
K.H. Drs. Shiddiq Amien, MBA
NIAT: 6490
Makalah
Jual-Beli Saham Dalam Rangka Profit Taking 2000
Jual Beli Valas
Oleh : M. Abdurrahman
Muqaddimah
Manusia sebagai homo economicus niscaya tak akan dapat melepaskan dirinya dari
percaturan ekonomi, baik dalam skala nasional maupun internasional. Percaturan
ekonomi tersebut akan lancar bila digunakan sistem tukar menukar yang seimbang,
seperti dengan menggunakan uang atau barter, sehingga memudahkan setiap
transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Dalam tata hubungan
internasional, baik yang berkaitan dengan bisnis maupun perjalanan internasional
(al safar al daulity) biasa, tukar menukar uang merupakan kebutuhan dan karena itu
jual beli valas merupakan penomena yang tak dapat dihindari, sehingga menarik
untuk dikaji ketentuan hukumnya menurut Islam.
Namun demikian, jual beli valas saat ini bukan hanya keperluan bisnis dan
pembayaran transaksi internasional, akan tetapi sudah menjadi bisnis biasa,
walaupun orang-orang itu tak akan pergi ke luar negeri, baik karena diperlukan
untuk membayar mitra bisnisnya di luar negeri manapun untuk menyimpannya.
Sekarang seseorang dengan mudah membeli atau menjual mata uang asing yang
dianggapnya memiliki nilai tukar yang kuat dan mampu bertahan sampai orang
tersebut dapat menukarnya kembali ketika diperlukannya. Dengan cara seperti ini
akan menghilangkan investasi dalam ekonomi real, seperti investasi (istitsmar) pada
perusahaan-perusahaan yang bernilai ekonomi, baik dengan membeli saham secara
langsung atau melalui pasar modal atau pasar saham yang dilakukan oleh pialang
atau broker (simsar) di pasar bursa saham.
Dalam pada itu, mata uang asing ini lebih-lebih di negara-negara yang ekonominya
bergantung kepada luar negeri melalui pinjaman amat diperlukan keberadaannya.
Penomena inilah yang melanda dunia Islam sekarang ini. Hal ini terjadi karena
dunia Islam sekarang ini mengandalkan keperluan hidupnya dari beban-beban
utang yang harus ditanggungnya melalui pembayaran yang jatuh tempo yang
adakalanya cukup lama yang diakibatkan oleh tak produktifnya dan tak proaktifnya
masyarakat Islam menghadapi tata ekonomi dunia yang demikian cepatnya.
Pada dasarnya keberadaan mata uang asing di dunia Islam adalah ibahah sebagai
alat tukar karena jaman Nabi mata uang asing, seperti dirham dan dinar digunakan
sebagai alat transaksi utama oleh masyarakat pada waktu itu. Dengan adanya alat
tukar ini, maka segala bentuk transaksi menggunakan uang akan lebih mudah dan
transfaran, sehingga prinsip-prinsip syariat Islam dapat diplementasikan dalam
kehidupan ekonomi. Dengan keberadaan alat tukar ini pola barter dalam ekonomi
dapat dihindari karena kurang transparan dan mengandung unsur riba. Untuk
itulah Rasul melarang riba fadla, sebagaimana beliau nyatakan dalam sabdasabdanya.
Atas dasar ini Dewan Hisbah amat relevan mendiskusikan perdagangan valas
dilihat dari syariat yang sudah lama ditinggalkan umat. Umat Islam sendiri makin
tak berdaya menghadapi kenyataan ini, sehingga amat sulit untuk menghindari
perdagangan valas ini. Problem umat saat ini adalah problem implementasi hukum,
baik hukum publik maupun hukum yang berkaitan dengan ekonomi, padahal
keduanya harus dijalankan dan tak terpisahkan dalam sistem hidup muslim.
Pertanyaan sekarang ialah apa asas-asas dan prinsip ekonomi Islam, dan bagaimana
pula kedudukan jual beli valas tersebut dilihat dari syariat kedua permasalahan ini,
walaupun tak dibahas secara tuntas, tetapi mudah-mudahan merupakan wacana
baru dalam telaah kita saat ini, dan pada waktu mendatang agar implementatif dan
menjadi agenda untuk lebih banyak di diskusikan di lingkungan Dewan Hisbah.
Sistem Ekonomi Islam
Tata ekonomi dunia (world economic order) sekarang ini dikuasai oleh ekonomi
kapitalis dan ekonomi sosialis dengan berbagai macam rona dan durinya yang
justru kita sendiri pun terseret arus dengan sistem ini, sebagai akibat ketidak
mampuan kita menampilkan sistem Islam di tengah-tengah hiruk pikuknya
persaingan ekonomi yang makin ganas. Di sisi lain sistem ekonomi kapitalis lebih
berkuasa daripada ekonomi sosialis ataupun komunis yang secara politik pernah
berjaya pada dekade yang lalu. Kedua sistem ekonomi tersebut sudah barang tentu
dilandasi oleh paradigma yang berbeda, yaitu yang satu individualisme ekstrim dan
yang lainnya sistem sosialisme ekstrim yang kedua-duanya tak menguntungkan
dunia Islam dan melanggar syariat walaupun ada kebaikannya (Afzalur Rahman,
1995, I : 3 – 8), tetapi keburukannya justru lebih dahsyat dari kebaikannya,
sementara ekonomi Islam, walaupun jatuh dari keburukan diilustrasikan ada pada
kedua sistem ekonomi tersebut merayap-rayap di belakang, sembari ditinggalkan
oleh penganutnya. Makanya seorang ekonom Inggris Anthony Giddens dengan
dalam karyanya The Third Way.
Tata ekonomi dunia sekarang yang semakin kompleks ternyata makin memojokkan
umat dan dunia Islam, ini terbukti dengan terbentuknya berbagai macam
kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, AFTA, NAFTA, dll, yang
kesemuanya banyak memarginalkan ekonomi umat Islam. Di sisi lain kompleksitas
perdagangan internasional ini makin banyak memunculkan spekulan uang
internasional yang bernilai tukar relatif stabil dan tinggi yang dilakukan oleh sistem
ekonomi kapitalistik dan konglomerasi yang individualistik dengan dalih untuk
membayar utang luar negeri. Adanya perjalanan luar negeri yang tak bermakna
ekonomi dan moral pun merupakan sisi lain dari penghamburan devisa yang dicari
dengan susah payah.
Ekonomi Islam ialah ekonomi yang dibangun atas dasar tauhid, keseimbangan (adl
qisth) kehendak bebas, dan pertanggung jawaban. Pada keempat komponen dasar
inilah dibangun sistem ekonomi Islam, sehingga perjalanan ekonomi Islam bukan
atas dasar keserakahan individu atau ekstrimitas kepemilikan bersama karena hal
seperti itu tak sesuai dengan ftrah manusia yang memiliki hak-hak individu dan
kewajiban sosialnya dalam masyarakat yang harus dipertanggung jawabkan di
akhirat kelak. Keempat komponen dasar ini meminjam istilah, Syed Nawab Haider
Naqwi, sebagai “Aksioma Etika Ekonomi Islam”.
Bila berbicara ekonomi, tentu saja bukan hanya masalah jual beli, pertanian, dan
sebangsanya yang berkaitan dengan kepentingan hidup manusia secara
langsung, akan tetapi meliputi peraturan serta sistem moneter dan perbankannya
yang berjalan di suatu negara karena ekonomi bukan hanya berfkir untuk sehari
atau dua hari, tetapi untuk bekal pada tahun-tahun mendatang yang tentu saja
memerlukan pendanaan dan perencanaan. Untuk itu, maka walaupun di sisi
sistem ekonomi Islam itu tak akan diterangkan, akan tetapi itu setidaknya sistem
pendanaan dan permodalan menjadi perhatian. Dalam Islam jelas yang
dinamakan batil itu bukan hanya dilihat dari sudut jenis yang barang, tetapi
meliputi proses yang berupa transaksi-transaksi dan investasinya.
Aksioma etika ekonomi Islam, sebagaimana diusulkan oleh Haidar al Naqwi (1985 :
74 – 78) kita pandang sebagai asas yang bila diringkaskan sebagai berikut:
Asas pertama dalam ekonomi Islam ialah asas tauhid. Tauhid harus menjadi titik
tolak ekonomi Islam. Maka dari asas tauhid inilah Islam memandang hal-hal sebagai
berikut:
1.
Uang atau harta benda dan segala yang ada di alam ini adalah milik Allah
(Q.S.Al Baqarah: 107, Q.S.Ali Imron: 189, Q.S.Al Maidah: 17 dan Q.S.Al Furqan: 2)
ُ أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ ّن اَ لَهُ ُم ْل
ون اِ ِم ْن َولِ ّي
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ض َو َما لَ ُك ْم ِم ْن ُد
ِ ْت َوالَر
-107 : –البقرة.ير
ِ ََولَ ن
ٍ ص
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan
tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong. Q.s. Al-Baqarah :
107.
ُ َو ِ ّلِ ُم ْل
– آللعمران.ض َواُ َعلَى ُكلّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ْت َوالَر
-189 :
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Q.s. Ali Imran : 189.
ُ ُض َو َما بَ ْينَهُ َما يَ ْخل
ُ َو ِ ّلِ ُم ْل
ق َما يَ َشا ُء َواُ َعلَى ُكلّ َش ْي ٍء
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ْت َوالَر
-17 : – المائدةل. قَ ِدي ٌر
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Q.s.
Al-Maidah : 17.
ُ الّ ِذي لَهُ ُم ْل
-2 : الفرقان-...ض
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ْت َوالَر
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi…Q.s. Al-Furqan : 2.
2.
Uang atau harta benda ialah nikmat yang harus disyukuri, dimanfaatkan
dengan benar, dan dipakai ibadah agar menjadi bekal di akhirat kelak (Q.S.As
Sajdah: 9, Q.S.Al Dzariyat: 56, dan Q.S.Ali Imron: 14)
-9 : – السجدةل.ُون
َ ار َوالَ ْفئِ َدةَ قَلِيلً َما تَ ْش ُكر
َ ْص
َ َو َج َع َل لَ ُك ُم ال ّس ْم َع َوالَب...
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. Q.s. As-Sajdah : 9.
ُ َو َما َخلَ ْق
-56 : – الذاريات.ون
ّ ِس إ
َ ال ْن
ِ ل لِيَ ْعبُ ُد
ِ ت ْال ِج ّن َو
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Q.s.
Ad-Dzariyaat : 56.
ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة
َ ِت ِم َن النّ َسا ِء َو ْالبَن
ِ َين َو ْالقَن
ِ اس حُبّ ال ّشهَ َوا
ِ ُّزي َّن لِلن
ِ اط
ّ
ُ ك َمتَا
ّ ِب َو ْالف
ع ْال َحيَا ِة ال ّد ْنيَا
َ ِث ذل
ِ ْض ِة َو ْال َخي ِْل ْال ُم َس ّو َم ِة َوالَ ْن َع ِام َو ْال َحر
ِ َالذه
-14 : –آل عمران.ب
ِ َواُ ِع ْن َدهُ ُحس ُْن ْال َمآ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Q.s. Ali Imran : 14.
Asas kedua adalah keadilan. Dari asas ini, maka uang atau harta harus berfungsi
sebagai berikut:
1.
Uang atau harta benda harus berfungsi sosial dan alat perjuangan (Q.S.Al
Baqarah: 3, Q.S.An Nur: 33, Q.S. Al Bara’ah (At Taubah): 41, dan Q.S.Saba: 37)
-3 : –البقرة.ون
َ َُو ِم ّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِق
Dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Q.s. AlBaqarah : 3.
-33 : – النور... ال اِ الّ ِذي آتَا ُك ْم
ِ َوآتُوهُ ْم ِم ْن َم...
Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu…Q.s. An-Nuur : 33.
يل اِ ذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم
ً َا ْنفِرُوا ِخفَافًا َوثِق
ِ ِال َو َجا ِه ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َسب
- 41 : – التوبة.ون
َ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat,
dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Q.s. At-Taubah : 41.
َ
ن
َ ْل أَو
َ َم و
ِ م
َ ّعنْدَنَا ُزلْفَى إِل
ْ ُ م بِالّتِي تُق َّربُك
ْ ُ لدُك
ْ ُ موَالُك
ْ ما أ
َ َو
ْ م
َ ِ حا فَأُولَئ
َ م
مل ََُوا
ُج َ َزاء
ِ َ ما ع
ِ َن وَع
ِ ْالض َع
ّ
َ م
ً ِ صال
َ ِف ب
ْ ُك لَه
َ آ
َ ل
َ م
- 37 : – سبأ.ن
ِ ات آ
ِ َم فِي الْغ ُُرف
َ منُو
ْ َُوه
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu
kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang
telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam
surga). Q.s. Saba’ : 37.
2.
Uang atau harta benda harus memberi kesan baik dan indah bagi manusia
dalam mengendalikan hidupnya (Q.S.Al ‘Araf : 31, Q.S.Bani Israil : 29)
َ ُْرفُوا إِنّه
ل
ِ يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلّ َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوال َولَ تُس
– 31 : – العراف.ين
َ ِْرف
ِ ي ُِحبّ ْال ُمس
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan. Q.s. Al-Araaf : 31.
ْ ك َولَ تَ ْبس
ْط فَتَ ْق ُع َد َملُو ًما
َ ِك َم ْغلُولَةً إِلَى ُعنُق
َ َولَ تَجْ َعلْ يَ َد
ِ ُطهَا ُك ّل ْالبَس
- 28 : – السراء.َمحْ سُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Q.s. Al-Isra : 28.
3.
Uang atau harta benda harus menjadi alat penggerakan kerjasama, ukhuwah,
capital gain di dunia yang dapat dimanfaatkan oleh setiap pelaku ekonomi (Q.S.Al
Kahf: 46, Q.S.Al Baraah: 34 dan 41, Q.S.Al Ma’arij: 24 – 24)
ُ ات الصّالِ َح
ُ َون ِزينَةُ ْال َحيَا ِة ال ّد ْنيَا َو ْالبَاقِي
ات َخ ْي ٌر ِع ْن َد َرب َّك ثَ َوابًا
ْال َما ُل َو ْالبَنُ َل
– 46 : – الكهف.ًَو َخ ْي ٌر أَ َمل
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan. Q.s. Al-Kahfi : 46.
اس
َ ُان لَيَأْ ُكل
َ يَا أَيّهَا الّ ِذ
َ ون أَ ْم َو
ِ َار َوالرّ ْهب
ِ ّال الن
ِ َين آ َمنُوا إِ ّن َكثِيرًا ِم َن الَحْ ب
ّ ون
ّ ِب َو ْالف
َضةَ َول
ُ َاط ِل َوي
َ ين يَ ْكنِ ُز
َ يل اِ َوالّ ِذ
َ ص ّد
َ َالذه
ِ َبِ ْالب
ِ ِون َع ْن َسب
- 34 : – التوبة.ب أَلِ ٍيم
ٍ يل اِ فَبَ ّشرْ هُ ْم بِ َع َذا
ِ ِيُ ْنفِقُونَهَا فِي َسب
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil
dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. At-Taubah
: 34.
يل اِ ذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم
ً َا ْنفِرُوا ِخفَافًا َوثِق
ِ ِال َو َجا ِه ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َسب
- 41 : – التوبة.ون
َ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui. Q.s. At-Taubah : 41.
ّ ينفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح
- 25-24 : – المعارج.ُوم
َوالّ ِذ َل
ِ لِلسّائِ ِل َو ْال َمحْ ر.ق َم ْعلُو ٌم
dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang
meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), Q.s. AlMa’aarij : 24-25.
Asas ketiga, yaitu kebebasan. Manusia relatif bebas menggunakan potensi dirinya
dalam memilih sesuatu. Dikatakan relatif karena manusia dibatasi oleh aturanaturan yang baku baik syar’iy maupun wad’iy. Dari kebebasan manusia ini Islam
memandang manusia sebagai berikut:
1.
Manusia sebagai khalifah di bumi (Q.S.Al Baqarah : 30)
ض َخلِيفَةً قَالُوا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن
َ ََوإِ ْذ ق
ِ ال َرب َّك لِ ْل َملَئِ َك ِة إِنّي َج
ِ ْاع ٌل فِي الَر
ُ ِيُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف
َ ال إِنّي أَ ْعلَ ُم َما
ل
َ َك َونُقَ ّدسُ ل
َ ك ال ّد َما َء َونَحْ ُن نُ َسبّ ُح بِ َح ْم ِد
َ َك ق
– 30 : – البقرة.ون
َ تَ ْعلَ ُم
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?"Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui". Q.s. Al-Baqarah : 30.
2.
Manusia diberi jalan oleh Allah dan manusia diberi kebebasan memilihnya
(Q.S.Al Ahzab : 72, Q.S.As Syams: 8 – 10)
ال فَأَبَي َْن أَ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا
ِ اوا
َ َعلَى ال ّس َم
ِ َض َو ْال ِجب
ِ ْت َوالَر
ُ ال ْن َس
- 72 : – الحزاب.ًان ظَلُو ًما َجهُول
َ ان إِنّهُ َك
ِ
َإِنّا َع َرضْ نَا الَ َمانَة
َوأَ ْشفَ ْق َن ِم ْنهَا َو َح َملَهَا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
lalim dan amat bodoh. Q.s. Al-Ahzab : 72.
- .اب َم ْن َدسّاهَا
َ َوقَ ْد َخ. قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن َز ّكاهَا.ُورهَا َوتَ ْق َواهَا
َ فَأ َ ْلهَ َمهَا فُج
– 10-8 :الشمس
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya. Q.s. Asy-Syams : 8-10
Asas keempat ialah pertanggung jawaban. Dari asas ini, maka yang dilakukan
manusia adalah sebagai berikut:
1.
Segala perbuatan manusia ada perhitungannya (Q.S.An Nisa: 85, Q.S.Al
Mudatsir: 38)
ُصيبٌ ِم ْنهَا َو َم ْن يَ ْشفَ ْع َشفَا َعةً َسيّئَةً يَ ُك ْن لَه
ِ ََم ْن يَ ْشفَ ْع َشفَا َعةً َح َسنَةً يَ ُك ْن لَهُ ن
- 85 : – النساء.ان اُ َعلَى ُكلّ َش ْي ٍء ُمقِيتًا
َ ِك ْف ٌل ِم ْنهَا َو َك
Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian
(pahala) daripadanya. Dan barang siapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan
memikul bahagian (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.. Q.s. AnNisaa : 85.
ْ َس بِ َما َك َسب
– 38 : – المدثر.ٌت َر ِهينَة
ٍ ُكلّ نَ ْف
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, Q.s. Al-Mudatsir : 38
2.
Setiap jiwa bertanggung jawab atas dirinya sendiri (Q.S.Yunus: 10, Q.S.Al
An’am ; 164)
َ ََد ْع َواهُ ْم فِيهَا ُسب َْحان
ِآخ ُر َد ْع َواهُ ْم أَ ِن ْال َح ْم ُد ل
ِ ك اللّهُ ّم َوتَ ِحيّتُهُ ْم فِيهَا َسلَ ٌم َو
- 10 : – يونس.ين
َ َربّ ْال َعالَ ِم
Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma,” dan salam penghormatan mereka
ialah, “ Salam,” Dan penutup doa mereka ialah “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin”. Q.s.
Yunus : 10
س إِلّ َعلَ ْيهَا َول
ٍ َش ْي ٍء َولَ تَ ْك ِسبُ ُكلّ نَ ْف
َربّ ُك ْم َمرْ ِج ُع ُك ْم فَيُنَبّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم فِي ِه
ّقُلْ أَ َغي َْر اِ أَب ِْغي َربًّا َوهُ َو َربّ ُكل
از َرةٌ ِو ْز َر أُ ْخ َرى ثُ ّم إِلَى
ِ تَ ِز ُر َو
– 164 : – النعام.ون
َ ُتَ ْختَلِف
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi
segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa
yang kamu perselisihkan". Q.s. Al-An’aam : 164.
3.
Manusia tak dapat meloloskan diri dari hukuman Allah swt. (Q.S.An Nisa :
97)
َ
م
َ م
ُ َ لئِك
ِ مي أن ْ ُف
ِ ِ ة ظَال
ّ ِإ
ْ ُ م كُنْت
َ م قَالُوا فِي
ْ ِسه
َ ْ م ال
ُ ُين تَوَفّاه
َ ِن الّذ
َ
َ
َ
ين ِفي ال ْر
ضعَ ِف
ِض الله
ْ َ ست
ْ م
ْ َ ض قَالُوا أل
ُ قَالُوا كُنّا
ُ ن أ ْر
ْ ُ م تَك
َ
ِ
ْ
َ ِ ج ُروا فِيهَا فَأُولَئ
َت
ً َاسَََع
ِ َو
َ م
َ َم و
ْ سَََاء
ُ ّ جهَن
ْ ُمَََأوَاه
َ ك
ِ ة فَتُهََََا
- 97 : – النساء.يرا
ِ م
َ
ً ص
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri
sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka
menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat
berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orangorang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali, Q.s.
An-Nisaa’ : 97.
4.
Kesuraman masa lampau tak boleh diulang untuk legitimasi kejahatan
sekarang (Q.S.Lukman: 21, Q.S. Al Baqarah: 134, Q.S. Ar Ra’d: 11)
ان
َ يل لَهُ ُم اتّبِعُوا َما أَ ْن َز َل اُ قَالُوا بَلْ نَتّبِ ُع َما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه آبَا َءنَا أَ َولَ ْو َك
َ َِوإِ َذال ق
ُ َال ّش ْيط
- 21 : – لقمان.ير
ِ ان يَ ْد ُعوهُ ْم إِلَى َع َذا
ِ ب الس ِّع
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka
menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun
setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?. Q.s. Luqman :
21.
ُ َ َََْ تِل
ل
َ َم و
َْ ُ سَََبْت
َْ َ سَََب
ٌ م
َ َ ما ك
َ َ ما ك
َ م
ْ ُ ت وَلَك
َ ت لَهَا
ْ َ ة قََََد ْ خَل
ّ كأ
َ ت
- 134 : – البقرة.ن
َ ملُو
َ سألُو
ْ ُ
َ ْما كَانُوا يَع
ّ َن ع
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang
sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang
telah mereka kerjakan. Q.s. Al-Baqarah : 134.
ٌ َلَهُ ُم َعقّب
ل يُ َغيّ ُر َما
َ َات ِم ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر اِ إِ ّن ا
بِقَ ْو ٍم َحتّى يُ َغيّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوإِ َذال أَ َرا َد اُ بِقَ ْو ٍم سُو ًءا فَلَ َم َر ّد لَهُ َو َما لَهُ ْم
-11 : – الرعد.ال
ٍ ِم ْن ُدونِ ِه ِم ْن َو
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Q.s. ArRa’d : 11.
Aksioma etika ekonomi Islam atau asas ini tak menjadi titik tolak secara holistik di
dunia Islam sekarang, lebih-lebih ketika konsep dan sistem ekonomi Islam tak
menjadi bagian dari sistem kehidupan muslim secara konprehensif dan holistik.
Jadi, sebenarnya yang tak ingin diplementasikan oleh masyarakat Islam, bukan
hanya hukum publik yang berkaitan dengan pidana, akan tetapi juga dalam hukum
khusus, seperti kegiatan muamalat ini
Dari sini kita ingat sabda Nabi Muhammad saw. yang diterima dari Abu Umamah
dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban sebagai berikut: “Sungguh akan lepas ikatanikatan (sistem) Islam itu sedikit-sedikit. Setiap sub sistem itu lepas, maka akan
beriringan dengan sub sistem berikutnya. Yang pertama lepas adalah sistem hukum
dan yang terakhir adalah shalat”.
Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Sebelum sampai kepada jual beli valas dilihat dari syariat Islam, maka disini akan
dibahas terlebih dahulu mengenai prinsip-prinsip ekonomi Islam, sehingga dapat
dilihat dari sisi mana boleh dan tidak bolehnya jual beli valas itu.
Prinsip-prinsip ekonomi Islam amat jelas sekali diterangkan oleh Allah dan RasulNya, antara lain:
1.
Prinsip kebersihan harta
Yang dimaksud prinsip ini ialah bahwa ekonomi Islam harus halal, melalui proses
halal (sifatnya halal), jauh dari sifat ribawi, transparan (tidak ghass), rela merelakan
(‘an taradin) dan tidak ihtikar (penimbunan), tidak ada gharar (penipuan), dan
spekulasi (maisir).
2.
Prinsip Kesederhanaan (tidak israf dan tabzir)
Prinsip ini berkaitan dengan kebabasan manusia dan tanggung jawab sosialnya.
Harta yang dimiliki seseorang tak serta merta dapat digunakan semuanya dengan
tidak memperhatikan lingkungan dan manfaatnya secara baik. Manusia dilarang
israf (melebihi batas) dan tabzir (menyia-nyiakan) yang sebenarnya tak perlu
dilakukan sama sekali. Secara sosial hal ini akan membangkitkan bughdl dan hasd
(iri dengki) di kalangan masyarakat atau yang sering disebut kecemburuan sosial.
3.
Prinsip kemurahan hari dan moralitas
Manusia beriman memiliki tanggung jawab sosial yang amat besar. Tanggung jawab
harus didasarkan kasih sayang terhadap yang lain, sehingga apapun yang
diperbantukan kepada yang lain tidak semata-mata bernilai ekonomi, seperti
pinjaman dan gadaian, akan tetapi ta’awun (kemitraan dan saling membantu) antara
sesama. Karena itu, bukan hanya infaq wajib dan zakat yang harus dikeluarkan dari
seorang muslim, tetapi juga sadaqah, jariyah, dan lain-lain harus pula diperhatikan.
Dalam hal bantuan yang bernilai ekonomi pun harus disertai dengan kasih sayang
dan landasan moral yang tinggi karena tak setiap orang yang berutang mampu
membayar sekaligus atau seketika sesuai dengan pinjaman semula, sehingga
memerlukan penangguhan beberapa waktu.
Dengan demikian, maka ekonomi Islam sebenarnya amat manusiawi dan alami,
walaupun tak menolak sama sekali segala produk teknologi yang meningkatkan
produktivitas dan efsiensi. Dengan ini pula maka produktif, efektif, dan efsien
merupakan kekhasan dari ekonomi Islam. Sekarang ketiga hal tersebut sedang
digalakan di dunia. Untuk meningkatkan produksi diupayakan adanya bioteknologi agar kebutuhan hidup manusia, terutama makanan dan minuman
diperoleh dari daerah sempit dengan tingkat produktivitas tinggi. Dari sini juga
akan efsien dalam menggunakan lahan pertanian. Segala tindakan yang tidak
efsien, secara moral, akan mendapat kecaman dunia internasional, khususnya para
pemerhati lingkungan.
Jual beli Valas dari sudut pandang Islam
Di atas disebutkan bahwa pelaku ekonomi tak dapat memisahkan dirinya dari
pendanaan dan biaya investasi serta hubungan-hubungan internasional yang secara
logis harus menggunakan pula pranata internasional, yaitu berupa pertukaran uang
yang relatif nilainya diakui stabil secara internasional. Di Indonesia mata uang yang
dianggap relatif stabil tentu saja yang dimiliki oleh negara yang struktur
ekonominya juga stabil dan kuat, seperti Amerika dengan dolarnya, Inggris dengan
foundsterlingnya, dan belanda dengan guldennya, dll. Di Asia negara yang stabil
nilai tukarnya ialah Ringgit Malaysia dan Brunei, dan dolar Singapura.
Secara historis jual beli atau transaksi-transaksi internasional yang terjadi sejak
zaman
silam
dan
sekarang
menggambarkan
bahwa
socio-economi
terus
berkembang sesuai dengan kondisi-kondisi politik dan ekonomi yang berkembang,
namun demikian di kalangan masyarakat Islam asas dan prinsipnya tidak boleh
lepas dari yang ditetapkan Allah dan rasul-Nya, walaupun transaksi meluas.
Pada masa Nabi pun sudah berkembang mata uang yang digunakan, yaitu mata
uang asing, berupa dirhan dan dinar. Kedua mata uang tersebut bukan hanya
merupakan alat tukar secara internasional waktu itu, tetapi juga sebagai mata uang
yang sah di dalam negeri karena mata uang tersebut sebagai mata uang sah. Karena
itu, beliau menentukan ketentuan-ketentuan dalam transaksi dan juga ketentuan
zakat atau ukuran nilai suatu barang. Sebagaimana disunggung diatas beliau tidak
berkenan untuk melakukan barter korma yang mulus dan yang jelek. Beliau
memerintahkan supaya dijual saja korma yang jelek itu dan dibeli baik. Secara
ekonomi cara ini untuk menghidupkan pasar dan transaksi lebih transparan,
sehingga konsep “an taradin” betul-betul dapat dijalankan secara baik.
Pada zaman Nabi jual beli uang belum terjadi karena situasi ekonomi waktu itu
belum begitu komplek seperti sekarang. Persaingan mata uang pun agaknya belum
ada. Memang mungkin terjadi, eksportir dan importir waktu itu melakukan barter,
khususnya bagi barang-barang yang pada kedua negara itu dibutuhkan. Namun,
sabda Nabi yang berkaitan dengan tidak bolehnya barter korma, menunjukkan
bahwa sudah ada landasan hukum untuk larangan barter ini, sehingga shahabat tak
melakukannya. Karena itu, istilah riba fadlal, sebagaimana disebutkan dalam haditshadits dilarang itu.
Riba fadlal menurut hemat saya adalah barter. Jual beli valas atau valuta asing
dengan mata uang yang diinginkan si pembeli yang bila dilihat, menurut hemat
saya, secara sepintas termasuk barter yang dilarang oleh Nabi karena sama-sama
uang, lebih-lebih jika diperhatikan sekarang jual beli valas lebih banyak mencari
keuntungan yang tingkat spekulasinya amat tinggi sekali karena mengandalkan
fluktuasi harga saham dan politik belaka, sementara sektor real, seperti untuk
pengembangan industri tak terbiayai. Spekulasi ini berbau maisir yang dilarang oleh
agama. Hal ini hampir sama dengan jual beli saham di pasar modal yang tingkat
spekulasinya amat tinggi, bahkan lebih tinggi spekulasinya dari jual beli valas yang
justru memandang unsur maisir. Hanya saja pada akhirnya terletak pada
pengelolaan pasar modal dan jual beli valas ini serta perundangan yang berlaku.
Bila demikian adanya, maka dilihat dari sisi syar’i jelas kecenderungan terlarangnya
jual beli vala. Lebih-lebih, jual beli valas saat ini sudah sedemikian jauh karena
sudah dijadikan komoditi perdagangan, sebagaimana barang dagangan lain. Akan
tetapi, pembatasan yang berlebihan pun tak menguntungkan ekonomi karena
beberapa al-suq al-aswad makin menyemarakan spekulasi yang lebih tak terkendali.
Memang ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam memahami riba fadl
ini. Ada yang mengharamkan dan ada pula yang bahwa riba ini termasuk makruh
dan larangan itu sebagai sabdud dari’ah saja karena bila dibiarkan akan merusak
tata ekonomi, seperti halnya jual beli valas. Agaknya ini yang dapat kita ambil dari
kesimpulan A. Hasan (1995 : 412 – 422) ketika beliau memahamkan riba fadl dengan
cara takwil.
Dilihat dari segi perkembangan ekonomi riil, jual beli valas tak mampu membiayai
sektor riil dan mengganggu ekonomi nasional. Terjadinya situasi politik tertentu
atau karena tak diangkatnya pigur tertentu sebagai pejabat tertentu, maka nilai valas
pun akan berubah dan digunakan oleh orang yang bertanggug jawab untuk
memborong mata uang asing tertentu demi kepentingan politiknya, sehingga pasar
akan negatif dan transaksi-transaksi internasional akan terhambat.
Jadi, dilihat dari segi epistemologis dan aksiologisnya jual beli valas secara bebas
akan amat mengganggu terhadap pertumbuhan ekonomi riil, tetapi bukan sama
sekali tidak boleh. Orang lebih senang di belakang meja money changer, ketimbang
sibuk di pabrik mengembangkan usahanya dan membangun infra struktur ekonomi
pasar.
Oleh karena itu, agaknya dapat saja PERSIS mengusulkan Bayan agar jual beli valas
itu diatur dengan undang-undang yang lebih mampu mengamankan ekonomi
nasional dan tidak disalahgunakan oleh spekulan. Namun demikian kekuatan
ekonomi makro dan mikro akan amat mendukung terhadap kelancaran ekonomi
keseluruhan.
Khatimah
Jual beli valas secara yang merupakan struktur ekonomi masa kini tak sesuai dengan
tata cara ekonomi Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Rasulullah saw. jual
beli semacam ini penuh dengan spekulasi yang akan amat merugikan kepada
ekonomi pasar yang riil. Jual beli valas perlu dilengkapi dengan undang-undang
yang lebih menguntungkan ekonomi nasional dan umat Islam.
Asas-asas dan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang diajarkan Rasul, amat
manusiawi, alamiah, dan rasional serta sesuai dengan tuntunan masa kini yang
memelihara amanah, keadilan, persamaan, tolong menolong, dan ukhuwah.
Ekonomi kapitalis yang individualistis hanya akan menguntungkan kelompok
orang kaya belaka, sebagaimana terlihat pada pasar bebas yang gilirannya
memarginalkan negara-negara miskin. Sementara ekonomi sosialis tak sukses dalam
membangun kemandirian untuk maju terhadap masyarakat.
Sekarang giliran umat Islam tampil dalam partisipasinya membangun paradigma
baru ekonomi yang bukan kapitalis, bukan sosialis dan bukan pula third ways, third
ways, tetapi Ekonomi Islam, yaitu model The Islamic Way
Wallahu ‘alam bisshawab
Bandung, 1 September 2000
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur`an al-Karim
Al-Asqalani, Ibn Hajar, Bulughul Maram
Giddens, Anthany, The Third Ways (terjemahan Ketut Arya Mahardika, Gramedia, Jakarta:
2000)
Naqwi, Nawab Haidar, Etika Ekonomi Islam
Rahman, Afzal, Doktrin Ekonomi Islam (terjemahan oleh Surayo, Nastngin) Dana
Bakti Wakaf, Yogtakarta : 1995.
Pertanyaan dari pembaca Adz-Dzikro: 085711323XXX
Pertanyaan: Bagaimana hukumnya jual beli saham dalam rangka profit-taking?
Jawab: Berikut ini adalah hasil keputusan Dewan Hisbah Persatuan Islam mengenai hukum jual beli
saham dalam rangka profit-taking:
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Pada Sidang Dewan Hisbah
Di Sumedang, 4 J. Tsaniyah 1421 H
3 September 2000 M
TENTANG
JUAL BELI SAHAM DALAM RANGKA PROFIT-TAKING
بسم الله الرحمن الرحيم
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM (PERSIS) dalam sidangnya pada hari Ahad tanggal 4
Jumadits- Tsaniyah 1421 H/3 September 2000 di Sumedang, Jawa Barat, setelah:
Memperhatikan
1.
Makalah dan uraian dari Dr. H. Adiwarman A. Karim, SE, MBA dan KH. Dr. M. Abdurrahman,
MA tentang masalah tersebut.
2.
Pembahasan yang disampaikan oleh seluruh anggota Dewan Hisbah.
Menimbang
1.
Bahwa saham adalah bukti kepemilikan aset atau barang;
2.
Jual beli dinilai sah dengan syarat “An Taradhin”;
3.
Tukar menukar dinar dengan dirham dengan tunai sudah ada di zaman Nabi SAW. dan Nabi
SAW. tidak melarangnya dan
4.
Bahwa Islam mengharamkan: riba, gharar, ihtikar dan maisir.
Dewan Hisbah mengambil istinbath:
1.
Jual beli saham dari aset atau produk yang tidak diharamkan, dan tidak mengandung unsur
riba, gharar, ihtikar, dan maisir hukumnya halal dan
2.
Jual beli valas dengan cara tunai pada dasarnya boleh. Tapi jual beli valas sebagai komoditas
atau dalam rangka profit-taking hukumnya haram.
Demikian Keputusan Dewan Hisbah tentang masalah tersebut dengan makalah terlampir.
Sumedang, 4 J. Tsaniyah 1421 H
3 September 2000 M
DEWAN HISBAH PERSATUAN ISLAM
Ketua
Sekretaris
KH. E. Sar’an
NIAT: 03897
K.H. Drs. Shiddiq Amien, MBA
NIAT: 6490
Makalah
Jual-Beli Saham Dalam Rangka Profit Taking 2000
Jual Beli Valas
Oleh : M. Abdurrahman
Muqaddimah
Manusia sebagai homo economicus niscaya tak akan dapat melepaskan dirinya dari
percaturan ekonomi, baik dalam skala nasional maupun internasional. Percaturan
ekonomi tersebut akan lancar bila digunakan sistem tukar menukar yang seimbang,
seperti dengan menggunakan uang atau barter, sehingga memudahkan setiap
transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Dalam tata hubungan
internasional, baik yang berkaitan dengan bisnis maupun perjalanan internasional
(al safar al daulity) biasa, tukar menukar uang merupakan kebutuhan dan karena itu
jual beli valas merupakan penomena yang tak dapat dihindari, sehingga menarik
untuk dikaji ketentuan hukumnya menurut Islam.
Namun demikian, jual beli valas saat ini bukan hanya keperluan bisnis dan
pembayaran transaksi internasional, akan tetapi sudah menjadi bisnis biasa,
walaupun orang-orang itu tak akan pergi ke luar negeri, baik karena diperlukan
untuk membayar mitra bisnisnya di luar negeri manapun untuk menyimpannya.
Sekarang seseorang dengan mudah membeli atau menjual mata uang asing yang
dianggapnya memiliki nilai tukar yang kuat dan mampu bertahan sampai orang
tersebut dapat menukarnya kembali ketika diperlukannya. Dengan cara seperti ini
akan menghilangkan investasi dalam ekonomi real, seperti investasi (istitsmar) pada
perusahaan-perusahaan yang bernilai ekonomi, baik dengan membeli saham secara
langsung atau melalui pasar modal atau pasar saham yang dilakukan oleh pialang
atau broker (simsar) di pasar bursa saham.
Dalam pada itu, mata uang asing ini lebih-lebih di negara-negara yang ekonominya
bergantung kepada luar negeri melalui pinjaman amat diperlukan keberadaannya.
Penomena inilah yang melanda dunia Islam sekarang ini. Hal ini terjadi karena
dunia Islam sekarang ini mengandalkan keperluan hidupnya dari beban-beban
utang yang harus ditanggungnya melalui pembayaran yang jatuh tempo yang
adakalanya cukup lama yang diakibatkan oleh tak produktifnya dan tak proaktifnya
masyarakat Islam menghadapi tata ekonomi dunia yang demikian cepatnya.
Pada dasarnya keberadaan mata uang asing di dunia Islam adalah ibahah sebagai
alat tukar karena jaman Nabi mata uang asing, seperti dirham dan dinar digunakan
sebagai alat transaksi utama oleh masyarakat pada waktu itu. Dengan adanya alat
tukar ini, maka segala bentuk transaksi menggunakan uang akan lebih mudah dan
transfaran, sehingga prinsip-prinsip syariat Islam dapat diplementasikan dalam
kehidupan ekonomi. Dengan keberadaan alat tukar ini pola barter dalam ekonomi
dapat dihindari karena kurang transparan dan mengandung unsur riba. Untuk
itulah Rasul melarang riba fadla, sebagaimana beliau nyatakan dalam sabdasabdanya.
Atas dasar ini Dewan Hisbah amat relevan mendiskusikan perdagangan valas
dilihat dari syariat yang sudah lama ditinggalkan umat. Umat Islam sendiri makin
tak berdaya menghadapi kenyataan ini, sehingga amat sulit untuk menghindari
perdagangan valas ini. Problem umat saat ini adalah problem implementasi hukum,
baik hukum publik maupun hukum yang berkaitan dengan ekonomi, padahal
keduanya harus dijalankan dan tak terpisahkan dalam sistem hidup muslim.
Pertanyaan sekarang ialah apa asas-asas dan prinsip ekonomi Islam, dan bagaimana
pula kedudukan jual beli valas tersebut dilihat dari syariat kedua permasalahan ini,
walaupun tak dibahas secara tuntas, tetapi mudah-mudahan merupakan wacana
baru dalam telaah kita saat ini, dan pada waktu mendatang agar implementatif dan
menjadi agenda untuk lebih banyak di diskusikan di lingkungan Dewan Hisbah.
Sistem Ekonomi Islam
Tata ekonomi dunia (world economic order) sekarang ini dikuasai oleh ekonomi
kapitalis dan ekonomi sosialis dengan berbagai macam rona dan durinya yang
justru kita sendiri pun terseret arus dengan sistem ini, sebagai akibat ketidak
mampuan kita menampilkan sistem Islam di tengah-tengah hiruk pikuknya
persaingan ekonomi yang makin ganas. Di sisi lain sistem ekonomi kapitalis lebih
berkuasa daripada ekonomi sosialis ataupun komunis yang secara politik pernah
berjaya pada dekade yang lalu. Kedua sistem ekonomi tersebut sudah barang tentu
dilandasi oleh paradigma yang berbeda, yaitu yang satu individualisme ekstrim dan
yang lainnya sistem sosialisme ekstrim yang kedua-duanya tak menguntungkan
dunia Islam dan melanggar syariat walaupun ada kebaikannya (Afzalur Rahman,
1995, I : 3 – 8), tetapi keburukannya justru lebih dahsyat dari kebaikannya,
sementara ekonomi Islam, walaupun jatuh dari keburukan diilustrasikan ada pada
kedua sistem ekonomi tersebut merayap-rayap di belakang, sembari ditinggalkan
oleh penganutnya. Makanya seorang ekonom Inggris Anthony Giddens dengan
dalam karyanya The Third Way.
Tata ekonomi dunia sekarang yang semakin kompleks ternyata makin memojokkan
umat dan dunia Islam, ini terbukti dengan terbentuknya berbagai macam
kesepakatan-kesepakatan internasional, seperti WTO, AFTA, NAFTA, dll, yang
kesemuanya banyak memarginalkan ekonomi umat Islam. Di sisi lain kompleksitas
perdagangan internasional ini makin banyak memunculkan spekulan uang
internasional yang bernilai tukar relatif stabil dan tinggi yang dilakukan oleh sistem
ekonomi kapitalistik dan konglomerasi yang individualistik dengan dalih untuk
membayar utang luar negeri. Adanya perjalanan luar negeri yang tak bermakna
ekonomi dan moral pun merupakan sisi lain dari penghamburan devisa yang dicari
dengan susah payah.
Ekonomi Islam ialah ekonomi yang dibangun atas dasar tauhid, keseimbangan (adl
qisth) kehendak bebas, dan pertanggung jawaban. Pada keempat komponen dasar
inilah dibangun sistem ekonomi Islam, sehingga perjalanan ekonomi Islam bukan
atas dasar keserakahan individu atau ekstrimitas kepemilikan bersama karena hal
seperti itu tak sesuai dengan ftrah manusia yang memiliki hak-hak individu dan
kewajiban sosialnya dalam masyarakat yang harus dipertanggung jawabkan di
akhirat kelak. Keempat komponen dasar ini meminjam istilah, Syed Nawab Haider
Naqwi, sebagai “Aksioma Etika Ekonomi Islam”.
Bila berbicara ekonomi, tentu saja bukan hanya masalah jual beli, pertanian, dan
sebangsanya yang berkaitan dengan kepentingan hidup manusia secara
langsung, akan tetapi meliputi peraturan serta sistem moneter dan perbankannya
yang berjalan di suatu negara karena ekonomi bukan hanya berfkir untuk sehari
atau dua hari, tetapi untuk bekal pada tahun-tahun mendatang yang tentu saja
memerlukan pendanaan dan perencanaan. Untuk itu, maka walaupun di sisi
sistem ekonomi Islam itu tak akan diterangkan, akan tetapi itu setidaknya sistem
pendanaan dan permodalan menjadi perhatian. Dalam Islam jelas yang
dinamakan batil itu bukan hanya dilihat dari sudut jenis yang barang, tetapi
meliputi proses yang berupa transaksi-transaksi dan investasinya.
Aksioma etika ekonomi Islam, sebagaimana diusulkan oleh Haidar al Naqwi (1985 :
74 – 78) kita pandang sebagai asas yang bila diringkaskan sebagai berikut:
Asas pertama dalam ekonomi Islam ialah asas tauhid. Tauhid harus menjadi titik
tolak ekonomi Islam. Maka dari asas tauhid inilah Islam memandang hal-hal sebagai
berikut:
1.
Uang atau harta benda dan segala yang ada di alam ini adalah milik Allah
(Q.S.Al Baqarah: 107, Q.S.Ali Imron: 189, Q.S.Al Maidah: 17 dan Q.S.Al Furqan: 2)
ُ أَلَ ْم تَ ْعلَ ْم أَ ّن اَ لَهُ ُم ْل
ون اِ ِم ْن َولِ ّي
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ض َو َما لَ ُك ْم ِم ْن ُد
ِ ْت َوالَر
-107 : –البقرة.ير
ِ ََولَ ن
ٍ ص
Tiadakah kamu mengetahui bahwa kerajaan langit dan bumi adalah kepunyaan Allah? Dan
tiada bagimu selain Allah seorang pelindung maupun seorang penolong. Q.s. Al-Baqarah :
107.
ُ َو ِ ّلِ ُم ْل
– آللعمران.ض َواُ َعلَى ُكلّ َش ْي ٍء قَ ِدي ٌر
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ْت َوالَر
-189 :
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Q.s. Ali Imran : 189.
ُ ُض َو َما بَ ْينَهُ َما يَ ْخل
ُ َو ِ ّلِ ُم ْل
ق َما يَ َشا ُء َواُ َعلَى ُكلّ َش ْي ٍء
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ْت َوالَر
-17 : – المائدةل. قَ ِدي ٌر
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara keduanya; Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Q.s.
Al-Maidah : 17.
ُ الّ ِذي لَهُ ُم ْل
-2 : الفرقان-...ض
ِ اوا
َ ك ال ّس َم
ِ ْت َوالَر
yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi…Q.s. Al-Furqan : 2.
2.
Uang atau harta benda ialah nikmat yang harus disyukuri, dimanfaatkan
dengan benar, dan dipakai ibadah agar menjadi bekal di akhirat kelak (Q.S.As
Sajdah: 9, Q.S.Al Dzariyat: 56, dan Q.S.Ali Imron: 14)
-9 : – السجدةل.ُون
َ ار َوالَ ْفئِ َدةَ قَلِيلً َما تَ ْش ُكر
َ ْص
َ َو َج َع َل لَ ُك ُم ال ّس ْم َع َوالَب...
dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit
sekali bersyukur. Q.s. As-Sajdah : 9.
ُ َو َما َخلَ ْق
-56 : – الذاريات.ون
ّ ِس إ
َ ال ْن
ِ ل لِيَ ْعبُ ُد
ِ ت ْال ِج ّن َو
Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. Q.s.
Ad-Dzariyaat : 56.
ير ْال ُمقَ ْنطَ َر ِة
َ ِت ِم َن النّ َسا ِء َو ْالبَن
ِ َين َو ْالقَن
ِ اس حُبّ ال ّشهَ َوا
ِ ُّزي َّن لِلن
ِ اط
ّ
ُ ك َمتَا
ّ ِب َو ْالف
ع ْال َحيَا ِة ال ّد ْنيَا
َ ِث ذل
ِ ْض ِة َو ْال َخي ِْل ْال ُم َس ّو َم ِة َوالَ ْن َع ِام َو ْال َحر
ِ َالذه
-14 : –آل عمران.ب
ِ َواُ ِع ْن َدهُ ُحس ُْن ْال َمآ
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu:
wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan,
binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi
Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Q.s. Ali Imran : 14.
Asas kedua adalah keadilan. Dari asas ini, maka uang atau harta harus berfungsi
sebagai berikut:
1.
Uang atau harta benda harus berfungsi sosial dan alat perjuangan (Q.S.Al
Baqarah: 3, Q.S.An Nur: 33, Q.S. Al Bara’ah (At Taubah): 41, dan Q.S.Saba: 37)
-3 : –البقرة.ون
َ َُو ِم ّما َر َز ْقنَاهُ ْم يُ ْنفِق
Dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Q.s. AlBaqarah : 3.
-33 : – النور... ال اِ الّ ِذي آتَا ُك ْم
ِ َوآتُوهُ ْم ِم ْن َم...
Dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu…Q.s. An-Nuur : 33.
يل اِ ذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم
ً َا ْنفِرُوا ِخفَافًا َوثِق
ِ ِال َو َجا ِه ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َسب
- 41 : – التوبة.ون
َ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat,
dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Q.s. At-Taubah : 41.
َ
ن
َ ْل أَو
َ َم و
ِ م
َ ّعنْدَنَا ُزلْفَى إِل
ْ ُ م بِالّتِي تُق َّربُك
ْ ُ لدُك
ْ ُ موَالُك
ْ ما أ
َ َو
ْ م
َ ِ حا فَأُولَئ
َ م
مل ََُوا
ُج َ َزاء
ِ َ ما ع
ِ َن وَع
ِ ْالض َع
ّ
َ م
ً ِ صال
َ ِف ب
ْ ُك لَه
َ آ
َ ل
َ م
- 37 : – سبأ.ن
ِ ات آ
ِ َم فِي الْغ ُُرف
َ منُو
ْ َُوه
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang mendekatkan kamu
kepada Kami sedikit pun; tetapi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal
saleh, mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa yang
telah mereka kerjakan; dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi (dalam
surga). Q.s. Saba’ : 37.
2.
Uang atau harta benda harus memberi kesan baik dan indah bagi manusia
dalam mengendalikan hidupnya (Q.S.Al ‘Araf : 31, Q.S.Bani Israil : 29)
َ ُْرفُوا إِنّه
ل
ِ يَا بَنِي آ َد َم ُخ ُذوا ِزينَتَ ُك ْم ِع ْن َد ُكلّ َمس ِْج ٍد َو ُكلُوا َوا ْش َربُوال َولَ تُس
– 31 : – العراف.ين
َ ِْرف
ِ ي ُِحبّ ْال ُمس
Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan
minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orangorang yang berlebih-lebihan. Q.s. Al-Araaf : 31.
ْ ك َولَ تَ ْبس
ْط فَتَ ْق ُع َد َملُو ًما
َ ِك َم ْغلُولَةً إِلَى ُعنُق
َ َولَ تَجْ َعلْ يَ َد
ِ ُطهَا ُك ّل ْالبَس
- 28 : – السراء.َمحْ سُورًا
Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu
terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal. Q.s. Al-Isra : 28.
3.
Uang atau harta benda harus menjadi alat penggerakan kerjasama, ukhuwah,
capital gain di dunia yang dapat dimanfaatkan oleh setiap pelaku ekonomi (Q.S.Al
Kahf: 46, Q.S.Al Baraah: 34 dan 41, Q.S.Al Ma’arij: 24 – 24)
ُ ات الصّالِ َح
ُ َون ِزينَةُ ْال َحيَا ِة ال ّد ْنيَا َو ْالبَاقِي
ات َخ ْي ٌر ِع ْن َد َرب َّك ثَ َوابًا
ْال َما ُل َو ْالبَنُ َل
– 46 : – الكهف.ًَو َخ ْي ٌر أَ َمل
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan. Q.s. Al-Kahfi : 46.
اس
َ ُان لَيَأْ ُكل
َ يَا أَيّهَا الّ ِذ
َ ون أَ ْم َو
ِ َار َوالرّ ْهب
ِ ّال الن
ِ َين آ َمنُوا إِ ّن َكثِيرًا ِم َن الَحْ ب
ّ ون
ّ ِب َو ْالف
َضةَ َول
ُ َاط ِل َوي
َ ين يَ ْكنِ ُز
َ يل اِ َوالّ ِذ
َ ص ّد
َ َالذه
ِ َبِ ْالب
ِ ِون َع ْن َسب
- 34 : – التوبة.ب أَلِ ٍيم
ٍ يل اِ فَبَ ّشرْ هُ ْم بِ َع َذا
ِ ِيُ ْنفِقُونَهَا فِي َسب
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim
Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil
dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang
menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. At-Taubah
: 34.
يل اِ ذلِ ُك ْم َخ ْي ٌر لَ ُك ْم
ً َا ْنفِرُوا ِخفَافًا َوثِق
ِ ِال َو َجا ِه ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ُك ْم َوأَ ْنفُ ِس ُك ْم فِي َسب
- 41 : – التوبة.ون
َ إِ ْن ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik
bagimu jika kamu mengetahui. Q.s. At-Taubah : 41.
ّ ينفِي أَ ْم َوالِ ِه ْم َح
- 25-24 : – المعارج.ُوم
َوالّ ِذ َل
ِ لِلسّائِ ِل َو ْال َمحْ ر.ق َم ْعلُو ٌم
dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian tertentu, bagi orang (miskin) yang
meminta dan orang yang tidak mempunyai apa-apa (yang tidak mau meminta), Q.s. AlMa’aarij : 24-25.
Asas ketiga, yaitu kebebasan. Manusia relatif bebas menggunakan potensi dirinya
dalam memilih sesuatu. Dikatakan relatif karena manusia dibatasi oleh aturanaturan yang baku baik syar’iy maupun wad’iy. Dari kebebasan manusia ini Islam
memandang manusia sebagai berikut:
1.
Manusia sebagai khalifah di bumi (Q.S.Al Baqarah : 30)
ض َخلِيفَةً قَالُوا أَتَجْ َع ُل فِيهَا َم ْن
َ ََوإِ ْذ ق
ِ ال َرب َّك لِ ْل َملَئِ َك ِة إِنّي َج
ِ ْاع ٌل فِي الَر
ُ ِيُ ْف ِس ُد فِيهَا َويَ ْسف
َ ال إِنّي أَ ْعلَ ُم َما
ل
َ َك َونُقَ ّدسُ ل
َ ك ال ّد َما َء َونَحْ ُن نُ َسبّ ُح بِ َح ْم ِد
َ َك ق
– 30 : – البقرة.ون
َ تَ ْعلَ ُم
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?"Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu
ketahui". Q.s. Al-Baqarah : 30.
2.
Manusia diberi jalan oleh Allah dan manusia diberi kebebasan memilihnya
(Q.S.Al Ahzab : 72, Q.S.As Syams: 8 – 10)
ال فَأَبَي َْن أَ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا
ِ اوا
َ َعلَى ال ّس َم
ِ َض َو ْال ِجب
ِ ْت َوالَر
ُ ال ْن َس
- 72 : – الحزاب.ًان ظَلُو ًما َجهُول
َ ان إِنّهُ َك
ِ
َإِنّا َع َرضْ نَا الَ َمانَة
َوأَ ْشفَ ْق َن ِم ْنهَا َو َح َملَهَا
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
lalim dan amat bodoh. Q.s. Al-Ahzab : 72.
- .اب َم ْن َدسّاهَا
َ َوقَ ْد َخ. قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن َز ّكاهَا.ُورهَا َوتَ ْق َواهَا
َ فَأ َ ْلهَ َمهَا فُج
– 10-8 :الشمس
maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah
orang yang mengotorinya. Q.s. Asy-Syams : 8-10
Asas keempat ialah pertanggung jawaban. Dari asas ini, maka yang dilakukan
manusia adalah sebagai berikut:
1.
Segala perbuatan manusia ada perhitungannya (Q.S.An Nisa: 85, Q.S.Al
Mudatsir: 38)
ُصيبٌ ِم ْنهَا َو َم ْن يَ ْشفَ ْع َشفَا َعةً َسيّئَةً يَ ُك ْن لَه
ِ ََم ْن يَ ْشفَ ْع َشفَا َعةً َح َسنَةً يَ ُك ْن لَهُ ن
- 85 : – النساء.ان اُ َعلَى ُكلّ َش ْي ٍء ُمقِيتًا
َ ِك ْف ٌل ِم ْنهَا َو َك
Barang siapa yang memberikan syafaat yang baik, niscaya ia akan memperoleh bahagian
(pahala) daripadanya. Dan barang siapa yang memberi syafaat yang buruk, niscaya ia akan
memikul bahagian (dosa) daripadanya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.. Q.s. AnNisaa : 85.
ْ َس بِ َما َك َسب
– 38 : – المدثر.ٌت َر ِهينَة
ٍ ُكلّ نَ ْف
Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya, Q.s. Al-Mudatsir : 38
2.
Setiap jiwa bertanggung jawab atas dirinya sendiri (Q.S.Yunus: 10, Q.S.Al
An’am ; 164)
َ ََد ْع َواهُ ْم فِيهَا ُسب َْحان
ِآخ ُر َد ْع َواهُ ْم أَ ِن ْال َح ْم ُد ل
ِ ك اللّهُ ّم َوتَ ِحيّتُهُ ْم فِيهَا َسلَ ٌم َو
- 10 : – يونس.ين
َ َربّ ْال َعالَ ِم
Doa mereka di dalamnya ialah, “Subhanakallahumma,” dan salam penghormatan mereka
ialah, “ Salam,” Dan penutup doa mereka ialah “Alhamdulillaahi Rabbil ‘aalamin”. Q.s.
Yunus : 10
س إِلّ َعلَ ْيهَا َول
ٍ َش ْي ٍء َولَ تَ ْك ِسبُ ُكلّ نَ ْف
َربّ ُك ْم َمرْ ِج ُع ُك ْم فَيُنَبّئُ ُك ْم بِ َما ُك ْنتُ ْم فِي ِه
ّقُلْ أَ َغي َْر اِ أَب ِْغي َربًّا َوهُ َو َربّ ُكل
از َرةٌ ِو ْز َر أُ ْخ َرى ثُ ّم إِلَى
ِ تَ ِز ُر َو
– 164 : – النعام.ون
َ ُتَ ْختَلِف
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi
segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudaratannya kembali
kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.
Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa
yang kamu perselisihkan". Q.s. Al-An’aam : 164.
3.
Manusia tak dapat meloloskan diri dari hukuman Allah swt. (Q.S.An Nisa :
97)
َ
م
َ م
ُ َ لئِك
ِ مي أن ْ ُف
ِ ِ ة ظَال
ّ ِإ
ْ ُ م كُنْت
َ م قَالُوا فِي
ْ ِسه
َ ْ م ال
ُ ُين تَوَفّاه
َ ِن الّذ
َ
َ
َ
ين ِفي ال ْر
ضعَ ِف
ِض الله
ْ َ ست
ْ م
ْ َ ض قَالُوا أل
ُ قَالُوا كُنّا
ُ ن أ ْر
ْ ُ م تَك
َ
ِ
ْ
َ ِ ج ُروا فِيهَا فَأُولَئ
َت
ً َاسَََع
ِ َو
َ م
َ َم و
ْ سَََاء
ُ ّ جهَن
ْ ُمَََأوَاه
َ ك
ِ ة فَتُهََََا
- 97 : – النساء.يرا
ِ م
َ
ً ص
Sesungguhnya orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri
sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya: "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?". Mereka
menjawab: "Adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Para malaikat
berkata: "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?". Orangorang itu tempatnya neraka Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali, Q.s.
An-Nisaa’ : 97.
4.
Kesuraman masa lampau tak boleh diulang untuk legitimasi kejahatan
sekarang (Q.S.Lukman: 21, Q.S. Al Baqarah: 134, Q.S. Ar Ra’d: 11)
ان
َ يل لَهُ ُم اتّبِعُوا َما أَ ْن َز َل اُ قَالُوا بَلْ نَتّبِ ُع َما َو َج ْدنَا َعلَ ْي ِه آبَا َءنَا أَ َولَ ْو َك
َ َِوإِ َذال ق
ُ َال ّش ْيط
- 21 : – لقمان.ير
ِ ان يَ ْد ُعوهُ ْم إِلَى َع َذا
ِ ب الس ِّع
Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang diturunkan Allah". Mereka
menjawab: "(Tidak), tapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami
mengerjakannya". Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun
setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)?. Q.s. Luqman :
21.
ُ َ َََْ تِل
ل
َ َم و
َْ ُ سَََبْت
َْ َ سَََب
ٌ م
َ َ ما ك
َ َ ما ك
َ م
ْ ُ ت وَلَك
َ ت لَهَا
ْ َ ة قََََد ْ خَل
ّ كأ
َ ت
- 134 : – البقرة.ن
َ ملُو
َ سألُو
ْ ُ
َ ْما كَانُوا يَع
ّ َن ع
Itu adalah umat yang lalu; baginya apa yang telah diusahakannya dan bagimu apa yang
sudah kamu usahakan, dan kamu tidak akan diminta pertanggungan jawab tentang apa yang
telah mereka kerjakan. Q.s. Al-Baqarah : 134.
ٌ َلَهُ ُم َعقّب
ل يُ َغيّ ُر َما
َ َات ِم ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن َخ ْلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن أَ ْم ِر اِ إِ ّن ا
بِقَ ْو ٍم َحتّى يُ َغيّرُوا َما بِأ َ ْنفُ ِس ِه ْم َوإِ َذال أَ َرا َد اُ بِقَ ْو ٍم سُو ًءا فَلَ َم َر ّد لَهُ َو َما لَهُ ْم
-11 : – الرعد.ال
ٍ ِم ْن ُدونِ ِه ِم ْن َو
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. Q.s. ArRa’d : 11.
Aksioma etika ekonomi Islam atau asas ini tak menjadi titik tolak secara holistik di
dunia Islam sekarang, lebih-lebih ketika konsep dan sistem ekonomi Islam tak
menjadi bagian dari sistem kehidupan muslim secara konprehensif dan holistik.
Jadi, sebenarnya yang tak ingin diplementasikan oleh masyarakat Islam, bukan
hanya hukum publik yang berkaitan dengan pidana, akan tetapi juga dalam hukum
khusus, seperti kegiatan muamalat ini
Dari sini kita ingat sabda Nabi Muhammad saw. yang diterima dari Abu Umamah
dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban sebagai berikut: “Sungguh akan lepas ikatanikatan (sistem) Islam itu sedikit-sedikit. Setiap sub sistem itu lepas, maka akan
beriringan dengan sub sistem berikutnya. Yang pertama lepas adalah sistem hukum
dan yang terakhir adalah shalat”.
Prinsip Dasar Ekonomi Islam
Sebelum sampai kepada jual beli valas dilihat dari syariat Islam, maka disini akan
dibahas terlebih dahulu mengenai prinsip-prinsip ekonomi Islam, sehingga dapat
dilihat dari sisi mana boleh dan tidak bolehnya jual beli valas itu.
Prinsip-prinsip ekonomi Islam amat jelas sekali diterangkan oleh Allah dan RasulNya, antara lain:
1.
Prinsip kebersihan harta
Yang dimaksud prinsip ini ialah bahwa ekonomi Islam harus halal, melalui proses
halal (sifatnya halal), jauh dari sifat ribawi, transparan (tidak ghass), rela merelakan
(‘an taradin) dan tidak ihtikar (penimbunan), tidak ada gharar (penipuan), dan
spekulasi (maisir).
2.
Prinsip Kesederhanaan (tidak israf dan tabzir)
Prinsip ini berkaitan dengan kebabasan manusia dan tanggung jawab sosialnya.
Harta yang dimiliki seseorang tak serta merta dapat digunakan semuanya dengan
tidak memperhatikan lingkungan dan manfaatnya secara baik. Manusia dilarang
israf (melebihi batas) dan tabzir (menyia-nyiakan) yang sebenarnya tak perlu
dilakukan sama sekali. Secara sosial hal ini akan membangkitkan bughdl dan hasd
(iri dengki) di kalangan masyarakat atau yang sering disebut kecemburuan sosial.
3.
Prinsip kemurahan hari dan moralitas
Manusia beriman memiliki tanggung jawab sosial yang amat besar. Tanggung jawab
harus didasarkan kasih sayang terhadap yang lain, sehingga apapun yang
diperbantukan kepada yang lain tidak semata-mata bernilai ekonomi, seperti
pinjaman dan gadaian, akan tetapi ta’awun (kemitraan dan saling membantu) antara
sesama. Karena itu, bukan hanya infaq wajib dan zakat yang harus dikeluarkan dari
seorang muslim, tetapi juga sadaqah, jariyah, dan lain-lain harus pula diperhatikan.
Dalam hal bantuan yang bernilai ekonomi pun harus disertai dengan kasih sayang
dan landasan moral yang tinggi karena tak setiap orang yang berutang mampu
membayar sekaligus atau seketika sesuai dengan pinjaman semula, sehingga
memerlukan penangguhan beberapa waktu.
Dengan demikian, maka ekonomi Islam sebenarnya amat manusiawi dan alami,
walaupun tak menolak sama sekali segala produk teknologi yang meningkatkan
produktivitas dan efsiensi. Dengan ini pula maka produktif, efektif, dan efsien
merupakan kekhasan dari ekonomi Islam. Sekarang ketiga hal tersebut sedang
digalakan di dunia. Untuk meningkatkan produksi diupayakan adanya bioteknologi agar kebutuhan hidup manusia, terutama makanan dan minuman
diperoleh dari daerah sempit dengan tingkat produktivitas tinggi. Dari sini juga
akan efsien dalam menggunakan lahan pertanian. Segala tindakan yang tidak
efsien, secara moral, akan mendapat kecaman dunia internasional, khususnya para
pemerhati lingkungan.
Jual beli Valas dari sudut pandang Islam
Di atas disebutkan bahwa pelaku ekonomi tak dapat memisahkan dirinya dari
pendanaan dan biaya investasi serta hubungan-hubungan internasional yang secara
logis harus menggunakan pula pranata internasional, yaitu berupa pertukaran uang
yang relatif nilainya diakui stabil secara internasional. Di Indonesia mata uang yang
dianggap relatif stabil tentu saja yang dimiliki oleh negara yang struktur
ekonominya juga stabil dan kuat, seperti Amerika dengan dolarnya, Inggris dengan
foundsterlingnya, dan belanda dengan guldennya, dll. Di Asia negara yang stabil
nilai tukarnya ialah Ringgit Malaysia dan Brunei, dan dolar Singapura.
Secara historis jual beli atau transaksi-transaksi internasional yang terjadi sejak
zaman
silam
dan
sekarang
menggambarkan
bahwa
socio-economi
terus
berkembang sesuai dengan kondisi-kondisi politik dan ekonomi yang berkembang,
namun demikian di kalangan masyarakat Islam asas dan prinsipnya tidak boleh
lepas dari yang ditetapkan Allah dan rasul-Nya, walaupun transaksi meluas.
Pada masa Nabi pun sudah berkembang mata uang yang digunakan, yaitu mata
uang asing, berupa dirhan dan dinar. Kedua mata uang tersebut bukan hanya
merupakan alat tukar secara internasional waktu itu, tetapi juga sebagai mata uang
yang sah di dalam negeri karena mata uang tersebut sebagai mata uang sah. Karena
itu, beliau menentukan ketentuan-ketentuan dalam transaksi dan juga ketentuan
zakat atau ukuran nilai suatu barang. Sebagaimana disunggung diatas beliau tidak
berkenan untuk melakukan barter korma yang mulus dan yang jelek. Beliau
memerintahkan supaya dijual saja korma yang jelek itu dan dibeli baik. Secara
ekonomi cara ini untuk menghidupkan pasar dan transaksi lebih transparan,
sehingga konsep “an taradin” betul-betul dapat dijalankan secara baik.
Pada zaman Nabi jual beli uang belum terjadi karena situasi ekonomi waktu itu
belum begitu komplek seperti sekarang. Persaingan mata uang pun agaknya belum
ada. Memang mungkin terjadi, eksportir dan importir waktu itu melakukan barter,
khususnya bagi barang-barang yang pada kedua negara itu dibutuhkan. Namun,
sabda Nabi yang berkaitan dengan tidak bolehnya barter korma, menunjukkan
bahwa sudah ada landasan hukum untuk larangan barter ini, sehingga shahabat tak
melakukannya. Karena itu, istilah riba fadlal, sebagaimana disebutkan dalam haditshadits dilarang itu.
Riba fadlal menurut hemat saya adalah barter. Jual beli valas atau valuta asing
dengan mata uang yang diinginkan si pembeli yang bila dilihat, menurut hemat
saya, secara sepintas termasuk barter yang dilarang oleh Nabi karena sama-sama
uang, lebih-lebih jika diperhatikan sekarang jual beli valas lebih banyak mencari
keuntungan yang tingkat spekulasinya amat tinggi sekali karena mengandalkan
fluktuasi harga saham dan politik belaka, sementara sektor real, seperti untuk
pengembangan industri tak terbiayai. Spekulasi ini berbau maisir yang dilarang oleh
agama. Hal ini hampir sama dengan jual beli saham di pasar modal yang tingkat
spekulasinya amat tinggi, bahkan lebih tinggi spekulasinya dari jual beli valas yang
justru memandang unsur maisir. Hanya saja pada akhirnya terletak pada
pengelolaan pasar modal dan jual beli valas ini serta perundangan yang berlaku.
Bila demikian adanya, maka dilihat dari sisi syar’i jelas kecenderungan terlarangnya
jual beli vala. Lebih-lebih, jual beli valas saat ini sudah sedemikian jauh karena
sudah dijadikan komoditi perdagangan, sebagaimana barang dagangan lain. Akan
tetapi, pembatasan yang berlebihan pun tak menguntungkan ekonomi karena
beberapa al-suq al-aswad makin menyemarakan spekulasi yang lebih tak terkendali.
Memang ada perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam memahami riba fadl
ini. Ada yang mengharamkan dan ada pula yang bahwa riba ini termasuk makruh
dan larangan itu sebagai sabdud dari’ah saja karena bila dibiarkan akan merusak
tata ekonomi, seperti halnya jual beli valas. Agaknya ini yang dapat kita ambil dari
kesimpulan A. Hasan (1995 : 412 – 422) ketika beliau memahamkan riba fadl dengan
cara takwil.
Dilihat dari segi perkembangan ekonomi riil, jual beli valas tak mampu membiayai
sektor riil dan mengganggu ekonomi nasional. Terjadinya situasi politik tertentu
atau karena tak diangkatnya pigur tertentu sebagai pejabat tertentu, maka nilai valas
pun akan berubah dan digunakan oleh orang yang bertanggug jawab untuk
memborong mata uang asing tertentu demi kepentingan politiknya, sehingga pasar
akan negatif dan transaksi-transaksi internasional akan terhambat.
Jadi, dilihat dari segi epistemologis dan aksiologisnya jual beli valas secara bebas
akan amat mengganggu terhadap pertumbuhan ekonomi riil, tetapi bukan sama
sekali tidak boleh. Orang lebih senang di belakang meja money changer, ketimbang
sibuk di pabrik mengembangkan usahanya dan membangun infra struktur ekonomi
pasar.
Oleh karena itu, agaknya dapat saja PERSIS mengusulkan Bayan agar jual beli valas
itu diatur dengan undang-undang yang lebih mampu mengamankan ekonomi
nasional dan tidak disalahgunakan oleh spekulan. Namun demikian kekuatan
ekonomi makro dan mikro akan amat mendukung terhadap kelancaran ekonomi
keseluruhan.
Khatimah
Jual beli valas secara yang merupakan struktur ekonomi masa kini tak sesuai dengan
tata cara ekonomi Islam sebagaimana yang dikehendaki oleh Rasulullah saw. jual
beli semacam ini penuh dengan spekulasi yang akan amat merugikan kepada
ekonomi pasar yang riil. Jual beli valas perlu dilengkapi dengan undang-undang
yang lebih menguntungkan ekonomi nasional dan umat Islam.
Asas-asas dan prinsip-prinsip ekonomi Islam yang diajarkan Rasul, amat
manusiawi, alamiah, dan rasional serta sesuai dengan tuntunan masa kini yang
memelihara amanah, keadilan, persamaan, tolong menolong, dan ukhuwah.
Ekonomi kapitalis yang individualistis hanya akan menguntungkan kelompok
orang kaya belaka, sebagaimana terlihat pada pasar bebas yang gilirannya
memarginalkan negara-negara miskin. Sementara ekonomi sosialis tak sukses dalam
membangun kemandirian untuk maju terhadap masyarakat.
Sekarang giliran umat Islam tampil dalam partisipasinya membangun paradigma
baru ekonomi yang bukan kapitalis, bukan sosialis dan bukan pula third ways, third
ways, tetapi Ekonomi Islam, yaitu model The Islamic Way
Wallahu ‘alam bisshawab
Bandung, 1 September 2000
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur`an al-Karim
Al-Asqalani, Ibn Hajar, Bulughul Maram
Giddens, Anthany, The Third Ways (terjemahan Ketut Arya Mahardika, Gramedia, Jakarta:
2000)
Naqwi, Nawab Haidar, Etika Ekonomi Islam
Rahman, Afzal, Doktrin Ekonomi Islam (terjemahan oleh Surayo, Nastngin) Dana
Bakti Wakaf, Yogtakarta : 1995.