Makalah Teori Komunikasi Tugas Kelompok

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Teori penetrasi sosial muncul pertama kali pada tahun 1973 melalui
tulisan Irwin Altman & Dalmas Taylor dalam bukunya yang berjudul “Social
Penetration: The Development Of Interpersonal Relationships”.

Irwin

Altman adalah Profesor dalam bidang psikologi sosial di Universitas Utah dan
Taylor adalah seorang Profesor bidang psikologi di Universitas Lincoln.
Bidang kajian Teori Penetrasi Sosial meliputi studi psikologi sosial dan
komunikasi. Cakupan wilayah bidang studi komunikasi dalam teori ini
menjelaskan suatu kerangka pemikiran bahwasanya proses komunikasi
memainkan peranan penting dalam perkembangan hubungan sosial.
Social Penetration Theory (Teori Penetrasi Sosial) ini lahir dari
perspektif obejektif, di mana kaum objektivis percaya bahwa ada kesatuan
dalam ilmu (unity of science), mereka memahami fisika, biologi, psikologi,
dan komunikasi hanya sebagai “jendela-jendela” yang berbeda untuk melihat
realitas fisik


yang bersifat tunggal. Dengan kata lain, teoritisi objektif

memahami realitas yang tunggal, i
ndependen dan otonom (Anderson, dalam Griffin, 2006: 517-518).
Teori ini mengkaji mengenai proses perkembangan kedekatan
hubungan dalam level interpersonal. Perkembangan kedekatan tentunya
melalui beberapa tahapan didalamnya. Dalam teori penetrasi sosial, biasanya

1

dimulai dengan komunikasi superfisial yakni komunikasi pada tahap awal
yang kemudian menyebabkan keakraban.
Teori penetrasi sosial juga menjelaskan bahwa dengan berkembangnya
hubungan, keluasan dan kedalaman akan meningkat. Bila suatu hubungan
menjadi rusak, keluasan dan kedalaman sering kali akan (tetapi tidak selalu)
menurun, proses ini disebutdepenetrasi (Devito, 1997: 242).
Teori media ekonomi politik merupakan salah satu dari teori media
kritis. Teori ini lebih menekankan pada struktur ekonomi dan politik
dibandingkan dengan isi ideologi dari media itu sendiri. Media dalam hal ini
lebih mengedepankan ekonomi dan politik yang dianggap menguntungkan

bagi pihak tertentu tanpa memikirkan aspek lain. Media yang dimiliki oleh
orang-orang elit memungkinkan mereka bertindak sesuka hati demi
mendapatkan apa yang mereka inginkan dengan “bermain” dengan media
yang mereka miliki.
Teori ini merupakan nama lama yang dihidupkan
kembali

untuk

digunakan

dalam

menyebutkan

sebuah

pendekatan yang memusatkan perhatian lebih banyak pada
struktur ekonomi dari pada muatan (isi) ideologis media. Teori
ini mengemukakan ketergantungan ideologi pada kekuatan

ekonomi dan mengarahkan perhatian penelitian pada analisis
empiris terhadap struktur pemilikan dan mekanisme kerja
kekuatan pasar media. Menurut tinjauan ini, institusi media
harus dinilai sebagai bagian dari sistem ekonomi yang juga

2

bertalian erat dengan sistem politik. Untuk lebih jelasnya, penulis
akan membahas kedua teori tersebut. Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Terimakasih.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari teori penetrasi sosial ?
2. Bagaimana model dari teori penetrasi sosial ?
3. Apa saja asumsi-asumsi dari teori penetrasi sosial ?
4. Apa saja tahapan proses dari teori penetrasi sosial ?
5. Apa saja konsep dari teori penetrasi sosial ?
6. Apa kelemahan & kekuatan dari teori penetrasi sosial ?
7. Apa hubungan teori penetrasi sosial & teori ?
8. Apa saja asumsi-asumsi dari teori ekonomi politik media ?
9. Apa pengertian dari teori ekonomi politik media ?

10. Apa saja konsep dari teori ekonomi politik media ?
11. Apa kelemahan dan kekuatan dari teori ekonomi politik media ?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian dari teori penetrasi sosial
2. Mengetahui apa saja asumsi-asumsi dari teori penetrasi sosial
3. Mengetahui model dari teori penetrasi sosial
4. Mengetahui apa saja tahapan proses dari teori penetrasi sosial
5. Mengetahui apa saja konsep dari teori penetrasi sosial
6. Mengetahui apa kelemahan & kekuatan dari teori penetrasi sosial
7. Mengetahui apa hubungan teori penetrasi sosial & teori

3

8. Mengetahui apa saja asumsi-asumsi dari teori ekonomi politik media
9. Mengetahui apa pengertian dari teori ekonomi politik media
10. Mengetahui apa saja konsep dari teori ekonomi politik media
11. Mengetahui apa kelemahan dan kekuatan dari teori ekonomi politik
Media

4


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Teori Penetrasi Sosial
Teori Sosial Penetrasi
Berdasarkan penelitian Irwin Daltman dan Dalmas Taylor

Sekitar tiga tahun yang lalu, istri Jason LaSalle, Miranda, meninggal
akibat kecelakaan mobil, meninggalkan Jason sebagai orang tua untuk anak
kembar mereka berusia 8 tahun. Sejak istrinya meninggal, Jason berjuang baik
secara finansial maupun emosional. Ia sangat khawatir dengan biaya
kontrakan dan pembayaran mobil vannya serta mengenai kebutuhan anakanaknya. Dalam tiga tahun terakhir, Jason membantu melakukan pekerjaan
rumah tangga di sekitar lingkungannya untuk menambah penghasilannya yang
pas-pasan sebagai penjaga sebuah kompleks bioskop lokal. Selain itu, Jason
juga merasa kesepian. Ia merasa kikuk berada di sekitar orang lain, khususnya
wanita. Miranda adalah satu-satunya wanita dengan siapa ia benar-benar
merasa nyaman, dan ia sangat merindukannya.
5


Kaka perempuan Jason, Kayla, selalu mencoba untuk menarik Jason
keluar dari dalam rumahnya. Suatu malam, Kayla menyewa seorang penjaga
anak dan mengajak Jason pergi. Malam itu merupakan malam yang penting
bagi Kayla karena ia juga mengundang temannya Elise Porter, yang baru saja
bercerai. Kayla berpikir bahwa Elise mungkin adalah pasangan yang cocok
untuk adiknya. Ia berharap bahwa sikap Elise yang santai dan selera
humornya yang tinggi akan membuat Jason tertarik. Sepanjang malam itu,
Jason dan Elise berbicara mengenai berbagai macam hal, termasuk
pengalaman mereka menjadi orang tua tunggal, perceraian Elise, dan dua anak
yang masing-masing mereka besarkan. Sebagian besar waktu mereka malam
itu mereka gunakan untuk berdansa atau berbicara satu sama lain. ketika
malam berakhir Jason dan Elise berjanji untuk bertemu lagi secepatnya.
Selama Jason berkendara menuju ke apartemennya ia tidak dapat
berhenti memikirkan Miranda. Ia kesepian, sudah tiga tahun ia tidak pernah
dekat dan berbagi dengan seseorang. Sesampainya di rumah, kesedihannya
meningkat ketika ia melihat foto keluarganya yang diambil di Disney World
beberapa saat sebelum Miranda meninggal. Ia tidak yakin jika ini adalah
waktu yang tepat untuk memulai sebuah hubungan yang intim, tetapi ia juga
menginginkan kesempatan untuk melihat seperti apakah Elise sebenarnya. Ia
tahu bahwa dalam kencan-kencan berikutnya ia tidak dapat menghindar untuk

berbicara mengenai Miranda, dan ia merasa bahwa perbincangan semacam itu
sangat sulit. Ia akan harus terbuka secara emosional kepada Elise dan

6

pemikiran bahwa ia harus berada dalam posisi tersebut benar-benar
menantang.
Setelah dia membayar penjaga anak dan menutup pintu, ia berjalan
menuju kamar si kembar dan memberikan sebuah ciuman di masing-masing
keningnya. Sambil duduk minum teh di ruang tamu, Jason merasa bahwa ia
sedang menuju ke kehidupan yang baru, menarik, dan sedikit menakutkan.
Untuk memahami kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin
Altman dan Dalmas Taylor (1973) dalam West & Turner (2007: 196)
mengonseptualisasikan Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory).
Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu area mengenai ikatan
sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori mereka menggambarkan
suatu pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasi
sebagai penetrasi sosial. Penetrasi sosial (social penetration) merujuk pada
sebuah proses ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari
komunikasi superfisial menuju ke komunikasi yang lebih intim. Menurut

Altman & Taylor, keintiman di sini lebih dari sekedar keintiman secara fisik;
dimensi lain dari keintiman termasuk intelektual dan emosional, dan hingga
pada batasan di mana pasangan melakukan aktivitas bersama (West & Turner
2007). Proses penetrasi sosial, karenanya, mencakup di dalamnya perilaku
verbal (kata-kata yang kita gunakan), perilaku nonverbal (postur tubuh kita,
sejauh mana kita tersenyum, dan sebagainya), dan perilaku yang berorientasi
pada lingkungan (ruang antara komunikator, objek fisik yang ada di dalam
lingkunagn, dan sebagainya).
7

Altman dan Taylor (1973) dalam West & Turner (2007: 196) percaya
bahwa hubungan orang sangat bervariasi dalam penetrasi sosial mereka. Dari
suami-istri, supervisor-karyawan, pasangan main golf, dokter-pasien, hingga
para teoretikus menyimpulkan bahwa hubungan “melibatkan tingkatan
berbeda dari perubahan keintiman atau tingkat penetrasi sosial”. Para penulis
ini menyatakan bahwa hubungan mengikuti suatu trayek (trajectory), atau
jalan setapak menuju kedekatan. Selanjutnya, mereka mengatakan bahwa
hubungan bersifat teratur dan dapat diduga dalam perkembangannya. Karena
hubungan adalah sesuatu yang penting dan “sudah ada dalam hati
kemanusiaan kita” (Rogers & Escudero, 2004, hal.3), dalam West & Turner

(2007:196), para teoretikus penetrasi sosial berusaha untuk menguraikan
kompleksitas dan prediktabilitas yang terus-menerus dari suatu hubungan.
Cerita pembuka mengenai Jason LaSalle dan kencannya yang diatur
oleh saudaranya menggambarkan ciri utama dari teori penetrasi sosial. Satusatunya cara bagi Jason dan Elise untuk memahami satu sama lain dengan
mulai melakukan pembicaraan secara pribadi diskusi semacam itu akan
mengharuskan mereka untuk membagi informasi pribadi. Ketika keduanya
bertambah dekat, mereka akan bergerak dari hubungan yang tidak intim
menuju ke yang intim. Selain itu, tiap kepribadian akan memengaruhi arah
hubungan. Jadi hubungan Jason dan Elise akan dipengaruhi oleh sikap malumalu Jason dan sikap Elise yang santai. Masa depan hubungan Jason dengan
Elise didasarkan pada banyak faktor, yakni faktor-faktor yang akan
dieksplorasi di masa yang akan datang.

8

Diskusi awal mengenai teori penetrasi sosial dimulai pada tahun 1960an dan 1970-an, era di mana membuka diri dan berbicara terus terang
dianggap sebagai strategi hubungan yang penting. Sekarang, peneliti telah
mengakui bahwa budaya dapat berbeda-beda dalam menghargai keterbukaan
sebagai

keteram


pilan

dalam

berhubungan,

dan

beberapa

budaya

mempertanyakan antusiasme awal untuk keterbukaan hubungan secara umum
(Stafford, 2003 dalam West & Turner 2007:196).

2.1.2 Asumsi-asumsi Teori Penetrasi Sosial
1. Asumsi pertama dari teori penetrasi sosial adalah hubunganhubungan memiliki kemajuan dari tidak intim menjadi intim.
Hubungan seseorang dengan yang lainnya tidak langsung menjadi
intim. Dengan kata lain, untuk mencapai keakraban (keintiman)

seseorang harus melalui proses terlebih dahulu yakni proses
komunikasi superfisial. Komunikasi superfisial, adalah komunikasi
yang bersifat dasar seperti contohnya, berbicara mengenai umur,
sekolah, hal-hal yang disukai, dan lain-lain yang belum masuk
pada tahap intim. Tahap intim tidak hanya sekedar unsur fisik, ada
beberapa dimensi lain seperti intelektual dan emosional seseorang.
Pertama, hubungan komunikasi antara orang dimulai pada
tahapan superfisial dan bergerak pada sebuah kontinum menuju
tahapan yang lebih intim. Pada kencan mereka yang diatur oleh
Kayla, tak diragukan bahwa Jason dan Elise berbicara mengenai
9

masalah-masalah sepele sehubungan dengan menjadi orang tua
tunggal. Mereka kemungkinan bercerita mengenai bagaimana
sulitnya memiliki cukup waktu pada siang hari untuk melakukan
segala

sesuatu,

tetapi

mereka

kemungkinan

tidak

akan

mengekpresikan bagaimana putus asanya mereka pada jam 3 pagi
ketika

mereka

terbangun

dari

mimpi

buruk,

misalnya.

Perbincangan awal ini mulanya mungkin terlihat tidak penting,
tetapi sebagaimana ditemukan oleh Jason, perbincangan semacam
ini memungkinkan seseorang untuk menilai pasangannya dan
memberikan kesempatan bagi tahapan awal pengembangan
hubungan. Tentu saja Jason merasa tidak nyaman, tetapi
ketidaknyamanan ini dapat hilang dengan sendirinya. Sejalan
dengan waktu, hubungan-hubungan mempunyai kesempatan
untuk menjadi lebih intim.
Tidak semua hubungan terletak pada titik ekstrem baik tidak
intim maupun intim. Bahkan, banyak dari hubungan kita
tertelatak pada satu titik di antara dua kutub tersebut. Sering kali,
kita mungkin menginginkan kedekatan hubungan dengan
moderat. Contohnya, kita mungkin ingin agar hubungan dengan
rekan kerja kita cukup jauh sehingga kita tidak perlu mengetahui
apa yang terjadi di rumahnya setiap malam atau berapa banyak
uang yang dia miliki di bank. Akan tetapi, kita perlu untuk

10

mengetahui cukup informasi personal untuk mengetahui apakah
ia mampu menyelesaikan bagiannya dalam sebuah proyek tim.
2. Asumsi kedua dari teori penetrasi sosial berhubungan dengan
prediktabilitas.
Secara khusus, para teoretikus penetrasi sosial berpendapat bahwa
hubungan-hubungan berkembang secara sistematis dan dapat
diprediksi. Beberapa orang mungkin memiliki kesulitan untuk
menerima klaim ini. Hubungan seperti proses komunikasi bersifat
dinamis dan terus berubah, tetapi bahkan sebuah hubungan yang
dinamis mengiktui standar dan pola perkembangan yang dapat
diterima.
Untuk lebih memahami asumsi ini, lihat Jason LaSalle.
Tanpa perlu mengetahui semua detail situasinya, kita dapat
menebak bahwa jika ia mulai berhubungan dengan Elise, ia akan
harus mengatasi emosinya mengenai Miranda. Selain itu, ia tak
dapat menghindar untuk mempertimbangkan bagaimana keluarga
mereka akan bergabung jika hubungan mereka berkembang
menjadi lebih intim. Selanjutnya, kita dapat menduga bahwa
hubungan ini akan bergerak lambat pada awalnya ketika Jason dan
Elise berusaha untuk mengatur perasaan dan emosi mereka.
Proyeksi-proyeksi ini didasarkan pada asumsi kedua teori
ini: hubungan pada umumnya bergerak dalam cara yang teratur
dan dapat diprediksi. Meskipun kita mungkin tidak mengetahui
11

secara pasti mengenai arah dari sebuah hubungan atau dapat
menduga secara pasti masa depannya, proses penetrasi sosial
cukup teratur dan dapat diduga. Kita cukup yakin, misalnya, bahwa
Jason dan Elise tidak akan memperkenalkan diri mereka masingmasing pada orang-orang penting di dalam keluarga mereka
sebelum berkencan beberapa kali. Kita juga dapat menebak bahwa
mereka tidak akan saling menyatakan cinta sebelum melakukan
pertukaran informasi yang lebih intim. Tentu saja, sejumlah
peristiwa dan variabel lain (waktu, kepribadian, dan sebagainya)
memengaruhi cara perkembangan hubungan mereka dan apa yang
kita dapat prediksikan dalam proses tersebut. Sebagaimana
disimpulkan oleh Altman dan Taylor (1973) dalam West & Turner
(2007:198) “orang tampaknya memiliki mekanisme penyesuaian
yang sensitif yang memampukan mereka untuk memprogram
secara hati-hati hubungan interpersonal mereka”.
3. Asumsi ketiga social penetration theory berhubungan dengan
pemikiran

bahwa

perkembangan

hubungan

mencakup

depenetrasi dan disolusi.
Mulanya, kedua hal ini mungkin terdengar aneh. Sejauh ini kita
telah membahas titik temu dari sebuah hubungan. Akan tetapi,
hubungan

dapat

menjadi

berantakan,

atau

menarik

diri

(depenetrate), dan kemuduran ini dapat menyebabkan terjadinya
disolusi

hubungan.

Elise,

contohnya

mungkin

tidak

siap
12

menghadapi ketertutupan Jason dan mungkin berharap untuk
menarik dan memutuskan hubungan secara total.
Berbicara mengenai penarikan diri dan disolusi, Altman
dan Taylor menyatakan kemiripan proses ini dengan sebuah film
yang diputar mundur. Sebagaimana komunikasi memungkinkan
sebuah hubungan untuk mundur menuju tahap keintiman,
komunikasi dapat menggerakan hubungan untuk mundur menuju
tahap ketidakintiman. Jika suatu komunikasi penuh dengan
konflik, contohnya, dan konflik ini terus berlanjut menjadi
destruktif dan tidak bisa diselesaikan, hubungan itu mungkin akan
mengambil langkah mundur dan menjadi lebih jauh. Para
teorerikus penetrasi sosial berpikir bahwa penarikan diri seperti
halnya proses penetrasi sering kali sistematis.
Jika sebuah hubungan mengalami depenetrasi, hal itu tidak berarti
bahwa hubungan itu akan secara otomatis hilang dan berakhir.
Sering kali,

suatu hubungan akan mengalami

transgresi

(transgression), atau pelanggaran aturan, pelaksanaan, dan harapan
dalam berhubungan. Transgresi ini mungkin tampak tidak dapat
diselesaikan dan sering kali memang demikian. Bahkan, Tara
Emmers, Sommer (2003) dalam West & Turner (2007: 199)
menyatakan bahwa berbagai transgresi hubungan dapat membantu
dalan kegagalan suatu hubungan.

13

4. Asumsi terakhir menyatakan bahwa pembukaan diri adalah
inti dari perkembangan hubungan.
Pembukaan diri (self disclosure) dapat secara umum didefinisikan
sebagai proses pembukaan informasi mengenai diri sendiri kepada
orang lain yang memiliki tujuan. Biasanya, informasi yang ada di
dalam pembukaan diri adalah informasi yang signifikan (West &
Turner, 2007: 199).
Contohnya seperti, seseorang yang mengungkapkan dirinya bisa
bermain gitar mungkin tidak begitu penting bagi orang lain,
membuka informasi yang lebih pribadi, seperti bahwa seseorang
itu merupakan seorang Katolik dan mendukung kehidupan (anti
aborsi), mungkin secara signifikan memengaruhi evolusi sebuah
hubungan.
Menurut Altman dan Taylor (1973) dalam West & Turner
(2007: 199), hubungan yang tidak intim bergerak menuju
hubungan yang intim karena adanya keterbukaan diri. Proses ini
memungkinkan orang untuk saling mengenal dalam sebuah
hubungan. Pembukaan diri membantu membentuk hubungan masa
kini dan masa depan antara dua orang, dan “membuat diri terbuka
terhadap orang lain memberikan kepuasan yang intrinsik. Elise
akan memahami tantangan baginya dalam hubungannya dengan
Jason ketika mendengarkan pembukaan diri Jason mengenai
14

perasaanya tentang istrinya yang sudah meninggal dan hasratnya
untuk memulai berpacaran lagi. Sebaliknya, karena penetrasi sosial
mensyaratkan sebuah “ketumpangtindihan informasi yang gradual
dan eksplorasi akan diri masing-masing pihak yang terlibat dalam
sebuah hubungan”, Elise juga harus membuka diri serta
pemikirannya dan perasaannya.
Akhirnya, kita harus melihat bahwa pembukaan diri bersifat
strategis dan non-strategis. Maksudnya, dalam beberapa hubungan,
kita cenderung untuk merencanakan apa yang kita katakan pada
orang lain. dalam situasi lainnya, pembukaan diri mungkin terjadi
secara spontan. Pembukaan diri secara spontan secara luas
berkembang dalam masyarakat kita. Bahkan, para peneliti telah
menggunakan istilah, “fenomena orang asing dalam kereta
(strangers-on-the-rain)” (atau di pesawat atau bus) untuk merujuk
pada waktu ketika orang membuka informasi pada orang yang
sama sekali asing di area publik. Coba ingat kembali seberapa
sering kita duduk di sebelah orang asing dalam suatu perjalanan,
dan orang asing tersebut membuka informasi pribadi selama
perjalanan. Peneliti komunikasi interpersonal terus melakukan
penyelidikan kenapa orang terlibat dalam kegiatan ini.

15

2.1.3 Model Teori Penetrasi Sosial "Mengupas" Lapisan Hubungan:
Analogi Bawang
Altman dan Taylor menggunakan analogi atau model bawang (union model)
dalam menjelaskan tahapan penetrasi sosial. Lapisan pertama adalah lapisan
yang bisa diakses oleh semua orang. Lapisan terluar adalah dirinya yang
bersifat umum yang bisa dijangkau oleh semua orang yang peduli untuk
melihatnya. Lapisan terluar termasuk sekian banyak detil yang pasti
membantu menggambarkan siapa dia tetapi disandarkan hanya pada
kebiasaannya dengan orang lain. Di permukaan, orang melihat tinggi badan
atau tampilan fisik, usia, jenis kelamin, pekerjaan, dan segala macam artefak
non verbal yang terikat padanya.
Selanjutnya pada lapisan yang kedua merupakan wilayah semi-privat
yang dimiliki seseorang, tidak semua orang dapat mengetahui secara pasti
bagaimana sifat dan kepribadian seseorang. Kemudian, jika masuk ke wilayah
yang lebih dalam lagi itu merupakan wilayah yang bersifat privat, wilayah ini
dibentuk berdasarkan nilai-nilai, konsep diri, konflik yang pernah dialami dan
juga emosi-emosi. Itu adalah bagian pribadinya yang tidak ia buka ke seluruh
dunia. Bahkan orang yang terdekat kepadanya seperti orang tua atau kekasih
juga belum tentu mengetahuinya. Lapisan yang lebih dalam ini lebih rentan,
oleh karena itu lebih ia lindungi (Griffin, 2006: 114). Gambar model bawang
berikut ini dapat menjelaskan lapisan-lapisan atau wilayah penetrasi sosial.

16

(http://www.slideshare.net/mankoma2013/penetrasi-sosial?next_slideshow=1)

17

(http://sosbud.kompasiana.com/2010/06/16/teori-penetrasi-sosial168287.html)

Dalam diskusi mengenai social penetration theory, Altman & Taylor
memasukkan struktur kulit bawang. Mereka meyakini bahwa orang seperti
Jason LaSalle dapat dibandingkan dengan sebuah bawang, dengan lapisanlapisan (berbentuk lingkaran) dari sebuah bawang yang mewakili berbagai
aspek dari kepribadian seseorang. Lapisan terluar adalah citra publik (public
image) seseorang, atau yang dapat dilihat secara langsung. Citra publik Jason
adalah ia seorang pria Afro-Amerika pada usia pertengahan 40 tahunan yang
mulai mengalami kebotakan. Elise Porter juga seorang Afro-Amerika tetapi
jauh lebih tinggi daripada Jason dan berambut pendek. Lapisn citra publik
dikelupas ketika Jason mulai membuka kepada pasangan kencannya mengenai
rasa frustasinya menjadi orang tua tunggal.
Ketika malam beranjak larut, tak diragukan lagi bahwa Jason dan Elise
mulai untuk membuka tiap lapisan dari kepribadian mereka. Contohnya, Elise
mungkin membuka bahwa dia juga mengalami kecemasan orang tua tunggal.
Resiprositas (reciprocity) ini, atau proses di mana keterbukaan orang lain
akan mengarahkan orang lain untuk terbuka, adalah komponen utama dalam
teori penetrasi sosial. Resiprositas terbukti signifikan baik dalam hubungan
yang mapan maupun yang baru, seperti hubungan Jason dan Elise. Lawrence
Rosenfeld & Gary Bowen (1991) dalam West & Turner (2008: 200),
18

misalnya, menemukan bahwa kepuasan pernikahan akan lebih tinggi ketika
pasangan melakukan resiprositas dalam pembukaan diri. Para peneliti
menekankan bahwa hubungan ini "kemungkinan lebih tidak tertekan dan lebih
stabil". Altman & Taylor yakin bahwa keintiman tidak dapat diperoleh tanpa
adanya resiprositas.
Penetrasi dapat dilihat dengan menggunakan dua dimensi: keluasan
dan kedalaman.
Keluasan (breadth) merujuk pada berbagai topik yang didiskusikan dalam
suatu hubungan.
Waktu keluasan (breadth time) berhubungan dengan jumlah waktu yang
dihabiskan oleh pasangan dalam berkomunikasi satu sama lainnya mengenai
berbagai macam topik tersebut.
Kedalaman (depth) merujuk pada tingkat keintiman yang mengarahkan
diskusi mengenai suatu topik. Pada tahap awal, hubungan dapat dikatakan
mempunyai keluasan yang sempit dan kedalaman yang dangkal. Bagi Jason
LaSalle, kencan ertamanya dengan Elise dapat disebut demikian. Sangat
mungkin, keduanya tidak mendiskusikan banyak topik, dan apa yang mereka
diskusikan

kemungkinan

jauh

dari

nuansa

keintiman,

kita

dapat

mengharapkan lebih luasnya topik yang dapat didiskusikan (lebih banyak
keluasan), dengan beberapa topik yang mulai lebih mendalam.

19

Beberapa kesimpulan penting untuk diperhatikan mengenai keluasan
dan kedalaman pembukaan diri. Pertama, pergeseran atau perubahan dalam
pusat lapisan (pada bawang) mempunyai lebih banyak pengaruh daripada
yang di bagian luar lapisan. Karena citra publik seorang individu, atau kulit
terluar, mewakili segala sesuatu yang dapat dilihat orang lain, atau superfisial,
kita dapat menebak bahwa apabila terdapat perubahan pada kulit terluar,
konsekuensinya akan minimal. Contohnya, jika Elise mengubah gaya
rambutnya, hubungannya dengan Jason akan lebih sedikit dipengaruhi
dibandingkan jika ia mengubah pendapatnya mengenai hubungan seks
sebelum nikah.
Kedua, makin besar kedalamannya, makin banyak kesempatan bagi
seseorang untuk merasa rentan. Bayangkan ketika Jason membuka beberapa
kelemahan dirinya pada Elise misalnya, fakta bahwa dia berada di dalam
tanggungan Negara selama dua tahun kematian istrinya. Ketika ia membuka
informasi pribadi ini kepada Elise, Elise dapat bereaksi dengan beberapa cara
berbeda. Elise dapat sekedar berkata “Wow”, dan tidak membicarakannya
lebih lanjut. Atau ia akan mengatakan, “Itu pasti merupakan hal yang berat
bagimu,” menunjukkan rasa prihatin. Respons ketiga adalah “Saya tidak
melihat sesuatu yang salah dengan hal itu. Jutaan orang membutuhkan
bantuan pada beberapa titik di dalam kehidupannya.” Reaksi terakhir ini
menunjukkan rasa keprihatinan yang lebih besar dan sebuah usaha untuk
mengurangi kegundahan yang dirasakan Jason. Bagaimana Elise bereaksi
memengaruhi seberapa rentan Jason merasa. Seperti yang kita lihat, reaksi
20

yang pertama mungkin memunculkan sebuah tingkat perasaan rentan yang
tinggi, sedangkan respons ketiga mungkin menyebabkan sedikit perasaan
rentan.
Ketika kita merefleksikan topik mengenai pembukaan diri, tetaplah
mengingat bahwa seorang individu harus berhati-hati dalam melakukan
pembukaan diri. Meskipun pembukaan diri secara umum dapat menggerakkan
suatu hubungan menuju kedekatan, membuka terlalu banyak pada awal
hubungan mungkin malah menyebabkan hubungan itu berakhir. Beberapa
pasangan mungkin tidak mamu dan tidak siap untuk mengenal orang lain
secara intim. Juga ingatlah bahwa kepercayaan adalah sebuah bagian yang
melekat dari proses keterbukaan dan resiprositas. Mark Knapp & Anita
Valengisti (2000) dalam West & Turner (2007: 202), contohnya, menyatakan
bahwa “pembukaan diri mengenai informasi yang intim didasarkan pada
kepercayaan. Mereka kemudian mengatakan bahwa jika kita menginginkan
resiprositas dalam pembukaan, kita harus berusaha untuk mendapatkan
kepercayaan dari orang lain dan, sebaliknya, juga memercayai orang tersebut.
satu tujuan dalam keterbukaan diri karenanya, adalah untuk menjadi peduli
dan sesuai. Tuntunan lain dalam pembukaan diri dapat dilihat pada tabel 1
Tabel 1

TANYA DIRI ANDA SENDIRI
Apakah orang itu penting bagi Anda ?

SARAN
Ungkaplah informasi signifikan mengenai diri
Anda sendiri kepada orang lain debgan siapa
21

Anda sedang membangunn suatu hubungan
personal.
Apa risiko membuka diri cukup beralasan ?

Cobalah untuk tidak membuka informasi yang
signifikan mengenai diri Anda jika terdapat
risiko

besar

tersebut.

berkaitan

Nilailah

dengan

potensi

informasi

risiko

dari

pembukaan diri Anda.
Apakah jumlah dan tipe pembukaan diri Tentukanlah apakah Anda membuka informasi
sesuai ?

terlalu banyak atau terlalu sedikit. Pelajari
waktu Anda untuk membuka diri.

Apakah membuka diri relevan dengan Membuka diri secara teratur atau konstan tidak
situasi saat itu ?

selamanya berguna dalam sebuah hubungan.
Jangan berbagi semua hal.

Apakah membuka diri itu akan resiprokal ?

Ketidaksetaraan

dalam

pembukaan

diri

menciptakan sebuah hubungan yang tidak
seimbang. Tunggulah adanya resiprositas.
Akankah dampaknya konstruktif ?

Jika

tidak

digunakan

secara

hati-hati,

pembukaan diri dapat digunakan dalam caracara yang merusak. Berhati-hatilah dalam
emembuka informasi yang mungkin dianggap
merusak.
Apakah kesalahpahaman budaya mungkin Pertahankan sensitivitas budaya selama orang
22

terjadi ?

membuka

diri

kepada

Anda

dan

Anda

membuka diri kepada orang lain.
(Tabel 1, West & Turner, 2007: 204)

Berkaitan dengan kesimpulan kedua mengenai pengorbanan dan
penghargaan, Taylor & Altman melihat bahwa beberapa hubungan lebih baik
dalam mengatur konflik daripada hubungan lainnya. Ketika pasangan
berhubungan, mereka mungkin mengalami sejumlah ketidaksepakatan.
Selama bertahun-tahun, pasangan menjadi terbiasa untuk mengelola konflik
dengan berbagai cara, menciptakan suatu budaya hubungan yang unik yang
memungkinkan mereka untuk mengatur konflik di masa datang. Terdapat
lebih banyak kepercayaan dalam mengatasi sebuah konflik dalam hubungan
yang mapan. Selain itu, hubungan itu tidak selalu terancam oleh sebuah
konflik karena pasangan tersebut menyimpan pengalaman-pengalaman untuk
mengatasi konflik.
Secara keseluruhan, hubungan sering kali tergantung pada kedua pihak
dalam menilai penghargaan dan pengorbanan. Jika pasangan merasa bahwa
terdapat lebih banyak penghargaan daripada pengorbanan, kemungkinannya
adalah hubungan akan bertahan. Jika dianggap lebih banyak pengorbanan
daripada penghargaan, hubungan mungkin akan melemah. Akan tetapi,
ingatlah bahwa masing-masing dari pasangan tidak akan melihat sebuah

23

masalah secara sama sebuah pengorbanan bagi individu mungkin akan dilihat
sebagai sebuah penghargaan oleh individu lainnya.
Pandangan pertukaran sosial bergantung kepada masing-masing pihak
dalam sebuah hubungan untuk menghitung batasan hingga di mana individuindividu memandang hubungan sebagai sesuatu yang negatif (pengorbanan)
atau positif (oenghargaan). Menurut pemikiranpertukaran sosial, selama
hubungan berjalan, pasangan secara menilai kemungkinan-kemungkinan di
dalam hubungan dan juga alternative-alternatif yang dipersepsikan atau nyata
dalam sebuah hubungan. Evaluasi ini penting selama komunikator
memutuskan apakah proses penetrasi sosial masih diinginkan. Pada bagian
selanjutnya, akan diidentifikasi tahap pada proses penetrasi sosial.

2.1.4 Tahapan Proses Penetrasi Sosial
Keputusan mengenai apakah sebuah hubungan yang berpotensi terlihat
memuaskan tidak dapat serta merta terlihat. Seperti yang sudah dibicarakan
sebelumnya, perkembangan suatu hubungan terjadi dalam sebuah cara yang
sistematis, dan keputusan mengenai apakah orang berkeinginan untuk
mempertahankannya biasanya tidak diambil dengan cepat. Tidak semua
hubungan berjalan melalui proses ini, dan hubungan yang melalui proses ini
tidak selalu merupakan hubungan yang romantik, ada sebuah skenario untuk
dipikirkan.

24

Contoh kaitannya dengan tahapan teori penetrasi sosial yakni
hubungan antara Cathy dan Barbra, mahasiswa tahun pertama di Universitas
Upton, yang secara acak ditempatkan sebagai teman sekamar di Blackstone
Hall, sebuah asrama di kampus yang seluruh penghuninya wanita. Keduanya
berasal dari daerah negara bagian yang berbeda, Cathy dari kota dan Barbra
dibesarkan di daerah pertanian. Mereka memiliki keluarga yang berbeda
diamna Cathy adalah anak tunggal dan teman sekamarnya memiliki empat
saudara. Mereka hanya bertemu satu sama lain satu kali (pada saat orientasi
mahasiswa baru) dan sekarang sedang akan sarapan pagi bersama untuk
pertama kalinya.

Tahapan penetrasi sosial

Orientasi
Membuka
sedikit
informasi
tentang
diri kita
kepada
orang lain

Pertukara
n
penjajaka
n afektif
Munculnya
kerpibadia
n
seseorang

Pertukara
n afektif

Pertukara
n stabil

Komunikasi
yang
spontan;
penggunaa
n idiom
pribadi

Komunikasi
yang
efisien;
dibangunn
ya sebuah
sistem
komunikasi
personal25

1.

Orientasi: Membuka Sedikit Demi Sedikit

Tahap paling awal dari interaksi, disebut sebagai tahap orientasi (orientation
stage), terjadi pada tingkat publik: hanya sedikit mengenai diri kita yang
terbuka untuk orang lain. selama tahapan ini, pernyataan-pernyataan yang
dibuat biasanya hal-hal yang klise dan merefleksikan aspek superfisial dari
seorang individu. Orang biasanya bertindak sesuai dengan cara yang dianggap
baik secara sosial dan berhati-hati untuk tidak melanggar harapan sosial.
Selain itu, individu-individu tersenyum manis dan bertindak sopan pada
tahapan orientasi.
Taylor & Altman (1987) dalam West & Turner (2007: 206)
menyatakan bahwa orang cenderung tidak mengevaluasi atau mengkritik
selama

tahap

orientasi.

Perilaku

ini

akan

dipersepsikan

sebagai

ketidakwajaran oleh orang lain dan mungkin akan merusak interaksi
selanjutnya. Jika evaluasi terjadi, teoretikus percaya bahwa kondisi itu akan
diekspresikan dengan sangat halus. Selain itu, kedua individu secara aktif
menghindari setiap konflik sehingga mereka mempunya kesempatan
berikutnya untuk menilai diri mereka masing-masing.

26

Tahap orientasi dapat dipahami dengan mengamati percakapan antara Cathy
dan Barbra selama mereka sarapan:
CATHY : Saya harus mengakui bahwa saya selama ini bertanya-tanya seperti
apa teman sekamar saya. Sungguh merupakan hal aneh, kita dipilih oleh
komputer dan kita harus hidup bersama selama setahun.
BARBRA : Saya setuju. (keheningan yang membuat canggung)
CATHY : Tetapi, hei, sangat menyenangkan karena kita berdua suka lacrosse,
dan mungkin kita berdua bisa menjadi satu tim. Saya rasa kampus ini...
((Barbra memotong)
BARBRA : Saya senang belajar didekat... Maaf. Silahkan kamu teruskan.
CATHY : Tidak, kamu duluan.
BARBRA : Saya tadi ingin mengatakan bahwa saya berharap kita memiliki
kesempatan pergi keluar kampus dan pergi kedanau. Sayan sangat senagn
belajar didekat air. Saya dulu senang berenang di danau dekat rumah saya.
Saya tidak punya waktu di musim panas terakhir ini karena saya terlalu
banyak bekerja.
CATHY : Percaya atau tidak, saya tidak tahu caranya berenang! Saya
berusaha untuk belajar, tetapi saya tidak pernah bisa.
BARBRA : Hei! Saya seorang perenang yang baik, saya akan mengajarimu
kalau kita ada waktu.
CATHY : Bagus!

27

Seperti yang Anda lihat, kedua wanita ini terlibat dalam perbincangan yang
agak superfisial dan kadang kala canggung, dan tidak satu pun dari mereka
menilai teman bicaranya. Bahkan, Barbra sebenarnya mempunyai kesempatan
untuk mengatakan kepada Cathy bahwa sungguh aneh ia tidak mengetahui
bagaimana caranya berenang, tetapi ia memilih tetap bersikap suportif.
2.

Pertukaran Penjajakan Afektif: Munculnya Diri

Dalam tahap orientasi, para interaktian berhati-hati untuk tidak membuka diri
terlalu banyak terhadap satu sama lain. tahap pertukaran penjajakan afektif
(exploratory affective exchange stage) merupakan perluasan area publik dari
diri dan terjadi ketika aspek-aspek dari kepribadian seorang individu mulai
muncul. Apa yang tadinya privat menjadi publik. Para teoretikus mengamati
bahwa tahap ini setara dengan hubungan yang kita miliki dengan kenalan dan
tetangga yang baik. Seperti tahap-tahap lainnya, tahap ini juga melibatkan
perilaku verbal dan nonverbal. Orang mungkin mulai untuk menggunakan
beberapa frase yang hanya dapat dimengerti oleh mereka yang terlibat di
dalam hubungan. Terdapat sedikit spontanitas dalam komunikasi karena
individu-individu merasa lebih nyaman dengan satu sama lain, dan mereka
tidak begitu hati-hati akan kelepasan berbicara mengenai sesuatu yang
nantinya akan mereka sesalkan. Selain itu, lebih banyak perilaku menyentuh
dan tampilan afeksi (seperti ekspresi wajah) dapat menjadi bagian dari
komunikasi dengan orang satunya. Taylor & Altman mengatakan kepada kita
bahwa banyak hubungan tidak bergerak melebihi tahapan ini.

28

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas mengenai sikap pertukaran
penjajakan afektif. Ingat kembali Cathy dan Barbra, kali ini pertimbangkan
bahwa mereka telah menjadi teman sekamar selama delapan minggu, dan
masin-masing mulai memahami kepribadian temannya. Dan seperti teman
sekamar lainnya, mereka memutuskan untuk mengambil kelas yang sama dan
sedang menyiapkan diri mereka untuk menghadapi ujian sejarah tengah
semester ini.

BARBRA : Hey, Cath, kamu pernah dengar

tidak, jenis tes apa yang

diberikan Kading (seorang dosen) di kelas?
CATHY : Dipesta klub tadi malam, aku dengar kebanyakan adalah hafalan,
dan kita tidak perlu mengingat tanggal-tanggal. Aaaahhh, bisa-bisa aku teriak
karena tidak bisa mengingat semua materi dari BAB 3!
BARBRA : Cuek aja..
CATHY : Cuek aja! Gampang buat mahasiswa yang nilainya A sema
sepertimu untuk bilang begitu.
BARBRA : Aku baru mau bilang-sebelum dipotong-kalau rasanya ujian
psikologiku kacau, dan aku hanya dapat B+. Yah, mungkin saja dia akan
mengatrol nilai.
CATHY : Aku tidak bisa mengandalkan katrol nilai. Aku benar-benar tidak
nyambung dengan semua yang harus kupelajari. Orang tuaku akan
membunuhku kalau aku tidak lulus dalam matakuliah ini.
BARBRA : Makanya, berhenti ngobrol dan mulai belajar.

29

Jelas sekali, Barbra dan Cathy mulai merasa lebih nyaman berada didekat
satu sama lain. Bahkan, kata-kata “Cuek aja” yang digunakan Barbra
menunjukkan penggunaan frase istilah yang disebutkan oleh Altman dan
Taylor. Selanjutnya, Cathy secara perlahan-lahan membuka lebih banyak
informasi pribadi mengenai harapan orang tuanya dan kemampuannya untuk
memahami materi yang diberikan. Tahapan pertukaran penjajakan afektif
mereka cenderung suportif, meskipun tingkat kecemasan mereka terkadang
memengaruhi mereka.
3.

Pertukaran Afektif: Komitmen dan Kenyamanan

Tahap ini ditandai oleh persahabatan yang dekat dan pasangan intim. Tahap
pertukaran afektif (affective exchange stage) termasuk interaksi yang lebih
“tanpa beban dan santai” (Taylor & Altman, 1987, hal.259 dalam West &
Turner, 2007:207) di mana komunikasi sering kali berjalan spontan dan invidu
membuat keputusan yang cepat, sering kali dengan sedikit memberikan
perhatian untuk hubungan secara keseluruhan. Tahap pertukaran afektif
menggambarkan komitmen lebih lanjut kepada invidu lainnya; para interaktan
merasa nyaman satu dengan lainnya.
Tahap ini mencakup nuansa-nuansa hubungan yang membuatnya
menjadi unik; senyuman mungkin menggantikan untuk kata “saya mengerti”,
atau pandangan yang menusuk diartikan sebagai “kita bicarakan ini nanti”.
Kita mungkin juga menentukan individu-individu yang menggunakan idiom
30

pribadi (personal idiom) (Hopper, Knapp & Scott, 1981 dalam West &
Turner 2007: 207), yang merupakan cara pribadi dalam mengekspresikan
sebuah keintiman hubungan melalui kata-kata, frase, atau perilaku. Ekspresi
idiomatic seperti “sweetie” atau “bubbles” memiliki makna yang unik untuk
dua orang dalam sebuah hubungan. Idiom ini berbeda dari frase istilah yang
kita diskusikan pada tahap pertukaran penjajakan afektif karena idiom-idiom
biasanya menggambarkan hubungan yang lebih mapan, sedangkan frase
istilah mungkin dapat muncul pada setiap titik dalam interaksi awal. Kita
harus menambahkan bahwa tahapan ini mungkin meliputi beberapa kritik.
Seperti yang dikatakan para teoretikus, kritik, ketidakramahan, dan
ketidaksetujuan mungkin ada “tanpa dianggap sebagai ancaman bagi
hubungan secara keseluruhan” (Altman & Taylor, 1973, hal 139 dalam West
& Turner, 2007: 208). Oleh karena itu, hambatan untuk kedekatan akan
dihancurkan, tetapi banyak orang tetap melindungi diri mereka dari kondisi
untuk menjadi terlalu rentan.
Kembali ke contoh, Cathy dan Barbra sudah bersama kurang lebih
sedikitnya dua belas minggu. Mereka mempunyai banyak kesempatan untuk
memahami sejumlah keunikan masing-masing, hidup dengan seseorang
seperti membuat orang mampu melakukan hal tersebut. Perbincangan mereka
berpusat pada kencan Barbra pada sabtu malam sebelumnya:

31

BARBRA : Dia sungguh menyebalkan! Yang bisa aku pikirkan sepanjang
malam adalah suatu saat akan ada perempuan yang bersamanya! Aku kasihan
pada perempuan itu!
CATHY : Tidak mungkin ia seburuk itu.
BARBRA : Oh ya? Ia bilang padaku kalau yang aku lakukan Cuma ngomong
dan aku bukan pendengar yang baik. Yang benar saja!
CATHY : Yah, Barb, kalau boleh jujur, kamu memang tidak mendengarkan
orang sebanyak kamu bicara.
BARBRA : Maksudnya apa?
CATHY : Aku Cuma mau bilang kalau kadang-kadang aku tidak bisa
ngomong sama sekali dalam persahabatan ini. setiap kali aku mau mengatakan
sesuatu, yang kamu lakukan adalah membuatku diam.
BARBRA : Menurutku tidak ada orang yang bisa membuatmu diam, Cathy.
Dan urusanku adalah urusanku, bukan urusamu.
CATHY : Kalau begitu tidak usah cerita lagi cerita tentang kencan-kencanmu
yang mengerikan!
BARBRA : Ya sudah
CATHY : Ya sudah.

Sebagaimana dapat Anda rasakan, tedapat ketegangan-ketegangan dalam
hubungan mereka saat ini. Cathy dan Barbra siap menawarkan kritik terhadap
diri temannya, dan perkataan mereka terdengar tidak bersahabat. Pertukaran
afektif dapat meliputi baik pertukaran positif maupun negatif.

32

4. Pertukaran Stabil: Kejujuran Total dan Keintiman
Tahap keempat dan terakhir, pertukaran stabil, dicapai dalam sedikit
hubungan. Tahap pertukaran stabil (stable exchange stage) berhubungan
dengan pengungkapan pemikiran. Perasaan dan perilaku secara terbuka yang
mengakibatkan munculnya spontanitas dan keunikan hubungan yang tinggi.
Dalam tahap ini, pasangan berada dalam tingkat keintiman tinggi dan sinkron;
maksudnya, perilaku-perilaku di antara keduanya kadang kala terjadi kembali,
dan pasangan mampu untuk menilai dan menduga perilaku pasangannya
dengan cukup akurat. Kadang kala, pasangan mungkin menggoda satu sama
lain mengenai suatu topic atau orang lain. menggoda di sini dilakukan dengan
cara yang bersahabat.
Para teoretikus penetrasi sosial percaya bahwa terdapat nilai relative
sedikit kesalahan atau kesalahan interpretasi dalam memaknai komunikasi
pada tahap ini. Alasan untuk hal ini sangat sederhana: kedua pasangan ini
telah mempunyai banyak kesempatan untuk mengklarifikasi setiap ambiguitas
yang pernah ada dan mulai untuk membentuk sistem komunikasi pribadinya.
Sebagai gantinya, komunikasi menurut Altman dan Taylor, bersifat efisien.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, pendekatan tahapan
menuju keintiman ini dapat diwarnai dengan letupan-letupan periodik dan
perlambatan pada perjalanannya. Selain itu, tahapan-tahapan ini bukan
merupakan gambaran yang penuh mengenai proses keintiman. Terdapat
sejumlah pengaruh lain, termasuk latar belakang dan nilai-nilai pribadi
33

seseorang serta lingkungan di mana hubungan mereka terjadi. Proses penetrasi
sosial adalah sebuah pengalaman memberi dan menerima di mana kedua
pasangan berusaha untuk menyeimbangkan kebutuhan individu mereka
dengan kebutuhan hubungan.
Kita kembali kepada contoh mengenai Cathy dan Barbra. Saat ini adalah
minggu terakhir ujian semester, dan keduanya jelas-jelas sedang tegang. Akan
tetapi, mereka berdua menyadari bahwa minggu ini tidak harus dirumitkan
dengan konflik yang tidak penting, dan masing-masing menyadari bahwa
setelah minggu ini mereka tidak akan bertemu satu sama lain selama satu
tahun.
CATHY : Aku mau keluar ke Anuka’s untuk minum kopi. Kamu mau?
BARBRA : Aku terlalu gelisah sekarang ini. ada teh pengantar tidur aja,
tidak? (keduanya tertawa)
CATHY : Menurutmu, kamu siap tidak menghadapi semua ujian minggu ini?
BARBRA : Tidak siap, tapi tidak masalah juga. Orang tuaku tidak terlalu
menuntut, dan mereka tahu kalau aku sudah melakukan yang terbaik, dan
kamu juga.
CATHY :Yah, kurasa juga begiru.
BARBRA : Kita harus dapat nilai bagus, kalau tidak kita dikeluarkan dari tim
CATHY : Mungkin kita harus mencoa berfikir positif
BARBRA : Mungkin kita bisa telepon hotline cenayang dan menanyakan
hasil tes kita (lagi-lagi keduanya tertawa)
CATHY : Terimakasih sudah membuatku tertawa. Aku memerlukannya

34

BARBRA : Kita pasti akan baik-baik saja.

Tahap pertukaran stabil menyatakan bahwa makna yang ada jelas dan
tidak ambigu. Dialog antara Cathy dan Barbra sangat jelas, dan jika kita
melihat baik-baik, kita dapat melihat bahwa keduanya dangat peduli satu sama
lain. Komunikasi mereka memeprlihatkan dukungan dan kedekatan. Wanitawanita ini tampak bersedia untuk memberikan satu sama lain ruang bernafas,
dan yang satu terdengar siap untuk membantu lainnya. Meskipun contoh kita
sebelumnya menggambarkan sebuah hubungan yang penuh koflik, sekarang
terdapat apa yang dikatakan Altman dan Taylor (1973) sebagai keunikan
diadik (dyadic uniqueness) atau kualitas hubungan yang berbeda seperti
humor da sarkasme.

2.1.5 Konsep Teori Penetrasi Sosial
Altman dan Taylor merujuk kepada pemikiran John Thibaut dan
Harold Kelley (1952) tentang konsep pertukaran sosial (social exchange).
Menurut mereka dalam konsep pertukaran sosial, sejumlah hal yang penting
antara lain adalah soal relational outcomes, relational satisfaction, dan
relational stability.
Thibaut dan Kelley menyatakan bahwa kita cenderung memperkirakan
keuntungan apa yang akan kita dapatkan dalam suatu hubungan atau relasi
dengan orang lain sebelum kita melakukan interaksi. Kita cenderung
35

menghitung untung-rugi. Jika kita memperkirakan bahwa kita akan banyak
mendapatkan keuntungan jika kita berhubungan dengan seseorang tersebut
maka kita lebih mungkin untuk membina relasi lebih lanjut.
2.1.6 Kelemahan dan Kekuatan Teori Penetrasi Sosial
2.1.6.1 Kekuatan Teori Penetrasi Sosial
Salah satu kekuatan dalam teori ini adalah fakta bahwa ia dapat digunakan
untuk melihat wajah kedua untuk menghadapi interaksi interpersonal serta
interaksi online antara individu. Kekuatan lain melibatkan kegunaan dari teori
ini dalam memandang dan menilai resiko dalam suatu hubungan interpersonal
tergantung pada jenis hubungan serta tingkat saat pengungkapan diri dan
keintiman di dalamnya.
2.1.6.2 Kelemahan Teori Penetrasi Sosial
Kelemahan dari teori ini termasuk fakta bahwa faktor-faktor lain yang
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi pengungkapan diri tidak
dinilai. Budaya dan karakteristik demografi seperti jenis kelamin, ras, usia,
dan banyak lagi, akhirnya mungkin memiliki efek pada bagaimana seseorang
memilih untuk mengungkapkan informasi. Selain itu, juga mungkin sulit
untuk menggeneralisasi informasi yang dinilai menggunakan teori ini karena
fakta bahwa pengalaman tertentu, nilai-nilai, dan keyakinan dari seorang
individu juga mungkin memiliki efek pada cara di mana ia memilih untuk
mengungkapkan informasi.
36

2.1.7 Hubungan Teori Penetrasi Sosial dan Pertukaran Sosial: Biaya dan
Keuntungan dalam Berhubungan
Teori penetrasi sosial didasarkan pada beberapa prinsip Teori Pertukaran
Sosial (Thibaut & Kelley, 1959 dalam West & Turner, 2008: 203). Teori ini
menyatakan bahwa pertukaran sosial “melibatkan bantuan-bantan yang
menciptakan kewajiban di masa datang dan oleh karenanya membawa sebuah
pengauh mendasar dalam sebuah hubungan sosial” (Blau, 1964, hal. 140,
dalam West & Turner, 2007: 203). Altman & Taylor mendasarkan beberapa
dari karya merea pada proses-proses pertukaran sosial: yaitu, pertukaran
sumber daya antara individu-individu dalam sebuah hubungan.
Taylor & Altman (1987) dalam West & Turner, 2007: 203)
berpendapat bahwa hubungan dapat dikonseptualisasian dalam bentuk
penghargaan dan pengorbanan. Penghargaan adaah sebagai bentuk peristiwa
hubungan atau perilaku-perilaku yang mendorong kepuasan, kesenangan, dan
kebahagiaan

dalam

pasangan,

sedangkan

pengorbanan

sedangkan

pengorbanan adalah segala peristiwa hubungan atau perilaku-perilaku yang
mendorong munculnya perasaan negatif. Secara sederhana, jika sebuah
hubungan menyediakan lebih banyak penghargaan daripada pengorbanan,
maka individu cenderung bertahan dalam hubungan mereka. Sebaliknya, jika
seorang individu percaya bahwa terdapat lebih banyak pengorbanan ketika
menjalani sebuah hubungan, maka disolusi hubungan akan sangat mungkin
37

terjadi. Contohnya, Jason LaSalle akan lebih banyak mengatur kedekatan
hubungannya

dengan

Elise

melalui

penilaian

(rasio

penghargaan/pengorbanan) (reward/cost ratio), yang didefinisikan sebagai
keseimbangan antara pengalaman hubungan positif yang mendukung, dan
sebagainya) daripada penderitaan (rasa frustasi, rasa tidak nyaman, dan
sebagainya) dari hubungannya dengan Elise maka akan mungkin bahwa ia
merasa cukup puas saat ini. Penerapan dan pengalaman pribadinya harus juga
dipertimbangkan dalam penilaian rasio penghargaan/biaya. Sebagaimana yang
ditekankan oleh Taylor & Altman, "penghargaan dan pengorbanan
dihubungkan secara konsisten dengan timbal balik kepuasan dalam kebutuhan
personal dan sosial" (1987, hal. 264).
Untuk memahami hal dengan baik, pertimbangkan dua kesimpulan
berikut yang diamati oleh Taylor & Altman: (1) penghargaan dan
pengorbanan memiliki pengaruh yang besar pada awal sebuah hubungan
daripada setelah hubungan berjalan lama; dan (2) hubungan dengan sumber
pengalaman penghargaan/pengorbanan yang positif lebih mampu untuk
mengatasi konflik secara efektif.

38

2.1.8 Contoh Penelitian Teori Penetrasi Sosial
Perpustakaan Universitas Indonesia >> UI Tesis (Membership)
Penetrasi Sosial Pada Pasangan Menikah Berbeda Budaya (Studi
Kasus
Komunikasi Antar Budaya Perkawinan Campur Antara Etnis
Jawa dengan Etnis Minangkabau di Jabotabek)

Mey Sugijanto
Deskripsi Dokumen http://lib.ui.ac.id/opac/themes/libri2/detail.jsp?
id=71966&lokasi=lokal

Abstrak
Penelitian komunikasi antarbudaya dan antarpribadi ini mengambil
responden 7 (tujuh) pasangan menikah atau suami-isteri yang berbeda budaya
antara etnis Jawa dengan etnis Minangkabau. Dengan alasan bahwa kedua
budaya tersebut, secara tata cara adat maupun sistem kekerabatan atau
kekeluargaannya tentulah berbeda, pada budaya Jawa lebih bersifat patrilineal
sedangkan di budaya Minangkabau bersifat matrilineal. Meskipun kedua
budaya berbeda, tetapi dalam keseharian pada kehidupan bermasyarakat,
kedua budaya ini secara relatif tidak mempunyai konflik.
Secara mikro, angka perkawinan pasangan suami-isteri yang
berbudaya Jawa dengan Minangkabau pastilah banyak, meskipun secara pasti
penulis tidak mengetahuinya. Pasangan menikah atau suami-isteri yang
berbeda budaya ini secara teoritis sangatlah dekat dengan aspek-aspek budaya,
39

sehingga terjadi proses asimilasi budaya. Meskipun kedua budaya ini
termasuk ke dalam rumpun budaya high contextnya Edward T. Halt (1977),
tetapi menurut M. Budyatna (1993) dalam high context itu sendiri terdapat
high-high context, high-medium context dan high-low context. Pada budaya
Jawa lebih kental dengan high-high context, sedangkan budaya Minangkabau
dekat dengan high-medium context. Meskipun terdapat perbedaan dalam
tataran budaya keduanya, kebanyakan pasangan menikah atau suami-isteri
yang berbeda budaya tidak terjadi kerenggangan.
Pendekatan dalam penelitian dipergunakan teori Penetrasi Sosial
(Altman and Taylor, 1973) dengan tahapan-tahapannya, yaitu Orientasi,
Exploratory Affective Exchange, Dyad Members dan Stable Exchange. Pada
tahapan-tahapan tersebut, masing-masing individu pasangan menikah atau
suami-isteri yang berbeda budaya ini, melakukan pengungkapan diri (self
disclosure). Karena semakin akrab seseorang dengan orang lain, maka
semakin terbukalah ia dengan pasangannya (Gudykunst and Kim; 1997 : 323324).
Penelitian ini mempergunakan metode kualitatif, menurut Miles and
Huberman (1993: 15), "penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif". Sedangkan menurut