MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1 La
MAKALAH AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN 1
“ Laba atas Transaksi Antar Perusahaan-Obligasi “
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1) Mumin M
15-320-075
7) Erni
15-320-030
2) Febri Dian Prasetyo 15-320-010
8) Ayidil Fitrawan 15-320-019
3) Salfia
15-320-073
9) Sartinah
15-320-005
4) Sumiati A
15-320-026
10) Nuuma
15-320-035
5) Lisnawati
15-320-040
11) Hamid Badu
15-320-065
6) Susiani
15-320-044
12) Laode Adam
15-320-085
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ Laba atas Transaksi
antar Perusahaan-Obligasi ” yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan 1.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu tentang
bagaimana proses laba atas transaksi antar perusahaan-aktiva tetapdalam suatu perusahaan.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, kami secara langsung ataupun tidak
langsung telah mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing mata kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan 1. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada ibu Rafida Bangki, S.E., M.Si.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran dari semua
pihak kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha
kita.
Baubau, 17 Desember 2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI...................................................................................3
A. Laba antar perusahaan atas aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan...........3
B. Laba Antar Perusahaan Aktiva Tetap Yang Dapat Disusutkan----------------7
C. Aktiva Tetap Dijual Tidak Pada Nilai Wajarnya--------------------------------9
D. Persediaan Dibeli Untuk Digunakan Sebagai Aktiva Operasi.......................11
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................15
A. Kesimpulan ...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang diperjual belikan di pasar
surat-surat berharga. Penjualan obligasi menimbulkan hubungan antara penerbit obligasi
sebagai debitur dan pembeli obligasi yang biasa disebut investor obligasi.
Suatu perusahaan sering kali memiliki instrument hutang dari perusahaan
afiliasinya. Aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dibenarkan dengan dasar
pemikiran untuk kepentingan keamanan, efisiensi, dan fleksibilitas. Walaupun masingmasing afiliasi adalah entitas hukum yang berdiri sendiri, manajemen dari induk
perusahaan memiliki posisi untuk menegosiasikan semua pinjaman yang terjadi diantara
perusahaan afiliasi, dan keputusan untuk meminjam dari atau meminjamkan secara
langsung kepada perusahaan afiliasi benar-benar merupakan keputusan untuk
mengalihkan dana diantara perusahaan afiliasi.
Pinjam meminjam langsung antar perusahaan afiliasi menghasilkan akun
resiprokal piutang dan hutang baik pokok maupun bunganya, begitu pula dengan akun
resiprokal pendapatan dan beban. Akun-akun resiprokal ini dieliminasi dalam penyiapan
laporan keuangan konsolidasi
karena piutang dan hutang antar perusahaan tidak
mencerminkan aktiva atau kewajiban dari suatu entitas yang dikonsolidasikan. Masalah
khusus dalam akuntansi obligasi dan wesel antar perusahaan timbul ketika suatu
perusahaan membeli instrument hutang afiliasinya dari pihak luar.
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga
dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit
obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun
daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah
obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku
obligasi. Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank.
Bila Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara
berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai mekanisme serta perbedaan-perbedaan
mengenai saham dan obligasi.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Transaksi Obligasi Antar Perusahaan
Pada saat perusahaan mengeluarkan obligasi, kewajiban obligasinya akan mencerminkan
tingkat bunga pasar yang berlaku. Namun perubahan yang terjadi kemudiaan pada tingkat
bunga pasar akan menciptakan perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar kewajiban
tersebut. Jika tingkat bunga pasar meningkat, nilai pasar kewajiban menjadi lebih kecil
dibanding nilai bukunya dan sebagai akibatnya, perusahaan penerbit seharusnya
merealisasikan adanya keuntungan. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum,
keuntungan tersebut tidak diakui pada buku perusahaan penerbit. Begitu pula, apabila terjadi
penurunan pada tingkat bunga pasar, akan mengakibatkan adanya kerugiaan terealisasi yang
juga tidak diakui. Laba dan rugi terealisasi tapi tidak diakui ini harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan sesuai dengan FASB Statement No. 107, “ Pengungkapan
Nilai Wajar Instrumen Financial.”
Keuntungan maupum kerugian atas obligasi yang beredar dari afiliasi yang teridentifikasi
namun tidak diakui ini, dapat diakui dengan cara menarik obligasi yang beredar. Induk
perusahaan, yang mengatur seluruh penarikan hutang dan keputusan-keputusan lainnya bagi
entitas yang dikonsolidasi, memiliki pilihan sebagai berikut :
1. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat mempergunakan sumber-sumber
yang ada untuk membeli dan menarik obligasinya sendiri.
2. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat meminjam uang dari entitas yang
bukan afiliasinya dengan tingkat bunga pasar dan menggunakan dana tersebut
untuk menarik obligasinya sendiri (pemilihan ini merupakan pembayaran
kembali).
3. Perusahaan penerbit dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan
menggunakan dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri.
4. Suatu perusahaan afiliasi (induk atau anak) dapat membeli obligasi dari
perusahaan penerbit dimana obligasinya ditarik secara kontruktif.
Tiga pilihan yang pertama mengakibatkan penarikan yang sesungguhnya (actual
retirement) dari obligasi. Keuntungan atau kerugiaan yang tidak diakui sebelumnya, dalam tiga
keadaan ini diakui oleh perusahaan penerbit dan diperhitungkan dalam mengukur pendapatan
bersih konsolidasi. Pilihan yang keempat mengakibatkan penarikan konstruktif. Hal ini bahwa
obligasi tersebut ditarik untuk tujuan laporan konsolidasi karena investasi obligasi dan hutang
obligasi dari induk perusahaan dan anak perusahaan adalah resiprokal yang harus dieliminasi
dalam proses konsoliasi.
Perbedaan antara nilai buku dari kewajiban obligasi dan harga beli dari investasi obligasi
adalah keuntungan atau kerugiaan dengan tujuan untuk laporan konsolidasi. Hal ini juga
merupakan keuntungan atau kerugiaan bagi induk perusahaan berdasarkan metode ekuitas
(konsolidasi satu baris). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak diakui pada buku perusahaan
penerbit yang obligasinya dimiliki sebagai suatu investasi oleh pembeli afiliasi. keuntungan
atau kerugian bagi perusahaan penerbit yang telah direalisasi oleh perubahan suku
bunga pasar setelah obligasi diterbitkan, dan hal ini diakui untuk tujuan laporan
konsolidasi ketika obligasi tersebut dibeli kembali dan dimiliki oleh entitas konsolidasi.
2.2 Keuntungan Dan Kerugian Konstruktif Atas Obligasi Antar Perusahaan
Apabila harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afiliasi untuk memperoleh hutang dari
pihak lainnya lebih besar dari nilai buku kewajiban (nilai nominal ditambah dengan agio
yang belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi dan biaya
penerbitan), maka terjadi kerugiaan konstruktif atas penarikan hutang. Alternatif
lain,
apabila harga yang dibayar lebih kecil dari nilai buku hutang tersebut, maka keuntungan
konstruktiflah yang terjadi. Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena
keuntungan atau kerugian ini merupakan keuntungan atau kerugian yang direalisasi dan
diakui dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, teatapi tidak dicatat dalam buku
terpisah dari perusahaan-perusahaan afiliasi pada saat pembeliaan.
Keuntungan atau kerugian konstruktif atas obligasi adalah (1) keuntungan dan kerugian
yang direalisasi dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan. (2) yang timbul pada saat
perusahaan membeli obligasi suatu afiliasi, (3) dari entitas-entitas lainnya, (4) pada harga
dari selain nilai buku obligasi tersebut. Tidak aka nada keuntungan atau kerugian yang terjadi
akibat pembelian obligasi perusahaan afiliasi pada nilai buku atau dari pinjam meminjam
secara langsung diantara perusahaan afiliasi.
Beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian konstruktif pada
transaksi obligasi antar perusahaan seharusnya dialokasikan diantara pihak afiliasi pembeli
dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut. Contohnya, jika induk perusahaan
membayar Rp 99.000 untuk obligasi anak perusahaan yang beredar bernilai nominal Rp
100.000 dengan agio yang belum diamortisasi Rp 2.000, maka keuntungan konstruktif
sebesar Rp 3.000 (Rp 102.000 dikurangi dengan Rp 99.000) dialokasikan untuk induk
perusahaan sebesar Rp 1.000 dan untuk anak perusahaan sebesar Rp 2.000. dikenal sebagai
teori nominal.
Alternatif untuk teori nilai nominal ini adalah teori keagenan, diamana afiliasi yang
membeli obligasi antar perusahaan bertindak sebagai agen bagi perusahaan penerbit,
berdasarkan perintah dari manajemen induk perusahaannya. Berdasarkan teori keagenan,
keuntngan konstruktif sebesar Rp 3.000 dialokasikan ke anak perusahaan (perusahaan
penerbit), dan pengaruh pada laporan konsolidasi sama seperti jika anak perusahaan telah
membeli obligasi miliknya sendiri seharga Rp 99.000. walaupun tidak didukung oleh teori
terpisah, keuntungan dan kerugian konstruktif dialokasikan ke induk perusahaan atas dasar
kemanfaatan. Sehingga akuntansinya tidak menjadi rumit.
Pembukuan Penerbit Obligasi
Penjualan obligasi bagi penerbit menimbulkan hutang obligasi. Apabila harga
penjualan diatas atau dibawah nilai normal, selisih harga jual dengan nilai nominal, itu
disebut
premi
Kas
atau
diskon,
dan
dijurnal
xxx
Hutang obligasi
xxx
Premi obligasi
xxx
apabila terjadi diskon :
Kas
xxx
Diskon obligasi
xxx
Hutang obligasi
xxx
sebagai
berikut
CONTOH
Pada tanggal 1 juli 2002 PT indi menerbitkan dan menjual obligasi 10 tahun nilai nominal RP 10
miliar dengan kurs penjualan 110 di pasar primer. Penjualan obligasi pada kurs 110
menunjukkan adaanya premi sebesar 10% dari harga nominal atau Rp 11 miliar. Pencatatan pada
tanggal penjualan adalah :
Kas
Rp 11.000.000.000
Hutang obligasi
Rp10.000.000.000
Premi obligasi
Rp 1.000.000.000
Atau dapat juga di jurnal sebagai berikut :
Kas
Rp 11.000.000.000
Hutang obligasi
RP 11.000.000.000
Dalam contoh soal diatas, karena pada tanggal penjualan penerbit yakin PT indi
membukukan hutang obligasi Rp 11 miliar terdiri dari nilai nominal dan premi obligasi, maka
premi obligasi diamortisasi selama 10 tahun. Amortisasi pertahun adalah Rp 1.000.000.000/10
tahun atau 100. juta per tahun. PT indi menerbitkan obligasi pada pertengahan tahun, sehingga
premi obligasi utuk tahun 2002 diamortisasi setengah tahun atau Rp 50 juta dengan jurnal
amortisasi pada akhir tahun (31 desember) sebagai berikut :
Prermi Obligasi
Rp 50.000.000
Beban bunga
Rp 50.000.000
Atau
Hutang obligasi
Rp 50.000.000
Beban bunga
Rp 50.000.000
Untuk kepentingan laporan keuangan priode yang berakhir 31/12/2002 PT indi mencatat
beban bunga yang harus dibayar 1 semester sebagai berikut :
Beban bunga (5% x 10 miliar)
Rp 500.000.000
Hutang bunga
Rp 500.000.000
Umur obligasi 10 tahun mengharuskan penerbit obligasi 10 tahun sejak tanggal
penerbitan atau 1 juli 2012. Pada saat obligasi membayar hutang obligasi sebesar nilai
nominalanya atau Rp 10 miliar. Amortisasi mengurangi beban bunga, sehingga total beban
bunga PT indi per tahun adalah sebagai berikut :
Penerimaan bunga per tahun, 10% x Rp 100 miliar
Amortisasi Premi per tahun
Beban bunga per tahun
Rp 1000.000.000
Rp (100.000.000
Rp 900.000.000
Pada tanggal 1 juli 2007 atau 5 Tahun dari tanggal penerbitan obligasi, premi hutang
obligasi telah diamortisasi setengah dari premi pada awal penerbitan atau Rp500 juta, dengan
demikian nilai buku hutang obligasi adalah :
Nilai nominal hutang obligasi
Rp 10.000.000.000
Saldo premi (Rp 1 miliar - (Rp 100 juta x 5 tahun)
Rp
Nilai buku hutang obligasi 1/7/2007
500.000.000
Rp 10.500.000.000
Pembukuan Investor Obligasi
Investor atau pembeli obligasi memiliki akun “ investasi dalam obligasi “ yang
harus dicatat pada tanggal investasi atau pembeli obligasi terjadi, sebagia berikut :
Investasi dalam obligasi
Kas
xxx
xxx
Bagi investor obligasi nilai investasi dalam obligasi dicatat sebesar harga
perolehan obligasi tersebut. Ada kalanya harga perolehan obligasi dari nilai nominal
tetapi dapat pula lebih rendah dari nilai nominal. Misalkan PT anta membeli 30% obligasi
PT indi di pasar sekunder pada tanggal 1 juli 2007 dengan harga Rp 2,95 miliar.
Pencatatan yang akan dilakukan pada PT anta adalah sebagai sebagai berikut :
Investasi dalam obligasi
Kas
Rp 2.950.000
Rp 2.950.000
Investasi dalam obligasi memberikan pendapatan bunga bagi investor sesuai
dengan nilai nominal obligasi yang dimiliki. PT anta akan mencatat penerimaan bunga
per tahun Rp 300 juta (10% x 30% x Rp 10 Miliar) dalam dua kali penerimaan masingmasing Rp150 juta pada tanggal 1 juli dan 5 januari. Hak PT anta atas bunga yang
diterima pada tahun 2007 adalah satu semester atau Rp150 juta karena investasi dalam
obligasi pada pertengahan tahun. Pembukuan PT anta pertanggal 31 Desember 2007
mencatat piutang bunga sebagai berikut :
Piutang bunga
Rp 150.000.000
Pendapatan bunga
Rp 150.000.000
Selisih nilai investasi PT anta atas obligasi PT indi dengan nilai nominal pada
tanggal perolehan adalah Rp50 juta dimana investasi dalam obligasi tercatat lebih kecil
dari nilai nominal. Jurnal penyesuaian untuk tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Investasi dalam obligasi
Rp 5.000.000
Pendapatan bunga
Rp5000.000
Penyesuaian nilai investasi Rp10 juta pertahun meningkatkan pendapatan bunga
sehingga pendapatan bunga pertahun adalah sebagai berikut :
-Penerimaan bunga per tahun 10% x Rp 3 miliar
Rp 300.000.000
-Penyesuaian Nilai investasi
Rp 10.000.000
Total pendapatan bunga per tahun
Rp 310.000.000
Pendapatan bunga PT anta tahun 2007 adalah Rp155 juta karena investasi dimulai
1 juli sehingga hak atas bunga juga untuk setengah tahun.
2.3 Dampak Keuntungan Atau Rugi Konstruktif Setelah Tahun Berjalan
Dalam kasus PT indi dan PT anta transaksi obligasi antar perusahaan akan mempengaruhi
hubungan induk-anak hingga tanggal 1 juli 2012 atau saat obligasi jatuh tempo. Selama tahun
tersebut pendapatan investasi dipengaruhi amortisasi untung/rugi konstruktif. Misalkan
dalam tahun 2008 PT anta mengumumkan laba sebesar Rp300 juta, yakni dalam kasus
penjualan down stream, sehingga perndapatan investasi adalah sebagai berikut :
Laba anak(80% x Rp 300 juta)
Rp 240.000.000
Amortisasi keuntungan konstruktif
RP (30.000.000
Pendapatan investasi
Rp 210.00.000
Apabila yang terjadi adalah penjualan up stream, maka pendapatan investasi dihitung sebagai
berikut :
Laba anak (80% x Rp 300juta)
Rp 240.000.000
Amortisasi keuntung konstruktif (80% x Rp 30 juta)
Rp (24.000.000
Pendapatan investasi
RP 216.000.000
2.4 Keuntungan Atau Kerugian Konstruktif Dan pendapatan Investasi
Keuntungan atau kerugian konstruktif merupakan salah satu komponen pendapatan
investasi. Jumlah keuntungan atau kerugian yang mempengaruhi pendapatan investasi induk
perusahaan tergantung dari pihak penerbit atau penjual obligasi. Karena kondisi menganggap
hutangnya yang tebus dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Pembahasan selanjutnya menggunakan istilah obligasi antar perusahaan downstream
apabila induk yang merupakan pihak penerbit dan sebagai invesrtor obligasi yang diterbitkan
anak perusahaan.
Misalkan obligasi antar perusahaan PT indi dan PT anta adalah penjualan downstream.
Dalam tahun 2007 PT anta (anak perusahaan yang sahamnya yang dikuasai 80% oleh PT indi)
melaporkan laba sebesar Rp250 juta dan tidak ada selisih investasi dengan nilai buku kekayaan
anak yang diperoleh, maka pendapatan investasi adalah sebagai berikut :
Laba anak(80% x Rp 250 juta)
Rp 200.000.000
Keuntungan kontruktif
Rp 150.000.000
Amortisasi keuntungan kontruktif (1/2 x Rp 30 juta)
RP (15.000.000
Pendapatan investasi
Rp 335.000.000
Apabila yang terjadi adalah penjualan upstream dimana PT indi merupakan pembeli atau
investor obligasi yang diterbitkan PT anta. Maka perhitungan pendapatan investasi PT indi
adalah sebagai berikut :
Laba anak (80% x Rp250 juta)
Rp 200.000.000
Keuntungan kontruktif (Rp 150juta x 80%)
Rp 120.000.000
Amortisasi keuntungan kontruktif (80% x Rp 30juta x 6/12)
Rp (12.000.000
Pendapatan investasi
Rp 303.000.000
2.5 Obligasi Anak Perusahaan Dibeli Oleh Induk Perusahaan
Ilustrasi pada bagian ini mirip dengan ilustrasi untuk Pam dan Sue, kecuali bahwa anak
perusahaan adalah afiliasi penerbit dan penarikan konstruktif obligasi mengakibatkan kerugian
bagi entitas yang dikonsolidasikan.
Pro Corporation memiliki 90% kepemilikan pada saham biasa berhak suara Sky.
Kepemilikan Pro pada Sky tersebut diperoleh pada nilai bukunya dengan harga Rp 9.225.000
ketika modal saham Sky sebesar Rp 10.000.000 dan saldo labanya sebesar Rp 250.000.
Pada tanggal 31 Desember 2003 Sky mempunyai obligasi dengan nilai nominal Rp
100.000, tingkat bunga 10%, yang beredar dengan disagio yang belum diamortisasi sebesar Rp
3.000. Obligasi-obligasi ini mempunyai tanggal pembayaran bunga 1 Januari dan 1 Juli dan jatuh
tempo dalam waktu lima tahun, pada tanggal 1 Januari 2009.
Pada tanggal 2 Januari 2004, Pro membeli 50% obligasi yang beredar milik Sky dengan
harga Rp 5.150.000. Transaksi ini menyebabkan kerugian sebesar Rp 300.000 dari sudut
pandang entitas yang dikonsolidasikan karena kewajiban sebesar Rp 4.850.000 (50% dari nilai
buku obligasi Rp 9.700.000) ditarik secara konstruktif dengan biaya Rp 5.150.000. Kerugian
tersebut dialokasikan kepada Sky berdasarkan teori bahwa manajemen induk perusahaan
bertindak sebagai agen Sky, perusahaan penerbit pada semua transaksi obligasi antar perusahaan.
Selama tahun 2004, Sky mencatat beban bunga atas obligasi tersebut sebesar Rp
1.060.000 [(nilai nominal Rp 10.000.000 x 10%) + amortisasi disagio sebesar Rp 60.000]. Dari
beban bunga ini sebesar Rp 530.000 berhubungan dengan obligasi antar perusahaan. Pro
mencatat pendapatan bunga dari investasi pada obligasi selama tahun 2004 sebesar Rp 470.000
[(nilai nominal Rp 5.000.000 x 10%) – amortisasi agio sebesar Rp 30.000]. Perbedaan sebesar
Rp 60.000 antara beban bunga dan pendapatan bunga atas obligasi antar perusahaan tersebut
mencerminkan pengakuan satu-per-lima kerugian konstruktif yang tidak diakui pada buku Pro
dan Sky melalui amortisasi agio (buku Pro) dan amortisasi disagio (buku Sky).
Metode Ekuitas
Sky melaporkan laba bersih sebesar Rp 750.000 pada tahun 2004, dan Pro
menghitung pendapatannya dari Sky sebesar Rp 459.000 sebagai berikut :
90% dari Rp 750.000 pendapatan dilaporkan oleh Sky
Rp 675.000
Kurang : kerugian konstruktif sebesar Rp 300.000 x 90%
(Rp 270.000)
Tambah : pengakuan atas kerugian konstruktif
Sebesar Rp 60.000 x 90%
Rp 54.000
Pendapatan investasi dari Sky
Rp 459.000
Ayat jurnal yang dibuat oleh Pro untuk mencatat investasi pada Sky selama tahun
2004 adalah sebagai berikut :
31 Desember 2004
Investasi pada Sky (+A)
Rp 675.000
Pendapatan dari Sky (R,+SE)
Rp 675.000
Untuk mencatat 90% dari pendapatan yang dilaporkan Sky untuk tahun 2004
31 Desember 2004
Pendapatan dari Sky (-R,-E)
Investasi pada Sky (-A)
Rp 270.000
Rp 270.000
Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% kerugian atas
penarikan konstruktif obligasi Sky. (ayat jurnal ini juda dapat dicatat pada tanggal
2 januari 2004)
31 Desember 2004
Investasi pada Sky (+A)
Rp 54.000
Pendapatan dari Sky (R,+SE)
Rp 54.000
Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% dari Rp 60.000,
pengakuan bagian per bagian dari kerugian konstruktif atas obligasi Sky selama
tahun 2004.
Untuk tahun-tahun selanjutnya hingga saat jatuh tempo obligasi tersebut,
pendapatan Pro dari Sky dihitung dengan menambahkan Rp 54.000 setiap tahunnya
pada bagian Pro atas pendapatan yang dilaporkan oleh Sky.
Saldo akun investasi Pro dan Sky pada tanggal 31 Desember 2004 adalah sebesar
Rp 10.584.000 saldo ini sama dengan nilai buku tercatat investasi Pro pada Sky pada
tanggal 1 Januari 2004 ditambah dengan pendapatan investasi dari Sky untuk tahun
2004 sebesar Rp 459.000
Investasi pada Sky, tanggal 1 Januari 2004
(Rp 11.250.000 x 90%)
Tambah : pendapatan Sky
Investasi pada Sky, 31 Desember 20X4
Rp 10.125.000
459.000
Rp 10.584.000
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Beans, Floyd A, dkk. 2007. Akuntansi Lanjutan jilid 1. Edisi kedelapan. Jakarta: PT Indeks.
https://www.scribd.com/document/257611300/AKL-1-Laba-antarperusahaan-obligasi
http://elawatiekonomiislam.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-keuangan-lanjutan-1transaksi.html
https://www.scribd.com/doc/88213670/Laba-Atas-Transaksi-Antarperusahaan-Obligasi
https://huseinal-habsy.blogspot.co.id/2011/02/transaksi-antara-perusahaan-obligasi.html
https://dokumen.tips/documents/laba-atas-transaksi-antarperusahaan-obligasi.html
“ Laba atas Transaksi Antar Perusahaan-Obligasi “
Disusun Oleh:
KELOMPOK 6
1) Mumin M
15-320-075
7) Erni
15-320-030
2) Febri Dian Prasetyo 15-320-010
8) Ayidil Fitrawan 15-320-019
3) Salfia
15-320-073
9) Sartinah
15-320-005
4) Sumiati A
15-320-026
10) Nuuma
15-320-035
5) Lisnawati
15-320-040
11) Hamid Badu
15-320-065
6) Susiani
15-320-044
12) Laode Adam
15-320-085
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN
BAUBAU
2017
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul “ Laba atas Transaksi
antar Perusahaan-Obligasi ” yang diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Keuangan Lanjutan 1.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu tentang
bagaimana proses laba atas transaksi antar perusahaan-aktiva tetapdalam suatu perusahaan.
Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini, kami secara langsung ataupun tidak
langsung telah mendapatkan bantuan dari dosen pembimbing mata kuliah Akuntansi Keuangan
Lanjutan 1. Untuk itu kami ucapkan terimakasih kepada ibu Rafida Bangki, S.E., M.Si.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, kritik dan saran dari semua
pihak kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang berperan serta dalam
penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi usaha
kita.
Baubau, 17 Desember 2017
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB 2 LANDASAN TEORI...................................................................................3
A. Laba antar perusahaan atas aktiva tetap yang tidak dapat disusutkan...........3
B. Laba Antar Perusahaan Aktiva Tetap Yang Dapat Disusutkan----------------7
C. Aktiva Tetap Dijual Tidak Pada Nilai Wajarnya--------------------------------9
D. Persediaan Dibeli Untuk Digunakan Sebagai Aktiva Operasi.......................11
BAB 3 PENUTUP ..................................................................................................15
A. Kesimpulan ...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obligasi merupakan surat utang jangka panjang yang diperjual belikan di pasar
surat-surat berharga. Penjualan obligasi menimbulkan hubungan antara penerbit obligasi
sebagai debitur dan pembeli obligasi yang biasa disebut investor obligasi.
Suatu perusahaan sering kali memiliki instrument hutang dari perusahaan
afiliasinya. Aktivitas pinjam meminjam antar perusahaan dibenarkan dengan dasar
pemikiran untuk kepentingan keamanan, efisiensi, dan fleksibilitas. Walaupun masingmasing afiliasi adalah entitas hukum yang berdiri sendiri, manajemen dari induk
perusahaan memiliki posisi untuk menegosiasikan semua pinjaman yang terjadi diantara
perusahaan afiliasi, dan keputusan untuk meminjam dari atau meminjamkan secara
langsung kepada perusahaan afiliasi benar-benar merupakan keputusan untuk
mengalihkan dana diantara perusahaan afiliasi.
Pinjam meminjam langsung antar perusahaan afiliasi menghasilkan akun
resiprokal piutang dan hutang baik pokok maupun bunganya, begitu pula dengan akun
resiprokal pendapatan dan beban. Akun-akun resiprokal ini dieliminasi dalam penyiapan
laporan keuangan konsolidasi
karena piutang dan hutang antar perusahaan tidak
mencerminkan aktiva atau kewajiban dari suatu entitas yang dikonsolidasikan. Masalah
khusus dalam akuntansi obligasi dan wesel antar perusahaan timbul ketika suatu
perusahaan membeli instrument hutang afiliasinya dari pihak luar.
Obligasi adalah surat utang jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga
dengan nilai nominal (nilai pari/par value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit
obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN, atau pemerintah baik pemerintah pusat maupun
daerah. Salah satu jenis obligasi yang diperdagangkan di pasar modal kita saat ini adalah
obligasi kupon (coupon bond) dengan tingkat bunga tetap (fixed) selama masa berlaku
obligasi. Berinvestasi dalam obligasi mirip dengan berinvestasi di deposito pada bank.
Bila Anda membeli obligasi, Anda akan memperoleh bunga/kupon yang tetap secara
berkala biasanya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun sekali sampai waktu jatuh tempo.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai mekanisme serta perbedaan-perbedaan
mengenai saham dan obligasi.
1.2 Rumusan Masalah
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Transaksi Obligasi Antar Perusahaan
Pada saat perusahaan mengeluarkan obligasi, kewajiban obligasinya akan mencerminkan
tingkat bunga pasar yang berlaku. Namun perubahan yang terjadi kemudiaan pada tingkat
bunga pasar akan menciptakan perbedaan antara nilai buku dan nilai pasar kewajiban
tersebut. Jika tingkat bunga pasar meningkat, nilai pasar kewajiban menjadi lebih kecil
dibanding nilai bukunya dan sebagai akibatnya, perusahaan penerbit seharusnya
merealisasikan adanya keuntungan. Menurut prinsip akuntansi yang berlaku umum,
keuntungan tersebut tidak diakui pada buku perusahaan penerbit. Begitu pula, apabila terjadi
penurunan pada tingkat bunga pasar, akan mengakibatkan adanya kerugiaan terealisasi yang
juga tidak diakui. Laba dan rugi terealisasi tapi tidak diakui ini harus diungkapkan dalam
catatan atas laporan keuangan sesuai dengan FASB Statement No. 107, “ Pengungkapan
Nilai Wajar Instrumen Financial.”
Keuntungan maupum kerugian atas obligasi yang beredar dari afiliasi yang teridentifikasi
namun tidak diakui ini, dapat diakui dengan cara menarik obligasi yang beredar. Induk
perusahaan, yang mengatur seluruh penarikan hutang dan keputusan-keputusan lainnya bagi
entitas yang dikonsolidasi, memiliki pilihan sebagai berikut :
1. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat mempergunakan sumber-sumber
yang ada untuk membeli dan menarik obligasinya sendiri.
2. Perusahaan penerbit (induk atau anak) dapat meminjam uang dari entitas yang
bukan afiliasinya dengan tingkat bunga pasar dan menggunakan dana tersebut
untuk menarik obligasinya sendiri (pemilihan ini merupakan pembayaran
kembali).
3. Perusahaan penerbit dapat meminjam uang dari perusahaan afiliasi dan
menggunakan dana tersebut untuk menarik obligasinya sendiri.
4. Suatu perusahaan afiliasi (induk atau anak) dapat membeli obligasi dari
perusahaan penerbit dimana obligasinya ditarik secara kontruktif.
Tiga pilihan yang pertama mengakibatkan penarikan yang sesungguhnya (actual
retirement) dari obligasi. Keuntungan atau kerugiaan yang tidak diakui sebelumnya, dalam tiga
keadaan ini diakui oleh perusahaan penerbit dan diperhitungkan dalam mengukur pendapatan
bersih konsolidasi. Pilihan yang keempat mengakibatkan penarikan konstruktif. Hal ini bahwa
obligasi tersebut ditarik untuk tujuan laporan konsolidasi karena investasi obligasi dan hutang
obligasi dari induk perusahaan dan anak perusahaan adalah resiprokal yang harus dieliminasi
dalam proses konsoliasi.
Perbedaan antara nilai buku dari kewajiban obligasi dan harga beli dari investasi obligasi
adalah keuntungan atau kerugiaan dengan tujuan untuk laporan konsolidasi. Hal ini juga
merupakan keuntungan atau kerugiaan bagi induk perusahaan berdasarkan metode ekuitas
(konsolidasi satu baris). Keuntungan atau kerugian tersebut tidak diakui pada buku perusahaan
penerbit yang obligasinya dimiliki sebagai suatu investasi oleh pembeli afiliasi. keuntungan
atau kerugian bagi perusahaan penerbit yang telah direalisasi oleh perubahan suku
bunga pasar setelah obligasi diterbitkan, dan hal ini diakui untuk tujuan laporan
konsolidasi ketika obligasi tersebut dibeli kembali dan dimiliki oleh entitas konsolidasi.
2.2 Keuntungan Dan Kerugian Konstruktif Atas Obligasi Antar Perusahaan
Apabila harga yang dibayar oleh suatu perusahaan afiliasi untuk memperoleh hutang dari
pihak lainnya lebih besar dari nilai buku kewajiban (nilai nominal ditambah dengan agio
yang belum diamortisasi atau dikurangi dengan disagio yang belum diamortisasi dan biaya
penerbitan), maka terjadi kerugiaan konstruktif atas penarikan hutang. Alternatif
lain,
apabila harga yang dibayar lebih kecil dari nilai buku hutang tersebut, maka keuntungan
konstruktiflah yang terjadi. Keuntungan atau kerugian ini disebut konstruktif karena
keuntungan atau kerugian ini merupakan keuntungan atau kerugian yang direalisasi dan
diakui dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan, teatapi tidak dicatat dalam buku
terpisah dari perusahaan-perusahaan afiliasi pada saat pembeliaan.
Keuntungan atau kerugian konstruktif atas obligasi adalah (1) keuntungan dan kerugian
yang direalisasi dari sudut pandang entitas yang dikonsolidasikan. (2) yang timbul pada saat
perusahaan membeli obligasi suatu afiliasi, (3) dari entitas-entitas lainnya, (4) pada harga
dari selain nilai buku obligasi tersebut. Tidak aka nada keuntungan atau kerugian yang terjadi
akibat pembelian obligasi perusahaan afiliasi pada nilai buku atau dari pinjam meminjam
secara langsung diantara perusahaan afiliasi.
Beberapa ahli akuntansi berpendapat bahwa keuntungan dan kerugian konstruktif pada
transaksi obligasi antar perusahaan seharusnya dialokasikan diantara pihak afiliasi pembeli
dan penerbit sesuai dengan nilai nominal obligasi tersebut. Contohnya, jika induk perusahaan
membayar Rp 99.000 untuk obligasi anak perusahaan yang beredar bernilai nominal Rp
100.000 dengan agio yang belum diamortisasi Rp 2.000, maka keuntungan konstruktif
sebesar Rp 3.000 (Rp 102.000 dikurangi dengan Rp 99.000) dialokasikan untuk induk
perusahaan sebesar Rp 1.000 dan untuk anak perusahaan sebesar Rp 2.000. dikenal sebagai
teori nominal.
Alternatif untuk teori nilai nominal ini adalah teori keagenan, diamana afiliasi yang
membeli obligasi antar perusahaan bertindak sebagai agen bagi perusahaan penerbit,
berdasarkan perintah dari manajemen induk perusahaannya. Berdasarkan teori keagenan,
keuntngan konstruktif sebesar Rp 3.000 dialokasikan ke anak perusahaan (perusahaan
penerbit), dan pengaruh pada laporan konsolidasi sama seperti jika anak perusahaan telah
membeli obligasi miliknya sendiri seharga Rp 99.000. walaupun tidak didukung oleh teori
terpisah, keuntungan dan kerugian konstruktif dialokasikan ke induk perusahaan atas dasar
kemanfaatan. Sehingga akuntansinya tidak menjadi rumit.
Pembukuan Penerbit Obligasi
Penjualan obligasi bagi penerbit menimbulkan hutang obligasi. Apabila harga
penjualan diatas atau dibawah nilai normal, selisih harga jual dengan nilai nominal, itu
disebut
premi
Kas
atau
diskon,
dan
dijurnal
xxx
Hutang obligasi
xxx
Premi obligasi
xxx
apabila terjadi diskon :
Kas
xxx
Diskon obligasi
xxx
Hutang obligasi
xxx
sebagai
berikut
CONTOH
Pada tanggal 1 juli 2002 PT indi menerbitkan dan menjual obligasi 10 tahun nilai nominal RP 10
miliar dengan kurs penjualan 110 di pasar primer. Penjualan obligasi pada kurs 110
menunjukkan adaanya premi sebesar 10% dari harga nominal atau Rp 11 miliar. Pencatatan pada
tanggal penjualan adalah :
Kas
Rp 11.000.000.000
Hutang obligasi
Rp10.000.000.000
Premi obligasi
Rp 1.000.000.000
Atau dapat juga di jurnal sebagai berikut :
Kas
Rp 11.000.000.000
Hutang obligasi
RP 11.000.000.000
Dalam contoh soal diatas, karena pada tanggal penjualan penerbit yakin PT indi
membukukan hutang obligasi Rp 11 miliar terdiri dari nilai nominal dan premi obligasi, maka
premi obligasi diamortisasi selama 10 tahun. Amortisasi pertahun adalah Rp 1.000.000.000/10
tahun atau 100. juta per tahun. PT indi menerbitkan obligasi pada pertengahan tahun, sehingga
premi obligasi utuk tahun 2002 diamortisasi setengah tahun atau Rp 50 juta dengan jurnal
amortisasi pada akhir tahun (31 desember) sebagai berikut :
Prermi Obligasi
Rp 50.000.000
Beban bunga
Rp 50.000.000
Atau
Hutang obligasi
Rp 50.000.000
Beban bunga
Rp 50.000.000
Untuk kepentingan laporan keuangan priode yang berakhir 31/12/2002 PT indi mencatat
beban bunga yang harus dibayar 1 semester sebagai berikut :
Beban bunga (5% x 10 miliar)
Rp 500.000.000
Hutang bunga
Rp 500.000.000
Umur obligasi 10 tahun mengharuskan penerbit obligasi 10 tahun sejak tanggal
penerbitan atau 1 juli 2012. Pada saat obligasi membayar hutang obligasi sebesar nilai
nominalanya atau Rp 10 miliar. Amortisasi mengurangi beban bunga, sehingga total beban
bunga PT indi per tahun adalah sebagai berikut :
Penerimaan bunga per tahun, 10% x Rp 100 miliar
Amortisasi Premi per tahun
Beban bunga per tahun
Rp 1000.000.000
Rp (100.000.000
Rp 900.000.000
Pada tanggal 1 juli 2007 atau 5 Tahun dari tanggal penerbitan obligasi, premi hutang
obligasi telah diamortisasi setengah dari premi pada awal penerbitan atau Rp500 juta, dengan
demikian nilai buku hutang obligasi adalah :
Nilai nominal hutang obligasi
Rp 10.000.000.000
Saldo premi (Rp 1 miliar - (Rp 100 juta x 5 tahun)
Rp
Nilai buku hutang obligasi 1/7/2007
500.000.000
Rp 10.500.000.000
Pembukuan Investor Obligasi
Investor atau pembeli obligasi memiliki akun “ investasi dalam obligasi “ yang
harus dicatat pada tanggal investasi atau pembeli obligasi terjadi, sebagia berikut :
Investasi dalam obligasi
Kas
xxx
xxx
Bagi investor obligasi nilai investasi dalam obligasi dicatat sebesar harga
perolehan obligasi tersebut. Ada kalanya harga perolehan obligasi dari nilai nominal
tetapi dapat pula lebih rendah dari nilai nominal. Misalkan PT anta membeli 30% obligasi
PT indi di pasar sekunder pada tanggal 1 juli 2007 dengan harga Rp 2,95 miliar.
Pencatatan yang akan dilakukan pada PT anta adalah sebagai sebagai berikut :
Investasi dalam obligasi
Kas
Rp 2.950.000
Rp 2.950.000
Investasi dalam obligasi memberikan pendapatan bunga bagi investor sesuai
dengan nilai nominal obligasi yang dimiliki. PT anta akan mencatat penerimaan bunga
per tahun Rp 300 juta (10% x 30% x Rp 10 Miliar) dalam dua kali penerimaan masingmasing Rp150 juta pada tanggal 1 juli dan 5 januari. Hak PT anta atas bunga yang
diterima pada tahun 2007 adalah satu semester atau Rp150 juta karena investasi dalam
obligasi pada pertengahan tahun. Pembukuan PT anta pertanggal 31 Desember 2007
mencatat piutang bunga sebagai berikut :
Piutang bunga
Rp 150.000.000
Pendapatan bunga
Rp 150.000.000
Selisih nilai investasi PT anta atas obligasi PT indi dengan nilai nominal pada
tanggal perolehan adalah Rp50 juta dimana investasi dalam obligasi tercatat lebih kecil
dari nilai nominal. Jurnal penyesuaian untuk tahun 2007 adalah sebagai berikut :
Investasi dalam obligasi
Rp 5.000.000
Pendapatan bunga
Rp5000.000
Penyesuaian nilai investasi Rp10 juta pertahun meningkatkan pendapatan bunga
sehingga pendapatan bunga pertahun adalah sebagai berikut :
-Penerimaan bunga per tahun 10% x Rp 3 miliar
Rp 300.000.000
-Penyesuaian Nilai investasi
Rp 10.000.000
Total pendapatan bunga per tahun
Rp 310.000.000
Pendapatan bunga PT anta tahun 2007 adalah Rp155 juta karena investasi dimulai
1 juli sehingga hak atas bunga juga untuk setengah tahun.
2.3 Dampak Keuntungan Atau Rugi Konstruktif Setelah Tahun Berjalan
Dalam kasus PT indi dan PT anta transaksi obligasi antar perusahaan akan mempengaruhi
hubungan induk-anak hingga tanggal 1 juli 2012 atau saat obligasi jatuh tempo. Selama tahun
tersebut pendapatan investasi dipengaruhi amortisasi untung/rugi konstruktif. Misalkan
dalam tahun 2008 PT anta mengumumkan laba sebesar Rp300 juta, yakni dalam kasus
penjualan down stream, sehingga perndapatan investasi adalah sebagai berikut :
Laba anak(80% x Rp 300 juta)
Rp 240.000.000
Amortisasi keuntungan konstruktif
RP (30.000.000
Pendapatan investasi
Rp 210.00.000
Apabila yang terjadi adalah penjualan up stream, maka pendapatan investasi dihitung sebagai
berikut :
Laba anak (80% x Rp 300juta)
Rp 240.000.000
Amortisasi keuntung konstruktif (80% x Rp 30 juta)
Rp (24.000.000
Pendapatan investasi
RP 216.000.000
2.4 Keuntungan Atau Kerugian Konstruktif Dan pendapatan Investasi
Keuntungan atau kerugian konstruktif merupakan salah satu komponen pendapatan
investasi. Jumlah keuntungan atau kerugian yang mempengaruhi pendapatan investasi induk
perusahaan tergantung dari pihak penerbit atau penjual obligasi. Karena kondisi menganggap
hutangnya yang tebus dengan harga yang lebih rendah atau lebih tinggi.
Pembahasan selanjutnya menggunakan istilah obligasi antar perusahaan downstream
apabila induk yang merupakan pihak penerbit dan sebagai invesrtor obligasi yang diterbitkan
anak perusahaan.
Misalkan obligasi antar perusahaan PT indi dan PT anta adalah penjualan downstream.
Dalam tahun 2007 PT anta (anak perusahaan yang sahamnya yang dikuasai 80% oleh PT indi)
melaporkan laba sebesar Rp250 juta dan tidak ada selisih investasi dengan nilai buku kekayaan
anak yang diperoleh, maka pendapatan investasi adalah sebagai berikut :
Laba anak(80% x Rp 250 juta)
Rp 200.000.000
Keuntungan kontruktif
Rp 150.000.000
Amortisasi keuntungan kontruktif (1/2 x Rp 30 juta)
RP (15.000.000
Pendapatan investasi
Rp 335.000.000
Apabila yang terjadi adalah penjualan upstream dimana PT indi merupakan pembeli atau
investor obligasi yang diterbitkan PT anta. Maka perhitungan pendapatan investasi PT indi
adalah sebagai berikut :
Laba anak (80% x Rp250 juta)
Rp 200.000.000
Keuntungan kontruktif (Rp 150juta x 80%)
Rp 120.000.000
Amortisasi keuntungan kontruktif (80% x Rp 30juta x 6/12)
Rp (12.000.000
Pendapatan investasi
Rp 303.000.000
2.5 Obligasi Anak Perusahaan Dibeli Oleh Induk Perusahaan
Ilustrasi pada bagian ini mirip dengan ilustrasi untuk Pam dan Sue, kecuali bahwa anak
perusahaan adalah afiliasi penerbit dan penarikan konstruktif obligasi mengakibatkan kerugian
bagi entitas yang dikonsolidasikan.
Pro Corporation memiliki 90% kepemilikan pada saham biasa berhak suara Sky.
Kepemilikan Pro pada Sky tersebut diperoleh pada nilai bukunya dengan harga Rp 9.225.000
ketika modal saham Sky sebesar Rp 10.000.000 dan saldo labanya sebesar Rp 250.000.
Pada tanggal 31 Desember 2003 Sky mempunyai obligasi dengan nilai nominal Rp
100.000, tingkat bunga 10%, yang beredar dengan disagio yang belum diamortisasi sebesar Rp
3.000. Obligasi-obligasi ini mempunyai tanggal pembayaran bunga 1 Januari dan 1 Juli dan jatuh
tempo dalam waktu lima tahun, pada tanggal 1 Januari 2009.
Pada tanggal 2 Januari 2004, Pro membeli 50% obligasi yang beredar milik Sky dengan
harga Rp 5.150.000. Transaksi ini menyebabkan kerugian sebesar Rp 300.000 dari sudut
pandang entitas yang dikonsolidasikan karena kewajiban sebesar Rp 4.850.000 (50% dari nilai
buku obligasi Rp 9.700.000) ditarik secara konstruktif dengan biaya Rp 5.150.000. Kerugian
tersebut dialokasikan kepada Sky berdasarkan teori bahwa manajemen induk perusahaan
bertindak sebagai agen Sky, perusahaan penerbit pada semua transaksi obligasi antar perusahaan.
Selama tahun 2004, Sky mencatat beban bunga atas obligasi tersebut sebesar Rp
1.060.000 [(nilai nominal Rp 10.000.000 x 10%) + amortisasi disagio sebesar Rp 60.000]. Dari
beban bunga ini sebesar Rp 530.000 berhubungan dengan obligasi antar perusahaan. Pro
mencatat pendapatan bunga dari investasi pada obligasi selama tahun 2004 sebesar Rp 470.000
[(nilai nominal Rp 5.000.000 x 10%) – amortisasi agio sebesar Rp 30.000]. Perbedaan sebesar
Rp 60.000 antara beban bunga dan pendapatan bunga atas obligasi antar perusahaan tersebut
mencerminkan pengakuan satu-per-lima kerugian konstruktif yang tidak diakui pada buku Pro
dan Sky melalui amortisasi agio (buku Pro) dan amortisasi disagio (buku Sky).
Metode Ekuitas
Sky melaporkan laba bersih sebesar Rp 750.000 pada tahun 2004, dan Pro
menghitung pendapatannya dari Sky sebesar Rp 459.000 sebagai berikut :
90% dari Rp 750.000 pendapatan dilaporkan oleh Sky
Rp 675.000
Kurang : kerugian konstruktif sebesar Rp 300.000 x 90%
(Rp 270.000)
Tambah : pengakuan atas kerugian konstruktif
Sebesar Rp 60.000 x 90%
Rp 54.000
Pendapatan investasi dari Sky
Rp 459.000
Ayat jurnal yang dibuat oleh Pro untuk mencatat investasi pada Sky selama tahun
2004 adalah sebagai berikut :
31 Desember 2004
Investasi pada Sky (+A)
Rp 675.000
Pendapatan dari Sky (R,+SE)
Rp 675.000
Untuk mencatat 90% dari pendapatan yang dilaporkan Sky untuk tahun 2004
31 Desember 2004
Pendapatan dari Sky (-R,-E)
Investasi pada Sky (-A)
Rp 270.000
Rp 270.000
Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% kerugian atas
penarikan konstruktif obligasi Sky. (ayat jurnal ini juda dapat dicatat pada tanggal
2 januari 2004)
31 Desember 2004
Investasi pada Sky (+A)
Rp 54.000
Pendapatan dari Sky (R,+SE)
Rp 54.000
Untuk menyesuaikan pendapatan investasi dari Sky terhadap 90% dari Rp 60.000,
pengakuan bagian per bagian dari kerugian konstruktif atas obligasi Sky selama
tahun 2004.
Untuk tahun-tahun selanjutnya hingga saat jatuh tempo obligasi tersebut,
pendapatan Pro dari Sky dihitung dengan menambahkan Rp 54.000 setiap tahunnya
pada bagian Pro atas pendapatan yang dilaporkan oleh Sky.
Saldo akun investasi Pro dan Sky pada tanggal 31 Desember 2004 adalah sebesar
Rp 10.584.000 saldo ini sama dengan nilai buku tercatat investasi Pro pada Sky pada
tanggal 1 Januari 2004 ditambah dengan pendapatan investasi dari Sky untuk tahun
2004 sebesar Rp 459.000
Investasi pada Sky, tanggal 1 Januari 2004
(Rp 11.250.000 x 90%)
Tambah : pendapatan Sky
Investasi pada Sky, 31 Desember 20X4
Rp 10.125.000
459.000
Rp 10.584.000
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Beans, Floyd A, dkk. 2007. Akuntansi Lanjutan jilid 1. Edisi kedelapan. Jakarta: PT Indeks.
https://www.scribd.com/document/257611300/AKL-1-Laba-antarperusahaan-obligasi
http://elawatiekonomiislam.blogspot.co.id/2016/04/akuntansi-keuangan-lanjutan-1transaksi.html
https://www.scribd.com/doc/88213670/Laba-Atas-Transaksi-Antarperusahaan-Obligasi
https://huseinal-habsy.blogspot.co.id/2011/02/transaksi-antara-perusahaan-obligasi.html
https://dokumen.tips/documents/laba-atas-transaksi-antarperusahaan-obligasi.html