Kumpulan soal uas ipa Kls 8

‫السلم عليكم ورحمة ا وبركاته‬
َ َ‫ش َه ُد أَنْ لَ إِلَ َه إِلّ اُ َو ْحدَ ُه ل‬
ْ َ‫ ا‬.‫ش ْي ٍء َق ِد ْي ٍر‬
َ ّ ‫اَ ْل َح ْم ُد لِ َل ُه ا ْل ُم ْل ُك َولَ ُه ا ْل َح ْم ُد َوه َُو َعلَى ُكل‬
‫ِى هَداَ َنا َوأَ ْن َع َم َنا‬
ْ ‫ش ِر ْي َك َل ُه اَلّذ‬
َ
َ
َ
َ
ْ ‫ َوأ‬.‫ب ا ْل ُمنِ ْي ِر‬
ِ ‫ِبالِ ْسلَ ِم َوأَ َم َر َنا ِبا ْل ِج َها ِد َو َن ّو َر ُقلُ ْْو َب َنا ِبا ْل ِك َتا‬
‫سالَ ِة َوأ ّدى ْال َما َن ِة‬
َ ‫الر‬
ّ ‫ِى َبلَ َغ‬
ْ ‫س ْولُ ُه اَلّذ‬
ُ ‫ش َه ُد أنّ ُم َح ّمداً َع ْب ُدهُ َو َر‬
َ‫ َياأَ ّي َها الّذِين‬.َ‫اب ِه أَ ْج َم ِع ْين‬
ْ َ‫لى آلِ ِه َوأ‬
َ ‫لى هَذاَ ال ّن ِب ّي ْال َك ِر ْي ِم ُم َح ّم ُد ْبنُ َع ْب ِد ا َو َع‬
َ ‫سلّ ْم َع‬

َ ‫صل ّ َو‬
َ ‫ اَللّ ُه ّم‬.‫ص َح ْال ُ ّم ِة‬
َ ‫َو َن‬
ِ ‫ص َح‬
ّ
ّ
ُ
ْ
ُ
َ
َ
ْ
َ
َ
ُ
ُ
َ
ُ
ُ
ُ

ُ
ّ
.‫ورا ت ْمشونَ بِ ِه َو َيغف ِْر لك ْم َواُ غفو ٌر َرحِي ٌم‬
ً ‫سولِ ِه ُي ْؤتِك ْم ِكفل ْي ِن مِنْ َر ْح َمتِ ِه َو َي ْج َعلْ لك ْم ن‬
ُ ‫اا َو َءا ِمنوا بِ َر‬
َ ‫َءا َم ُنوا اتقوا‬
Ma’asyiral Muslimin wa Zumrotal Mukminin Rahimakumulloh!
Ribuan tahun yang lalu, di tanah kering dan tandus, di atas bukit-bukit bebatuan yang ganas,
sebuah cita-cita universal ummat manusia dipancangkan. Nabi Ibrahim Alaihissalam, Abu alMillah, telah memancangkan sebuah cita-cita yang kelak terbukti melahirkan peradaban besar.
Cita-cita kesejahteraan lahir dan batin. Suatu kehidupan yang aman, tenteram, dan sentosa dan
secara materi subur dan makmur.

ِ ‫ار ُز ْق أَهْ لَ ُه مِنَ ال ّث َم َرا‬
‫ال َوا ْل َي ْو ِم ْالخ ِِر َقال َ َو َمنْ َك َف َر‬
ِ ّ ‫ت َمنْ َءا َمنَ ِم ْن ُه ْم ِب‬
ْ ‫اج َعلْ ه ََذا َبلَدًا َءا ِم ًنا َو‬
ْ ‫و َإِ ْذ َقال َ إِ ْب َراهِي ُم َر ّب‬
ِ ‫ض َط ّرهُ إِلَى َع َذا‬
.‫س ا ْل َمصِ ي ُر‬
َ ‫ار َو ِب ْئ‬

ْ َ‫َفأ ُ َم ّت ُع ُه َقلِيلً ُث ّم أ‬
ِ ‫ب ال ّن‬
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman
sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara
mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfrman: "Dan kepada orang yang kafrpun Aku
beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburukburuk tempat kembali". (QS, al-Baqarah: 126)
Pada hari ini ratusan juta manusia, dari berbagai etnik, suku, dan bangsa di seluruh penjuru
dunia, mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, sebagai refeksi rasa syukur dan sikap
kehambaan mereka kepada Allah SWT. Sementara jutaan yang lain sedang membentuk lautan
manusia di tanah suci Makkah, menjadi sebuah panorama menakjubkan yang menggambarkan
eksistensi manusia di hadapan kebesaran Rabb Yang Maha Agung. Mereka serempak
menyatakan kesediaannya untuk memenuhi panggilan-Nya;
“Labbaika Allahumma labbaik, labbaika lasyarikalaka labbaik. Innal hamda wan
ni’mata laka wal mulk la syarika lak.”
Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itu adalah sebuah momentum sejarah
yang menentukan perjalanan hidup manusia sampai sekarang ini. Ia menghendaki sebuah
masyarakat ideal yang bersih; yang merupakan refeksi otentik interaksinya dengan sistem
kepercayaan, nilai-nilai luhur, dan tata aturan (syariat) yang telah menjadi dasar kehidupan
bersama.
Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Ketundukannya kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai dan

tata aturan ilahiah selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang masa. “Ketika Allah berfrman
kepadanya, “Tunduk patuhlah (Islamlah),” maka ia tidak pernah menunda-nundanya walau
sesaat, tidak pernah terbetik rasa keraguan sedikit pun, apa lagi menyimpang. Ia menerima
perintah itu dengan seketika dan dengan penuh ketulusan.
Atas dasar itulah beliau wariskan Islam dan sikap ketundukan kepada-Nya untuk anak cucu
sepeninggalnya, untuk generasi berikutnya sampai akhir masa. Allah berfrman dalam surat AlBaqarah 132:

َ‫اص َط َفى لَ ُك ُم ال ّدينَ َفلَ َت ُمو ُتنّ إِلّ َوأَ ْن ُت ْم ُم ْسلِ ُمون‬
ْ ‫ا‬
ُ ُ‫صى ِب َها إِ ْب َراهِي ُم َبنِي ِه َو َي ْعق‬
ّ ‫َو َو‬
َ ّ ّ‫وب َيا َبن ِّي إِن‬
“Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya`qub.
(Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu,

maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Wahai anak-anakku!
Sesungguhnyaa Allah telah memilih agama ini bagimu!”

Allahu Akbar 3x Allahu Akbar wa lillahi al-hamd
Hari raya Idul Adha juga merupakan hari raya istimewa karena dua ibadah agung dilaksanakan

pada hari raya ini yang jatuh di penghujung tahun hijriyah, yaitu ibadah haji dan ibadah qurban.
Qurban yang berasal dari kata “qaruba – qaribun” yang berarti dekat. Jika posisi seseorang jauh
dari Allah, maka dia akan mengatakan lebih baik bersenang-senang keliling dunia dengan
hartanya daripada pergi ke Mekah menjalankan ibadah haji.
Namun bagi hamba Allah yang memiliki kedekatan dengan Rabbnya dia akan mengatakan
“Labbaik Allahumma Labbaik” – lebih baik aku memenuhi seruanMu ya Allah…Demikian juga
dengan ibadah qurban. Seseorang yang jauh dari Allah tentu akan berat mengeluarkan hartanya
untuk tujuan ini. Namun mereka yang posisinya dekat dengan Allah akan sangat mudah untuk
mengorbankan segala yang dimilikinya semata-mata memenuhi perintah Allah.
Mencapai posisi dekat “Al-Qurban/Al-Qurbah” dengan Allah tentu bukan merupakan bawaan
sejak lahir. Melainkan sebagai hasil dari latihan (baca: mujahadah) dalam menjalankan apa saja
yang diperintahkan Allah SWT.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Dalam ibadah qurban, kembali Nabi Ibrahim tampil sebagai manusia pertama yang mendapat
ujian pengorbanan dari Allah SWT. Ia harus menunjukkan ketaatannya yang totalitas dengan
menyembelih putra kesayangannya yang dinanti kelahirannya sekian lama.
“Maka tatkala anak itu sudah berumur baligh, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fkirkanlah apa pendapatmu!” Ia
menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu
akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Jama’ah Shalat Idul Adha Rahimakumullah.
Andaikan Ibrahim manusia yang lemah, tentu akan sulit untuk menentukan pilihan. Salah satu
diantara dua yang memiliki keterikatan besar dalam hidupnya; Allah atau Isma’il. Berdasarkan
rasio normal, boleh jadi Ibrahim akan lebih memilih Ismail dengan menyelamatkannya dan
tanpa menghiraukan perintah Allah tersebut. Namun ternyata Ibrahim adalah sosok hamba
pilihan Allah yang siap memenuhi segala perintah-Nya, dalam bentuk apapun. Ia tidak ingin
cintanya kepada Allah memudar karena lebih mencintai putranya. Akhirnya ia memilih Allah dan
mengorbankan Isma’il yang akhirnya menjadi syariat ibadah qurban bagi umat nabi Muhammad
SAW.
Karena itu, dengan melihat keteladanan berqurban yang telah ditunjukkan oleh seorang
Ibrahim, apapun Isma’il kita, apapun yang kita cintai, qurbankanlah manakala Allah
menghendaki. Janganlah kecintaan terhadap isma’il-isma’il itu membuat kita lupa kepada Allah.
Tentu, negeri ini sangat membutuhkan hadirnya sosok Ibrahim yang siap berbuat untuk
kemaslahatan orang banyak meskipun harus mengorbankan apa yang dicintainya.
Ma’asyirol muslimin wa zumrotal mukmimin rahimakumullah.
Kita juga sadar bahwa kita berhutang budi dalam memanfaatkan negeri ini kepada orang tua
generasi pendahulu, para perintis dan mereka yang telah berjasa untuk itu. Kita juga berhutang
budi dalam masalah aqidah dan agama yang kita banggakan ini, kepada generasi salaf saleh
yang menanggung bermacam kesulitan dan derita dalam mempertahankan risalah ini pada
masa pertamanya, dan yang telah mengorbankan harta dan jiwa mereka menghadapi musuh-


‫‪musuh Islam untuk menyampaikan agama ini kepada orang-orang setelah mereka, mereka pula‬‬
‫‪yang telah menghilangkan banyak rintangan yang disebarkan oleh para pencela, pengingkar‬‬
‫‪dan pendusta agama ini.‬‬
‫‪Demikian sungguh pelajaran yang sangat berharga. Kita selaku generasi masa kini telah‬‬
‫‪berhutang budi kepada generasi-genersai sebelumnya dalam seluruh apa yang kita ni`mati saat‬‬
‫‪ini sebagai hasil dari pengorbanan, perjuangan dan sikap mereka yang mendahulukan‬‬
‫‪kepentingan orang lain. Maka sepatutnyalah jika kita melanjutkan rangkaian pengorbanan‬‬
‫‪mereka itu sehingga kita dapat menyampaikan keni`matan ini kepada generasi berikutnya‬‬
‫‪seperti yang telah dilakukan oleh generasi sebelum kita.‬‬

‫‪Disini hari raya Idul Adha kembali hadir untuk mengingatkan kita akan ketinggian nilai ibadah‬‬
‫‪haji dan ibadah qurban yang sarat dengan pelajaran kesetiakawanan, ukhuwwah, pengorbanan‬‬
‫‪dan mendahulukan kepentingan dan kemaslahatan orang lain. Semoga akan lahir keluarga‬‬‫‪keluarga Ibrahim berikutnya dari bumi tercinta Indonesia ini yang layak dijadikan contoh teladan‬‬
‫‪dalam setiap kebaikan untuk seluruh umat.‬‬

‫أَ ُع ْو ُذ ِبالِ مِنَ ال ّ‬
‫الر ِح ْيم‪.‬‬
‫الر ْح َم ِن ّ‬
‫الر ِج ْيم‪ِ .‬ب ْس ِم اِ ّ‬

‫ان ّ‬
‫ش ْي َط ِ‬
‫َ‬
‫َ‬
‫صل ّ ل َِر ّب َك َوا ْن َح ْر‪ .‬إِنّ َ‬
‫شانِ َئ َك ه َُو ْال ْب َت ُر‪.‬‬
‫إِ ّنا أَ ْع َط ْي َنا َكا ْل َك ْو َث ِر‪ .‬ف َ‬
‫الصالِ ِحيْنَ‪َ .‬وقُلْ َر ّب ْ‬
‫اغف ِْر َو ْار َح ْم َوأَنْتَ َخ ْي ُر الراّ ِح ِميْنَ ‪.‬‬
‫َج َعلَ َنا ا َوإِ ّيا ُك ْم مِنَ ا ْل َعائِ ِديْنَ َوا ْل َفائ ِِزيْنَ‪َ .‬وأَدْ َخلَ َنا َوإِ ّيا ُك ْم مِنْ عِ َبا ِد ِه‬
‫ّ‬

‫‪Khutbah 2‬‬
‫ش ِر ْي َك لَ ُه َوأَ ْ‬
‫ش َه ُد أَنْ لَ إِلَ َه إِلّ اُ َو ْحدَ هُ لَ َ‬
‫س ْب َحانَ اِ ُب ْك َر ًة َوأَصِ ْيلً‪ .‬أَ ْ‬
‫س ْولُهُ‪،‬‬
‫َاُ أَ ْك َب ُر ‪X 7 ...‬‬
‫َاُ أَ ْك َب ُر َك ِب ْيراً َوا ْل َح ْم ُد ِ ّ ِ‬
‫ش َه ُد أَنّ ُم َح ّمداً َع ْب ُدهُ َو َر ُ‬

‫ل َكثِ ْيراً َو ُ‬
‫اَ ْل َم ْب ُع ْو ُ‬
‫ان إِ َلى َي ْو ِم الدّ ْي ِن‪.‬‬
‫اب ِه َومَنْ َت ِب َع ُه ْم ِبإِ ْح َ‬
‫س ّي ِد َنا ُم َح ّم ٌد َو َعلَى آلِ ِه َوأَ ْ‬
‫سلّ ْم َعلَى َ‬
‫صل ّ َو َ‬
‫ث َر ْح َم ًة لِ ْل َعالَ ِميْنَ ‪ .‬اَللّ ُه ّم َ‬
‫س ٍ‬
‫ص َح ِ‬
‫صلّ ْوا َعلَ ْي ِه‬
‫صلّ ْونَ َعلَى ال ّنبِ ّي‪َ ،‬يا أَ ّي َها الّ ِذيْنَ آ َم ُن ْوا َ‬
‫صلّى َعلَى َنبِ ّي ِه َق ِد ْي ًما‪ :‬إِنّ اَ َو َملئِ َك َت ُه ُي َ‬
‫اعلَ ُم ْوا أَنّ اَ َت َعالَى َ‬
‫أَ ّما َب ْع ُد ‪َ .‬ف َيا عِ بَادَ اِ ‪ِ ...‬ا ّتقُ ْوا اَ فِ ْي َما أَ َم َر‪َ .‬و ْ‬
‫س ّي ِد َنا ُم َح ّم ٍد‬
‫لى َ‬
‫اركْ َع َ‬
‫آل َ‬
‫س ّي ِد َنا إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َع َ‬

‫لى َ‬
‫صلّ ْيتَ َع َ‬
‫س ّي ِد َنا ُم َح ّم ٍد َك َما َ‬
‫آل َ‬
‫س ّي ِد َنا ُم َح ّم ٍد َو َع َ‬
‫سلّ ْم َعلَى َ‬
‫صل ّ َو َ‬
‫سلّ ُم ْوا َت ْسلِ ْي ًما‪ .‬اَللّ ُه ّم َ‬
‫َو َ‬
‫لى ِ‬
‫لى ِ‬
‫س ّي ِد َنا إِ ْب َرا ِه ْي َم‪َ .‬و َب ِ‬
‫س ّي ِد َنا إِ ْب َرا ِه ْي َم ف ِْي ا ْل َعالَ ِميْنَ إِ ّن َك َح ِم ْي ٌد َم ِج ْي ٌد‪.‬‬
‫آل َ‬
‫س ّي ِد َنا إِ ْب َرا ِه ْي َم َو َع َ‬
‫لى َ‬
‫ار ْكتَ َع َ‬
‫س ّي ِد َنا ُم َح ّم ٍد َك َما َب َ‬
‫آل َ‬
‫َو َع َ‬

‫لى ِ‬
‫لى ِ‬
‫اللّ ُه ّم ْ‬
‫ت اَلَ ْحيَاءِ ِم ْن ُه ْم َو ْالَ ْم َوا ِ‬
‫ت َوا ْل ُم ْسلِ ِميْنَ َوا ْل ُم ْسلِ َما ِ‬
‫اغف ِْر لِ ْل ُم ْؤ ِمنِيْنَ َوا ْل ُم ْؤ ِم َنا ِ‬
‫صل ِْح لنا ُد ْن َيانا الّتِي فِي َها‬
‫ص َم ُة أَ ْم ِرنا َوأَ ْ‬
‫صل ِْح لَنا ِد ْي َن َنا الّذِي ه َُو عِ ْ‬
‫ت‪ .‬اللّ ُه ّم أَ ْ‬
‫اح ًة لنا مِنْ ُكل ّ َ‬
‫َم َعا ُ‬
‫ش ّر‪ .‬اللّه ّم أَعِ ّز ْ‬
‫اج َع ِل ا ْل َم ْوتَ َر َ‬
‫اج َع ِل ا ْل َح َيا َة ِزيَادَ ًة لنا فِي ُكل ّ َخ ْي ٍر َو ْ‬
‫صل ِْح لنا آخ َِر َت َنا الّتِي فِي َها َم َعادُنا َو ْ‬
‫ش َنا َوأَ ْ‬
‫السلَ َم َوالمسلمين َوأَ ِذل ّ‬
‫ال ّ‬
‫الرا ِح ِميْنَ‪َ .‬ر ّب َنا آتِ َنا ف ِْي‬
‫رب العالمين‪ .‬الله ّم ْار ُز ْق َنا‬
‫الحقّ َوال ّث َباتَ ‪َ ،‬يا أَ ْر َح َم ّ‬
‫الص ْب َر َعلى َ‬
‫ّ‬
‫الس ْوءِ َعلَ ْي ِه ْم يا ّ‬
‫اج َعلْ دَ ائ َِر َة ّ‬
‫ين َو ْ‬
‫أعدَ َ‬
‫ش ْر َك والمشركين َودَ ّم ْر ْ‬
‫اء الدّ ِ‬
‫ً‬
‫ً‬
‫َ‬
‫وص ْح ِب ِه َو َ‬
‫لى آلِ ِه َ‬
‫س ّي ِد َنا ُم َح ّم ٍد َو َع َ‬
‫س ْولِ َك َ‬
‫وصل ّ الله ّم َعلَى َع ْب ِد َك َو َر ُ‬
‫ار‪َ .‬‬
‫س َنة َوقِ َنا َعذ َ‬
‫س َنة َوف ِْي الخ َِر ِة َح َ‬
‫ال ّد ْن َيا َح َ‬
‫سلّ ْم َوا ْل َح ْم ُد لِ َر ّب ا ْل َعالَ ِميْنَ‪َ .‬اُ‬
‫اب ال ّن ِ‬
‫ل ا ْل َح ْم ِد‬
‫أَ ْك َب ُر ‪َ X 3 ...‬و ِ ّ ِ‬
‫والسلم عليكم ورحمة ا وبركاته‬

3x
ُ ْ‫ل مِن‬
ْ‫ اَ ْش َه ُد اَن‬.ُ‫ت أَعْ مَالِ َنا َمنْ َي ْه ِد اُ َفلَ مُضِ ّل لَ ُه َو َمنْ يُضْ لِ ْل َفلَ هَادِيَ لَه‬
ِِ ‫شر ُْو ِر أَ ْنفُسِ َنا َوسَ ِي َئا‬
ِ ‫ل رَ بِ ْالعَ الَ ِم ْينَ َنحْ َم ُدهُ َو َنسْ َت ِع ْي ُن ُه َو َنسْ َت ْغفِ ُرهُِ َو َن ُت ْوبُ إِلَ ْي ِه َو َنع ُْو ُذ ِبا‬
ِ ‫اَ ْلحَ مْ ُد ِ ل‬
ُ
ْ
ّ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ً
ِ
ُ
ُ
ْ
ْ‫ن‬
ْ‫ص‬
ْ
ْ
ْ
ْ‫ح‬
:‫ا‬
‫ي‬
‫د‬
‫ال‬
‫م‬
‫َو‬
‫ي‬
‫ى‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ه‬
ُ
‫ب‬
‫ت‬
‫م‬
‫و‬
‫ه‬
‫اب‬
‫ا‬
‫و‬
‫ه‬
‫ل‬
‫َا‬
‫ء‬
‫ى‬
‫ل‬
‫و‬
‫د‬
ٍ
‫م‬
‫م‬
‫ا‬
‫ن‬
‫ي‬
ِ
‫ب‬
‫ن‬
‫ى‬
‫ل‬
‫م‬
‫ل‬
‫س‬
‫ال‬
‫و‬
‫ة‬
‫ل‬
‫ص‬
‫ال‬
‫و‬
‫ه‬
ُ
‫ل‬
‫ُو‬
‫س‬
‫و‬
‫ه‬
ُ
‫د‬
‫ب‬
‫ا‬
‫ّد‬
‫م‬
‫م‬
‫ا‬
‫د‬
‫ه‬
‫ش‬
‫ا‬
‫و‬
‫ه‬
ُ
‫ل‬
‫ي‬
‫ر‬
‫ش‬
‫ل‬
‫ه‬
ُ
َ‫د‬
‫و‬
‫ا‬
‫ل‬
‫لَ اِل َه ِا‬
ّ
ّ
ّ
ّ‫ن‬
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ َ‫ َفيَاعِ بَاد‬:ُ‫ اَمّا َبعْ د‬.‫ْن‬
َ‫ع‬
َ
َ
َ‫ح‬
َ
َ‫ع‬
َ
َ‫ُح‬
َ‫ع‬
َ
َ
َ‫ر‬
َ
َ‫ع‬
َ‫ُح‬
َ
َ
َ‫ك‬
َ
ُ
ُ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ
ْ
ْ
ّ
ّ
َ
ْ
ْ
ْ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ُ
ّ
َ
َ
ُ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
َ
ْ
ْ‫ر‬
ْ
ْ
ْ
‫وا‬
‫ق‬
‫ت‬
‫ا‬
‫وا‬
‫ن‬
‫م‬
‫ا‬
‫ي‬
‫ذ‬
‫ل‬
‫ا‬
‫َا‬
‫ه‬
‫ي‬
‫ا‬
‫َا‬
‫ي‬
:
‫ْم‬
‫ي‬
‫ر‬
‫ك‬
‫ال‬
‫آن‬
‫ق‬
‫ال‬
‫ِى‬
‫ف‬
‫ى‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ت‬
‫ا‬
‫ل‬
‫ا‬
‫ق‬
.
‫ُو‬
‫ح‬
‫ل‬
‫ف‬
‫ت‬
‫م‬
‫ك‬
‫ل‬
‫ل‬
‫ه‬
‫ت‬
‫ط‬
‫و‬
‫ا‬
‫و‬
ِ
‫ق‬
‫ت‬
‫ب‬
‫ي‬
‫ف‬
‫ن‬
‫و‬
‫م‬
‫ك‬
‫ي‬
‫و‬
‫ا‬
ّ
ِ
ِ
ِ
ِ
ِ‫س‬
ِ‫ص‬
َ‫ا حَ ّق ُت َقا ِت ِه َولَ َتم ُْو ُتنّ ِالّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْون‬
َ
َ‫ن‬
َ‫ع‬
َ
َ‫ن‬
َ‫ع‬
َ‫اع‬
َ
ِ
َ
َ
ْ
ْ
ُ
َ
ِ
ِ
ِ ِ
dakwatuna.com – Segala puji untuk Allah SWT yang telah memberi kesempatan kepada kita sekali lagi untuk
menikmati ibadah shalat Idul Adha setelah kita berpuasa Arafah hari kemarin. Kenikmatan ibadah amat dirasakan
oleh sekitar 3-4 juta umat Islam dari seluruh dunia yang tengah menyelesaikan tahap akhir ibadah haji di tanah
suci. Kita doakan semoga jamaah haji kita meraih mabrur, sehat dan bisa kembali ke Tanah air masing-masing
dengan warna keislaman yang menyeluruh dan memiliki semangat perjuangan menegakkan ajaran Islam setelah
berada di tempat bersejarah dari tumbuh dan berkembangnya Islam.
Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan
para penerusnya hingga hari akhir nanti.
Takbir, tahlil dan tahmid kembali menggema di seluruh muka bumi ini sekaligus menyertai saudara-saudara kita
yang datang menunaikan panggilan agung ke tanah suci guna menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang kelima.
Bersamaan dengan ibadah mereka di sana, di sini kitapun melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah
mereka, di sini kita melaksanakan ibadah yang terkait dengan ibadah haji yaitu puasa hari Arafah yang bersamaan
dengan wuquf di Arafah, pemotongan hewan qurban setelah shalat idul Adha ini dan menggemakan takbir, tahlil
dan tahmid selama hari tasyrik. Apa yang dilakukan itu maksudnya sama yaitu mendekatkan diri kepada Allah
SWT.
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Berbahagia.
Dalam kehidupan ini, ada banyak sekali prinsip-prinsip hidup yang harus kita jalani dan kita pegang teguh. Belajar
dari kehidupan Nabi Ibrahim AS dan keluarganya, pada kesempatan ini paling tidak, ada empat prinsip hidup yang
harus kita wujudkan dalam kehidupan kita, baik secara pribadi, keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Pertama, berdoa. Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa kepada Allah
SWT. Doa bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi memang kita merasa betul-betul
memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan
dan tergantung kepada-Nya. Di antara doa Nabi Ibrahim AS adalah agar negeri yang ditempati diri dan keluarganya
dalam keadaan aman . Allah SWT berfirman menceritakan doa Nabi Ibrahim as:

‫َوإِ ْذ َقا َل إِب َْراهِي ُم َربِ اجْ َع ْل َه َذا ْال َبلَدَ آ ِم ًنا َواجْ ُن ْب ِنيِ َو َبنِيّ أَنْ َنعْ بُدَ اصصْ َنا َم‬
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan
jauhkanlah aku beserta anak cucuku daripada menyembah berhala-berhala. (QS Ibrahim [14]:35).
Selain itu, Nabi Ibrahim juga berdoa agar selain aman, negeri ini juga diberikan rizki yang cukup, doa yang
dimaksud dikemukakan Allah SWT:

ّ ‫َوإِ ْذ َقا َل إِب َْراهِي ُم َربِ اجْ َع ْل َهَِ َذا َبلَداً آمِنا ً َوارْ ُز ِْق أَهْ لَ ُه م َِن‬
‫ال َو ْال َي ْو ِِم اخآ ِِر‬
ِ ‫الث َم َرا‬
ِ ‫ت َمنْ آ َم َن ِم ْنهُم ِب ل‬
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan
berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan
hari kiamat.” (QS Al-Baqarah [2]:126)
Berdoa kepada Allah SWT adalah untuk kepentingan bersama, termasuk mereka yang tidak beriman sekalipun,
karenanya Allah SWT menegaskan kepada Nabi Ibrahim as:

‫س ْالمَصِ ي ُر‬
ِ ‫َقا َل َو َمن َك َف َر َفأ ُ َم ِت ُع ُه َقلِيلً ُث ّم أَضْ َطرّ هُ إِلَى َع َذا‬
َ ‫ار َو ِب ْئ‬
ِ ‫ب ال ّن‬
Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia menjalani
siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah [2]:126)

Dalam konteks kehidupan negara kita yang mengalami krisis, maka sudah seharusnya kita berdoa untuk kebaikan
negeri kita agar menjadi negeri yang aman sentosa dan para pemimpin kita diberi petunjuk dan mau menerima
petunjuk jalan hidup yang benar agar bisa melaksanakan tugas kepemimpinan dengan benar.
Doa yang amat penting dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim adalah agar diri dan keturunannya terhindar dari
kemusyrikan, yakni menuhankan dan mengagungkan selain Allah SWT. Menurut Sayyid Quthb dalam tafsirnya:
“Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari nikmat-nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari
berbagai kegelapan dan kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, bertauhid kepada Allah SWT.” Karena itu,
iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita semua sehingga iman
merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam, dengan iman yang kokoh kita memiliki kemerdekaan jiwa
dalam arti tidak terbelenggu oleh apapun dan siapapun juga kecuali kepada Allah SWT.
Iman juga membuat kita memiliki kekuatan jiwa sehingga ketiga hidup senang kita tidak lupa diri dan ketika susah
kita tidak putus asa, sesulit apapun keadaannya. Dan dengan iman membuat kita memiliki ketenangan jiwa karena
kita yakin bahwa pasti ada jalan keluar dari problematika hidup.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang Dimuliakan Allah.
Prinsip hidup Kedua adalah memiliki semangat berusaha sehingga mau berusaha semaksimal mungkin. Hal ini
karena sesulit apapun keadaan, peluang mendapatkan sesuatu tetap terbuka lebar. Siti Hajar telah membuktikan
kepada kita betapa ia berusaha mencari rizki meski berada di daerah yang saat itu belum ada kehidupan, inilah
yang dalam ibadah haji dan umrah dilambangkan dengan sai yang artinya usaha. Karena itu, ketika kita sudah
berdoa, jangan sampai kita mengkhianati doa kita sendiri. Berdoa minta ilmu tapi tidak mau belajar, berdoa minta
anak shalih tapi tidak mencontohkan keshalihan dan tidak mendidik mereka, berdoa minta sehat tapi mengonsumsi
sesuatu yang mendatangkan penyakit, berdoa minta rizki tapi tidak mau berusaha meraih yang halal, begitulah
seterusnya. Ini yang kita maksud dengan mengkhianati doa sendiri.
Kadang ada orang salah paham, dia tidak mau berusaha karena katanya “rizki kan di tangan Tuhan.” Kalimat itu
tidak salah, yang banyak orang salah adalah memahaminya; seolah-olah rizki itu akan kita dapat secara otomatis,
mereka berkata: “sekalipun usaha, kalau bukan rizki kita tetap saja tidak dapat.” Padahal Allah SWT memang
sudah menyediakan rizki buat kita, bahkan tidak ada makhluk di muka bumi ini, kecuali sudah ada rizkinya. Karena
sudah ada dan disediakan, maka kita tinggal mengambilnya, bukan berpangku tangan. Kambing itu bisa menjadi
rizki kita, tapi kitapun harus berusaha dengan menyembelihnya secara benar, membersihkannya, memasaknya
untuk selanjutnya memakannya, baru jadi rizki kita. Apa yang sudah di depan mata, kita masih harus berusaha
agar menjadi rizki kita, apalagi rizki yang Allah sediakan di laut, di gunung hingga di pulau lain dan di belahan bumi
yang lain.
Siti Hajar telah mencontohkan kepada kita bahwa meskipun ia berbaik sangka kepada Allah SWT Yang Maha
Pemberi Rizki, tapi ia tetap berusaha untuk mencari rizki, namun ketika mencari rizki, perhatian dan tanggung
jawab utama kepada pendidikan anak tetap dilaksanakan hingga Ismail menjadi anak yang shalih dan selalu
menunjukkan ketaatan yang luar biasa kepada Allah SWT dan orang tuanya. Bangunan berupa pilar setengah
lingkaran di dekat Ka’bah merupakan monumen bersejarah yang disebut dengan hijr Ismail (pangkuan Ismail), di
situlah dulu Ismail diasuh oleh ibunya.
Karena itu, berjalan dalam rangka berusaha mencari rizki secara halal untuk bisa menafkahi diri dan keluarga
termasuk berada di jalan Allah SWT, Rasulullah SAW bersabda:

ْ ‫ان َك‬
‫ا َع ّز َو َج ّل‬
ِ ‫االم َُجا ِه ِد فِى َس ِبي ِْل‬
َ ‫ َو َمنْ َك ّد َعلَى عِ َيالِ ِه َك‬،‫ف‬
َ ‫ا ُيحِبّ ْال َع ْب َد ْالمُحْ َت ِر‬
َ ّ‫إِن‬.
Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Barang siapa yang bersusah payah mencari
nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah azza wa jalla (HR. Ahmad).
Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Dirahmati Allah.
Prinsip hidup Ketiga yang harus kita wujudkan sebagaimana telah dimiliki oleh Nabi Ibrahim AS dan keluarganya
adalah memiliki hati yang bersih dan tajam. Seperti halnya badan dan benda-benda, hati bisa mengalami
kekotoran, namun kotornya hati bukanlah dengan debu, hati menjadi kotor bila padanya ada sifat-sifat yang
menunjukkan kesukaannya kepada hal-hal yang bernilai dosa, padahal dosa seharusnya dibenci. Oleh karena itu,
bila dosa kita sukai apalagi sampai kita lakukan, maka jalan terbaik adalah bertaubat sehingga ia menjadi bersih
kembali, Rasulullah SAW bersabda:

َ ‫التا ّ ئِبُ م َِن‬
‫ب لَ ُه‬
ِ ‫الذ ْن‬
َ ‫ب َك َمنْ لَ َذ ْن‬
Orang yang bertaubat dari dosanya seperti orang yang tidak menyandang dosa (HR. Thabrani).
Hati yang bersih akan membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap dosa, karena dosa adalah kekotoran
yang sangat merusak jiwa. Karena itu, Nabi Ibrahim AS sampai berdoa agar jangan sampai hatinya kotor, karena
hal itu hanya akan membuatnya menjadi terhina, apalagi pada hari kiamat:

ٍ ‫ا ِب َق ْل‬
‫ب َسل ٍِيم‬
َ ‫ َي ْو َم ل َي ْن َف ُع َما ٌل َول َب ُن‬.‫ون‬
َ ‫َول ُت ْآ ِزنِي َي ْو َم ُي ْب َع ُث‬
َ ّ ‫ إِل َمنْ أَ َتى‬.‫ون‬

Dan janganlah engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki
tidak berguna, kecuali orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih (QS Asy Syu’araa [26]:87-89).
Setelah hati bersih, maka hatipun menjadi tajam sehingga orang yang hatinya tajam amat mudah membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, mana yang diperintah dan mana yang dilarang. Karena itu, Nabi Ibrahim
AS dan anaknya Nabi Ismail cepat paham dan nyambung terhadap perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail
meskipun hanya dengan isyarat mimpi. Dalam kehidupan sekarang, banyak orang yang hatinya tumpul karena
sudah berkarat dengan dosa, sehingga jangankan bahasa isyarat, bahasa yang terang, jelas dan tegas saja bahwa
hal itu diperintah atau dilarang tetap saja tidak paham atau tidak mau dipahami.

Allahu Akbar 3x Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Id Yang Berbahagia.
Keempat yang merupakan prinsip hidup yang kita ambil dari Nabi Ibrahim AS dan keluarganya adalah Tidak
Menyombongkan diri atas kebaikan yang dilakukannya. Dalam kehidupan manusia, banyak orang baik merasa
paling baik, bahkan merasa sebagai satu-satunya orang atau kelompok yang baik. Begitu pula ada orang yang
berusaha menjadi orang yang benar tapi merasa sebagai orang yang paling benar atau satu-satunya yang benar.
Ini merupakan kesombongan atas kebaikan dan kebenaran yang dipegangnya. Sikap seperti ini merupakan
sesuatu yang tidak baik sekaligus menunjukkan bahwa dia orang yang tidak memahami sejarah. Karena itu, Nabi
Ismail AS menegaskan kepada ayahnya Nabi Ibrahim AS ketika diceritakan mimpi ayahnya dengan mengatakan:

َ
َ
َ
َ ‫ح‬
َ ‫ي قَا‬
‫ك فَانْظ ُ ْر‬
ُ َ ‫منَام ِ أنِي أذ ْب‬
َ ‫ه ال‬
َ ْ ‫ي إِنِي أ َرى فِي ال‬
ُ َ ‫مع‬
َ َ‫ما بَلَغ‬
َ َ ‫فَل‬
َ َ ‫ل يَا بُن‬
َ ْ ‫سع‬
َ
ْ َ‫ت افْع‬
َ ‫ماذ َا ت َ َرى قَا‬
‫ين‬
ِ ‫ه‬
ِ َ ‫ل يَا أب‬
ْ ِ ‫جدُنِي إ‬
َ ‫م ُر‬
ُ َ ‫ن شَ اءَ الل‬
ِ َ ‫ست‬
َ ْ‫ما تُؤ‬
َ ‫ل‬
َ
َ ‫ن ال‬
َ ِ‫صابِر‬
َ ‫م‬
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai
anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!”
Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku
termasuk orang-orang yang sabar”. (QS Ash Shaffat [37]:102).
Apa yang dikemukakan Nabi Ismail AS menunjukkan ia seorang remaja dengan kepribadian yang matang. Ia
langsung menangkap perintah Allah SWT dari cerita mimpi ayahnya, bahkan ia siap melaksanakannya dengan
segala konsekuensinya. Yang amat mengagumkan adalah ia mengatakan insya Allah engkau akan mendapatiku
termasuk orang yang sabar. Itu artinya ia memang siap menunjukkan kesabaran, tapi ia tidak mengklaim sebagai
anak yang paling sabar apalagi mengklaim sebagai satu-satunya orang yang sabar, karena ia tahu bahwa dahulu
banyak orang yang sabar, bahkan mereka jauh lebih sabar dari dirinya. Ini berarti, Ismail bukan hanya punya
pemahaman sejarah bahwa dulu banyak orang yang sabar, tapi juga begitu tawadhu atau rendah hati dengan
mengatakan termasuk orang yang sabar.
Karena itu, ibadah haji yang sedang dilaksanakan oleh kaum muslimin dari seluruh dunia mengisyaratkan bahwa
kita tidak pantas berlaku sombong, termasuk sombong atas kebaikan yang kita lakukan, ini diisyaratkan dengan
pakaian ihram yang dikenakan, kain yang sama ketika dikenakan saat membungkus tubuh kita menjelang
dikuburkan.
Demikian khutbah Idul Adha kita pada hari ini, semoga menjadi poin-poin penting dalam upaya memperbaiki
kualitas hidup kita masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun masyarakat dan bangsa.
Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita pagi ini dengan sama-sama berdoa:
ْ ‫اَللّ ُه ّم ا ْنصُرْ َنا َف ِا ّنكَ َآ ْي ُر ال ّناصِ ِر ْينَ َوا ْف َتحْ َل َنا َف ِا ّنكَ َآ ْي ُر ْال َفا ِت ِح ْينَ َو‬
‫ازقِ ْينَ َواهْ ِد َنا َو َنجِ َنا‬
ِ ّ‫اغفِرْ َل َنا َف ِا ّنكَ َآ ْي ُر ْالغَ اف ِِر ْينَ َوارْ حَ مْ َنا َف ِا ّنكَ َآ ْي ُر الرّ ا ِح ِم ْينَ َوارْ ُز ْق َنا َف ِا ّنكَ َآ ْي ُر الر‬
ّ ‫مِنَ ْال َق ْوم‬.
َْ‫الظا ِل ِم ْينَ َو ْال َكاف ِِر ن‬
‫ي‬
ِ
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami,
sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah
sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat.
Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami
dari kaum yang zhalim dan kafir.
ُ ‫اَللّ ُه ّم أَصْ لِحْ لَ َنا ِد ْي َنناَِ الّذِى ه َُو عِ صْ م َُة أَمْ ِر َنا َوأَصْ لِحْ لَ َنا ُد ْنيَانَ الّتِى ِف ْيهَا مَعَ ا‬
َ‫ش َنا َوأَصْ لِحْ لَ َنا آآِرَ َت َنا الّتِى ِف ْيهَا مَعَ ا ُد َنا َواجْ عَ ِل ْالحَ يَا َة ِزيَادَ ًة لَ َنا فِى ُك ِل َآي ٍْر َواجْ عَ ِل ْالم َْوت‬
ّ‫رَ احَ ًة لَ َنا مِنْ ُك ِل شر‬
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami
untuk kami yang ia menjadi tempat hidup kami. Perbaikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami.
Jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami sebagai
kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
َ
َ
‫ْصَار َنا َوقُوّ ِت َنا‬
ِ ‫اَللّ ُه ّم ا ْقسِ ْم لَ َنا مِنْ َآ ْش َيتِكَ مَا َتح ُْو ُل َب ْي َن َنا َو َب ْينَ َمعْ صِ َيتِكَ َومِنْ َطاعَ تِكَ مَا ُتبَلِ ُغ َن ِاب ِه جَ ّن َتكَ َومِنَ ْال َي ِقي‬
ِ ‫ اَللّ ُه ّم َم ِتعْ َنا ِبأسْ مَاعِ َنا َوأب‬.‫ْن مَا ُتهَوِ نُ ِب ِه عَ لَ ْي َنا مَصَ ائِبَ ال ّد ْنيَا‬
َ
َ ‫ار‬
‫ث ِم ّنا َواجْ عَ ْل ُه َثأْرَ َنا عَ لَى َمنْ عَ اداَ َنا َولَ َتجْ عَ ْل مُصِ ْي َب َت َناِ فِى ِد ْي ِن َن َاولَ َتجْ عَ ِل ال ّد ْنيَا أَ ْكبَرَ َه ِم َنا َولَ َم ْبلَغَ عِ ْل ِم َنا َولَ ُتسَ لِ ْط عَ لَ ْي َنا َمنْ لَ َيرْ حَ ُم َنا‬
ِ ‫مَا أحْ َي ْي َت َناِ َواجْ عَ ْل ُه ْال َو‬

Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi antara kami dengan perbuatan
maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula
keyakinan yang akan menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan kepada
kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selama kami masih hidup dan jadikanlah ia
warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah
Engkau jadikan dunia ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan berkuasa atas kami
orang-orang yang tidak mengasihi kami.

Khutbah pertama:
3×) ْ‫(ا ُ اَك َبر‬3×) ْ‫×( ا ُ اَ ْك َبر‬3) ْ‫اُ اَ ْك َبر‬
‫ل ْالحَ مْ ُد‬
ِ ‫ل ب ُْكرَ ًة َوأصِ ْيلً لَ ِالَ َه ِالّ ا ُ َوا ُ اَ ْك َبرْ ا ُ اَ ْك َبرْ َو‬
ِ ‫ا ُ اَ ْك َبرْ َك ِبيْرً ا َوالحَ مْ ُد ِ ل‬
‫ك ْالعَظِ ْي ُم‬
ُ ِ‫×( اَ ْش َه ُد اَنْ لَ ِالَ َه ِالّ ا ُ َوحْ دَ هُ لَ َش ِر ْيكَ َل ُه لَ ُه ْال َمل‬3) ْ‫ ا ُ اَ ْك َبر‬.‫ل الّذِى جَ عَ َل ل ِْلمُسْ لِ ِم ْينَ عِ يْدَ ْالف ِْط ِر َبعْ دَ صِ يا َ ِم رَ مَضَ انَ َوعْ يدَ ْالَضْ حَ ى َبعْ دَ ي َْو ِم عَ رَ َف َة‬
ِ ‫اَ ْلحَ مْ ُد‬
ْ‫ الل ُه ّم صَ ِل عَ لىَ سَ ِي ِد َنا مُحَ ّم ٍد َوعَ لَى اَلِ ِه َواَصْ حَ ِاب ِه الّ ِذ ْينَ اَ ْذهَبَ عَ ْن ُه ُم الرِ جْ سَ َو َطهّر‬.ُ‫ْالَ ْكب َِْر َواَ ْش َه ٌد اَنّ سَ يِدَنا َ مُحَ م ًّدا عَ ْب ُدهُ َورَ س ُْولُه‬
َ‫واا حَ ّق ُت َقا ِت ِه َولَ َتم ُْو ُتنّ ِالّ َواَ ْن ُت ْم مُسْ لِم ُْون‬
ِ َ‫ َفيَا عِ بَاد‬.ُ‫اَمّا َبعْ د‬
َ ‫ا ِا ّت ُق‬
Hadirin
Jama’ah
Idul
Adha
yang
dimuliakan
Allah,
Di pagi hari yang penuh barokah ini, kita berkumpul untuk melaksanakan shalat ‘Idul Adha. Baru saja kita
laksanakan ruku’ dan sujud sebagai manifestasi perasaan taqwa kita kepada Allah SWT. Kita agungkan nama-Nya,
kita gemakan takbir dan tahmid sebagai pernyataan dan pengakuan atas keagungan Allah. Takbir yang kita
ucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti. Tetapi merupakan pengakuan dalam hati, menyentuh dan
menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman. Allah Maha Besar. Allah Maha Agung. Tiada yang patut di
sembah
kecuali
Allah.
Karena itu, melalui mimbar ini saya mengajak kepada diri saya sendiri dan juga kepada hadirin sekalian: Marilah
tundukkan kepala dan jiwa kita di hadapan Allah Yang Maha Besar. Campakkan jauh-jauh sifat keangkuhan dan
kecongkaan yang dapat menjauhkan kita dari rahmat Allah SWT. Sebab apapun kebesaran yang kita sandang, kita
kecil di hadapan Allah. Betapapun perkasanya kita, masih lemah dihadapan Allah Yang Maha Kuat. Betapapun
hebatnya kekuasaan dan pengaruh kita, kita tidak berdaya dalam genggaman Allah Yang Maha Kuasa atas segalagalanya.
Hadirin
Jama’ah
Idul
Adha
yang
dimuliakan
Allah,
Idul adha dikenal dengan sebutan “Hari Raya Haji”, dimana kaum muslimin sedang menunaikan haji yang utama,
yaitu wukuf di Arafah. Mereka semua memakai pakaian serba putih dan tidak berjahit, yang di sebut pakaian ihram,
melambangkan persamaan akidah dan pandangan hidup, mempunyai tatanan nilai yaitu nilai persamaan dalam
segala segi bidang kehidupan. Tidak dapat dibedakan antara mereka, semuanya merasa sederajat. Sama-sama
mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Perkasa, sambil bersama-sama membaca kalimat talbiyah.
َ‫َل ّب ْيكَ اللل ُه ّم لَ ّب ْيكَ لَ ّب ْيكَ لَ َش ِر ْيكَ لَكَ َل ّب ْيك‬
Disamping Idul Adha dinamakan hari raya haji, juga dinamakan “Idul Qurban”, karena merupakan hari raya yang
menekankan pada arti berkorban. Qurban itu sendiri artinya dekat, sehingga Qurban ialah menyembelih hewan
ternak untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, diberikan kepada fuqoro’ wal masaakiin.
Masalah pengorbanan, dalam lembaran sejarah kita diingatkan pada beberapa peristiwa yang menimpa Nabiyullah
Ibrahim AS beserta keluarganya Ismail dan Siti Hajar. Ketika Nabi Ibrahim diperintahkan oleh Allah SWT untuk
menempatkan istrinya Hajar bersama Nabi Ismail putranya, yang saat itu masih menyusu. Mereka ditempatkan
disuatu lembah yang tandus, gersang, tidak tumbuh sebatang pohon pun. Lembah itu demikian sunyi dan sepi tidak
ada penghuni seorangpun. Nabi Ibrahim sendiri tidak tahu, apa maksud sebenarnya dari wahyu Allah yang
menyuruh menempatkan istri dan putranya yang masih bayi itu, ditempatkan di suatu tempat paling asing, di
sebelah utara kurang lebih 1600 KM dari negaranya sendiri palestina. Tapi baik Nabi Ibrahim, maupun istrinya Siti
Hajar,
menerima
perintah
itu
dengan
ikhlas
dan
penuh
tawakkal.
Seperti yang diceritakan oleh Ibnu Abbas bahwa tatkala Siti Hajar kehabisan air minum hingga tidak bisa menyusui
nabi Ismail, beliau mencari air kian kemari sambil lari-lari kecil (Sa’i) antara bukit Sofa dan Marwah sebanyak 7 kali.

Tiba-tiba Allah mengutus malaikat jibril membuat mata air Zam Zam. Siti Hajar dan Nabi Ismail memperoleh
sumber kehidupan.
Lembah yang dulunya gersang itu, mempunyai persediaan air yang melimpah-limpah. Datanglah manusia dari
berbagai pelosok terutama para pedagang ke tempat Siti Hajar dan Nabi Ismail, untuk membeli air. Datang rejeki
dari berbagai penjuru, dan makmurlah tempat sekitarnya. Akhirnya lembah itu hingga saat ini terkenal dengan kota
mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur, berkat do’a Nabi Ibrahim dan berkat kecakapan seorang ibu dalam
mengelola kota dan masyarakat. Kota mekkah yang aman dan makmur dilukiskan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
ّ َ‫َوإِ ْذ َقا َل إِ ْبرَ اهِي ُم رَ بِ اجْ عَ ْل هََِ َذا َبلَداً آمِنا ً َوارْ ُز ْق أَهْ لَ ُه مِن‬
‫ال َو ْالي َْو ِم اخآ ِِر‬
ِ ‫الثمَرَ ا‬
ِ ‫ت َمنْ آمَنَ ِم ْنهُم ِب ل‬
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdo’a: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman
sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman diantara mereka kepada Allah
dan hari kiamat.” (QS Al-Baqarah: 126)

Hadirin
Jama’ah
Idul
Adha
yang
dimuliakan
Allah,
Dari ayat tersebut, kita memperoleh bukti yang jelas bahwa kota Makkah hingga saat ini memiliki kemakmuran
yang melimpah. Jamaah haji dari seluruh penjuru dunia, memperoleh fasilitas yang cukup, selama melakukan
ibadah
haji
maupun
umrah.
Hal itu membuktikan tingkat kemakmuran modern, dalam tata pemerintahan dan ekonomi, serta keamanan hukum,
sebagai faktor utama kemakmuran rakyat yang mengagumkan. Yang semua itu menjadi dalil, bahwa do’a Nabi
Ibrahim dikabulkan Allah SWT. Semua kemakmuran tidak hanya dinikmati oleh orang Islam saja. Orang-orang
yang
tidak
beragama
Islam
pun
ikut
menikmati.
Allah SWT berfirman:
‫ار َو ِب ْئسَ ْالمَصِ ي ُر‬
ِ ‫َقا َل َومَن َك َفرَ َفأ ُ َم ِت ُع ُه َقلِيلً ُث ّم أَضْ َطرّ هُ إِلَى عَ َذا‬
ِ ‫ب ال ّن‬
Artinya: Allah berfirman: “Dan kepada orang kafirpun, aku beri kesenangan sementara, kemudian aku paksa ia
menjalani siksa neraka. Dan itulah seburuk buruk tempat kembali.” (QS. Al-Baqarah: 126)
Hadirin
Jama’ah
Idul
Adha
yang
dimuliakan
Allah,
Idul Adha yang kita peringati saat ini, dinamai juga “Idul Nahr” artinya hari cara memotong kurban binatang ternak.
Sejarahnya adalah bermula dari ujian paling berat yang menimpa Nabiyullah Ibrahim. Disebabkan kesabaran dan
ketabahan Ibrahim dalam menghadapi berbagai ujian dan cobaan, Allah memberinya sebuah anugerah, sebuah
kehormatan
“Khalilullah”
(kekasih
Allah).
Setelah titel Al-khalil disandangnya, Malaikat bertanya kepada Allah: “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menjadikan
Ibrahim sebagai kekasihmu. Padahal ia disibukkan oleh urusan kekayaannya dan keluarganya?” Allah berfirman:
“Jangan menilai hambaku Ibrahim ini dengan ukuran lahiriyah, tengoklah isi hatinya dan amal bhaktinya!”
Kemudian Allah SWT mengizinkan para malaikat menguji keimanan serta ketaqwaan Nabi Ibrahim. Ternyata,
kekayaan
dan
keluarganya
dan
tidak
membuatnya
lalai
dalam
taatnya
kepada
Allah.
Dalam kitab “Misykatul Anwar” disebutkan bahwa konon, Nabi Ibrahim memiliki kekayaan 1000 ekor domba, 300
lembu, dan 100 ekor unta. Riwayat lain mengatakan, kekayaan Nabi Ibrahim mencapai 12.000 ekor ternak. Suatu
jumlah yang menurut orang di zamannya adalah tergolong milliuner. Ketika pada suatu hari, Ibrahim ditanya oleh
seseorang “milik siapa ternak sebanyak ini?” maka dijawabnya: “Kepunyaan Allah, tapi kini masih milikku. Sewaktuwaktu bila Allah menghendaki, aku serahkan semuanya. Jangankan cuma ternak, bila Allah meminta anak
kesayanganku,
niscaya
akan
aku
serahkan
juga.”
Ibnu Katsir dalam tafsir Al-Qur’anul ‘adzim mengemukakan bahwa, pernyataan Nabi Ibrahim itulah yang kemudian
dijadikan bahan ujian, yaitu Allah menguji Iman dan Taqwa Nabi Ibrahim melalui mimpinya yang haq, agar ia
mengorbankan putranya yang kala itu masih berusia 7 tahun. Anak yang elok rupawan, sehat lagi cekatan ini,
supaya dikorbankan dan disembelih dengan menggunakan tangannya sendiri. Sungguh sangat mengerikan!
Peristiwa itu dinyatakan dalam Al-Qur’an Surah As-Shoffat : 102 :
ُ ‫َقا َل يَا ُب َنيّ إِ ِني أَرَ ى فِي ْال َم َنام أَ ِني أَ ْذ َبحُكَ َف‬
ّ ‫ت ا ْفعَ ْل مَا ُت ْؤ َم ُر سَ َت ِج ُدنِي إِن َشاء‬
َ ‫انظرْ م‬
ِ ‫َاذا َترَ ى َقا َل يَا أَ َب‬
َ‫ّاب ِرين‬
ِ ‫ا ُ مِنَ الص‬
ِ
Artinya: Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu “maka
fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai bapakku kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.
InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.” (QS As-shaffat: 102).

Ketika keduanya siap untuk melaksanakan perintah Allah. Iblis datang menggoda sang ayah, sang ibu dan sang
anak silih berganti. Akan tetapi Nabi Ibrahim, Siti hajar dan Nabi Ismail tidak tergoyah oleh bujuk rayuan iblis yang
menggoda agar membatalkan niatnya. Bahkan siti hajarpun mengatakan, : ”jika memang benar perintah Allah,
akupun siap untuk di sembelih sebagai gantinya ismail.” Mereka melempar iblis dengan batu, mengusirnya pergi
dan Iblispun lari tunggang langgang. Dan ini kemudian menjadi salah satu rangkaian ibadah haji yakni melempar
jumrah;
jumrotul
ula,
wustho,
dan
aqobah
yang
dilaksanakan
di
mina.
Hadirin
Jama’ah
Idul
Adha
yang
dimuliakan
Allah
Setelah sampai disuatu tempat, dalam keadaan tenang Ismail berkata kepada ayahnya : ”ayah, ku harap kaki dan
tanganku diikat, supaya aku tidak dapat bergerak leluasa, sehingga menyusahkan ayah. Hadapkan mukaku ke
tanah, supaya tidak melihatnya, sebab kalau ayah melihat nanti akan merasa kasihan. Lepaskan bajuku, agar tidak
terkena darah yang nantinya menimbulkan kenangan yang menyedihkan. Asahlah tajam-tajam pisau ayah, agar
penyembelihan berjalan singkat, sebab sakaratul maut dahsyat sekali. Berikan bajuku kepada ibu untuk kenangkenangan serta sampaikan salamku kepadanya supaya dia tetap sabar, saya dilindungi Allah SWT, jangan cerita
bagaimana ayah mengikat tanganku.

Jangan izinkan anak-anak sebayaku datang kerumah, agar kesedihan ibu tidak terulang kembali, dan apabila ayah
melihat anak-anak sebayaku, janganlah terlampau jauh untuk diperhatikan, nanti ayah akan bersedih.”
Nabi Ibrohim menjawab ”baiklah anakku, Allah swt akan menolongmu”. Setelah ismail, putra tercinta ditelentangkan
diatas sebuah batu, dan pisaupun diletakkan diatas lehernya, Ibrohim pun menyembelih dengan menekan pisau itu
kuat-kuat,
namun
tidak
mempan,
bahkan
tergorespun
tidak.
Pada saat itu, Allah swt membuka dinding yang menghalangi pandangan malaikat di langit dan dibumi, mereka
tunduk dan sujud kepada Allah SWT, takjub menyaksikan keduanya. ”lihatlah hambaku itu, rela dan senang hati
menyembelih anaknya sendiri dengan pisau, karena semata-mata untuk memperoleh kerelaanku.
Sementara itu, Ismail pun berkata : ”ayah.. bukalah ikatan kaki dan tanganku, agar Allah SWT tidak melihatku
dalam keadaan terpaksa, dan letakkan pisau itu dileherku, supaya malaikat menyaksikan putra kholilullah Ibrohim
taat
dan
patuh
kepada
perintah-Nya.”
Ibrohim mengabulkannya. Lantas membuka ikatan dan menekan pisau itu ke lehernya kuat-kuat, namun lehernya
tidak apa-apa, bahkan bila ditekan, pisau itu berbalik, yang tajam berada di bagian atas. Ibrohim mencoba
memotongkan pisau itu ke sebuah batu, ternyata batu yang keras itu terbelah. ”hai pisau, engkau sanggup
membelah batu, tapi kenapa tidak sanggup memotong leher” kata ibrahim. Dengan izin Allah SWT, pisau itu
menjawab, ”anda katakan potonglah, tapi Allah mengatakan jangan potong, mana mungkin aku memenuhi
perintahmu
wahai
ibrahim,
jika
akibatnya
akan
durhaka
kepada
Allah
SWT”
Dalam pada itu Allah SWT memerintahkan jibril untuk mengambil seekor kibasy dari surga sebagai gantinya. Dan
Allah swt berseru dengan firmannya, menyuruh menghentikan perbuatannya, tidak usah diteruskan pengorbanan
terhadap anaknya. Allah telah meridloi ayah dan anak memasrahkan tawakkal mereka. Sebagai imbalan
keikhlasan mereka, Allah mencukupkan dengan penyembelihan seekor kambing sebagai korban, sebagaimana
diterangkan dalam Al-Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110:
‫ْح عَظِ ٍيم‬
ٍ ‫َو َفدَ ْي َناهُ ِب ِذب‬
“Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.”
َ‫َو َترَ ْك َنا عَ لَ ْي ِه فِي ْاخآ ِِرين‬
“Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian yang baik) dikalangan orang-orang yang datang kemudian.”
َ
‫سَل ٌم عَ لَى إِ ْبرَ اهِي َم‬
“Yaitu kesejahteraan semoga dilimpahkan kepada Nabi Ibrahim.”
َ‫َك َذلِكَ َنجْ ِزي ْالمُحْ سِ نِين‬
“Demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Menyaksikan tragedi penyembelihan yang tidak ada bandingannya dalam sejarah umat manusia itu, Malaikat Jibril
menyaksikan ketaatan keduanya, setelah kembali dari syurga dengan membawa seekor kibasy, kagumlah ia
seraya terlontar darinya suatu ungkapan “Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar.” Nabi Ibrahim menyambutnya
“Laailaha illahu Allahu Akbar.”