BAB I PENDAHUUAN - Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Dan Abrsm Pada Tingkatan Pradasar Dan Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Kelebihan, Kelemahan, Dan Solusi

BAB I PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang

  Pendidikan musik adalah salah satu bagian penting dari subsektor pendidikan kesenian di Indonesia, yang memiliki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan. Namun dalam kenyataannya, masih memiliki beberapa kendala yang meliputi sistem pendidikan, kurikulum, tenaga pengajar, fasilitas, perpustakaan, pembiayaan, dan lain sebagainya. Menurut penulis, hal yang paling kurang mendapat perhatian adalah sebuah metode pembelajaran musik.

  Pembelajaran adalah titik sentral pendidikan musik yang seharusnya menggunakan metode sebagai alat untuk mencapai keberhasilannya.

  Profil pendidikan musik kita tampak beraneka ragam. Berbagai bentuk penyelenggaraan pendidikan musik dari yang formal seperti sekolah menengah musik hingga perguruan tinggi atau kursus-kursus musik privat, tetapi terdapat fakta bahwa pembelajaran musik pada umumnya kurang memperhatikan metodenya. Pendidikan musik tanpa menggunakan metode pembelajaran tentu tidak menguntungkan (Martopo, 2005:3).

  Pembelajaran instrumen merupakan salah satu bentuk pendidikan musik. Pembelajaran tersebut menggunakan berbagai metode, kemudian metode tersebut ditulis dalam bentuk notasi balok, dibuat menjadi sebuah buku panduan sebagai sebuah metode untuk proses pembelajaran praktik instrumen. Kemudian diterapkan kepada peserta didik melalui sebuah teknik, lagu, arpeggio, serta tangga nada dalam permainan instrumen. Hal ini dilakukan dengan sebuah metode untuk pembelajaran musik. Pertunjukan musik dan sarana untuk mempelajari musik saat ini sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dibuktikan melalui banyaknya alat-alat musik yang sudah berkembang, buku panduan instrumen musik, tempat untuk mempelajari musik, serta tumbuhnya kesadaran orang tua, yang memberikan kesempatan kepada anak-anaknya mempelajari musik walaupun tujuannya bukan untuk menjadikan anak mereka musisi yang berkembang pesat.

  Namun demikian, di sisi lain permasalahannya adalah, tidak sedikit para orang tua yang berpendapat, ketika anaknya ingin mempelajari musik harus mempunyai bakat tersendiri, yang mana Bakat tersebut sudah terlihat oleh orang tua sejak seorang anak berusia 5 sampai 10 tahun. Pemikiran orang tua yang selalu beranggapan pada sebuah bakat terhadap sebuah pembelajaran, menjadi sebuah faktor penghambat untuk proses pembelajaran khususnya pada instrumen musik. Akibatnya anak tidak akan pernah dapat menjadi musisi yang profesional, dikarenakan tidak adanya pelatihan mempraktikkan instrumen musik serta dukungan yang lainnya, jika para orang tua menunggu anak tumbuh dengan bakat ketika mempelajari instrumen musik.

  Sugesti para orang tua terhadap sebuah bakat, menimbulkan sebuah pertanyaan negatif, bagaimana seorang anak yang tidak memiliki bakat mempelajari sebuah instrumen musik, apakah anak tersebut tidak dapat menjadi musisi yang handal, atau seorang komposer dengan karya yang luar biasa.

  Sebaliknya, dengan anak yang memiliki bakat apakah sudah pasti menjadi seorang musisi yang profesional atau seorang komposer. Kesuksesan anak mempelajari musik bukan hanya dari faktor bakat yang dimiliki anak. Tetapi, dukungan orang tua, guru, teman dalam bermain, kurikulum, metode, berlatih di rumah, pertunjukan dan ujian, yang dilakukan anak menjadi sebuah faktor yang perlu diketahui para orang tua. Pembelajaran instrumen musik tanpa bimbingan orang tua dan seorang guru, seorang anak akan kesulitan untuk mengeluarkan sangat penting untuk dipertimbangkan orang tua dan guru untuk kemahiran seorang anak atau peserta didik.

  Keinginan orang tua yang ingin anaknya cepat dalam mempelajari musik menjadikan peran penting seorang guru dibutuhkan dalam sebuah proses belajar- mengajar praktik instrumen. Apabila dalam pembelajarannya seorang guru memberikan materi dengan cara yang sangat monoton, akibatnya anak yang mempelajari musik, akan lambat untuk dapat memainkan sebuah lagu dari sebuah instrumen yang dipelajari seorang anak, dan tidak mau mempelajari musik dari instrumen musik khususnya pada instrumen biola.

  Dalam hal ini, seorang guru harus mengerti akan sebuah permasalahan dari sebuah bahan ajar dan sebuah metode, serta mengerti akan proses penerapan pembelajarannya. Kemudian memiliki hubungan yang baik antara orang tua peserta didik dengan guru pendidik instrumen musik. Kedekatan para orang tua peserta didik dengan seorang guru praktik, menjadi hal yang sangat baik untuk proses pembelajaran praktik instrumen tersebut, karena guru dan orang tua akan mengetahui kegiatan apa yang dilakukan peserta didik ketika mempelajari praktik instrumen dengan seorang guru di sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik, serta kegiatan peserta didik ketika mengulang kembali praktik instrumen dirumah, yang telah diajarkan seorang guru dalam pembelajaran praktik instrumen terlebih pada instrumen biola.

  Biola adalah salah satu instrumen musik yang sering sekali dipelajari seorang anak yang dibunyikan malalui gesekan, dan sumber bunyinya berasal kegunaannya. Biola merupakan salah satu instrumen yang sempurna secara akustik dan kemampuan musikal yang serbaguna, bahkan penampilannya indah dan juga emosional. Register suara biola juga hampir mendekati suara sopran manusia. Selain itu, biola yang disajikan pemainnya juga memiliki kemampuan untuk dapat memainkan nada dengan cepat dan lincah serta figurasi yang cemerlang efeknya. Selain itu dapat menjangkau suasana lirik dan lembut hingga tercipta suasana yang gemilang dan dramatik, tergantung dari keinginan dan kepiawaian pemainnya. Kapasitas untuk menahan nada amat mengagumkan dan jarang sekali instrumen lain dapat menghasilkan begitu banyak nuansa dari

   ekspresi dan intensitas suaranya.

  Biola adalah alat musik yang memiliki 4 senar, terdiri dari senar yang paling rendah adalah G atau sol, kemudian D atau re, A atau la, serta E atau mi senar yang register nadanya paling tertinggi di instrumen biola. Biola sering sekali disebut dengan violin, biola juga memiliki kesamaaan dengan instrumen biola alto (viola), cello (violoncello), dan contrabass (contrabasso). Jarak stem 1 R.M. Surtihadi, Tan Thiam Kwie Celah-celah Kehidupan Sang Maestro Pendidik Musik Tiga Zaman , Panta Rhei Books, Yogyakarta, 2008, hal. 13. dari seluruh intrumen ini terdiri dari interval (kwint) atau jarak 3 1/2 laras dan teknik memainkannya melalui gesekan, perbedaannya adalah pada ukuran (size) dan register nada dari setiap instrumen.

  Biola salah satu alat musik yang sangat berperan penting untuk sebuah orkestra, yang memainkan karya-karya musik maupun komposisi musik klasik.

  Banyaknya pemain biola yang dibutuhkan untuk sebuah orkestra dapat mencapai sebuah harmonisasi yang baik. Pemain biola di dalam sebuah orkestra dibagi menjadi dua sampai tiga bagian yang disebut dengan pemain biola 1, 2, dan 3. Pemain biola 1 memainkan melodi, sedangkan pemain biola 2 memainkan harmoni dengan nada 1 oktaf di bawah biola 1, biola 3 juga memainkan harmoni 1 oktaf di bawah biola 2, agar mendapatkan suara yang baik dan harmoni yang seimbang.

  Selain dalam orkestra, pemain biola juga sering tampil dalam sebuah kelompok-kelompok kecil seperti string kuartet yang dimainkan sebanyak 4 orang pemain instrumental yang terdiri dari biola 1, biola 2, alto, dan cello, dan dapat juga menghilangkan biola 2 dan menambahkan contrabass. Begitu juga dengan duet yang dimainkan 2 orang pemain instrumen seperti biola dengan biola atau biola dengan instrumen yang lain seperti flute, cello, biola alto, dan juga

  contrabass .

  Biola juga sering sekali digunakan dalam format musik yang lain. Seperti Jazz, Pop, Blues, sampai pada musik tradisi atau lagu-lagu rakyat seperti Melayu, Keroncong dan jenis musik tradisi lainnya. Terlebih lagi biola juga sering dilakukan dalam bentuk solo dengan iringan orkestra, piano, maupun kelompok- kelompok kecil lainnya seperti ansambel dan string kuartet. Hal ini sering terdapat pada karya-karya musik klasik untuk sebuah aplikasi dalam pembelajaran instrumen biola.

  Musik klasik adalah salah satu jenis musik diatonis di antara sekian banyak jenis atau bentuk musik yang sering sekali dimainkan oleh instrumen karya lainya. Di dalam karya-karya inilah terdapat karakter-karakter musik seperti riang, lirih, dan juga dramatik, yang sering dimunculkan dengan indah melalui suara biola yang sesuai dengan bentuk karya-karya tersebut ketika memainkan instrumen biola.

  Selain interpretasi, pemain biola juga harus memiliki teknik yang baik serta pemilihan repertoar yang tepat. Sesuai dengan tingkat kemampuan pemain biola, agar dapat memainkan karya tersebut dengan indah dan sempurna. Namun, permasalahan yang sering terjadi ketika memainkan bentuk karya tersebut adalah teknik tangan kiri pada penjarian seperti posisi jari dan perpindahan posisi, tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato, serta teknik lainnya pada instrumen biola.

  Permasalahan teknik tangan kiri seperti posisi jari dan perpindahan posisi, tangan kanan pada gesekan seperti teknik legato, staccato, detache, spiccato, serta artikulasi sering sekali terdapat pada sebuah pembelajaran praktik instrumen biola. Hal ini dilakukan baik pada sebuah universitas atau institut seni jurusan musik, sekolah musik, maupun instansi musik. Ketika pelajar biola memilih sebuah reportoar atau karya musik klasik, yang akan dimainkan seorang pelajar untuk kepentingan ujian atau sebuah pertunjukan, selalu merubah teknik penjarian, gesekan, pada karya instrumental tersebut agar dapat mempermudah pelajar dalam memainkan karya atau reportoar musik. Perubahan yang dilakukan pelajar biola pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, staccato, detache,

  spiccato , dan tangan kiri seperti penjarian, posisi jari, perpindahan posisi serta memainkannya bukan mempermudah ketika memainkan karya tersebut.

  Hal ini terjadi karena seorang pelajar biola tidak mengerti akan persoalan setelah merubah teknik-teknik yang ada pada karya tersebut. Kemudian permasalahan ketika seorang pelajar biola mengikuti tulisan atau simbol yang ada pada sebuah reportoar atau buku panduan, pelajar juga mendapatkan kesulitan dalam memainkannya, dikarenakan pemain yang telah merubah teknik dan artikulasi pada karya tersebut adalah pemain musik atau musisi yang sangat hebat, bukan mengacu pada proses pembelajaran. Maka penulisan teknik dan gesekan seperti legato, staccato, detache, spiccato, dan masalah penjarian, yang ada pada karya-karya tersebut atau buku panduan akan selalu menurut kemampuan dan kehebatan musisi yang telah merubahnya. Akibatnya perubahan- perubahan teknik tersebut sering sekali kurang sesuai untuk pemain biola pada tahap pembelajaran, bahkan cendrung lebih sulit secara teknik baik dari penjarian, gesekan dan artikulasi lainnya.

  Siswa sekolah musik atau peserta didik biola, yang ada pada sebuah sekolah, instansi atau lembaga musik maupun universitas dan sebuah institut, sering sekali lebih memfokuskan kepada sebuah pembelajaran praktik instrumen. Dimana proses pembelajaran bahan lagu dan teknik tersebut akan diujiankan, sudah dilatih oleh pelajar biola dan dibimbing oleh instruktur violin 6 (enam) bulan sebelum bahan tersebut diujiankan. Permasalahannya adalah siswa atau pelajar biola yang memainkan lagu, teknik dan tangga nada, selalu berpedoman pada buku panduan yang mana peserta didik akan mempelajari, mencari serta maupun teknik yang akan diujiankan oleh pelajar atau pemain biola tersebut.

  Buku panduan yang memfokuskan pada sebuah lagu, teknik serta tangga nada, banyak memiliki kesamaan dan perbedaan yang terdapat pada beberapa buku panduan, membuat pelajar maupun pemain biola akan memilih edisi mana yang akan dipakai pada buku panduan tersebut. Perbedaannya adalah pada teknik tangan kanan seperti gesekan legato, speccato, staccato dan tangan kiri seperti penjarian dan posisi. Permasalahan lain adalah bahwa setiap edisi yang ada pada buku panduan memiliki teknik yang berbeda-beda pada titik kesulitan dan kemudahannya. Hal ini membuat pelajar dan pemain biola sering sekali merubah teknik yang ada pada sebuah lagu menurut kepentingan pelajar maupun pemain biola.

  Terlebih lagi permasalahan pada peserta didik ketika mempelajari biola, pada tahap awal pembelajaran. Guru yang mengajarkan peserta didik tidak melalui buku panduan, tetapi lagu yang diajarkan seorang guru terdapat pada sebuah buku panduan. Proses tersebut dilakukan guru praktik dikarenakan sulitnya peserta didik untuk membaca not balok, kemudian diaplikasikan pada instrumen biola. Akibatnya peserta didik akan dapat memainkan beberapa lagu saja yang mana proses memainkan lagu tersebut melalui hafalan dan tidak membaca buku panduan yang ada melalui sebuah notasi.

  Hal ini dapat diatasi melalui awal pembelajaran (pradasar) seorang peserta didik ketika melakukan praktik dengan seorang guru. tanda baca yang diawali seorang guru dalam pembelajaran, kemudian menjelaskan teori musik barat dan teknik gesekan. Kesulitan yang terdapat pada buku panduan yang dirubah oleh seorang peserta didik biola, sebaiknya terlebih dahulu dikonsultasikan pada seorang guru praktik, agar peserta didik mendapat sebuah arahan, masukan, atau pelajaran teknik untuk dapat menguasai permasalahan yang terdapat pada buku panduan.

  Buku panduan yang memiliki perbedaan pada setiap edisi, memiliki tingkat kesulitan yang berbeda, hal ini dapat dipilih oleh seorang guru praktik untuk bahan yang akan di pelajari peserta didik melalui teknik tangan kiri dan tangan kanan, dinamika, interpretasi ketika peserta didik memainkan sebuah lagu melalui teknik dan interpretasi pada instrumen biola.

  Kemudian banyaknya metode pembelajaran biola yang diambil melalui lagu-lagu rakyat yang ada pada buku panduan seperti German Folk Song, French

  Folk Song, dan lagu-lagu rakyat Eropa lainnya, untuk kebutuan kurikulum dalam

  pembelajaran instrumen biola. Hal ini sering sekali terdapat untuk sebuah pembelajaran awal ketika mempelajari praktik instrumen biola, yang selalu memainkan sebuah lagu dalam pembelajarannya melalui penjarian dan gesekan.

  Melalui permasalahan ini, maka guru harus mengerti serta mengetahui hal dasar apa yang harus diajarkan pada seorang peserta didik seperti, memberikan peserta didik kenyamanan bermain sebuah lagu, sesuai dengan tingkatan peserta didik, pemilihan bahan yang tidak terlalu sulit untuk dipelajari peserta didik, mengertikan peserta didik tujuan dari teknik yang diterapkanya pada sebuah lagu. Memainkan bahan tersebut secara bersamaan dengan murid ketika mengajarkan biola.

  Selain lagu, terdapat juga sebuah tangga nada (scale) pada buku panduan, hal ini dilakukan untuk mempermudah penjarian dalam memainkan sebuah tangga nada dengan metode seperti perpindahan posisi jari, penempatan sebuah jari, dan awal sebuah jari ketika memainkan sebuah tangga nada. Metode ini menjadi sebuah identitas, ketika pemain atau pelajar biola bermain tangga nada, pemain biola yang lain akan mengetahui buku panduan apa yang dipakai pemain biola dalam memainkan tangga nada tersebut.

  Berbeda halnya dengan buku panduan untuk mempelajari teknik dasar yang mana buku panduan tersebut mengajarkan anak gesekan dan penjarian pada posisi satu. Maka dalam hal ini guru praktik harus mengerti cara mengajarkan teknik gesekan dan penjarian, agar peserta didik tidak merasa jenuh ketika mempelajari gesekan, serta penerapan penjarian. Guru praktik juga harus memilih buku panduan yang tepat, untuk sebuah pembelajaran pada tahap awal praktik instrumen biola.

  Hal ini terlihat melalui banyaknya buku panduan pembelajaran instrumen biola yang cukup sulit, untuk tahap pembelajaran yang terdapat pada buku panduan. Walaupun peserta didik mendapatkan kesulitan melalui nada yang tidak harmonis untuk mempelajari proses praktik instrumen biola dirumah.

  Pembelajaran awal praktik instrumen biola melalui sebuah gesekan menjadi hal yang harus dipertimbangkan dan dimengerti oleh seorang guru. mempelajarinya di rumah secara mandiri, tanpa sebuah iringan dan bantuan oleh seorang guru. Peserta didik akan merasa jenuh ketika mempelajari gesekan pada instrumen biola, karena dalam pembelajaran awal instrumen biola, peserta didik tidak memainkan sebuah melodi, melainkan melatih sebuah gesekan dari salah satu senar kesenar yang lain untuk awal pembelajaran instrumen biola. Akibatnya keinginan dan semangat peserta didik akan berkurang ketika mempelajari instrumen tersebut, kemudian para orang tua akan menganggap anaknya tidak berbakat dalam mempelajari instrumen tersebut dan segera menghentikan proses pembelajaran biola. Pembelajaran pada teknik gesekan yang dilakukan awal pembelajaran, dapat berlangsung sebanyak 4 (empat) sampai 12 (dua belas) pertemuan.

  Permasalahan ini sangat berbeda dengan pembelajaran piano yang ketika mempelajari instrumen tersebut pada tahap awal praktik, peserta didik sudah dapat memainkan tiga sampai lima nada yang dapat membentuk sebuah melodi, ketika mempelajari praktik instrumen piano. Berbeda dengan praktik instrumen biola yang ketika anak ingin mendapatkan beberapa nada untuk membentuk sebuah melodi, peserta didik harus dapat memainkan penjarian satu sampai pada penjarian tiga, untuk dapat memainkan biola. Pembelajaran awal ini dapat menghabiskan waktu selama 4 (empat) sampai 6 (enam) bulan untuk mendapatkan penjarian yang baik. Permasalahan penjarian yang ada, dikarenakan produksi nada, terdapat pada jari ketika memainkan biola, hal ini karena instrumen biola tidak memiliki tempat penjarian (fret) yang pasti, ketika

  Teknik penjarian pada instrumen biola menjadi sebuah masalah yang sering terdapat ketika mempelajari instrumen tersebut. Hal ini menjadi cukup penting dimengerti seorang guru agar dapat menyampaikannya kepada peserta didik biola, untuk mengerti akan proses pembelajaran penjarian yang akan dicapai oleh seorang peserta didik. Kemudian mendengarkan nada yang dihasilkan melalui penjarian peserta didik. Guru juga harus memilih buku panduan yang tepat untuk peserta didik biola yang sedang menerapkan penjarian atau memainkan instrumen biola.

  Permasalahan tangan kanan dan tangan kiri pada instrumen biola adalah hal yang sangat penting dimengerti secara baik oleh pemain biola, agar mendapatkan keindahan dari karya-karya yang akan dimainkan. Buku panduan lagu dan teknik serta tangga nada yang ada ketika mempraktikkan instrumen biola, memiliki kesamaan pada sebuah sekolah dan juga instansi atau lembaga musik, sering sekali dimainkan peserta didik untuk proses pembelajarannya.

  Buku panduan tersebut seperti Suzuki Violin buku 1-8, Keyser 1-2, Majas,

  Wolhfath 1-2, Kreuzer, A Tune A Day 1-2, David’s Violin School, Marcel Pinkse,

  Mathieu Crickboom, William Henley, Hanssit, Douze Petits Duos F , WohlFahrt, Scales Studies , dan banyak lagi buku panduan pembelajaran untuk kepentingan

  praktik biola.

  Banyaknya sebuah metode yang terdapat pada buku panduan untuk proses praktik instrumen biola, melalui teknik yang bermelodi seperti sebuah lagu yang diaransemen sesuai kebutuhan teknik yang ada pada tangan kanan dan tangan bermain dengan nada-nada yang indah (konsonan). Lagu-lagu yang diciptakan untuk sebuah teknik biola kebanyakan diambil dari nada-nada lagu rakyat Eropa dan lagu yang telah populer di telinga untuk proses pembelajaran instrumen biola.

  Hal ini sering sekali diterapkan para pemula yang sedang mempelajari instrumen biola pada sebuah sekolah, instansi, maupun lembaga musik. Sekolah musik, selalu memakai buku panduan atau bahan praktik, baik dari sebuah lagu maupun teknik, yang selalu memilih bahan yang acuannya pada sebuah universitas ataupun sebuah institut musik. Akibatnya lagu dan teknik yang dipraktikkan siswa selalu sulit dan terlalu tinggi, karena tidak memiliki standarisasi kurikulum, konsep edukasi, dan metode pelajaran dan pengajaran pada siswa yang terdapat pada sebuah sekolah dan tidak pernah memfokuskan bahan pembelajaran biola tersebut sampai selesai.

  Institut musik atau universitas selalu menerima pemain biola sebagai mahasiswa yang tidak diajarkan untuk pembelajaran awal sebuah praktik instrumen. Berbeda halnya ketika pelajar biola masuk ke dalam sebuah sekolah musik maupun instansi musik. Pelajar dapat masuk kedalam sebuah sekolah maupun lembaga musik untuk mempelajari sebuah instrumen tanpa memiliki pengetahuan tentang musik baik pada teori maupun instrumen musik.

  Permasalahan ini jelas memiliki perbedaan antara sebuah universitas, sekolah musik, maupun sebuah instansi tempat pembelajaran musik.

  Proses pembelajaran instrumen tersebut pada sebuah institut atau universitas, adalah mahasiswa lebih mandiri untuk sebuah praktik yang tidak pada sebuah rutinitas proses memainkan bahan dari awal sebuah lagu sampai akhir sebuah lagu. Maka dalam hal ini mahasiswa yang mempelajari bahan tersebut, akan selalu mencari, melatih serta melihat video-video dan contoh-contoh musisi yang telah memainkan bahan atau karya yang sedang dipelajari mahasiswa tersebut melalui teknik dan interpretasi.

  Berbeda halnya proses pembelajaran praktik instrumen antara sebuah sekolah musik dan sebuah instansi atau lembaga musik, yang mana sekolah musik hanya mengkhususkan pada pelajaran musik saja baik pada sebuah teori maupun pada sebuah praktik instrumen. Sekolah musik memiliki visi dan misi menciptakan musisi yang akan bermain musik setelah menyelesaikan studi di sekolah musik tersebut. Maka melalui visi dan misi sekolah, pelajar akan banyak berlatih dan mempelajari semua yang berbentuk pelajaran musik, baik sebuah teori maupun praktik instrumen yang dibimbing instruktur maupun guru musik secara rutinitas dari awal pembelajarannya sampai pada tingkat yang cukup sulit untuk pembelajaran praktik instrumen tersebut.

  Terlebih lagi sebuah instansi atau lembaga musik yang melakukan proses pembelajarannya dilakukan sebanyak 4 (empat) pertemuan dalam satu bulan yang masing-masing pertemuan selama 30 menit dan proses belajar-mengajar yang dilakukan sebuah instansi berbentuk (privat) yang hanya dilakukan guru dan murid. Proses pembelajarannya dilakukan tanpa menuntut kemahiran dari seorang peserta didik yang sedang mempelajari musik. Hal ini menjadikan sebuah instansi seorang pelajar menjadi musisi yang hebat.

  Sebaliknya, terdapat juga disebuah instansi kurikulum pembelajaran praktik instrumen dengan tingkat kesulitan yang sangat tinggi, ketika mempelajari sebuah instrumen musik. Tanpa memikirkan seorang anak dengan mata pelajaran yang lainnya. Sebagian instansi dan lembaga musik memiliki standarisasi untuk diujiankan pada akhir semester dan dapat juga tidak diujiankan oleh peserta didik yang disebut dengan akademis dan non-akademis.

  Instansi atau lembaga musik ini juga membuat dua pilihan untuk para murid, dapat memilih regular dan non-regular atau akademis dan non-akademis, regular atau akademis memiliki sebuah persyaratan khusus yang dilakukan anak setiap akhir semester, seperti ujian dan mengambil mata pelajaran musik lainnya seperti perkusi, solfegio, teori, analisis, dan chamber yang wajib untuk sebuah persyaratan regular atau akademis. Berbeda halnya dengan non-regular atau non- akademis yang dapat tidak mengambil mata pelajaran selain praktik instrumen dan dapat tidak mengikuti ujian setiap akhir semester. Hal ini diciptakan karena banyaknya peminat musik, yang ingin belajar instrumen musik setelah dewasa, serta kebijakan sebuah instansi musik untuk tidak menutup jalur peminat musik di usia dewasa dalam bentuk proses pembelajaran instrumen pada sebuah instansi atau lembaga musik khususnya Pelajar musik pada usia dewasa.

  Selain ujian pada sebuah instansi terdapat juga ujian internasional seperti ABRSM (Associated Board of the Royal School of Music) yang dilakukan perorangan terlepas dari sebuah instansi musik. Kurikulum yang dipakai untuk universitas yang ada di Eropa direvisi dan dikembangakan selama 3 tahun sekali pada pembelajaran praktik instrumen maupun teori musik yang bahan tersebut dipakai hanya untuk bahan ujian saja.

  Instansi juga membuat sebuah pembelajaran biola yang berbentuk kelas yang terdiri dari 8 murid dan 1 pengajar biola. Pembelajaran ini dilakukan karena banyaknya anak yang lebih senang bermain bersama teman-temannya, proses pembelajaran ini selama 45-60 menit dan lebih kepada bentuk ansambel dengan memakai melodi yang sama dalam praktik pembelajarannya. Pembelajaran musik yang di lakukan sebuah instansi, lebih kepada target sebuah kurikulum pembelajaran yang akan diujiankan dua kali selama setahun yang diawali pada sebuah tingkatan (great) pradasar 1 dan 2, dasar 1 sampai 4, menengah 1 dan 2, lanjut 1 dan 2, hal ini dilakukan selama anak masih belajar pada sebuah instansi musik. waktu yang dihabiskan anak untuk mencapai tingkatan lanjut 2 selama 5 tahun.

  Universitas atau institut, sekolah, serta instansi atau lembaga musik yang ada di Indonesia, lebih mengkhususkan pada sebuah praktik instrumental yang didukung oleh sebuah pelajaran teori, solfegio, sejarah, analisis, chamber atau ensambel, praktik instrumen biola adalah salah satu instrumen yang dipelajari di sebuah universitas, sekolah maupun instansi.

  Melalui permasalahan-permasalahan ini penulis ingin meneliti sebuah metode pembelajaran praktik instrumen biola melalui buku panduan pembelajaran instrumen biola yang dikhususkan penulis pada tiga buku panduan: teknik dan lagu, yang terdapat pada buku-buku tersebut. Kemudian penulis memfokuskan pada buku panduan A Tune A Day 1 (Satu), yang mana terdiri dari buku 1 (satu) dan 2 (dua), Suzuki Violin 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8 (delapan) serta Kurikulum ABRSM pada buku 1 yang terdiri dari buku 1 (satu) sampai 8 (delapan). Hal ini akan diteliti oleh penulis pada musik program yang terdapat pada sekolah Chandra Kusuma School, Sekolah ini memiliki kelas biola untuk pembelajaran praktik instrumen yang termasuk dalam mata pelajaran seni budaya yang lebih di spesifikasikan.

  Seni budaya merupakan salah satu pelajaran yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma School. Mata pelajaran seni budaya meliputi bidang seni rupa, tari, dan musik. Pada pembahasan seni musik biasanya peserta didik mendapatkan pokok pembahasan sejarah musik, musik populer, dan mempelajari cara membaca notasi angka dan notasi balok. Begitu pula peserta didik juga dapat mempelajari alat musik seperti, rekorder, pianika, angklung, dan guitar, serta membahas materi tentang musik. Sekolah Chandra Kusuma School memanfaatkan proses pembelajaran ekstrakurikuler ataupun mata pelajaran wajib dalam bidang musik pada siswa yang ingin belajar praktik instrumen musik secara lebih serius. Misalnya marching band, band, komposisi, ataupun mempelajari alat intrumen klasik seperti violin, viola, cello, flute, guitar, dan piano .

  Siswa-siswi Sekolah Chandra Kusuma School dapat memilih berbagai instrumen musik untuk musik program. Sekolah Chandra Kusuma School klasik dan tradisional. Adapun alat musik yang digunakan dalam pembelajaran yaitu mempelajari alat musik angklung, pianika, rekorder, violin, viola, cello,

  contrabass , flute, piano, paduan suara, dan komposisi. Prosesnya melibatkan

  guru-guru yang mempunyai kemampuan secara individu untuk mengajar dan memainkan alat musik tersebut. Proses pembelajaran musik di sekolah Chandra Kusuma School merupakan rangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik dalam kegiatan belajar- mengajar dengan menggunakan fasilitas pendidikan yang telah disediakan. Pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan pekembangan otak, sains, dan musikalitas peserta didik. Hal ini dapat dilihat pada fungsi dan tujuan pembelajaran tersebut, dimana peserta didik tersebut dibentuk untuk dijadikan sebagai pemain orkes di dalam sebuah kelompok orkestra kecil.

  Sekolah Candra Kusuma School yang terletak di Kota Medan yang menggunakan metode pembelajaran biola melalui teknik dan sebuah lagu diambil dari buku panduan A Tune A Day, Suzuki Violin, dan Kurikulum ABRSM untuk mendukung proses pembelajaran biola sebagai pelajaran musik program dan privat di Sekolah Chandra Kusuma School. Oleh sebab itu dalam tesis ini akan diangkat dengan judul: “Penerapan Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya Harfurth, Suzuki, dan ABRSM pada Tingkatan Pradasar dan Dasar I di Sekolah Chandra Kusuma School.

  

  Penulis hanya memfokuskan pada buku panduan satu saja diharapkan dengan meneliti penerapan ketiga buku panduan tersebut dapat memberikan masukan dan solusi dalam proses pembelajaran instrumen biola, penelitian penulis melalui ketiga metode dilaksanakan dan diaplikasikan oleh tenaga pengajar untuk peserta didik pada tingkatan (great) pradasar dan dasar I melalui ketiga buku panduan tersebut.

1.2 Pokok Permasalahan

  Adapun pokok permasalahan atau pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

  bagaimana pembelajaran biola melalui tiga buku karya Harfurth, Suzuki dan Kurikulum ABRSM di Chandra Kusuma School?Apa saja kelebihan, kekurangan, dan bagaimana solusinya?

  Pokok masalah tersebut nantinya akan dijawab dengan jawaban-jawaban yang bersifat dekriptif dan analitis. Di antaranya adalah bagaimana teknik membaca notasi dan mempraktikkannya di instrumen biola, begitu pula teknik- teknik legato, staccato, detache, spiccato, dan lainnya dalam pembelajaran biola ini. Begitu pula tangan kanan gesekan dan tangan kiri penjarian pada tahap pradasar dan dasar satu untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola. Deskripsi lainnya adalah bagaimana penerapan pembelajaran yang memadukan ketiga buku panduan pada pradasar dan dasar I.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

  1.3.1 Tujuan penelitian

  Tujuan dari penelitian penerapan metode pembelajaran instrumen biola biola A Tune A Day, Suzuki Violin dan Kurikulum ABRSM di Candra Kusuma School. Kemudian dikaji apa-apa saja kelebihan, kelemahan, dan solusi dari penerapan kurikulum tersebut.

  Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan kemudahan bagi guru dalam bentuk pengajaran, serta memudahkan murid mempelajari instrumen biola. Melalui ketiga buku panduan, baik pada sebuah gesekan maupun pada sebuah penjarian, serta melihat bagaimana penggabungkan ketiga buku panduan tersebut, yang diaplikasikan untuk pradasar dan dasar 1 (satu) pada pembelajaran biola.

  1.3.2 Manfaat Penelitian

  Manfaat yang di ambil dari penelitian yang diwujudkan dalam bentuk tesis ini adalah sebagai berikut: (1) Menambah referensi tentang instrumen (khususnya biola).

  (2) Sebagai bahan masukan bagi pembaca khususnya mahasiswa, pelajar, dan penikmat musik, agar dapat mengetahui permasalahan pada instrumen biola dalam konteks permainan biola.

  (3) Menambah pengetahuan bagi penulis, guru, pelajar biola serta penikmat musik lain, baik mencakup teori maupun praktik musik pada instrumen biola.

  (4) Penelitian ini akan bermanfaat untuk pengembangan kesenian dalam konteks

1.3.3 Fokus Penelitian

  Fokus dalam penelitian dari ketiga metode pembelajaran adalah meneliti metode pembelajaran, baik pada sebuah lagu maupun teknik yang sesuai untuk pembelajaran instrumen biola di Sekolah Candra Kusuma School melalui ketiga buku panduan. Kemudian menggabungkan bahan-bahan yang ada pada ketiga buku panduan baik pada lagu-lagu dan teknik serta tangga nada yang terdapat pada buku panduan, untuk kepentingan dan permasalahan serta mempermudah mempelajari instrumen biola baik pada teknik tangan kanan seperti gesekan dan teknik tangan kiri pada penjarian.

  Meneliti guru ketika melakukan pengajaran kepada murid, kemudian melihat kemampuan murid ketika memainkan sebuah lagu yang diajarkan oleh seorang guru, melalui ketiga buku panduan, serta teknik dan tangga nada yang yang terdapat pada buku panduan dengan tulisan not balok untuk pembelajaran praktik instrumen biola.

  Merevisi dan mengevaluasi sebuah metode pembelajaran yang terdapat pada ketiga buku panduan dan memberikan sebuah solusi, setelah mengaplikasikan ketiga metode pembelajaran tersebut kepada peserta didik melalui permasalahan ketika peserta didik memainkannya, serta permasalahan pengajaran yang terdapat pada guru atau instruktur biola ketika mengajarkannya pada peserta didik.

1.4 Studi Kepustakaan

  Sebelum penulis mengadakan studi lapangan, terlebih dahulu penulis mengadakan studi kepustakaan antara lain: Carl Flesh buku panduan tangga nada, yang membahas permasalahan tangga nada dengan penjarian dan posisi ketika memainkan tangga nada serta mempermudah penjarian dengan berbagai posisi.

  Kurikulum ABRSM sebagai acuan penulis untuk materi bagi peserta didik serta menganalisis buku tersebut untuk kepentingan pembelajaran pada sebuah tingkatan, agar peserta didik sampai pada titik merasa terlalu sulit ketika mempelajari instrumen biola

  Suzuki violin sebagai acuan penulis, melihat proses pembelajaran dan

  bahan ajar guru. Buku Suzuki adalah buku panduan untuk siswa dalam mempelajari biola melalui sebuah lagu yang telah diubah oleh Sinichi Suzuki melalui penjarian dan interpretasi yang mempermudah pelajar dalam memainkannya.

  Dieter Mack, dalam bukunya Ilmu melodi ditinjau dari segi budaya musik

  barat (1995), pusat musik liturgi Yogyakarta, buku ini mengetengahkan analisis

  melodi dari beberapa komponis musik barat disertai dengan contoh berupa cuplikan-cuplikan rekaman.

  Buku Douglass M. Green Form in Tonal Music: An Introduction to

  Analysis (1979), berisikan tentang ilmu bentuk analisa musik dalam musik tonal, Buku Ilmu Bentuk Analisa (1996) yang dikarang Karl-Edmund Prier, SJ.

  Berisikan kumpulan bahan kuliah ilmu bentuk analisa musik. Kemudian disusun dan diterbitkan dalam bentuk buku, terdiri dri lima bagian, bentuk-bentuk ganda, bentuk sonata, bentuk polifoni, dan bentuk siklis.

  Leon stein, dalam Structur & Style, The Study and analysis of Musikal

  Forms (1997), menguraikan tentang musik barat dari unsur bentuk yang paling kecil sampai pada bentuk yang besar dengan segala unsur perkembangannya.

  Buku Arnold Schonberg, Struktural Fungtions of harmony (1969), berisi tentang fungsi-fungsi struktur harmoni didalam musik diatonik barat. Buku ini menjadi referensi bagi penulis dalam bentuk harmoni ketika penulis pada iringan untuk metode pembelajaran.

  Benjamin Dale, Gordon Jacob & Hugo Hanson, dalam harmony,

  Counterpoint & dan Improvisation (1940), jilid 1 dan 2 masing-masing terdiri

  dari tiga bagian utama, mengemukakan tentang harmoni, kontrapung, dan improvisasi khususnya pada piano.

  Karya Robert W. Ottoman, Advanced Harmony, Theory and Practice (1963), berisi tentang teori-teori lanjut tentang penyusunan nada-nada secara vertical beserta penerapannya terhadap musik barat sampai pada abad XIX.

  Buku Vincent Persichetti, Twentieth Century Harmony, Creative Aspects

  

and Practice (1978), merupakan salah satu buku pedoman mengenai teori

  harmoni musik abad ke XX dan penerapannya dalam buku ini seluruh latihan sebuah harmoni saja melainkan juga mengandung unsur latihan membuat komposisi musik.

  Nicholas Slonimsky, dalam bukunya Thesaurus of Scales and Melodic

  

Patterns (1947), mengemukakan tentang pengolahan berbagai tangga nada,

modus, dan pola-pola yang bersifat melodi.

  Buku Oliver Messiaen, The Technique of My Musical Language (1966) berisi tentang teknik komposisi dan pembahasan dari karya-karya messiaen.

  Karya Frank Howes, (1947), Full Orchestra, berisi mengenai evolusi dan peran orkestra dalam musik klasik barat.

  Samuel Adler, dalam bukunya The Study of Orchestration (1989), menulis mengenai teknik orkestrasi secara menyeluruh beserta contoh dan latihannya.

  Buku Langsung Jago Main Piano Otodidak, buku ini ditulis oleh Christian J. Monoach. ST, buku ini berisikan tetang sebuah metode pembelajaran yang tidak sama dengan pembelajaran akademisi namun lebih kepada cara cepat dalam pembelajaran instrumen piano. Buku ini menjadi contoh dan menjadi perbandingan bagi penulis agar dapat mempercepat dan mempermudah pembelajar instrumen khususnya instrumen biola.

  Buku Ensiklopedia Musik Klasik buku ini disusun oleh Muhamad Syafiq yang berisikan seperti kamus musik dan banyak menceritakan peradapan musik klasik sampai pada saat ini serta menceritakan riwayat hidup composer pada jaman klasik sampai pada masa modern saat ini. dan tulisan-tulisan yang terdapat pada sebuah lagu. Buku ini membantu penulis dalam glosarium yang akan dibuat oleh penulis.

  Cara Mudah dan Cepat Membaca Notasi buku ini ditulis oleh Yohanes

  Andhi Kurniawan yang mengajarkan teknik pembelajaran musik melalui membaca sebuah not, serta pengajaran yang sangat mempermudah ketika membaca sebuah notasi musik. Buku ini menjadi panduan bagi penulis ketika membuat sebuah notasi lebih mempermudah peserta didik dan dapat sekaligus mengajarkan peserta didik cara membaca dengan cepat baik pada not balok instrumen biola maupun instrumen lainnya.

1.5 Konsep dan Teori

1.5.1 Konsep

  Metode adalah sebuah cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Pengetahuan tentang metode- metode mengajar sangat diperlukan oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan oleh guru (Hamilik, 2001:1).

  Metode yang dimaksud dalam penelitian penulis berbentuk sebuah tulisan notasi, yang ditulis untuk sebuah pembelajaran praktik instrumen biola melalui tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian diterapkan oleh seorang guru untuk pembelajaran peserta didik dari tingkatan pradasar sampai pada tingkatan dasar I. sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehadan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik (Wikipedia.org/wiki/ pembelajaran, 3 Februari 2013).

  Dalam pembelajaran guru harus memahami materi pelajaran yang diajarkan sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Oleh sebab itu diperlukan adanya teori pembelajaran yang akan menjelaskan asas-asas untuk merancang pembelajaran yang efektif di kelas (Dewi, 2004:1).

  Pembelajaran yang dimaksud oleh penulis adalah untuk sebuah instrumentasi, yang kemudian dilakukan melalui praktik dan memakai buku panduan untuk sebuah proses dalam pembelajaranya. Kemudian diajarkan dalam bentuk privat maupun kelas dalam pembelajaran praktik instrumen.

  Psikologi adalah pengetahuan mengenai pikiran dan perilaku kemudian menjadi suatu pengertian yang dibutuhkan untuk mengetahui bagaimana tepatnya lingkungan sensori (pendidikan musik langsung maupun tidak langsung) dapat menghasilkan peningkatan perkembangan otak serta memperkaya hidup manusia. termasuk sensori, motor, dan koneksi antar saraf dan sebagian besar saraf otak adalah saling berhubungan, serta merupakan bagian dari hubungan jaringan komputer raksasa. Belajar harus meliputi peningkatan pemahaman dan efisiensi komunikasi sejumlah unit fungsi saraf (Djohan, 2003:24).

  Psikologi dalam penelitian ini sebagai pendukung lancarnya penyampaian sebuah metode, pembelajaran yang dilakukan seorang guru ketika mengajar peserta didik. Melatih peserta didik dalam membahas sebuah lagu, teknik tangan kanan dan tangan kiri dalam praktik instrumen biola.

1.5.2 Teori

  Penelitian ini menggunakan pendekatan teori Dowling (1984) mengenai “memori musikal” dalam tipe deklaratif dan prosedural. Menurutnya sebuah aktivitas musik dalam latihan menggunakan aspek kognisi dan neurosains yang mengirim informasi menyeluruh ke otak dan pikiran seseorang dengan memperkuat sistem jaringan otak. Aktivitas dalam pelatihan musik dapat meningkatkan kapasitas kinerja otak yang memperkuat hubungan antar neuron, dan pengaruh musik terhadap kinerja otak juga dapat mempengaruhi kognisi dan perilaku.

  Dowling menjelaskan, bahwa hal mendasar dalam pembelajaran musik adalah menggunakan cara deklaratif dan prosedural. Ketika mendengar musik, salah satu aspek yang perlu diperhatikan adalah mengingat dan menyimpannya kedalam memori, misalnya ketika mendengarkan nada atau akor, akan menjadi pelatihan. Saat belajar musik, kita sering sekali cenderung kurang menyadari dengan menggunakan kemampuan prosedural, misalnya dalam kegiatan mendengar dan memproduksi musik melalui bernyanyi otomatis akan melatih kemampuan prosedural tersebut.

  Mempelajari musik melibatkan otak dan memori dapat dilakukan melalui pengalaman dan pengetahuan musik seseorang yang tersimpan dalam otak yang mempengaruhi kehidupan interpersonal dan intrapersonal. Misalnya yang berkaitan dengan perilaku dan kinerja otak bekerja seseorang. Suara musikal yang disimpan dalam korteks merupakan sejumlah respons kortikal dari setiap suara. Hal ini dilatar belakangi oleh faktor: (1) memori bukan sebuah proses monolithic, tetapi dibedakan menjadi deklaratif (mempelajari sesuatu) dan prosedural (melakukan sesuatu); (2) terdapat bukti bahwa musisi dan bukan musisi memiliki perbedaan dalam memperoses musik, menyusun sebuah kalimat melodi, dan pada yang bukan musisi melibatkan hemisfer kanan, sementara bagi musisi melibatkan

  

hemisfer kiri; (3) telinga mengirim informasi auditori secara langsung pada

hemisfer yang berlawanan (Djohan, 2009 :166).

  1.6 Metodologi Penelitian

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif (puslit2.ac.id, 2010:26 April 2010). Langkah-langkah yang ditempuh di antaranya mengadakan studi pustaka untuk mendapatkan sumber- sumber atau data yang diperlukan serta melakukan pendekatan musikologis, adapun metode-metode tersebut sangat berperan dalam penulisan metode penulisan tentang metode pembelajaran biola tersebut. Penulis akan meminta bantuan atau pendapat kepada beberapa pengajar dan pemain biola, yang berguna untuk menambah dan melengkapi data yang diperlukan. Setelah data terkumpul, data tersebut dipilah dan dianalisis secara khusus untuk mendukung dalam penulisan tesis nantinya. Kemudian penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap pengumpulan data, tahap wawancara, tahap analisis data, tahap praktikum, dan tahap penulisan.

  1.7 Teknik Mengumpulkan Data

  Untuk mengumpulkan data, dilakukan penelitian lapangan. Penelitian lapangan yang dimaksud disini adalah kegiatan yang penulis lakukan yang berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan, yang terdiri dari observasi, wawancara, tahap analisis dan perekaman serta kerja laboratorium.

  1.7.1 Observasi

  Observasi yang dilakukan adalah observasi langsung: yaitu langsung kepada guru, melihat guru mengajar peserta didik untuk mempelajari biola.

  Untuk menjaring data-data yang diperlukan, pertimbangan, revisi, analisis dan menggabungkan ketiga metode yang terdapat pada buku panduan, penulis akan melakukan studi lapangan dengan cara observasi. Observasi dilakukan untuk penggabungan metode tersebut. melalui observasi dapat peroleh gambaran yang lebih jelas tentang permainan biola pada great pradasar dan dasar satu dari ketiga buku panduan tersebut yang sukar diperoleh metode lain ketika mengaplikasikannya. Maka observasi yang penulis lakukan dalam penelitian ini adalah dengan partisipasi pengamat sebagai partisipan (insider) yaitu sebagai pemain biola. Keuntungan cara ini adalah peneliti telah merupakan bagian yang integral dari situasi yang dipelajarinya, sehingga kehadirannya tidak mempengaruhi situasi itu dalam kewajarannya.

  1.7.2 Wawancara

  Untuk memperoleh data-data yang tidak dapat dilakukan melalui observasi tersebut (seperti konsep etnosainsnya tentang estetika dan teknis musikalnya), penulis melakukan wawancara. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara yang sifatnya terfokus yaitu terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan biola dan tekniknya. Pada tahap ini akan dilakukan wawancara kepada pengajar biola, guna mengetahui tingkat pemahaman bermain biola bagi para siswa setelah menggunakan beberapa metode, dan dilakukan juga wawancara kepada para siswa, guna mengetahui seberapa besar minat mereka dalam bermain biola.

  1.7.3 Tahap analisis

  Dari data yang diperoleh, data yang telah terkumpul kemudian

  1.7.4 Perekaman

  Untuk mendokumentasikan data yang berkaitan dengan perubahan metode pembelajaran dan revisi merode tersebut, maka penulis melakukan perekaman.

  Perekaman musik dan wawancara dilakukan dengan menggunakan tape recorder merk Sony TCM 70, yang diproduksi oleh PT. Sony Amc Graha Jakarta, dengan menggunakan kaset feroksida BASF dengan ukuran waktu 60 menit (C-60). Untuk dokumentasi audiovisual, dipergunakan Handycam Sony.

  1.7.5 Kerja laboratorium

  Pada tahapan kerja laboratorium, seluruh hasil kerja yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan dari penelitian lapangan diolah, direvisi, diseleksi, disaring untuk dijadikan sebagai data dalam analisis dan menggabungkan metode pembelajaran ini. Data mana yang dapat dipergunakan untuk mendukung analisis dan menggabungkan ketiga buku panduan, dan data mana yang tak dapat dipergunakan dilakukan dalam kerja laboratorium.

  Guru dan pelajar biola yang telah mengaplikasikan metode tersebut dan yang telah direkam di atas pita kaset BASF dan CD handycam, selanjutnya ditranskripsikan dan dianalisis di laboratorium. Semua ini penulis lakukan untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

  1.7.6 Tahap pengumpulan data

  buku-buku yang berisi tentang metode pembelajaran yang sangat membantu dalam pemaparannya.

  1.7.7 Tahap praktikum

  Pada tahap ini akan dilakukan praktikum, yaitu berupa rekaman dalam bentuk CD audio dari hasil pembelajaran biola yang dimainkan oleh Sekolah Candra Kusuma School.

  1.7.8 Sistematika penulisan

  Dari hasil analisis dalam segi pembelajaran biola serta data yang terkumpul, maka dilanjutkan pada tahap penyelesaian yaitu disusun menjadi suatu karya ilmiah dalam bentuk tesis.

Dokumen yang terkait

Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya

2 44 224

Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Dan Abrsm Pada Tingkatan Pradasar Dan Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Kelebihan, Kelemahan, Dan Solusi

4 77 243

Perancangan Grafis Sampul Buku Manajemen, Teori, Kasus Dan Solusi Di CV Alfabeta

0 3 1

BAB II TINJAUAN PEMBELAJARAN MUSIK DAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL - Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya

0 0 33

BAB I PENDAHULUAN - Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Konflik Dan Kejenuhan Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Melalui Motivasi Terhadap Karyawan Pt. Tolan Tiga Indonesia Medan

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - Kajian Pengaruh Elemen Perancangan Kota Terhadap Pembentukan Citra Kawasan Mesjid Raya Dan Istana Maimoon

0 0 12

BAB I PENDAHULUAN - Barongsai Pada Kebudayaan Masyarakat Tionghoa Benteng Di Klenteng Boen Hay Bio Kota Tangerang: Kajian Terhadap Pertunjukan Dan Makna Gerak

0 0 7

BAB I PENDAHULUAN - Analisa Dan Kajian Eksperimental Balok Beton Bertulang Hollow Menggunakan Styrofoam Pada Lentur Murni

0 0 14

BAB II PENGERTIAN METODE PEMBELAJARAN EKSTRAKURIKULER BIOLA - Pembelajaran Praktik Biola Melalui Tiga Buku Karya C. Paul Harfurth, Suzuki, Dan Abrsm Pada Tingkatan Pradasar Dan Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Kelebihan, Kelemahan, Dan So

0 0 16