BAB II TINJAUAN PEMBELAJARAN MUSIK DAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL - Pembelajaran Praktik Instrumen Gitar Kurikulum ABRSM Dasar I Di Chandra Kusuma School: Kajian Terhadap Masalah dan Solusinya

  praktik instrumen gitar menurut guru dengan kurikulum yang terdapat di sekolah Chandra Kusuma School. Bab keempat membahas tentang masalah-masalah faktor penghambat dan teknik dalam proses pembelajaran instrumen gitar. Bab kelima mambahas tentang solusi dari permasalahan faktor penghambat dan teknik dalam proses pembelajaran instrumen gitar. Bab keenam adalah penutup yang ditutup dengan kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PEMBELAJARAN MUSIK DAN PRAKTIK INSTRUMEN GITAR DI CHANDRA KUSUMA SCHOOL

2.1 Sejarah Chandra Kusuma School

  Chandra Kusuma School didirikan pada tahun 2003 di bulan Mei, yang

terletak di Perumahan Cemara Asri, Blok O, Jl. Cemara, Deliserdang 20371.

  

Sejak awal didirikan sekolah ini bertujuan memberikan kontribusi yang berbeda

di dunia pendidikan khususnya di kota Medan. Sekolah Chandra Kusuma

mengajarkan siswa untuk belajar secara mandiri, baik pada pelajaran teori

maupun praktik yang lebih mementingkan pemahaman esensi dari pelajaran yang

dipelajari seorang siswa. Sekolah Chandra Kusuma juga memberikan kesempatan

pada siswa untuk menerapkan pelajaran yang didapat dari sekolah dan

mengaplikasikannya di lapangan, seperti perjalanan field trip untuk tingkat

secondary , siswa langsung dihadapkan antara teori dan kenyataan yang terjadi di

  

alam untuk mengetahui tingkat penalaran mereka, setelah itu akan dilakukan

pengetesan pemahaman melalui ujian.

  Chandra Kusuma adalah sebuah sekolah yang cukup besar dengan fasilitas yang memadai untuk sebuah pembelajaran. Jumlah siswa perkelas dibatasi maksimal 24 siswa, agar perhatian seorang guru lebih terfokus kepada siswa. Ada program ekstrakurikuler yang menawarkan siswa berbagai mata pelajaran praktik, seperti: olahraga, seni dan kegiatan pendidikan. Acara sekolah seperti Sports Day,

  

Camp School , Charity Bazaar, Art dan Musik Malam, yang diselenggarakan

  bersama siswa dan guru, memberikan beberapa pengalaman dalam bekerja dengan orang-orang dan juga membangun kebersamaan.

  Chandra Kusuma telah membuat kehidupan kampus menjadi lebih mudah karena sistem pengajaran tidak berfokus pada teori. Kunjungan lapangan diadakan setidaknya sekali setahun di setiap kelas untuk mendorong siswa untuk menerapkan apa yang telah mereka pelajari dalam lingkungan nyata. Tes yang diberikan tidak hanya tertulis, tetapi juga dalam bentuk praktis, presentasi atau proyek kelompok/individu yang membantu siswa tidak hanya menghafal tapi benar-benar memahami pelajaran. Bahasa yang digunakan siswa di sekolah Chandra Kusuma adalah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, hukuman dengan maksud mendidik akan diberikan kepada siswa yang tidak taat pada peraturan sekolah Chandra Kusuma, seperti menulis cerita dalam bahasa Inggris atau bahasa Indonesia. Chandra Kusuma juga memastikan bahwa siswa siap untuk melanjutkan jenjang pendidikan pada perguruan tinggi atau universitas.

2.1.1 Misi dan visi Chandra Kusuma School Misi Chandra Kusuma School

  Misi sekolah Chandra Kusuma untuk menumbuhkan perkembangan alami anak dengan menggunakan kognitif, fisik, emosional dan sosial, mempromosikan kemandirian anak, menghargai, disiplin, rasa tanggung jawab dan rasa hormat terhadap diri, orang lain, dan alam semesta.

  Visi Chandra Kusuma School Menjadi sekolah yang bergerak di bidang keilmuan dan mampu

menciptakan tenaga pekerja yang sukses secara professional, integrasi, dan

terpercaya dilingkup nasional maupun internasional.

Gambar 2.1 Denah lokasi Chandra Kusuma School

  (Dok. http://www.chandrakusuma.com/contact)

2.2 Pendidikan Seni Musik di Chandra Kusuma School

  Pendidikan formal di sekolah mempunyai peranan yang cukup besar dalam membentuk manusia. Sekolah Chandra Kusuma telah menyusun sebuah kurikulum guna mewujudkan sistem pendidikan dalam proses belajar-mengajar. Dalam setiap mata pelajaran terdapat sebuah kurikulum untuk memberikan arah yang jelas pada tujuan pembelajaran dari sebuah mata pelajaran. Pendidikan formal dilaksanakan di sekolah, berlangsung melalui proses belajar-mengajar antara guru sebagai pengajar dan siswa sebagai pelajar.

  Selain pendidikan formal dan non-formal juga terdapat pendidikan informal. Pendidikan informal merupakan pendidikan yang lebih umum, berjalan dengan sendirinya, berlangsung terutama dalam lingkungan keluarga, media massa, dan tempat bermain. Pendidikan seni di sekolah Chandra Kusuma merupakan salah satu mata pelajaran yang mengisi kurikulum persekolahan, di samping pendidikan mata pelajaran Agama, Pancasila, Matematika, dan Bahasa

  

Indonesia . Pendidikan seni di sekolah Chandra Kusuma memiliki keunikan,

  kebermaknaan, dan kebermanfaatan terhadap kebutuhan perkembangan peserta didik, yang terletak pada pemberian pengalaman estestis dalam bentuk kegiatan berekspresi, berkreasi dan berapresiasi melalui pendekatan belajar dengan seni, belajar melalui seni dan belajar tentang seni.

  Seni musik termasuk salah satu aspek mata pelajaran seni budaya di sekolah Chandra Kusuma, hal ini dikarenakan pendidikan tidak hanya terdapat dalam satu mata pelajaran saja, masuknya pelajaran kesenian dalam kurikulum persekolahan merupakan salah satu kepedulian akan pentingnya apresiasi seni bagi masyarakat. Tujuan utamanya adalah agar masyarakat dapat menikmati dan memiliki sikap menghargai seni budayanya. Tujuan yang lebih luas lagi adalah untuk perkembangan kreativitas siswa. Pembelajaran musik di sekolah Chandra Kusuma memiliki kesamaaan dengan instansi musik lainnya seperti Farabi, Medan Musik, Sumatra Conservatoire, Avia Cantata, Era Musika, dan setara dengan sekolah musik lainnya. Hal ini dikarenakan kurikulum, tenaga pengajar, instrumen musik, yang dipakai instansi-instansi tersebut memiliki kesamaaan dengan pembelajan musik di sekolah Chandra Kusuma. Perbedaannya adalah instansi maupun sekolah musik lainnya tidak menggunakan pelajaran umum lainnya seperti kimia, biologi, bahasa Mandarin, dan lain-lain.

  Aspek-aspek yang di nilai dalam pembelajaran musik di sekolah Chandra Kusuma bukan hanya meliputi keterampilan bermain musik atau bernyanyi, tetapi juga tentang wawasan musik dan sikap terhadap seni musik. Dalam hal ini, tiap siswa memiliki wawasan dan pengetahuan tentang musik yang berbeda-beda. Pengetahuan dan pengalaman tentang musik mereka dapatkan bukan hanya dari sekolah saja, tetapi juga informasi-informasi dari internet, buku tentang musik, acara musik yang mereka lihat di televisi, mendengar dari radio, melihat acara festival musik. Terkadang mereka mendapatkan pengetahuan musik tersebut karena kegemaran dan ketertarikan mereka terhadap musik. Informasi dan wawasan tersebut juga mereka dapatkan dari lingkungan sesama siswa. Akan tetapi, setiap siswa memiliki tingkat pengetahuan dan pengalaman musik yang berbeda-beda. Informasi dari hal tersebut, dapat menambah wawasan siswa mengenai seni musik. Semakin banyak sumber pengetahuan lingkungan yang dimanfaatkan dalam proses belajar, para siswa akan lebih mudah dan lebih memahami hal-hal yang bersifat kongkrit.

  Tujuan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma School adalah bagian dari pendidikan keseluruhan anak pada tahap pembentukan pribadinya dalam rangka menuju kepada pembentukan manusia Indonesia seutuhnya, seperti yang kita cita-citakan bersama. Untuk melaksanakan pengajaran musik sekolah tersebut selalu berpedoman kepada tujuan yang hendak dicapai. Rumusan tujuan pengajaran musik itu dapat bermacam-macam, tetapi tidak boleh berlawanan dengan tujuan yang tertera dalam sebuah kurikulum yang berlaku dan tujuan umum. Salah satu alternatif rumusan tujuan pengajaran musik di Sekolah Chandra Kusuma sebagai berikut: meningkatkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki murid melalui pengalaman dan penghayatan musik, kemampuan mengungkapkan dirinya melalui musik, kemampuan menilai musik melalui selera intelektual dan selera artistik sesuai dengan budaya bangsa sehingga memungkinkan murid mengembangkan kepekaan terhadap dunia disekelilingnya, dan dapat meningkatkan dan mengembangkan sendiri pengetahuan dan kemampuannya dalam bidang musik.

2.3 Falsafah Pendidikan Di sekolah Chandra Kusuma

  Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Untuk mengembangkan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat, pendidikan berfungsi mengembangkan segenap potensi peserta didik “menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab” (UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).

  Pendidikan Chandra Kusuma adalah suatu proses pengembangan potensi peserta didik sehingga siswa\i mampu menjadi pewaris dan pengembang budaya bangsa. Melalui pendidikan berbagai nilai dan keunggulan yang dikaji dan dikembangkan menjadi budaya dirinya, masyarakat dan bangsa yang sesuai dengan zaman dimana siswa\i tersebut hidup dan mengembangkan diri. Kemampuan menjadi pewaris dan pengembang budaya tersebut akan dimiliki siswa\i apabila pengetahuan, kemampuan intelektual, sikap dan kebiasaan, keterampilan sosial memberikan dasar untuk mengembangkan dirinya sebagai individu, anggota masyarakat, warganegara, dan anggota umat manusia.

  Pendidikan juga harus memberikan dasar bagi keberlanjutan kehidupan bangsa dengan segala aspek kehidupan bangsa yang mencerminkan manusia yang berkarakter masa kini. Oleh karena itu, konten pendidikan yang mereka pelajari tidak semata berupa prestasi besar bangsa di masa lalu tetapi juga hal-hal yang berkembang pada saat kini dan akan berkelanjutan ke masa mendatang.

  Perkembangan ilmu, teknologi, budaya, ekonomi, sosial, politik yang di hadapi masyarakat, bangsa dan umat manusia dikemas sebagai konten pendidikan.

  Konten pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini memberi landasan bagi pendidikan untuk selalu terkait dengan kehidupan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan, kemampuan berpartisipasi dalam membangun kehidupan bangsa yang lebih baik, dan memposisikan pendidikan yang tidak terlepas dari lingkungan sosial, budaya, dan alam. Pendidikan dari kehidupan bangsa masa kini akan memberi makna yang lebih berarti bagi keunggulan budaya bangsa di masa lalu untuk digunakan dan dikembangkan sebagai bagian dari kehidupan masa kini.

  Siswa\i yang mengikuti pendidikan masa kini akan menggunakan apa yang diperolehnya dari pendidikan ketika mereka telah menyelesaikan pendidikan 12 tahun dan berpartisipasi penuh sebagai warganegara. Atas dasar pikiran itu maka konten pendidikan yang dikembangkan dari warisan budaya dan kehidupan masa kini perlu diarahkan untuk memberi kemampuan bagi peserta didik, menggunakannya bagi kehidupan masa depan terutama masa dimana dia telah menyelesaikan pendidikan formalnya. Dengan demikian sikap, keterampilan dan pengetahuan yang menjadi konten pendidikan harus dapat digunakan untuk kehidupan nyata. Konten pendidikan yang dirumuskan dalam Standar Kompetensi Lulusan dan dikembangkan dalam kurikulum harus menjadi dasar bagi peserta didik untuk dikembangkan dan disesuaikan dengan kehidupan mereka sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warganegara yang produktif serta bertanggung jawab di masa mendatang.

  Kurikulum dalam dimensi proses adalah realisasi ide dan rancangan kurikulum menjadi suatu proses pembelajaran. Guru adalah tenaga kependidikan utama yang mengembangkan ide dan rancangan tersebut menjadi proses pembelajaran. Pemahaman guru tentang kurikulum akan menentukan rancangan guru (Rencana Program Pembelajaran/RPP) dan diterjemahkan ke dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Peserta didik berhubungan langsung dengan apa yang di lakukan guru dalam kegiatan pembelajaran dan menjadi pengalaman langsung peserta didik. Apa yang dialami peserta didik akan menjadi hasil belajar pada dirinya dan menjadi hasil dari sebuah kurikulum. Oleh karena itu proses pembelajaran harus memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya menjadi hasil belajar yang sama atau lebih tinggi dari yang dinyatakan dalam Standar Kompetensi Lulusan.

2.4 Tujuan Pengajaran Musik di Chandra Kusuma School

  Tujuan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma dijabarkan menjadi beberapa tujuan instruksional umum yang lazim disebut sesuai dengan pengelompokan unsur-unsur musik yang esensial yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, dan ekspresi. Untuk pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma ini dirumuskan kembali sebagai berikut.

  • Murid dapat memiliki pengetahuan tentang irama, merasakan irama melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak irama, membuat gerak irama, membuat pola-pola irama sederhana, dan membaca notasi pola-pola irama dengan benar.
  • Murid dapat memiliki pengetahuan tentang melodi, merasakan melodi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak melodi membuat pola-pola melodi sederhana, dan membaca notasi melodi dengan benar.

  • Murid dapat memiliki pengetahuan tentang harmoni, merasakan harmoni melalui pengetahuan dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan gerak harmoni, mengiringi lagu-lagu sederhana dengan alat musik harmoni sederhana dan membaca notasi harmoni dengan dengan sederhana.
  • Murid dapat memiliki pengetahuan tentang bentuk / struktur lagu melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai bayangan penginderaan bentuk-bentuk lagu dan mengarang lagu-lagu sederhana.
  • Murid dapat pengetahuan tentang ekspresi, merasakan ekspresi melalui pengalaman dan penghayatan musik, mempunyai penginderaan bermacam tingkat ekspresi, menyanyikan atau memainkan lagu-lagu dengan tingkat ekspresi yang tingi.

2.5 Guru Sekolah Chandra Kusuma School

  Guru harus dapat memilih dan merencanakan kemampuan dan materi yang akan diajarkan, yang hasilnya langsung dapat diamati. Hasil yang ingin dicapai ini dirumuskan dalam tujuan-tujuan pengajaran terkecil, yang disebut tujuan instruksional yang selalu mengarah kepada usaha pencapaian. Proses belajar- mengajar dapat di sekolah Chandra Kusuma terjadi bila ada yang belajar, yang belajar ini ialah murid. Murid-murid ini datang dari lingkungan yang berbeda- beda. Lingkungan yang selalu mendengarkan musik akan mempercepat perkembangan rasa musik anak. Pengalaman mendengar dan meniru suara yang sering dilakukan anak memberikan kemampuan bernyanyi bagi seorang anak, sehingga ketika anak mempelajari instrumen, seorang anak juga sudah dapat menyanyikan beberapa lagu dengan cukup baik. Pengajaran musik yang dimulai dengan kegiatan bernyanyi akan memberikan kesenangan bagi seorang anak.

  Untuk dapat melaksanakan pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma dengan baik, guru harus memahami peranan komponen-komponen proses belajar mengajar serta hubungan saling keterkaitannya dalam pengajaran musik. Guru yang mengajar memiliki kemampuan dan memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain adalah sebagai berikut:

  a. Memiliki pengetahuan dan kemampuan yang baik dalam bidang musik, sehingga menguasai isi atau materi pengajaran musik yang disajikan.

  b. Memiliki pengetahuan dan pandangan tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat proses belajar musik, serta sifat dan hakikat pengajaran musik.

  c. Memiliki pengetahuan dan keterampilan bernyanyi dengan menggunakan teknik bernyanyi yang baik.

  d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk memainkan alat-alat musik yang digunakan dalam memberikan pengajaran musik e. Memiliki pengetahuan dan kemampuan menggunakan berbagai macama metode penyajian yang diperlukan untuk memberikan pengajaran musik.

  f. Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menjajaki tingkat pengetahuan, keterampilan, dan tingkat kematangan murid, untuk dapat menentukan materi dan bahan pengajaran musik yang sesuai bagi murid-muridnya; guru haruslah cepat dapat melihat bagian mana dari materi dan bahan pengajaran itu yang sudah dikuasai murid dan mana pula yang belum mereka ketahui. Pengajaran harus selalu disesuaikan dengan tingkat kemampuan murid untuk menerimanya.

  g. Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menentukan lagu-lagu atau komposisi musik yang sesuai dengan kondisi murid-murid, sebagai bahan pengajaran untuk menyampaikan materi pengajaran musik.

  h. Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk mencari dan memilih serta menggunakan sarana dan media yang dapat digunakan untuk memberikan pengajaran musik i. Memiliki keterampilan memberikan bahan pengajaran melalui kegiatan pengalaman musik j. Memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk memilih dan menggunakan metode-metode pengajaran musik yang tepat untuk situasi dan kondisi yang dihadapi k. Memiliki pengetahuan dan kemampuan tentang cara memberi penilaian terhadap pencapaian hasil belajar murid

2.5.1 Profil guru gitar Chandra Kusuma School

  Ganda Swandana Sigalingging adalah nama lengkap sosok guru muda yang sehari-hari melakukan kegiatan belajar mengajar musik (instrumen gitar) di Chandra Kusuma School, yang lahir pada bulan Oktober 1983 di kota Jambi. Ia adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang berasal dari keluarga berdarah Batak, adapun asal kampung kedua orangtuanya berada di Dolok Sanggul tepatnya di Kecamatan Pakkat-Kabupaten Humbang Hasudutan, Sumatera Utara.

  Pak Ganda (panggilan yang kerap ditujukan) menyelesaikan pendidikan formal; SD tahun 1995, SMP tahun 1998, dan SMA tahun 2001. Di tahun yang sama, Pak Ganda masuk perguruan tinggi swasta (Universitas Tridinanti) di Palembang mengambil jurusan teknik sipil, namun tidak menyelesaikan study karena tidak sesuai dengan hati dan pikiran atau dengan kata lain “salah jurusan”.

  Sejak kecil ia suka mendengarkan musik dan atas dukungan keluarga serta dorongan dari diri sendiri, maka di tahun 2002 ia masuk di Universitas HKBP Nommensen Medan, Fakultas Bahasa dan Seni, program studi seni musik dengan

  

major instrumen gitar klasik. Sejak saat itu, Pak Ganda semakin tertarik dan

  serius ingin mendalami musik klasik Eropa Barat, oleh sebab itu ia mengambil konsentrasi studi pada “Teori dan Komposisi Musik”.

Gambar 2.2 Pak Ganda, guru instrumen gitar di Chandra Kusuma School (Dok. Andry Permana)

  Selama mengikuti perkuliahan, ia banyak mengikuti kegiatan baik di lingkungan kampus maupun di luar kampus; pernah menjabat sebagai wakil ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa FBS Universitas HKBP Nommensen Medan. Ketua panitia konser Malam Tembang Kenangan, panitia Classic

  

Guitar Competition , konser Classical Guitar Ensemble UHN, terlibat dalam

  kegiatan Reboisasi di kota Medan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, dan sebagainya.

  Setelah tamat kuliah di tahun 2008, Pak Ganda mengajar gitar klasik, kursus musik maupun les privat, serta menjadi guru kelas musik di kompleks PT.RAPP, Pangkalan Kerinci-Riau. Keinginan untuk menjadi tenaga pengajar professional membuat ia berniat mengambil Akta IV yang kemudian di tahun 2009 kembali ke Kota Medan untuk mewujudkan hal tersebut. Setelah menyelesaikan study Akta IV, ia diterima bekerja di Chandra Kusuma School di tahun 2010 sampai sekarang. Di Chandra Kusuma School, Pak Ganda mengajar sebagai guru kelas musik dan tutor gitar klasik dalam musik program maupun les privat.

2.6 Strategi Pembelajaran

  Strategi pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran dan penciptaan kondisi belajar peserta didik secara aktif. Apabila strategi pembelajaran dapat mendorong timbulnya aktifitas peserta didik. Maka proses belajar peserta didik juga akan semakin banyak terjadi dan hasil belajar peserta didik akan semakin meningkat.

  Gagne dan Briggs (1997) mengatakan bahwa sistem instruksional adalah suatu set peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sehingga terjadi proses belajar. Suatu set peristiwa itu mungkin dilakukan oleh pengajar sehingga disebut pembelajaran, mungkin juga dilakukan oleh peserta didik sendiri dengan menggunakan buku, gambar, program televisi atau kombinasi berbagai media, baik oleh pengajar maupun oleh peserta didik sendiri, kegiatan itu haruslah terencana secara sistematik untuk dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran.

  Romizowski (1981) berpendapat bahwa strategi pembelajaran merupakan suatu pendekatan menyeluruh yang dapat dibedakan menjadi dua strategi dasar, yaitu ekspositori (penjelasan) dan inquiri/diskoveri (penemuan). Kedua strategi ini dapat dipandang sebagai dua ujung yang sejalan dalam suatu kontinum strategi.

  Hal ini erat sekali kaitannya dengan pendekatan deduktif dimana strategi ini dimulai dengan penyajian informasi mengenai prinsip atau kaidah kemudian diikuti dengan tes penguasaan dan penerapan dalam bentuk contoh dan penerapan pada situasi tertentu, sedangkan strategi inquiri/diskoveri didasarkan pada teori belajar pengalaman yang disebut juga teori belajar pengalaman.

  Moedjiono dan Dimyati (1999) menjelaskan bahwa untuk mengoptimalkan interaksi antara peserta didik dengan komponen sistem pembelajaran lainnya, tenaga pengajar harus mengkonsistensikan tiap-tiap aspek dari komponen-komponen yang membentuk sistem tersebut dan dapat melakukan hal tersebut dengan berbagai siasat. Kegiatan tenaga pengajar mengupayakan konsistensi antara aspek-aspek dari komponen pembentuk sistem pembelajaran dengan siasat tertentu inilah yang disebut dengan istilah strategi pembelajaran.

  Dari paparan diatas dapatlah dimaknai bahwa strategi pembelajaran dapat diklasifikasikan ke dalam empat pengertian yaitu: urutan kegiatan pembelajaran, yaitu kegiatan pengajaran dalam menyampaikan isi pelajaran kepada peserta didik, metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang digunakan pengajar dan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, dan waktu yang digunakan oleh pengajar dan peserta didik dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran.

  Dalam menggunakan strategi pembelajaran hal utama yang harus diperhatikan adalah karakteristik peserta didik. Seels dan Richey (1994) berpendapat bahwa karakteristik peserta didik adalah segi-segi latar belakang pengalaman yang berpengaruh terhadap efektivitas proses belajarnya, Dick dan Carey (1996) menjelaskan bahwa dalam pengembangan pembelajaran penting sekali mempertimbangkan karakteristik peserta didik untuk memilih pendekatan yang sesuai dengan kegiatan pembelajaran. Langkah-langkah yang ditempuh sebagai prosedur desain dan pengembangan pembelajaran, yaitu: (1) analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi tujuan pembelajaran umum, (2) melakukan analisis instruksional, (3) menganalisis karakteritik peserta didik dan konteks, (4) pengembangan instrument penilaian, (5) mengembangkan strategi pembelajaran, (6) mengembangkan dan memilih bahan-bahan pembelajaran, (7) merancang dan menyusun evaluasi formatif pembelajaran, (8) merancang dan menyusun evaluasi sumatif pembelajaran, dan (9) revisi untuk setiap langkah pengembangan pembelajaran.

  Pembelajaran kontekstual merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara penuh dalam proses pembelajaran. Peserta didik didorong untuk beraktivitas mempelajari materi pelajaran sesuai dengan topik yang akan dipelajari. Belajar dalam pembelajaran kontekstual bukan hanya sekedar mendengar dan mencatat tetapi belajar adalah proses pengalaman langsung. Melalui proses pembelajaran tersebut diharapkan perkembangan peserta didik secara utuh yang tidak hanya berkembang dalam aspek kognitif saja, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik. Selain itu, pembelajaran tersebut mendorong siswa-siswi membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya.

  Konstruktivisme berkaitan dengan proses aktif pada diri peserta didik

  untuk mengkonstruksi pengetahuan. Peran tenaga pengajar memfasilitasi proses tersebut dengan cara (1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi peserta didik, (2) memberikan kesempatan peserta didik menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan peserta didik agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Sehingga pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman, pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru.

  Menemukan (inquiry) berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta- fakta tetapi hasil dari menemukan sendiri. Tenaga pengajar merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan apapun materi yang diajarkannya. Untuk itu dalam hal ini agar bisa menemukan sendiri maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh peserta didik tersebut yaitu: (1) observasi (observation), (2) bertanya (questioning), (3) mengajukan dugaan (hipotesis), (4) pengumpulan data (data gathering), dan (5) penyimpulan (conclussion).

  Pengetahuan yang dimiliki peserta didik bermula dari bertanya. Bertanya dalam pembelajaran di pandang sebagai kegiatan tenaga pengajar untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir peserta didik. Bagi peserta didik kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

  Masyarakat belajar (learning community), konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain.

  Hasil belajar diperoleh dari sharing antara teman, antar kelompok dan antara yang tahu kepada yang belum tahu. Kelompok harus bertanggung jawab dalam mencapai tujuan dan setiap individu harus bertanggung jawab atas pekerjaan yang dibagikan. Dalam kelas, tenaga pengajar disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Peserta didik dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen, yang pintar mengajar yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul.

  Pemodelan (modelling). Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Model itu biasanya berupa cara mengoperasikan sesuatu, model karya tulis, atau peseta didik memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Model dapat dirancang dengan melibatkan peserta didik, seorang peserta didik bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara mengerjakan soal. Peserta didik itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya.

  Refleksi (reflection) merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Peserta didik mengedepankan apa yang baru yang merupakan pengayaan atau rivisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.

  Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment) yaitu proses pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Gambaran perkembangan belajar peserta didik mengalami proses pembelajaran dengan benar. Data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan proses pembelajaran.

2.7 Sarana dan Media Pengajaran Musik

  Pengajaran musik diberikan melalui pengalaman musik, yang menimbulkan bermacam-macam bunyi. Oleh sebab itu pengajaran musik di Chandra Kusuma ini dilaksanakan di dalam kelas yang khusus dan agak terpisah, sehingga tidak mengganggu kelas-kelas lain yang belajar pada waktu yang sama.

  Untuk menuntun murid-murid dalam kegiatan pengalaman musik di sekolah Chandra Kusuma menyediakan alat musik pengiring yang tepat digunakan adalah sebuah piano. Piano berguna untuk menjelaskan materi pengajaran musik kepada murid. Jika tidak ada piano di sekolah dapat juga digunakan alat musik lainnya seperti keyboard, gitar, dan alat musik lainnya yang lain seperti organ, jika organ atau accordion juga tidak ada, sekurang-kurangnya guru harus dapat menyediakan sebuah gitar.

Gambar 2.3 Instrumen musik di Chandra Kusuma School

  (Dok. Andry Permana) Untuk membahas unsur melodi hendaknya dapat disediakan alat-alat musik melodi seperti glockenspiel, silopon, melodika, pianika, recorder, harmonika, atau alat musik melodi apa saja yang dapat disajikan seperti kolintang, angklung, suling bambu, dan sebagainya. Untuk menentukan tinggi nada disediakan pula garpu tala dan puput tala. Untuk membahas unsur harmoni hendaknya dapat disediakan alat musik harmoni seperti harmonika akor, ukulele, gitar, atau kalau mungkin disediakan otoharpa, yaitu sejenis kecapi yang dapat menghasilkan beberapa macam bunyi akor sesuai dengan yang diinginkan.

2.8 Materi dan Bahan Pengajaran Musik

  Pengajaran musik di sekolah Chandra Kusuma adalah sebuah pengajaran tentang kemampuan bermusik dengan memahami arti dan makna dari unsur-unsur musik yang membentuk suatu lagu atau komposisi musik, yang disampaikan kepada murid melalui kegiatan-kegiatan pengalaman musik. Unsur-unsur musik sebagai materi pengajaran musik yaitu merupakan suatu kesatuan yang berkaitan erat, membentuk sebuah lagu atau komposisi musik. Untuk kepentingan materi pengajaran musik, unsur-unsur musik di bagi atas lima komponen seolah-olah dapat dipisah-pisahkan yaitu irama, melodi, harmoni, bentuk/struktur lagu, unsur musik inilah yang dijadikan pokok bahasan yang esensial dengan sub-sub pokok bahasan dan uraiannya.

2.9 Metode Pengajaran Musik

  Metode pengajaran musik ini didasarkan atas tahap tingkat urutan kegiatan belajar musik. Urutan kegiatan musik haruslah mengikuti tahapan syarat tingkat urutan kemampuan bermusik dan tingkat urutan materi pengajaran musik yang logis. Metode yang digunakan seorang guru musik akan sangat tergantung kepada pandangannya tentang sifat dan hakikat musik itu sendiri, sifat dan hakikat belajar musik, sifat dan hakikat pengajaran musik.

  Pendidikan musik di sekolah Chandra Kusuma School diperlukan untuk mendukung pendidikan seni yang lebih baik. Minat belajar seni musik pada siswa-siswi sekolah Chandra Kusuma School sangat banyak diminati. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah tersebut yang banyak melibatkan alat musik baik dari instrumen tradisional maupun instrumen barat seperti biola, cello, contra bass, flute, clarinet maupun trompet. Kemudian dari banyaknya pembelajaran kelas dan privat musik (face to face) yang dilakukan di instansi musik Ipac, dibawah pimpinan sekolah Chandra Kusuma School yang terletak disamping kiri sekolah Chandra Kusuma. Pembelajaran musik baik teori dan praktik disekolah Chandra Kusuma terbagi menjadi 2 (dua) bidang kelas yaitu musik program dan musik regular.

2.9.1 Musik reguler

  Musik reguler di sekolah Chandra Kusuma adalah pelajaran musik yang di spesifikasikan pada pembelajaran kelas yang dilakukan lebih dari sepuluh siswa siswi tanpa uang tambahan dilakukan seperti pembelajaran teori. Seperti pelajaran solfegio, teori musik, komposisi, kemudian terdapat juga pembelajaran praktik namun berbentuk kelas seperti pelajaran rekorder, pianika, paduan suara. Hal ini dilakukan seperti pelajaran kesenian lainnya. Pembelajaran musik di sekolah Chandra kusuma adalah salah satu pelajaran seni yang memiki perbedaan dengan sekolah lain, perbedaannya adalah sekolah Chandra Kusuma tidak menggabungkan pelajaran musik dengan pelajaran seni lainnya seperti drama, lukis, kria, tari. Sekolah Chandra kusuma memberikan guru yang berkompeten dibidangnya masing-masing dengan keahlian jurusan.

  Pembelajaran musik reguler di sekolah Chandra Kusuma juga memiliki keunikan, dengan mempelajari musik etnis yang terdapat di Indonesia, khususnya kota Medan. Pembelajaran tersebut memerlukan sumber tenaga dari luar (part

  

time ) yang dipanggil khusus mengajar musik tradisi, kerapnya individu yang berkompeten dari Universitas Sumatra Utara (USU) jurusan etnomusikologi. Terlebih lagi pembelajaran paduan suara, rekorder dan pianika, pembelajaran tersebut dilakukan perkelas yang lebih dari sepuluh orang pemain, guru yang mengajar sering sekali melakukan dengan cara membagi siswa permelodi atau berbentuk sopran, alto, tenor, bass dengan format ansambel, hal ini dilakukan guru agar para siswa-siswi tidak bosan dengan satu melodi dan bermain secara bersamaan, yang berbentuk tim untuk pengelompokannya.

2.9.2 Musik program

  Musik program adalah pembelajaran musik yang lebih spesifik yang banyak diminati seorang anak, pembelajaran ini menggunakan uang tambahan untuk belajar instrumen baik biola, piano, vocal, gitar, cello, flute, dan trompet. Pembelajaran ini dilakukan perkelas tetapi dalam satu kelasnya maksimal terdapat delapan orang pemain, atau siswa-siswi. Pembelajaran tersebut menggunakan bahan reportoar maupun kurikulum dalam proses pembelajaran.

  Musik program menjadi salah satu kegiatan ekstra yang banyak diminati siswa dalam bidang seni. Musik program terbentuk dari keinginan siswa dengan seni musik khususnya instrumen gitar. Dalam pelaksanaan musik program diterapkan sistem ansembel yaitu bermain secara bersama-sama dalam satu kelas.

  Ansambel gitar selalu aktif dalam acara-acara sekolah, seperti masa orientasi siswa (MOS), penyambutan pelajar dari luar negeri, dan acara-acara lainnya dalam bidang musik.

  Musik program memiliki lebih dari 50 siswa dan dibagi menjadi dua kelas ansambel, yaitu pemula dan lanjut. Setiap kelas memiliki ketrampilan yang berbeda, untuk pemula, biasanya siswa yang belum bisa bermain tetapi mempunyai keinginan untuk belajar bersama. Kelas lanjut biasanya siswa yang sudah mampu memainkan lagu-lagu kecil, tangga nada, serta teknik-teknik dasar instrumen.

  Kurikulum yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah kurikulum ABRSM, kurikulum tersebut digunakan sebagai bahan ajar seorang guru kemudian dimainkan siswa-siswi dan akan diujiankan jika siswa telah siap untuk program ujian. Pembelajaran yang dilakukan guru dengan bermain satu melodi untuk semua siswa, agar siswa yang daya tangkap bermainnya kurang dapat mengikuti temannya dan tidak tertinggal begitu jauh.

  Selain pembelajaran kelas, musik program juga membuka pembelajaran individual yang dilakukan seorang guru dan murid (face to face) pembelajaran ini dilakukan ketika seorang anak telah menunjukkan permainan yang jauh dari teman-teman kelasnya, dan jika dipaksakan terus didalam kelas musik program, anak yang berkemampuan tinggi tersebut akan tetap bermain bahan yang sama dengan teman-temannya persoalan ini menjadi hal yang harus dimengerti sebuah instansi untuk dikatakan anak dalam proses pembelajaran praktik instrumen, khususnya instrumen gitar. Pembelajaran praktik instrumen gitar tidak memiliki sebuah perbedaan terhadap instrumen lainnya, persoalannya hanya pada orang tua yang menganggap tanpa mengikuti pelajaran praktik instrumen gitar, pengetahuan tentang memainkan gitar dapat ditemui diluar sekolah, pembelajaran praktik instrumen gitar dilakukan dengan permainan kelas, tetapi kerapnya pembelajaran tersebut dilakukan perorangan karena anak lebih suka sendiri diajar seorang guru dalam permainan instrumen gitar.

  Pembelajaran instrumen gitar di Chandra Kusuma awalnya memiliki banyak peminat dari kalangan sekolah dasar, tetapi kebijakan sekolah Chandra Kusuma menutup program instrumen gitar untuk anak pada tingkatan sekolah dasar (SD). Hal ini mengakibatkan minat pembelajaran gitar semakin sedikit, dikarenakan permainan gitar hanya dilakukan untuk tingkatan SLTP ketingkatan yang lebih tinggi. Pembelajaran instrumen gitar dilakukan dengan memakai kurikulum ABRSM hal ini dilakukan karena pembelajaran melalui kurikulum tersebut sangat efektif dalam proses pembelajarannya. Melalui sebuah jari maupun teknik permainan tangan kanan dan tangan kiri, yang telah disesuaikan dengan tingkatan great pada pembelajaran instrumen gitar.

  Dari ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa ekstrakurikuler yang dispesifikasikan terhadap musik program sangat baik untuk mengembangkan kepribadian, bakat, dan kemampuan siswa di berbagai bidang di luar bidang akademik sehingga siswa dapat menyalurkan bakat dan minat pada musik program ketika ingin memainkan instrumen.

2.10 Pendukung Proses Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School

  Proses Awal Pembelajaran Gitar di Chandra Kusuma School berbentuk

  

Kinestetik yang merupakan tahapan pembelajaran musik yang pertama, tipe

  pembelajaran ini memungkinkan anak didik untuk melihat, mendengarkan, dan meniru permainan yang diperagakan oleh pengajar/instruktur/guru musik. Pada tahap ini murid masih belum diajarkan untuk belajar mandiri, sama halnya dengan bayi, mereka menirukan apa yang mereka lihat, dengar dan rasakan. Tipe pembelajaran ini disarankan untuk diberikan kepada murid pemula, atau yang belajar dari “nol”.

  Kemudian mengenalkan anak pembelajaran teori sebelum memasuki praktik instrumen gitar dalam proses pembelajaran praktik instrumen gitar secara akademisi dibutuhkan anak dapat menulis dan membaca sebuah notasi dalam memainkan instrumen gitar, hal tersebut yang membuat pentingnya teori dalam permainan instrumen gitar diawali dengan mengenalkan anak nilai notasi dan nilai istirahat (rest)

Tabel 2.1 Notasi balok

  Mengenalkan siswa-siswi macam-macam dinamik adalah pp (pianissimo) yaitu sangat lembut, p (piano) yaitu lembut, mp (mezzopiano) yaitu agak lembut,

  

mf (mezzoforte) yaitu agak keras, f (forte) yaitu keras, ff (fortissimo) yaitu sangat

  keras, crescendo yaitu bertambah keras, decrescendo yaitu bertambah lembut, dan

  

dimin yaitu bertambah lemah. Lambang artikulasi yang dimaksudkan adalah lambang-lambang notasi pada not balok maupun not angka. Prier (1991) menjelaskan bahwa notasi musik secara umum dikenal sekitar abad XI dengan tokohnya Guido Arezzo (1995-1050) yang menemukan cara membaca dengan menggunakan suku kata do, re, mi, fa, sol, la, si. Suku kata ini berasal dari syair lagu Santo Yohannes. Lambang artikulasi pada notasi musik antara lain:

  Staff adalah sangkar nada atau paranada yaitu tempat penulisan not. Staff

  terdiri dari lima garis dan empat spasi. Spasi sebagi ruang garis juga berfungsi untuk penulisan not-not. Not-not yang ditulis pada garis disebut not garis sedangkan not yang ditulis pada spasi disebut not spasi. Contoh staff sebagai berikut:

  Kepala not dan tangkai not ada yang terbuka dan nada yang tertutup. Besarnya kepala not harus disesuaikan dengan sangkar nada. Jika kepala not terletak dibawah garis ketiga, tangkai not mengarah ke atas, jika kepala not berada diatas garis ketiga, tangkai not mengarah kebawah, sedangkan not yang terletak pada garis ketiga notnya boleh ke atas atau ke bawah sebagaimana tertera berikut ini

  Bendera not, bendera not arahnya kekanan, baik tangkai yang keatas maupun kebawah. Ujung bendera not tetap mengarah ke kepala not.

  Tanda kunci, untuk mengetahui nama-nama not pada sangkar nada dibuatlah tanda kunci. Tanda kunci selalu dituliskan pada awal paranada. Terdapat tiga macam tanda kunci, yaitu:

  • kunci G,
  • kunci F, • kunci C.

  Kunci G disebut juga treble clef yaitu staff untuk penulisan not-not tinggi. Dalam staff kunci G menunjukkan letak not “g” yaitu pada garis kedua, kunci G disebut juga kunci gitar dan semua not yang terletak pada garis kedua bernama not G. Dibawah garis kedua adalah spasi satu yaitu not F sedangkan dibawah spasi kesatu adalah tempat untuk not E. Kunci F disebut juga kunci bass atau bass

  

cleft dimana dalam staff, kunci F berfungsi untuk tempat penulisan not-not rendah

  dan kunci F berpusat pada garis ke empat, apabila letak not F sudah diketahui maka letak not-not lain dapat pula diketahui. Kunci C dipergunakan untuk penulisan suara menengah (alto dan tenor) dimana letak kunci C menunjukkan letak not C. Kunci C boleh juga diletakkan pada sembarang tempat, apabila demikian halnya kunci C mempunyai berbagai kunci do dan sumbunya selalu menunjukkan do.

  Tanda titik ditempatkan dibelakang not. Tanda titik berfungsi untuk memperpanjang nilai not di depannya. Hal ini berlaku untuk notasi balok maupun notasi angka. Namun demikian nilai titik pada notasi balok tidak sama dengan nilai titik pada notasi angka. Pada notasi balok jika tanda titik ditempatkan dibelakang not atau tanda diam maka nilainya setengah dari nilai not yang di depannya. Jika dalam satu partitur dijumpai pemakaian dua titik sekaligus dibelakang not maka nilai titik yang kedua adalah setengah dari nilai titik yang pertama. Sedangkan pada notasi angka, nilai satu titik adalah satu ketukan, dua titik maka nilainya dua ketukan.

  Tanda tempo, Largo (besar sangat lambat), adagio (tenang, tentram, lebih lambat dari andante, lebih cepat dari largo), lento (menunjukkan tempo lambat),

  

moderato (menunjukkan tempo sedang), andante (sedang, menunjukkan sifat

  seperti berjalan), andantino (lebih cepat dari andante), allegro (senang, gembira, tempo cepat sesuai dengan karakter atau sifat dari gembira), vivace (tempo cepat),

  presto (tempo cepat) Tanda accidental, yaitu: (1) kreis (memindahkan letak dan bunyi nada

  setengah ke atas). Tanda kreis hanya berlaku untuk letak dan bunyi nada yang mengikutinya dalam birama yang bersangkutan, (2) mol (memindahkan letak dan bunyi nada setengah laras ke bawah). Tanda mol harus berlaku untuk letak dan bunyi nada yang mengikutinya dalam birama yang bersangkutan, dan (3) pugar (mengembalikan letak dan bunyi nada ke asalnya).

  Legato tanda yang menghubungkan dua nada atau lebih sedangkan ligature yaitu tanda yang menghubungkan dua nada yang sama secara berturut.

  Pembelajaran membaca notasi dan menyanyikan nada-nada bukanlah persoalan sederhana, tetapi memiliki prosedur yang kompleks. Mursell (1995) menjelaskan untuk belajar notasi musik adalah sama halnya dengan bagaimana mengerti tentang musik itu sendiri. Nilai seluruh lambang-lambang membantu mengerti musik lebih baik lagi. Tanpa sebuah pengertian dari lambang tersebut maka pengertian akan musik akan ketinggalan, sama halnya dengan angka-angka, maka pengertian akan aritmatika juga akan ketinggalan. Maka pelajaran tentang membaca musik adalah program yang harus dilakukan dalam perencanaan untuk memajukan pendidikan musik.

  Solfeggio merupakan suatu pengetahuan musik yang mempelajari teknik membaca dan menulis notasi musik yang mencakup notasi irama dan notasi melodi. Notasi melodi dibaca atau dinyanyikan secara solmisasi sedangkan notasi irama dimainkan dengan tepukan. Menulis notasi musik mencakup aplikasi sence

  

of music terhadap melodi yang diperdengarkan melalui instrument musik piano,

  melodi tersebut kemudian ditulis dengan tepat sesuai dengan frekuensi setiap nada (pitch).

  Jarak-jarak tertentu pada tangga nada ditandai dengan pola jarak: 1-1- 1/2-1-1-1-1/2. Tangga nada demikian disebut tangga nada mayor. Dalam bentuk asli (netral) deretan nada-nadanya adalah: c d e f g a b c’. setiap susunan tangga nada mayor jika dinyanyikan dengan solmisasi berbunyi: do re mi fa sol la si do. Nada pertama dari tangga nada disebut root.

  Hartoyo (1994) menjelaskan interval adalah perbedaan tinggi nada (pitch) antara dua nada. Cara mempelajarinya biasanya lebih mudah melalui tangga nada yaitu dengan cara menyebutkan perbedaan tinggi nada antara nada do (C) dengan nada-nada sesudahnya dan dihitung dari do (C) sebagai nada pokok dalam tangga nada C.

  Movable do adalah pembelajaran solfeggio dengan menggunakan “do”

  yang dapat berpindah-pindah sesuai dengan nada yang di pergunakan. Dalam

  

movable do ada sebutan tambahan yaitu untuk nada-nada kromatis yaitu: (1) nada

  kromatis naik dan (2) nada kromatis turun. Untuk nada kromatis naik seperti nada-nada : di, ri, fi, sel, dan li. Sedangkan untuk nada kromatis turun seperti nada-nada : sa, le, sal/fi, ma dan ra.

  Selanjutnya dijelaskan rangkaian nada untuk tangga nada mayor selalu 1- 1-1/2-1-1-1-1/2, maka ditemukan: (1) dalam tangga nada D mayor, muncul kreis kedua yang berlaku untuk setiap nada do (C), di samping kreis pertama yang sudah lebih muncul pada tangga nada G mayor. Pada tangga nada A mayor, muncul kreis yang ketiga yang berlaku untuk setiap nada sol (G), disamping kreis pertama dan kedua yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada G mayor dan D mayor, dan (2) dalam tangga nada Bes mayor, muncul mol kedua yang berlaku untuk setiap nada mi (E), disamping mol pertama yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada F mayor, dan pada tangga nada Es, muncul mol ketiga yang berlaku untuk setiap nada La (A) disamping mol pertama dan kedua yang sudah lebih dulu muncul pada tangga nada nada F mayor dan tangga nada Bes mayor.

  Proses penerapan selanjutnya di sekolah Chandra Kusuma dilakukan seorang murid untuk menerapkan teknik-teknik yang terdapat pada instrumen gitar seperti teknik pada tangan kanan dan tangan kiri. Kemudian dilakukan berbentuk kelas dan dapat dilakukan antara seorang guru dan murid. Dalam

  

tahapan pembelajaran instrumen gitar, siswa selalu menginginkan pembelajaran

yang mudah, menarik, menyenangkan, dan bertahap. Tetapi beberapa siswa dan

orangtua menginginkan pembelajaran yang instan (cepat bisa). Hal ini

menunjukan peran seorang guru untuk mengajarkan teknik-teknik lanjutan dalam

pembelajaran gitar sangat dibutuhkan.

  Kesabaran, ketekunan, ketelitian, konsisten terhadap sebuah bahan yang

diberikan sangat penting dilakukan seorang siswa dalam mempelajari instrumen

gitar. Kemudian sekolah Chandra Kusuma melakukan Tahap pembelajaran

instrumen gitar secara visual, tahapan ini adalah sebuah tahapan yang

memfokuskan dengan melihat materi yang disajikan, yaitu mulai mengajarkan

membaca, mengenal not, tanda baca, dan materi lain yang kaitannya dengan

visual (melihat). Pembelajaran visual mulai mengajarkan kepada murid untuk

belajar mandiri, misalnya pengajar musik tidak ada dan yang ada hanya

Dokumen yang terkait

A. Cyberloafing 1. Definisi Cyberloafing - Pengaruh Role Ambiguity dan Role Conflict Terhadap Perilaku Cyberloafing pada Karyawan

1 0 15

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pengaruh Role Ambiguity dan Role Conflict Terhadap Perilaku Cyberloafing pada Karyawan

1 5 11

PENGARUH ROLE AMBIGUITY DAN ROLE CONFLICT TERHADAP PERILAKU CYBERLOAFING PADA KARYAWAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

0 0 13

BAB II LANDASAN TEORI A. Social Support 1. Pengertian Social Support - Social Support dan Psychological Well-Being Pada Penyintas Bencana Alam Gunung Sinabung

0 0 26

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Hubungan Emosional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Pematang Siantar

1 5 10

Pengaruh Kualitas Pelayanan Dan Hubungan Emosional Terhadap Loyalitas Nasabah Pada Pt. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Cabang Pematang Siantar

0 0 10

STS :Sangat Tidak Setuju KS :Kurang Setuju DAFTAR PERNYATAAN - Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

0 0 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran - Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

0 0 35

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

0 2 10

Analisis Pengaruh Suasana Toko (Store Atmosphere) Dan Lokasi Terhadap Minat Beli Konsumen Di Ramayana Department Store Cabang Buana Plaza Medan

0 0 9