Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Properti Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA

PERUSAHAAN PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

PATRICIA JEAN 100503083

PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2014


(2)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul ”Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, 12 Desember 2013 Yang membuat pernyataan

NIM: 100503083 Patricia Jean


(3)

ii

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN

PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Perusahaan yang bermodalkan besar seperti perusahaan properti misalnya menghimpun dana bukan dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai sumber yang membentuk suatu kompleksitas yang kemudian mungkin saja menimbulkan konflik yang lebih dikenal dengan konflik agensi. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh daripada kepemilikan mkanajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan perusahaan dalam pengambilan keputusan atas kebijakan hutang pada perusahaan property di Indonesia sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 10 perusahaan dalam kurun waktu tiga tahun yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan dalam situs adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik kepemilikan manajerial maupun kepemilikan institusional sama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini ditunjukkan dengan uji-uji yang dilakukan secara parsial dan secara keseluruhan. Penelitian ini berlaku pada perusahaan sektor properti di Indonesia selama tahun penelitian.

Kata kunci : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang


(4)

iii

ABSTRACT

PURPOSE OF MANAGERIAL OWNERSHIP AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON DEBT POLICY IN THE PROPERTY COMPANIES LISTED IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE

Companies with huge capitals such as property companies raising funds not only from a single source, but from many sources that would form a complexity which then might lead to conflict, better known by the agency conflict. Therefore the purpose of this research is to analyze the effect of managerial ownership and institutional ownership due to debt policy of property companies that listed in Indonesian Stock Exchange during 2010 up to 2012.

Sampling method used in this research is purposive sampling, that resulted 10 companies during the three years observation that will be the object of research. Data that used in this research are the financial statements of each sample company which published on its website, www.idx.co.id. The statistic method used in this research is multiple regression analysis.

The results of this research indicate that both managerial ownership and institutional ownership have positive and significant effect to debt policy. This result is shown by tests which have been done partially and relatively. This effect indicates on property companies in Indonesia in the research period.

Keywords : Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya, sehingga Penulis mampu menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ” Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” dengan baik.

Penulisan skripsi ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan Penulis, terutama mengenai masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Selama penyusunan skripsi ini, Penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, serta doa dari berbagai pihak, khususnya dari kedua orang tua penulis, Ayahanda, Bapak Ng Kuang Long dan Ibunda, Ibu Laily Toegino. Untuk itu, Penulis ingin mengucapkan terima kasih juga kepada pihak-pihak lainnya, yakni:

1. Bapak

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak, dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

v 4. Bapa selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dari awal hingga selesainya skripsi ini dan Ibu

selaku dosen pembaca yang telah memberikan masukan dan arahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Serta kepada teman-teman di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya angkatan 2010 serta seluruh staf pengajar, staf departemen akuntansi, dan staf administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangandalam skripsi ini, oleh karena itu Penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini menjadi bahan bacaan yang bermanfaat bagi pembaca.

Medan, 12 Desember 2013 Penulis

NIM: 100503083 Patricia Jean


(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN……….. i

ABSTRAK……… ii

ABSTRACT………. iii

KATA PENGANTAR………. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

DAFTAR LAMPIRAN……… x

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ……….………... 1

1.2Perumusan Masalah………. 11

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian……..………. 12

1.3.1 Tujuan Penelitian…………..………. 12

1.3.2 Manfaat Penelitian………... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Tinjauan Teoritis……….. 14

2.1.1 Kepemilikan Saham………...……… 14

2.1.2 Kepemilikan Manajerial..………..……… 15

2.1.3 Kepemilikan Institusional…..………... 17

2.1.4 Kebijakan Hutang……….. 20

2.1.5 Teori Keagenan……….. 23

2.1.6 Variabel Kontrol……….……..…………. 25

2.1.6.1 Ukuran Perusahaan………..…….. 27

2.1.6.2 Dividend Payout Ratio (DPR)...………..…. 28

2.1.6.3Gross Profit Margin (GPM) …….…….……..…. 29

2.1.6.4 Operating Profit Margin (OPM)...………….….. 30

2.1.6.5 Net Profit Margin (NPM)...………..…… 30

2.1.6.6 Return on Assets (ROA)...……… 30

2.1.6.7 Return on Equity (ROE)...……… 31

2.2Penelitian Terdahulu……… 32

2.3Kerangka Konseptual ……….………. 36

2.3.1 Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang……… 37

2.3.2 Hubungan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang……… 38


(8)

vii

2.4Hipotesis……….. 39

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……….…… 41

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian……….………. 42

3.3 Batasan Operasional……….…… 42

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel……….…….. 42

3.5 Skala Pengukuran Variabel….……….…… 47

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian……….……... 47

3.7 Jenis dan Sumber Data………. 49

3.8 Metode Pengumpulan Data……….……. 50

3.9 Metode Analisis Data……….…….. 50

3.9.1 Persamaan Regresi…………..……… 51

3.9.2 Pengujian Data……… 52

3.9.2.1 Uji Asumsi Klasik……….. 52

3.9.2.2 Uji Hipotesis………... 58

3.10 Jadwal Penelitian……….……. 60

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN SERTA PEMBAHASAN 4.1Pembahasan Sumber Penelitian………..…… 61

4.2Data Penelitian……….………... 61

4.3Pembahasan Hasil Penelitian………... 62

4.4Analisis Hasil Deskripsi……….. 62

4.5Pengujian Asumsi Klasik……… 64

4.5.1 Uji Normalitas……… 64

4.5.2 Uji Heteroskedastisitas………... 67

4.5.3 Uji Autokorelasi………. 69

4.5.4 Uji Multikolinearitas……….. 71

4.6 Hasil Regresi Linear Berganda……… 72

4.7 Pengujian Hipotesis……… 73

4.7.1 Uji Serempak atau Uji F………... 73

4.7.2 Uji Parsial atau Uji T……… 74

4.8 Pembahasan……… 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan……….. 85

5.2Saran………...………... 85

DAFTAR PUSTAKA………. 87

LAMPIRAN……… 93


(9)

viii

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu………... 34

Tabel 3.1 Variabel Penelitian………. 46

Tabel 3.2 Prosedur Penentuan Kriteria dalam Pemilihan Sampel………. 49

Tabel 3.3 Daftar Sampel Penelitian Perusahaan Properti………... 49

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian………..…. 60

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif………….………..…………... 63

Tabel 4.2 Kolmogrov-Smirnov Data Sampel… …………..………... 67

Tabel 4.3 Heteroskedastisitas Uji Glejser………..………… 69

Tabel 4.4 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi………... 70

Tabel 4.5 Autokorelasi………... 70

Tabel 4.6 Runs Test Autokorelasi………. 71

Tabel 4.7 Hasil Regresi Linear Berganda……….. 72

Tabel 4.8 Hasil Uji F………..…………...………... 74

Tabel 4.9 Hasil Uji T………..………75

Tabel 4.10 Koefisien Determinasi………... 76


(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual………. 37

Gambar 4.1 Grafik Histogram Kebijakan Hutang ………... 65

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot Data ……….. 66

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot Data……….. 68


(11)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran i Daftar Sampel Penelitian………. 93

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Properti yang Menjadi Sampel Penelitian...….. 93

Lampiran ii Daftar Data Penelitian……….. 95

Lampiran 2.1 Data Variabel Kepemilikan Manajerial (X1) dan Kepemilikan Institusional (X2)……….……….. 95

Lampiran 2.2 Data Variabel Ukuran Perusahaan (X3)……….………... 96

Lampiran 2.3 Data Variabel Dividend Payout Ratio (X4)………..…… 97

Lampiran 2.4 Data Variabel Return on Asset (X5) dan Return on Equity (X6)….. 98

Lampiran 2.5 Data Variabel Gross Profit Margin (X7), Operating Profit Margin (X8), dan Net Profit Margin (X9)…….. 99

Lampiran 2.6 Data Variabel Kebijakan Hutang (Y)….……… ……. 100

Lampiran iii Statistik Deskriptif ……….. 101

Lampiran 3 Tabel Statistik Deskriptif……….. 101

Lampiran iv Uji Normalitas.………. 101

Lampiran v Uji Heteroskedasititas, Uji Autokorelasi, dan Uji Multikolinearitas……….... 103

Lampiran 5.1 Uji Heteroskedasititas……… 103

Lampiran 5.2 Uji Autokorelasi………. 104

Lampiran 5.3 Uji Multikolinearitas……….. 104

Lampiran vi Uji Hipotesis……….. 104

Lampiran 6.1 Uji F……….………. 104

Lampiran 6.2 Uji T………….………. 105

Lampiran 6.3 Uji R2……… 105


(12)

ii

ABSTRAK

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN

PROPERTI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Perusahaan yang bermodalkan besar seperti perusahaan properti misalnya menghimpun dana bukan dari satu sumber saja, melainkan dari berbagai sumber yang membentuk suatu kompleksitas yang kemudian mungkin saja menimbulkan konflik yang lebih dikenal dengan konflik agensi. Oleh sebab itu penelitian ini ditujukan untuk menguji pengaruh daripada kepemilikan mkanajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan perusahaan dalam pengambilan keputusan atas kebijakan hutang pada perusahaan property di Indonesia sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 10 perusahaan dalam kurun waktu tiga tahun yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan dalam situs adalah analisis regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik kepemilikan manajerial maupun kepemilikan institusional sama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Hal ini ditunjukkan dengan uji-uji yang dilakukan secara parsial dan secara keseluruhan. Penelitian ini berlaku pada perusahaan sektor properti di Indonesia selama tahun penelitian.

Kata kunci : kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang


(13)

iii

ABSTRACT

PURPOSE OF MANAGERIAL OWNERSHIP AND INSTITUTIONAL OWNERSHIP ON DEBT POLICY IN THE PROPERTY COMPANIES LISTED IN INDONESIA

STOCK EXCHANGE

Companies with huge capitals such as property companies raising funds not only from a single source, but from many sources that would form a complexity which then might lead to conflict, better known by the agency conflict. Therefore the purpose of this research is to analyze the effect of managerial ownership and institutional ownership due to debt policy of property companies that listed in Indonesian Stock Exchange during 2010 up to 2012.

Sampling method used in this research is purposive sampling, that resulted 10 companies during the three years observation that will be the object of research. Data that used in this research are the financial statements of each sample company which published on its website, www.idx.co.id. The statistic method used in this research is multiple regression analysis.

The results of this research indicate that both managerial ownership and institutional ownership have positive and significant effect to debt policy. This result is shown by tests which have been done partially and relatively. This effect indicates on property companies in Indonesia in the research period.

Keywords : Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy


(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bisnis properti merupakan sebuah bisnis yang padat modal, sehingga modal sangatlah penting didapatkan dari sumber-sumber keuangan, baik dari dalam instansi atau perusahaaan, maupun dari luar perusahaan, termasuk dari perusahaan lain maupun pemegang saham perusahaan yang bersangkutan. Pada perusahaan, pemegang saham memiliki kepentingan utama untuk mencapai keuntungan semata dari saham yang ditanamkan kepada perusahaan, sedangkan di dalam perusahaan, manajer memiliki tujuan untuk mencapai kepentingan manajerial.

Dalam kaitannya dengan kepemilikan, terdapat dua masalah keagenan utama, yakni masalah keagenan antara manajemen dengan pemegang saham, serta masalah keagenan antera pemegang saham mayoritas dengan pemegang saham minoritas (Jensen dan Meckling, 1976). Baik pemegang saham maupun manajer memiliki kepentingan masing-masing dimana pemegang saham mayoritas memiliki kekuatan untuk mengendalikan perusahaan, mementingkan kepentingannya untuk mendapatkan keutungan sebesar-besarnya dari investasi yang telah diberikan kepada perusahaan. Sementara pihak manajerial mementingkan pengendalian terhadap kepentingan manajerial perusahaan. Pemegang saham mayoritas juga lebih mendahulukan kepentingannya sehingga


(15)

2 tindakan yang diambil juga merugikan pemegang saham minoritas. Perbedaan kepentingan ini nantinya akan berpengaruh pada ketidak-cocokkan antara manajer dan pemegang saham (Shleifer dan Vishny, 1997).

Perbedaan kepentingan ini yang kemudian disebut dengan konflik kepentingan, sangat mendapatkan perhatian publik. Para calon pemegang saham yang akan menanamkan saham pada suatu perusahaan akan sangat memperhatikan keuntungan yang mungkin didapatkan dari perusahaan yang akan dipegangnya. Perusahaan yang sering terlibat dalam konflik keagenanan adalah perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan dalam perusahaan.Penyebab konflik tidak lain adalah pembuatan keputusan yang berkaitan pada aktivitas pengumpulan dana serta pengambilan keputusan atas aktivitas investasi dari dana yang telah dikumpulkan tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).

Masalah konflik kepentingan dapat diminimkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dikenal dengan kebijakan Agency Cost, yaitu sebuah konsep ekonomi dimana kedua pihak utama pendanaan perusahaan, yakni manajer dan pemegang saham menggunakan jasa seorang agen sebagai penegah untuk konflik kepemilikan. Kedua belah pihak memiliki kepentingan yang berbeda dan agen memiliki informasi lebih banyak , maka pemilik atau principal tidak bisa secara langsung memastikan bahwa agennya selalu bertindak dalam kepentingan yang terbaik bagi pemilik/principal (Nurkhikmah, 2013).


(16)

3 Namun dalam teori keagenan disebutkan bahwa agency cost adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk pemenuhan kepentingan structural perusahaan meliputi sdministrasi dan pelaksanaan kontrol, termasuk residual loss (Jensen dan Meckling, 2003). Sehingga dana yang dikeluarkan untuk agency cost akan lebih baik apabila seminim mungkin. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meminimkan biaya ini salah satunya adalah dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan Meckling, 1976). Analisanya mengungkapkan bahwa proporsi kepemilikan saham yang dikontrol oleh manajer dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan perusahaan. Agen yang ditujukan sebagai wakil dari pihak pemegang saham bekerja sama dengan pihak manajerial, yang kemudian akan mensejajarkan kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Dengan demikian manajer juga merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil apabila benar dan merasakan langsung kerugian dari keputusan yang diambil apabila salah.

Menurut Crutchley dan Hansen, masalah konflik agensi juga dapat dihindari dengan meningkatkan dividend payout ratio, yaitu rasio pengukuran untuk mengukur besarnya dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham (dalam Wahyu, 2011). Menurut analisanya dinyatakan bahwa pembayaran dividen ke para pemegang saham dapat menjadi kepastian investasi dan alat untuk mengawasi investasi yang diberikan pemegang saham kepada perusahaan. Dimana pemegang saham memiliki suatu kepercayaan yang lebih jelas terlihat atas dana yang diberikan kepada perusahaan. Pembagian deviden juga akan


(17)

4 mengurangi perilaku tunneling yang dilakukan pihak mayoritas terhadap kepemilikan minoritas (Claessens et al, 2000). Tunneling merupakan perilaku manajemen atau pemegang saham mayoritas yang mentransfer aset dan profit perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri, namun biaya dibebankan kepada pemegang saham minoritas (Claessens et al, 2000).

Menurut Ross, Westerfield, dan Jordan, dividen merupakan suatu bagian dari laba perusahaan yang dibayarkan kepada para pemegang saham (dalam Wahidahwati, 2002). Dividen yang dibagikan biasanya berbentuk kas, yang kemudian disebut dengan dividen tunai atau cash dividend. Dividen tunai diklasifikasikan ke dalam empat jenis, yakni regular cash dividend, extra dividend, special dividend, dan liquidating dividend. Regular cash dividend merupakan pembagian deviden paling umum dan mendasar yang dibagikan kepada para pemegang saham. Pembagian regular cash dividend dilakukan berkala dua sampai empat kali dalam setahun yang disebut interim dividend. Extra dividend dibagikan kepada pemegang saham dengan catatan bahwa dividen jenis ini diberikan sebagai tambahan, sehingga tidak pasti ada pada saat yang diperkirakan. Sedangkan special dividend dibagikan pada kondisi tertentu dimana pembagian ini dengan suatu tujuan dan tidak akan dibagikan lagi pada masa yang akan dating, dan liquidating dividend dibagikan kepada pemegang sahan apabila perusahaan akan tutup. Kebijakan deviden sendiri dihadapkan dengan pilihan antara mendistribusikan excess cash flow kepada pemegang saham atau menginvestasikan kembali ke proyek-proyek yang lebih


(18)

5 menguntungkan lagi pada masa yang akan datang (Ross, Westerfield, dan Jordan, 2008). Jika perusahaan memilih untuk mendistribusikan excess cash flow, maka perusahaan harus memutuskan apakah yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai atau dalam bentuk stock repurchase kepada pemegang saham. Jika perusahaan kemudian lagi memilih untuk mendistribusikannya dalam bentuk deviden tunai, maka harus dipertimbangkan lagi apakah akam membagikan dalam dividen regular, deviden regular plus ekstra, serta seberapa besarnya dividen yang akan didistribusikan kepada pemegang saham per lembar sahamnya, seberapa lama pembagian dividen yang dilakukan berkala, serta tindakan yang dilakukan untuk menyeimbangkan prefensi arus kas dari individu dengan tingkat pajak yang tinggi dan dengan investor yang merupakan institusi bebas pajak (Arifin, 2005). Stock repurchase merupakan pembelian kembali saham yang dimiliki pemegang saham oleh perusahaan dengan tujuan-tujuan tertentu.

Konflik antara pemegang saham dengan manajer dapat diminimalisir dengan meningkatkan pendanaan hutang. Menurut analisanya bahwa hutang akan menurunkan excess flow pada perusahaan, sehingga akan meminimalisir pemoborsan akan pendanaan manajerial yang dilakukan oleh perusahaan (dalam Wahidahwati, 2001). Pendanaan dengan hutang juga akan meningkatkan pengawasan pihak debtholder terhadap kemungkinan tindakan ekspropriasi yang dilakukan oleh pihak mayoritas, yang dalam hal ini merupakan kepemilikan institusional (Tarjo, 2008). Ekspropriasi merupakan


(19)

6 cara memaksimumkan kesejahteraan sendiri dengan mendistribusi kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2000).

Distribusi saham antara pemegang saham dari luar perusahaan, seperti institusional investor dan stockholders dispersion dapat mengurangi agency cost, sehingga dapat dikatakan bahwa institusional investor ditunjuk sebagai pihak yang memonitor agen (Claessens et al., 2000). Kepemilikan mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung atau menentang keberadaan suatu manajemen. Contoh investor institusional mencakup bank, sekuritas, asuransi, perusahaan lain yang berinvestasi, dan lain sebagainya. Mereka yang kemudian akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, dalam hal ini yang diutamakan adalah kinerja kerja manajemen perusahaan serta pemakaian dana yang optimal dari dalam perusahaan. Istilah struktur kepemilikan digunakan untuk menunjukan bahwa variabel-variabel yang penting didalam struktur modal tidak hanya ditentukan oleh hutang, dan ekuitas, tetapi juga oleh presentase kepemilikan oleh manajer dan institusional (Wahidahwati, 2001). Pendanaan dengan hutang akan meningkatkan pengawasan pihak debtholder terhadap kemungkinan tindakan ekspropriasi yang dilakukan oleh pihak mayoritas dalam hal ini kepemilikan institusional. Manfaat lain dari enggunaan hutang adalah penghematan pajak dan peningkatan earning per share perusahaan atau trading on equity theory (Wahyu, 2011).


(20)

7 Kinsman dan Newman (1998), menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hutang ternyata berkolerasi negatif terhadap kinerja perusahaan. Leverage yang semakin besar menandakan semakin besar pula aktiva dan pendanaan perusahaan yang diperoleh dari hutang (dalam Wahyu, 2011). Hutang yang semakin besar menandakan semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan mengalami kegagalan yang disebabkan oleh ketidakmampuan membayar hutang perrusahaan yang berujung pada kebangkrutan. Juga ditambahkan bahwa semakin tinggi tingkat hutang suatu perusahaan akan berkorelasi negatif terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan penelitiannya selama periode 9 tahun, mereka menyimpulkan bahwa leverage perusahaan yang semakin tinggi mencerminkan aktivitas pendanaan dari hutang akan semakin tinggi, dan suatu perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi akan semakin rentan terhadap resiko kebangkrutan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi juga memberikan kesan negatif kepada para pemegang saham maupun calon investor. Perusahaan yang memiliki hutang yang tinggi terkesan kurang mampu menghimpun dana dari aktivitas manajerial ataupun dari aktivitas jual beli saham. Hal ini berdampak pada keadaan pasar saham yang bereaksi negatif, berupa menurunnya volume perdagangan saham dan menurunnya harga saham yang mengacu pada turunnya nilai pemegang saham. Para pemegang saham maupun calon investor juga kurang meminati perusahaan yang memiliki hutang yang besar, yang dianggap sebagai perusahaan yang memiliki reputasi yang rendah. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perusahaan


(21)

8 harus memiliki suatu struktur modal yang optimal guna memutuskan kebijakan perusahaan dalam menghimpun dana dari hutang untuk menaikkan citra perusahaan di kalangan investor. Kedua belah pihak utama, baik manajerial maupun pemegang saham memiliki kuasa untuk memutuskan pencarian dana melalui hutang atau sumber lainnya. Pendanaan yang bersumber dari hutang dinilai akan meningkatkan rasio hutang terhadap ekuitas, yang berdampak meningkatkan resiko.

Banyak penelitian dilakukan mengenai hubungan struktur kepemilikan saham dengan struktur modal perusahaan. Penelitian tersebut pada umumnya menggunakan managerial ownership sebagai unsur struktur kepemilikan. Penelitian-penelitian tersebut menyimpulkan hasil yang berbeda, bahkan bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. Kim dan Sorensen (dalam Wahidahwati, 2001) menyimpulkan bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang tinggi memiliki debt ratio yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan tingkat kepemilikan manajerial yang rendah, yang dipengaruhi oleh agency cost of debt dan agency cost of equity. Agrawal dan Mendelker (dalam Wahidahwati, 2001) menemukan hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan debt ratio perusahaan, dan Mehran menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial perusahaan yang baik membuat rasio likuiditas yang cukup lancar. Adanya hubungan negatif antara presentase saham yang dipegang manajer dengan debt ratio perusahaan. Hal ini bertolak belakang dari hasil penelitian beberapa tahun sebelumnya. Struktur kepemilikan


(22)

9 saham oleh pihak external (institusional) dan kepemilikan saham oleh pihak internal (manajer) mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt ratio (Claessens, et al., 2000). Institusional investor mempunyai pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif dengan debt rasio dan managerial ownership (Bathala, et al., 1994).

Adapun beberapa penelitian terbaru mengenai pengaruh kepemilikan terhadap kebijakan hutang yang dilakukan oleh Wahidahwati (2001), mencakup analisis pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan, menyimpulkan bahwa managerial ownership dan institutional ownership berpengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio. Penelitian lain dilakukan oleh Wahidahwati (2002) untuk menganalisis persamaan simultan non-linear dari kepemilikan manajerial, penerimaan resiko (risk taking), kebijakan hutang serta kebijakan deviden yang merupakan bagian dari konflik agensi yang kemudian menyimpulkan kepemilikan manajerial dan risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Bagus Guntur Wahyu (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur memperlihatkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun variabel kontrol yaitu ukuran


(23)

10 perusahaan dan volatilitas pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas, terdapat beberapa pertentangan antara beberapa penulis seperti Wahidahwati (2001) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang bertentangan dengan hasil penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan resiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, yang kemudian diperjelas dengan penelitian dari Ismiyanti dan Hanafi (2003) bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sama-sama mempunyai hubungan yang positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Pendapat yang berbeda lagi dari penelitian Putri dan Nasir (2006) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif pada kebijakan hutang, namun hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh secara signifikan, yang diperkuat pernyataannya melalui penelitian yang dilakukan oleh Imanda dan Mohammad Nasir (2006).

Adapun penelitian yang dilakukan Priyono Widodo (2005), yang menyatakan bahwa baik kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini kemudian dilanjutkan oleh Bagus Guntur Wahyu (2011) yang mendapatkan


(24)

11 kesimpulan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Berdasarkan penjabaran di atas, maka penulis berkeinginan untuk menguji hipotesis-hipotesis mengenai pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang suatu perusahaan. Penelitian ini menguji variabel bebas berupa Managerial Ownership dan Institusional ownership, dengan menyertakan variabel kontrol berupa ukuran perusahaan, Dividend Payout Ratio, Gross Profit Margin, Operating Profit Margin, Net Profit Margin, Return On Asset, dan Return On Equity sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang seuatu perusahaan.

Oleh sebab itu, maka penelitian ini mengambil judul : “Pengaruh Kpemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Properti yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Dengan latar belakang permasalahan teori keagenan yang bertentangan antara kekuasaan pihak manajerial dengan pihak pemegang saham, risiko kebangkrutan perusahaan berkaitan dengan masalah pendanaan dari hutang, serta permasalahan yang timbul dari penentuan alokasi dana perusahaan, maka perumusan masalah yang diajukan pada penelitian kali ini yakni:


(25)

12 1. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan hutang perusahaan?

2. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mempermudah pemahaman terhadap kedua permasalahan yang telah disebutkan di atas, yakni: 1. Menguji secara empiris pengaruh kepemilikan manajerial terhadap

kebijakan hutang pada perusahaan properti yang terdaftar dalam bursa efek di Indonesia.

2. Menguji secara empiris pengaruh kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang pada perusahaan properti yang terdaftar dalam bursa efek di Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan masyarakat, yang dapat digunakan misalnya:

1. Sebagai bahan tinjauan bagi manajer maupun investor dalam menghimpun dana perusahaan serta alokasinya untuk kepentingan yang lebih efektif.


(26)

13 2. Sebagai bahan tinjauan bagi calon investor, baik investor domestik maupun investor asing yang akan menginvestasikan dana ke perusahaan properti di tanah air.

3. Sebagai bahan tinjauan perusahaan dalam mengatasi masalah keagenan maupun dalam pengambilan keputusan mengenai kebijakan hutang. 4. Sebagai perbandingan penelitian sebelumnya mengenai topik yang sama

dengan pealokasian dan waktu penelitian yang berbeda.

5. Sebagai bahan tinjauan bagi penelitian di masa yang akan datang, khususnya yang berkaitan dengan pengaruh struktur kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang perusahaan.


(27)

14 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Kepemilikan Saham

Kepemilikan adalah kekuasaan yang didukung secara sosial untuk memegang kontrol terhadap sesuatu yang dimiliki secara eksklusif dan menggunakannya untuk tujuan pribadi (Kartika, 2006). Definisi ini mirip dengan definisi kekayaan, baik pribadi atau publik. Perusahaan perseroan adalah perusahaan yang kepemilikannya ditentukan oleh jumlah saham yang dimiliki dalam perusahaan tersebut. Saham-saham tersebut diperjualbelikan di pasar modal sehingga apabila perusahaan memerlukan peningkatan pendanaan, perusahaan dapat menjual sahamnya kepada publik baik perseorangan atau pada institusi lain.

Pemilik perusahaan publik mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam mengendalikan perusahaan secara langsung, yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor seperti ukuran perusahaan yang semakin besar sehingga sulit untuk mengelola perusahaan hanya dari satu pihak saja, memerlukan keahlian khusus yang semakin kompleks dalam mengelola organisasi yang besar dimana umumnya pemilik memiliki keterbatasan dalam hal ini, juga dikarenakan kepemilikan ditentukan oleh jumlah saham yang dimiliki yang berarti pemilik bisa lebih dari satu orang atau organisasi sehingga tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(28)

15 memungkinkan apabila seluruh pemilik menjalankan operasi perusahaan (Kartika, 2006). Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, maka pemegang saham atau investor menyewa pihak ketiga atau untuk menjalankan perusahaan.

Agen melakukan pengelolaan perusahaan dimana para manajer bertanggung jawab terhadap pengambilan keputusan strategis dalam operasional sehari-hari perusahaan (Kartika, 2006). Kinerja manajer ini nantinya akan dipertanggungjawabkan pada pemegang saham. Pemisahan fungsi kepemilikan dan pengambilan keputusan dimana investor menyewa agen untuk bekerja demi kepentingan prinsipal ini memiliki kelemahan yakni menimbulkan hubungan agensi (Jensen and Meckling,1976).

Struktur kepemilikan mencerminkan persentase jumlah saham yang dimiliki dari seluruh jumlah saham yang ada dalam perusahaan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menyelaraskan antara kepentingan pemilik dan manajemen adalah dengan melibatkan manajemen dalam struktur kepemilikan saham yang cukup besar. (Fatmariani, 2008).

2.1.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan suatu kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan itu sendiri yang dapat diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki manajerial dari keseluruhan persentase saham perusahaan yang ada (Sujono dan Soebiantoro, 2007). Kepemilikan merupakan salah satu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(29)

16 faktor internal perusahaan guna mencapai kemajuan perusahaan. Demikian juga menurut (Wahidahwati, 2002), kepemilikan manajerial merupakan pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan, yakni direktur dan komisaris. Kepemilikan manajerial diukur dari jumlah presentase saham yang dimiliki manajer. Alat untuk mengukur kepemilikan manajer dapat diukur dari persentase kepemilikan saham oleh manajer perusahaan atas perusahaan yang berangkutan.

Adapun menurut Marcus, Kane dan Bodie (2006), menjelaskan bahwa kepemilikan manajerial di kemudian hari akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemegang saham (outsiders ownership), sehingga akan memperoleh manfaat langsung dari keputusan yang diambil serta menanggung kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah. Pernyataan tersebut didukung dengan pernyataan bahwa semakin besar proporsi kepemilikan manajemen pada perusahaan, maka manajemen cenderung akan lebih memfokuskan diri pada pemegang saham yang merupakan manajerial itu sendiri, kepentingan pemegang saham juga setara dengan kepentingan manajerial perusahaan.

Sedangkan menurut Lemons dan Lins (2001), semakin tinggi persentase kepemilikan manajerial akan menurunkan nilai pasar perusahaan. Penurunan ini disebabkan karena tindakan yang dilakukan oleh pemegang saham manajerial yang mengambil keputusan untuk lebih menguntungkan pihak manajerial perusahaan, sehingga upaya untuk peniengkatan saham dan lain sebagainya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(30)

17 dengan tujuan meningkatkan nilai perusahaan diabaikan oleh perusahaan. Untuk mengatasi hal ini dapat dengan agensi dan institusi pihak ketiga.

2.1.3 Kepemilikan Institusional

Institusi merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang dilakukan, daladm hal ini termasuk investasi saham. Pada umumnya, institusi menyerahkan tanggung jawab kepada divisi tertentu untuk mengelola investasi perusahaan. Keberadaan institusi yang memantau secara profesional perkembangan investasinya menyebabkan tingkat pengendalian terhadap tindakan manajemen sangat tinggi sehingga potensi kecurangan dapat ditekan (Lastanti, 2005).

Kepemilikan Institusional adalah kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et. al dalam Winanda 2009). Dengan adanya kepemilikan institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan terhadap kinerja manajemen agar lebih optimal. Hal ini disebabkan kepemilikan saham institusional memiliki kekuatan atau wewenang yang memungkinkan untuk mendukung atau menolak kinerja manajerial perusahaan.

Menurut Shleifer and Vishny (dalam Barnae dan Rubin, 2005) bahwa instansi-instansi dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk memantau pengambilan keputusan perusahaan. Begitu pula penelitian yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(31)

18 dilakukan oleh Winanda (2009) menyimpulkan bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.

Semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham (Solomon dalam Yuniningsih, 2010). Hal ini disebabkan apabila tingkat kepemilikan manajerial tinggi, dapat menimbulkan masalah pertahanan yang berdampak buruk pada perusahaan, dapat diartikan juga bahwa apabila kepemilikan manajerial tinggi, maka para manajer memiliki posisi yang kuat untuk melakukan suatu kontrol terhadap perusahaan dan pihak pemegang saham eksternal akan mengalami kesulitan untuk mengendalikan tindakan para manajer tersebut.

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi tindakan manajer dalam melakukan manajemen laba. Hal tersebut dikarenakan investor institusional merupakan investor yang bepengalaman dan memiliki informasi yang memadai tentang perusahaan sehingga manipulasi laba yang disebabkan oleh adanya asimetri informasi dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(32)

19 dikurangi. Selain itu biasanya investor institusional lebih mementingkan kinerja perusahaan jangka panjang sehingga manajer tidak akan mempunyai insentif untuk mengatur laba sekarang.

Menurut Midiastuty (2003), kepemilikan saham oleh investor institusional dapat menjadi kendala bagi perilaku oportunistik manajemen yang memanfaatkan manajemen laba untuk kepentingan pribadinya, yang mungkin mengabaikan kepentingan pihak lain atau bahkan merugikan pihak lainnya. Dengan adanya kepemilikan saham oleh pihak investor institusional, pengawasan akan tindakan manipulasi laba yang dilakukan oleh manajer dinilai akan lebih efektif sehingga dapat meminimalisir kerugian akibat manipulasi laba yang dilakukan tersebut. Oleh sebab itu, kepemilikan institusional dapat dikatakan sebagai mekanisme good corporate governance (GCG), mengingat bahwa fungsi monitoring yang ada pada pihak investor institusional dapat menjamin bahwa tindakan manjerial yang dilakukan juga akan mementingkan kepentingan pemegang saham.

Begitu pula menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan institusional memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor institusional dianggap mampu menjadi mekanisme pengawasanyang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor institusional terlibat dalam pengambilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(33)

20 yang strategis sehingga tidak mudah percaya terhadap tindakan manipulasi labamanajer.

2.1.4 Kebijakan Hutang

Hutang didefinisikan sebagai semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang belum terpenuhi. Hutang perusahaan juga merupakan salah satu mekanisme untuk menyatukan kepentingan manajer dengan pemegang saham, hutang memberikan sinyal tentang status kondisi keuangan perusahaanuntuk memenuhi kewajibannya. Keputusan pendanaan perusahaan menyangkut keputusan tentang bentuk dan komposisi pendanaan yang akan dipergunakan oleh perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan dan di luar perusahaan. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat bersumber dari modal sendiri dan atau melalui hutang. Hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya (Dharmastuti et al., dalam Wahyu, 2011).

Kebijakan hutang adalah kebijakan serta panduan yang harus diikuti oleh pemberi kredit ketika mamberikan hutang (dalam buku The Bigg Picture, Edisi: 4, September 2001). Contoh dari kebijakan hutang mencakup jumlah maksimum hutang, jadwal jatuh tempo hutang, jenis-jenis hutang, dan tujuan hutang. Kebijakan hutang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan, dimana kebijakan hutang merupakan salah satu bagian dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(34)

21 kebijakan pendanaan perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan bagi perusahaan sehingga dapat digunakan untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan (Riyanto. dalam Aprilliana, 2011). Beliau juga menambahkan bahwa kebijakan hutang perusahan juga berfungsi sebagai mekanisme monitoring terhadap tindakan manajer yang dilakukan dalam pengelolaan perusahaan.

Keputusan pembiayaan atau pendanaan perusahaan akan dapat mempengaruhi struktur modal perusahaan. Sumber pendanaan dapat diperoleh dari modal internal dan modal eksternal. Modal internal berasal dari laba ditahan, sedangkan modal eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur dan pemilik, peserta atau pengambil bagian didalam perusahaan. Modal yang berasal dari kreditur adalah merupakan hutang perusahaan. Modal ini sering disebut dengan pembelanjaan asing atau hutang (Riyanto dalam Aprilliana, 2011).

Menurut Jensen dan Meckling (dalam Wahyu, 2011), bahwa penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Di sisi lain Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan risiko kebangkrutan (Crutchley dan Hansen, 1999). Hal ini dikarenakan perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(35)

22 bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Di sisi lain, apabila manajer tidak mampu memenuhi kewajiban atas penggunaan hutang maka perusahaan akan berisiko kebangkrutan sehingga pada gilirannya akan mengancam posisi manajer.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang menurut Mamduh ( 2004) adalah sebagai berikut:

1. NDT (Non-Debt Tax Shield)

Manfaat dari penggunaan hutang adalah bunga hutang yang dapat digunakan untuk mengurangi pajak perusahaan. Namun untuk mengurangi pajak, perusahaan dapat menggunakan cara lain seperti depresiasi dan dana pensiun. Dengan demikian, perusahaan dengan NDT tinggi tidak perlu menggunakan hutang yang tinggi.

2. Struktur Aktiva

Besarnya aktiva tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan hutang. Perusahaan yang memiliki aktiva tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar karena aktiva tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.

3. Profitabilitas

Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasinya akan menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(36)

23 4. Risiko Bisnis

Perusahaan yang memiliki risiko bisnis yang tinggi akan menggunakan hutang yang lebih kecil untuk menghindari risiko kebangkrutan.

5. Struktur Kepemilikan Institusional

Perusahaan yang besar cenderung terdiversifikasi sehingga menurunkan risiko kebangkrutan. Di samping itu, perusahaan yang besar lebih mudah dalam mendapatkan pendanaan eksternal.

6. Kondisi InternalPerusahaan

Kondisi internal perusahaan menentukan kebijakan penggunaan hutang dalam suatu perusahaan. Kondisi ini terutama pada manajerial perusahaan yang menjalankan aktivitas utama perusahaan.

2.1.5 Teori Keagenan

Menurut Jensen dan Smith (1984), teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dengan agents.

Principals merupakan pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain. Dan

agent merupakan pihak yang diberikan mandat untuk melakukan semua

kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan. Menurut Arief (2006), teori agensi atau juga disebut teori keagenan merupakan basis teori yang menjadi dasar praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(37)

24 adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang atau agensi, yaitu manajer.

Pemisahan pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency Theory (teori keagenan). Teori ini merupakan salah satu teori yang muncul dalam perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia dalam model ekonomi. Teori agensi mendasarkan hubungan kontrak antara pemegang saham/pemilik dan manajemen/manajer. Menurut teori ini hubungan antara pemilik dan manajer pada hakekatnya sukar tercipta karena adanya kepentingan yang saling bertentangan.

Dalam kaitannya dengan kepemilikan, terdapat dua masalah keagenan, yaitu masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham (Jensen dan Meckling, 1976) dan masalah keagenan antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas (Shleifer dan Vishny dalam Wahyu, 2011).

Masalah keagenan pertama terjadi pada saat kepemilikan saham terbagi antara manajerial dengan pemegang saham namun pemegang saham secara individual tidak dapat mengendalikan manajemen. Akibatnya perusahaan dijalankan dengan lebih mementingkan kepentingan manajerial perusahaan itu sendiri yang kemudian dapat merugikan pihak pemegang saham. Masalah keagenan kedua terjadi pada saat terdapat pemegang saham mayoritas memiliki persentase yang lebih besar daripada manajerial maupun pemegang saham lainnya, sehingga terdapat kejadian pemegang saham mayoritas yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(38)

25 mengendalikan manajemen untuk kepentingan pemegang saham itu sendiri, yang memungkinkan pemegang saham mengalami kerugian yang cukup besar

Sedangkan hubungan agensi antara pihak principal dengan pihak agent

berada pada hubungan dimana pihak principal menyewa pihak agent untuk bertindak memperjuangkan hak nya di dalam perusahaan. Principal dalam kasus ini adalah pemegang saham, akan menfasilitasi agent untuk bertindak sebagai perwakilan dari principal dan mempercayakan kepentingannya kepada

agent. Sedangkan agent mendapatkan imbalan berupa gaji, bonus, atau dalam

bentuk kompensasi lainnya. Biaya yang dikeluarkan untuk memonitor kinerja manajerial ini lah yang disebut dengan biaya agensi atau agency cost.

2.1.6 Variabel Kontrol

Menurut Nazir (2008), variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Dengan demikian, variabel adalah merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Secara teori, definisi variabel penelitian adalah merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan. Pada intinya, variabel adalah merupakan objek yang berbentuk apa saja yang ditentukan oleh peneliti dengan tujuan untuk memperoleh informasi agar bisa ditarik suatu kesimpulan. Secara teori,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(39)

26 definisi variabel penelitian adalah merupakan suatu objek, atau sifat, atau atribut atau nilai dari orang, atau kegiatan yang mempunyai bermacam-macam variasi antara satu dengan lainnya yang ditetapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.Variabel terbagi atas variabel indipenden atau variabel bebas, variabel dependen atau variabel terikat, variabel moderator atau variabel statistik, variabel intervening, dan variabel kontrol.

Variabel kontrol dapat juga diartikan sebagai variabel yang dikendalikan atau variabel konstan. Adapun pengaruh oleh faktor luar yang tidak diteliti. Jika akan melakukan penelitian yang sifatnya perbandingan atau komparatif biasanya peneliti menggunakan variabel kontrol.Variabel kontrol kualitas dan kuantitasnya dapat dikendalikan oleh peneliti sesuai dengan jangka waktu dan luas tempat yang diinginkan penulis.

Dalam penelitian ini digunakan variabel kontrol berupa: 1. Ukuran Perusahaan

2. Dividend Payout Ratio (DPR)

3. Gross Profit Margin (GPM)

4. Operating Profit Margin (OPM)

5. Net Profit Margin (NPM)

6. Return On Asset (ROA)

7. Return On Equity (ROE)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(40)

27 2.1.6.1 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan rata–rata total penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan sampai beberapa tahun. Apabila penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh jumlah pendapatan sebelum pajak. Sebaliknya jika penjualan lebih kecil daripada biaya variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian (Brigham dan Houston, 2001).

Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses yang lebih besar untuk mendapat sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk memperoleh pinjaman dari krediturpun akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki probabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan atau bertahan dalam industri sehingga dianggap lebih mampu melunasi kredit yang akan diebrikan kepadanya. Sebaliknya, perusahaan dengan skala kecil lebih fleksibel dalam menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak dan memiliki kemungkinan yang besar dalam ketidakmampuan dalam bertahan. Oleh sebab itu, dapat juga dikatakan bahwa tingkat leverage pada perusahaan besar akan lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa besar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal. Pandangan ini didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan, akan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga perusahaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(41)

28 tersebut lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli diketahui bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh yang positif, yang berarti kenaikan ukuran perusahaan akan diikuti dengan kenaikkan struktur modal.

2.1.6.2Dividend Payout Ratio (DPR)

Secara ringkas bisa dijelaskan bahwa Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham. Dan secara garis besar dapat dihitung dengan membandingkan nilai dividen yang dibagikan per saham dengan dengan nilai laba bersih per saham.

Sedangkan menurut Sartono (2001), rasio pembayaran dividen (dividend

payout ratio) adalah persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen,

atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham. Rasio pembayaran dividen dapat dirumuskan dengan membandingkan dividen per lembar saham dengan laba per lembar sahamnya yang kemudian dituliskan dalam bentuk persen (Zaki Baridwan, 2004).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(42)

29 2.1.6.3 Gross Profit Margin (GPM)

Menurut Kown (2004), rasio keuangan setidaknya dapat memberikan jawaban atas empat pertanyaan yaitu bagaimana likuiditas perusahaan yang diteliti; apakah manajemen efektif menghasilkan laba operasi atas aktiva; bagaimana perusahaan terkait didanai seutuhnya; serta apakah pemegang saham biasa mendapatkan tingkat pengembalian yang cukup.

Hal ini disebabkan sulitnya mendapatkan rata – rata pembanding yang tepat bagi perusahaan yang mengoperasikan beberapa divisi yang berbeda pada industri yang berlainan. Sebagai salah satu bentuk informasi yang relevan dan kegunaanya yang efektif dalam menganalisa rasio dalam pengambilan keputusan. Dalam melakukan analisa, penganalisa dapat menggunakan dua macam perbandingan yaitu :

1. Membandingkan rasio sekarang dengan rasio – rasio yang lalu atau dengan rasio – rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.

2. Membandingkan rasio perusahaan dengan rasio –rasio yang sejenis dengan perusahaan lain yang sejenis, dan pada waktu yang sama.

Adapun gross profit margin merupakan perandingan antar penjualan bersih dikurangi dengan harga pokok penjualan dengan tingkat penjualan, rasio ini menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai dari jumlah penjualan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu dengan hasil pembagian laba kotor dengan penjualan bersih.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(43)

30 2.1.6.4 Operating Profit Margin (OPM)

Operating profit margin digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Operating profit margin

mengukur persentase dari profit yang diperoleh perusahaan dari tiap penjualan sebelum dikurangi dengan biaya bunga dan pajak. Pada umumnya semakin tinggi rasio ini maka semakin baik.

2.1.6.5 Net Profit Margin (NPM)

Net profit margin atau margin laba bersih merupakan rasio yang

digunakan untuk mengukur laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.Rasio ini dapat dihitung dengan cara mmbagi laba setelah pajak dengan penjualan bersih.

2.1.6.6 Return On Assets (ROA)

Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur efektivitas

perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya dengan tanpa mengindahkan dari sumber mana modal tersebut berasal atau keseluruhan modal (Djarwanto, 2002). ROA mengukur kemampuan manajemen dan efisiensi dalam menggunakan aset perusahaan untuk menghasilkan keuntungan serta melaporkan total pengembalian yang diperoleh untuk semua penyedia modal.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(44)

31

Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan untuk beroperasi mampu memberikan laba kepada perusahaan. Sebaliknya apabila return on assets memiliki nilai yang negatif maka akan menunjukkan bahwa dari total aktiva yang digunakan, oleh perusahaan mengalami kerugian. Sehingga jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang tinggi yang positif maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan modal sendiri. Tetapi sebaliknya, jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak menghasilkan laba maka akan menghambat pertumbuhan modal sendiri.

2.1.6.7 Return On Equity (ROE)

Return on Equity (ROE), yaitu indikator kemampuan suatu unit usaha

dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih. Rasio ini menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan modal sendiri yang digunakan perusahaan. Yang dianggap modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham preferen dan cadangan-cadangan lain. Return On Equity diperoleh dari Net Income after tax dibagi equity. Semakin tinggi rasio ini menandakan kinerja perusahaan semakin baik atau efisien, nilai equity perusahaan akan meningkat dengan peningkatan rasio ini. Return On Equity

(ROE) yaitu rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(45)

32 2.2 Penelitian Terdahulu

Adapun beberapa penelitian terbaru mengenai pengaruh kepemilikan terhadap kebijakan hutang yang dilakukan oleh Wahidahwati (2001), mencakup analisis pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional pada kebijakan hutang perusahaan, dengan variabel mencakup control size, dividend payout, asset, earning volatility dan stock volatility. Penelitian ini dilakukan pada 61 perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun 1995 sampai dengan tahun 1996. Hasil penelitian menunjukkan bahwa managerial ownership dan institutional ownership berpengaruh negatif signifikan terhadap debt ratio.

Penelitian lain dilakukan oleh Wahidahwati (2002) untuk menganalisis persamaan simultan non-linear dari kepemilikan manajerial, penerimaan resiko (risk taking), kebijakan hutang serta kebijakan deviden yang merupakan bagian dari konflik agensi.Objek yang diriset mencakup 103 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 1993 sampai dengan tahun 1996. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial dan risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan sedangkan kebijakan dividen berpengaruh negatif namun tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Ismiyanti dan Hanafi (2003) dengan penelitiannya terhadap 136 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 1998-2001 dengan persamaan Three Stage Least Square (3SLS) menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sama-sama mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(46)

33 hubungan yang positif signifikan terhadap kebijakan hutang. Adapun penelitian yang dilakukan Priyono Widodo (2005), yang menyatakan bahwa baik kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, menggunakan sampel berupa 88 perusahaan jasa yang terdaftar di BEI pada tahun 2000-2002 dengan regesi berganda.

Pendapat yang berbeda lagi dari penelitian Putri dan Nasir (2006) yang menyimpulkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan tetapi hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh signifikan. Sementara kebijakan pengambilan risiko, free cash flow, dan profitabilitas memiliki arah koefisien negatif tetapi hanya variabel kebijakan pengambilan risiko dan free

cash flow yang bepengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan,

yang diperkuat pernyataannya melalui penelitian yang dilakukan oleh Imanda dan Mohammad Nasir (2006) yang meneliti 16 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ pada tahun 2000-2004 dengan regesi persamaan Two Stage

Least Square (2SLS), yang kemudian mendapatkan kesimpulan bahwa

kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan tetapi hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh secara signifikan.

Bagus Guntur Wahyu (2011) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(47)

34 kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang menggunakan objek riset berupa 135 perusahaan yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2007. Penelitian yang menggunakan empat variabel kontrol berupa ukuran perusahaan, struktur aktiva, volidalitas saham, serta volidalitas pendapatan menghasilkan penelitian ini memperlihatkan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan volatilitas pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Variabel Hasil Riset

Wahidahwati (2001) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Theory Agency.”

Variabel Indipenden - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional Variabel Dependen

- Kebijakan Hutang Variabel Kontrol - Size

- Devidend Payout - Asset

- Earning volatility

Kepemilikan institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap

debt ratio.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(48)

35 Lanjutan dari Tabel 2.1 Wahidahwati

(2002)

“Kepemilikan Manajerial Dan

Agency Conflict: Analisis Persamaan Simultan Non Linear dari Kepemilikan Manajerial,

Penerimaan Resiko (Risk Taking), Kebijakan Utang dan Kebijakan Deviden”

Variabel Endogen - Kepamilikan Manajerial - Resiko

- Hutang - Dividen Variabel Eksogen - Kepemilikan Manajerial - Risiko

- Hutang - Deviden - Equity - Asset

- Pembelanjaan Modal - Kepemilikan Institusional - ROA

- Growth - Leverage

Kepemilikan Manajerial dan risiko berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan sedangkan kebijakan dividen

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan. Ismiyanti dan Hanafi (2003) “Persamaan Simultan antara Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen.”

Variabel Endogen - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Hutang

- Risiko - DPR

Variabel Eksogen - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Hutang

- Risiko - DPR - ROA - IOS

Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional sama-sama mempunyai hubungan yang positif signifikan terhadap kebijakan hutang.

Priyono Widodo (2005)

“Pengaruh Managerial Ownership, Institusional Ownership dan Growth Terhadap Debt Ratio pada Perusahaan Jasa”

Variabel Indipenden - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Growth

Kepemilikan manajerialdan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Putri dan Nasir (2006)

“ Hubungan antara Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Dividen, Kebijakan Pengambilan Risiko, Free Cash Flow, Profitabilitas, dan Kebijakan Hutang.”

Variabel Indipenden - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional Variabel Kontrol

- Kebijakan Hutang

Kepemilikan manajerial yang berpengaruh positif signifikan. Sementara variabel kebijakan pengambilan risiko dan free cash flow yang bepengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(49)

36 Lanjutan dari Tabel 2.1 Imanda dan Mohammad Nasir (2006) “Analisis Persamaan Simultan: Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang, dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif Teori Keagenan” Variabel Endogen - Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Risiko

- Kebijakan Hutang - Kebijakan Deviden Variabel Eksogen

- Kepemilikan Manajerial - Kepemilikan Institusional - Risiko

- Kebijakan Hutang - Kebijakan Deviden - Dividend Payout Ratio - Free cash flow

- Set Kesempatan Investasi - Rasio Laba Operasi - Rasio Aktiva Tetap - Ukuran Perusahaan - Total Ekuitas Perusahaan - Level Pembelanjaan Modal

Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, dan Kebijakan Dividen berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang

perusahaan tetapi hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh secara signifikan. Bagus Guntur Wahyu (2011) “Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur”

Variabel Kontrol - Ukuran Perusahaan - Struktur Aktiva - Volidalitas Pendapatan - Volidalitas Saham

Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Namun variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan dan volatilitas pendapatan memiliki pengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

2.3 Kerangka Konseptual

Dengan demikian, penelitian ini bertujuan menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang. Penelitian ini mengambil variabel-variabel yang mencakup variabel indipenden yang terdiri atas kepemilikan manajerial (x1) dan kepemilikan institusional (x2); variabel kontrol yang meliputi ukuran perusahaan (x3), dividend payout ratio

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(50)

37 atau rasio pembayaran dividen (x4), gross profit margin (x5), operating profit

margin (x6), net profit margin (x7), return on asset (ROA) atau laba atas penjualan (x8), serta return on equity (ROE) (x9) terhadap variabel dependen yaitu kebijakan hutang (y).

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.3.1 Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang

Menurut Jensen dan Meckling (1976), manajerial perusahaan cenderung meninggikan tingkat hutang sebagai pemenuhan kepentingan operasional maupun manajerial perusahaan. Dana ini seharusnya digunakan untuk meningkatkan nilai perusahaan, yang ditujukan untuk menguntungkan pihak-pihak terkait dengan jual beli saham, termasuk para investor. Sehingga tindakan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(51)

38 manajerial dalam hal ini dianggap kurang bijaksana oleh investor, sebab nilai perusahaan tidak akan meningkat sesuai harapan investor. Kepemilikan manajerial akan mensejajarkan kepentingan manajemen dan pemilik, sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan akan merasakan kerugian sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan yang salah (dalam Bagus,2011).

Perusahaan dengan presentase kepemilikan manajerial yang tinggi mempunyai kuasa untuk mengurangi hutang perusahaan. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan lebih rentan dalam mengalami kebangkrutan. Dengan demikian maka manajer akan berusaha mengurangi penggunaan hutang sehingga tingkat hutang perusahaan tetap rendah. Kepemilikan manajerial yang tinggi juga akan memberikan kuasa penuh manajerial dalam perusahaan bahkan mampu menekan prilaku kepemilikan institusional perusahaan yang bersifat eksternal yang memiliki presentase kepemilikan yang rendah.

2.3.2 Hubungan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang

Menurut Jensen dan Meckling (1976), perusahaan dengan kepemilikan institusional yang semakin tinggi, akan menyebabkan kontrol eksternal terhadap perusahaan semakin kuat, sehingga dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini juga didukung dari penelitian yang dilakukan oleh Wahidahwati (2001), yang menyatakan kepemilikan institusional yang besar akan dapat memonitor penggunaan hutang secara optimal. Kepemilikan institusional yang besar akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(52)

39 memberikan kuasa yang besar pula pada pihak eksternal yang mengutamakan keuntungan dana dari investasi yang ditanamkan pada perusahaan. Sedangkan biaya keagenan yang menjadi minimal sebab jasa agensi yang diperlukan untuk mewakili suara pemegang saham juga terkurangi yang dikarenakan besarnya suara pemegang saham dalam perusahaan sehingga mampu untuk mngawasi jalannya aktivitas pada perusahan. Biaya keagenan yang minimal juga akan meminimalisir perusahaan dari resiko kebangkrutan.

Berdasarkan pada teori oportunistik manajemen yang mengungkapkan bahwa manajerial cenderung untuk mengolah perusahaan pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang mengarah kepada keuntungan manajerial, Nuringsih (2006) menyebutkan bahwa dengan adanya kepemilikan institusional akan mengurangi kegiatan oportunistik yang dilakukan oleh manajerial serta perilaku manajerial juga akan lebih terkontrol dengan baik. Adanya pengaruh eksternal perusahaan yang mengawasi akan meminimalisir penggunaan tingkat hutang yang tinggi yang kemudian akan mengurangi perusahaan dalam risiko kebangkrutan.

2.4 Hipotesis

Penelitian ini ditujukan untuk membuktikan hipotesa-hipotesa yang dilakukan oleh penelitian terdahulu pada sampel penelitian byagn berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(53)

40 H1 = Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

H2 = Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional mempunyai hubungan yang positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang.

H3 = Kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang perusahaan tetapi hanya kepemilikan manajerial yang berpengaruh signifikan.

H4 = Adanya hubungan negatif antara kepemilikan manajerial dengan hutang dalam mekanisme pengawasan masalah agensi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(54)

41 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian experimen. Penelitian experimen atau yang biasa disebut dengan penelitian pengaruh ditujukan untuk mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Jenis penelitian ini menguji variabel independen terhadap variabel dependen. Ciri utama dari penelitian eksperimen adalah meneliti hubungan sebab akibat dalam situasi yang terkontrol ketat, yang kemudian memunculkan sesuatu agar terjadi. Karakteristik desain jenis ini yaitu variabel independen cenderung menentukan intensitas variabel dependen; dapat menjelaskan mekasnisme perubahan, namun bukan sebagai penyebab langsung, dan menggunakan salah satu diantara jenis desain true experimental, quasy experimental, atau pre-experimental (Al Ummah, 1943).

Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial dan institusional yang dihitung melalui empat variabel dengan melakukan uji asumsi klasik dan uji hipotesis yang menghasilkan angka-angka dalam skala tertentu terhadap kebijakan hutang pada perusahaan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(55)

42

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui situs sampai dengan Desember 2013.

3.3 Batasan Operasional

Adapun yang menjadi batasan operasional penelitian penulis adalah : 1. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan properti yang terdaftar di

BEI selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

2. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah di audit yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.

3. Perusahaan sampel memiliki data laporan keuangan yang lengkap untuk digunakan sebagai objek penelitian.

3.4 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Menurut Indriantoro dan Supomo (2002), variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari variabel dependen yang disimbolkan dengan simbol Y, variabel independen dan variabel kontrol yang disimbolkan dengan simbol X.


(56)

43 Variabel dependen atau variabel bebas adalah variabel yang dipengaruhi oleh adanya variabel independen. Besarnya perubahan pada variabel dependen tergantung pada besaran variabel independen. Perubahan pada variabel independen sebesar koefisien tertentu diharapkan akan mendapatkan perubahan output yang sama pada variabel dependen. Penelitian ini menggunakan variabel dependen berupa kebijakan hutang yang disimbolkan dengan (DEBT). (DEBT) diperoleh dari hasil pembagian antara jumlah hutang jangka panjang dengan hasil penjumlahan hutang jangka panjang dan equity. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan hutang perusahaan. (Wahidahwati, 2001).

Variabel independen atau variabel bebas atau variabel eksogen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, yang mengubah angka ataupun membentuk pola output yang signifikan. Penelitian ini menggunakan variabel independen berupa kepemilikan manajerial yang disimbolkan dengan (MOWN) dan kepemilikan institusional yang sisimbilkan dengan (IOWN). Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh pihak manajemen perusahaan itu sendiri. (MOWN) diukur dari jumlah persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan oleh direktur dan komisaris (Wahidahwati, 2001). Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor institutional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun kepemilikan lembaga dan perusahaan lain. (IOWN) diukur dari jumlah


(57)

44 persentase saham yang dimiliki oleh institusional pada akhir tahun. (Wahidahwati, 2001)

Variabel kontrol dapat didefinisikan sebagai variabel yang mengendalikan dan merupakan variabel yang bersifat konstan, sehingga pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen akan tergantung, yakni tidak dapat dipengaruhi lebih lanjut oleh faktor luar yang tidak termasuk dalam penelitian. Variabel kontrol pada umumnya digunakan pada penelitian yang bersifat perbandingan atau bersifat komparatif. Penelitian ini menggunakan variabel kontrol berupa ukuran perusahaan yang diberi simbol (SIZE), Dividend Payout Ratio yang diberi simbol (DPR), Gross Profit Margin

dengan simbol (GPM), Operating Profit Margin yang diberi simbol (OPM),

Net Profit Margin yang diberi simbol (NPM), serta Return On Asset dengan simbol (ROA) dan Return On Equity yang diberi simbol (ROE), Ukuran perusahaan merupakan rata-rata total penjualan bersih pada beberapa tahun. (SIZE) dapat diukur dengan memakai natural log of sales sebagai proxy dari (SIZE) (Titman Wessels, dan Moh’d, et al. dalam Wahidahwati, 2001). Rasio pembayaran dividen merupakan ukuran tingkat dividen yang dibagikan. (DPR) dihitung dengan membandingkan antara dividen yang dibagikan dengan laba perusahaan. Dalam menentukan indikator kinerja keuangan, ada lima rasio keuangan yang dijadikan indikator kinerja perusahaan yang akan diuji dalam penelitian ini. Rasio-rasio keuangan tersebut sebelumnya merupakan data-data yang masih memerlukan pengolahan terlebihdahulu sebelum pada akhirnya


(58)

45 layak untuk diuji. Ke-enam variabel rasio keuangan tersebut yaitu: Return on

Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Gross Profit Margin (GPM),

Operating Profit Margin (OPM), serta Net Profit Margin (NPM).

(GPM) digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan mendapatkan laba bruto per rupiah penjualan yang dihitung dengan perbandingan hasil pengurangan pendapatan operasi dan beban operasi dengan pendapatan operasi. (OPM) dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba operasi sebelum bunga dan pajak yang dihasilkan oleh setiap rupiah penjualan yang dihitung dengan perbandingan laba operasi dengan total penjualan. (NPM) digunakan untuk mengukur keuntungan netto atau laba bersih per rupiah penjualan. Semakin besar angka yang dihasilkan, menunjukan kinerja yang semakin baik, yang didapat dari rasio perbandingan laba bersih setelah pajak dengan total penjualan.

(ROA) adalah rasio keuntungan bersih pajak yang juga berarti suatu ukutan untuk menilai seberapa besar ingkat pengembalian dari aset yang dimiliki perusahaan (Riyanto, 1997). (ROA) dihitung dengan membandingkan laba bersih setelah pajak dengan total aset rata-rata. (ROE) merupakan perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya


(1)

Lampiran 2.6 Data Variabel Kebijakan Hutang (y)

No

Sam

pe

l

Pe

r

us

ah

aan

T

ah

un

To

ta

l

K

e

w

a

ji

ba

n

J

an

gk

a

P

a

nj

a

n

g

(d

a

la

m

ju

ta

a

n

R

upi

a

h)

To

ta

l Ek

u

ita

s

(da

la

m

j

ut

a

a

n

R

upia

h)

T ot al K e w aji ban Jan gk a P an jan g + T otal E kui ta s (d alam j u taan R upi ah )

Ke

b

ij

a

ka

n

H

ut

a

ng

(da

la

m

p

ersen

ta

se)

1. APLN

2010

4,547,895

6,348,903

10,896,798

0.004174

2011

3,245,490

5,301,268

8,546,758

0.003797

2012

2,048,675

4,215,808

6,264,483

0.00327

2. CTRA

2010

2,038,845

8,480,744

10,519,589

0.001938

2011

1,668,291

7,647,434

9,315,725

0.001791

2012

1,155,003

7,252,143

8,407,146

0.001374

3. DILD

2010

975,083

3,624,155

4,599,238

0.00212

2011

1,892,907

3,799.002

1,896,706

0.00998

2012

2,140,815

3,950,935

6,091,750

0.003514

4. JRPT

2010

213,385

1,625,119

1,838,504

0.001161

2011

327,554

1,900,318

2,227,872

0.00147

2012

409,549

2,221,428

2,630,977

0.001557

5. LAMI

2010

375,632

228,895

604,527

0.006214

2011

308,265

283,713

591,978

0.005207

2012

309,948

290,234

600,182

0.005164

6. MTSM

2010

8,336

79,434

87,770

0.00095

2011

7,988

88,178

96,166

0.000831

2012

8,410

88,351

96,761

0.000869

7. PWON

2010

1,830,441

2,026,576

3,857,017

0.004746

2011

2,121,498

2,373,135

4,494,633

0.00472

2012

2,412,996

3,134,535

5,547,531

0.00435

8. PTPP

2010

453,129

1,261,842

1,714,971

0.002642

2011

411,977

1,425,439

1,837,416

0.002242

2012

862,659

1,655,849

2,518,508

0.003425

9. SMRA

2010

1,574,433

2,157,533

3,731,966

0.004219

2011

2,049,646

2,477,099

4,526,745

0.004528

2012

1,863,496

3,815,399

5,678,895

0.003281

10 WIKA

2010

727,510

1,916,768

2,644,278

0.002751

2011

976,395

2,219,376

3,195,771

0.003055

2012

1,603,576

2,814,006

4,417,582

0.003629


(2)

LAMPIRAN III

STATISTIK DESKRIPTIF

Lampiran 3 Tabel Statistik Deskriptif

Sumber: Output SPSS (2014)

LAMPIRAN IV

UJI NORMALITAS

Sumber: Output SPSS (2014)

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kepemilikan

Manajerial

30 0.001 5.470 2.4688 4.654

Kepemilikan

Institusional

30 31.770 92.886 64.412 62.806

Kebijakan hutang

30 0.00081 0.00472 0.000364 0.00564


(3)

Sumber: Output SPSS (2014)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 30

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .18617265

Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .096

Negative -.084

Kolmogorov-Smirnov Z .527

Asymp. Sig. (2-tailed)

.944

a. Test distribution is Normal.


(4)

LAMPIRAN V

UJI HETEROSKEDASITITAS, UJI AUTOKORELASI

DAN UJI MULTIKOLINEARITAS

Lampiran 5.1

UJI HETEROSKEDASITITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.148 1.070 8.551 .000

KepemilikanInstitusional .005 .002 530 2.551 .017 KepemilikanManajerial .131 .210 .129 6.230 .438 a. Dependent Variable: KebijakanHutang


(5)

Lampiran 5.2

UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .468a .219 .161 .19294 2.191

a. Predictors: (Constant), KepemilikanManajerial, KepemilikanInstitusional b. Dependent Variable: KebijakanHutang

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Lampiran 5.3

UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant)

9.148 1.070 8.551 .000

Kepemilikan

Institusional .005 .002 .530 2.551 .017 .470 1.492 Kepemilikan

Manajerial .131 .210 .129 6.230 .438 .470 1.492

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

LAMPIRAN VI

UJI HIPOTESIS

(UJI F, UJI T, UJI R

2

)

Lampiran 6.1.

UJI F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression .282 2 .141 3.783 .036a

Residual 1.005 27 .037

Total

1.287 29

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional b. Dependent Variable: KebijakanHutang


(6)

Lampiran 6.2

UJI T (Uji Secara Parsial)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 9.148 1.070 8.551 .000

KepemilikanInstitusional .005 .002 .530 2.551 .017 KepemilikanManajerial .131 .210 .129 6.230 .0438 a. Dependent Variable: KebijakanHutang

Sumber: Hasil Penelitian, 2013 (Data diolah)

Lampiran 6.3 UJI R

2

Koefisien Determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .926a .867 .867 1.1766

a. Predictors: (Constant), Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional b. Dependent Variable: KebijakanHutang


Dokumen yang terkait

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 99 107

PENGARUH INVESTASI, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDO

1 20 106

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN HUTANG, PROFITABILITAS, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN PERUSAHAAN (STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

2 8 124

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

1 2 14

PENDAHULUAN Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 12

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG Pengaruh Kepemilikan Manajerial Dan Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 5 13

Pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang perusahaan : studi empiris perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2009-2011.

0 1 130

PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KEBIJAKAN DIVIDEN, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 0 131

KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN INSTITUSIONAL PENGARUHNYA TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN HUTANG, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2008-2011

0 0 14