Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN

PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE

2008-2012

OLEH

FANDI ARYA PRATAMA

100503022

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI

DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul “ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAPA KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2008-2012” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan akademik pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga, atau yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin dan dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan penulisan etika ilmiah. Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi saya, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Januari 2014 Yang membuat pernyataan,

NIM : 100503022 Fandi Arya Pratama


(3)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAPA KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2008-2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah free cash flow, struktur aset dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data

sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 21.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, free cash flow, strukur aset dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Sementara secara parsial, free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, namun struktur aset dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.. Nilai R Square

adalah 0.119 mengindikasikan bahwa 11,90% perubahan dalam kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, sedangkan sisanya 88,10% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

Kata kunci: Arus Kas Bebas, Struktur Aset, Profitabilitas, Kebijakan

Hutang.


(4)

ABSTRACT

THE ANALYS EFFECT OF FREE CASH FLOW, ASSET STRUCTURE AND PROFITABILITY

MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE TO DEBT POLICY OF INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to determine whether the free cash flow, asset structure, and profitabiliy impact to the debt policy of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 18 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2008-2012. Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on assumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linear regression, with t-test and F-test with the aid of the computer program SPSS version 21.0.

The result of this study indicate that the free cash flow, asset structure and profitability simultaneously effect to the debt policy of manufacturing companies listed in IDX . Partially, free cash flow uninfluence significantly toward the debt policy, while asset structure and profitability influence significantly toward the debt policy of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. R Square that shows value 0,119 indicates that 11,90% turning in debt policy can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the residual value 88,10% determined by other factors which not include in this research. Keywords : Free Cash Flow, Asset Structure, Profitability, Debt to Equity.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa ta ‘alla atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdapat di BEI”. Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi serta doa dari berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Teristimewa untuk kedua orang tua saya yang sangat saya kagumi dan cintai, Suryati Tarigan dan Edi Sumarno, serta ibu yang sudah saya anggap sebagai ibu saya yang kedua didunia ini, Bu Ani, yang tidak pernah lelah memberikan kasih sayang, doa, nasehat serta semangat yang tulus hingga saat ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS., Ak selaku Ketua Departemen Akuntansi dan bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM., Ak selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(6)

4. Bapak Drs. Syahrul Rambe, MM., Ak yang juga selaku Dosen Pembimbing saya yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, dan perbaikan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si., Ak selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah membantu penulis dalam memberikan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Yang sangat saya cintai adik saya M. Fachri Ardiansyah, Fenny Tri Adhisty dan Rani Herdiyanti, yang selalu memberikan doa, semangat serta kasih sayang yang tulus selama ini. Teman-teman angkatan 2010 teristimewa Dian Prandana, Soviatu Zahara, Andespa Wendri, Ridho Alfurqan, Susanti Louis, Septia Widi dan Yusnita serta semua keluarga dan pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, terima kasih atas segala bantuan yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini juga masih banyak terdapat kekurangan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2014 Penulis,

NIM : 100503022 Fandi Arya Pratama


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... .i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Batasan Masalah ... 7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 10

2.1.1 Struktur Keuangan dan Struktur Modal ... 10

2.1.2 Keputusan Pendanaan ... 12

2.1.3 Teori Keagenan ... 13

2.1.4 Teori Asimetri Informasi dan Signaling ... 14

2.1.5 Pecking Order Theory ... 15

2.1.6 Kebijakan Utang... 17

2.1.7 Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow) ... 19

2.1.8 Profitabilitas ... 20

2.1.9 Struktur Aset ... 21

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 22

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28

2.3.1 Kerangka Konseptual ... 28

2.3.2 Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 32

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 34

3.4 Defenisi Operasional ... 34

3.5 Pengukuran Variabel ... 35

3.5.1 Variabel dependen ... 35

3.5.2 Variabel independen... 36

3.6 Metode Analisis Data ... 38

3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 38


(8)

3.6.1.2Uji Multikolinieritas ... 39

3.6.1.3Heterokedastisitas ... 40

3.6.1.4Uji Autokorelasi ... 41

3.6.2 Uji Hipotesa ... 42

3.6.2.1Uji T ... 42

3.6.2.2Uji F ... 42

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Objek Penelitian ... 44

4.2 Analisis Statistik Deskriptif ... 44

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 47

4.3.1 Uji Normalitas Data ... 47

4.3.2 Uji Multikolinearitas ... 51

4.3.3 Uji Heterokedastisitas ... 52

4.3.4 Uji Autokorelasi ... 54

4.4 Pengujian Hipotesis ... 55

4.4.1 Uji Parsial (t-test) ... 55

4.4.2 Uji Simultan (F-test)... 60

4.4.3 Uji Koefisien Determinasi (R2 4.5 Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

) ... 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 64

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 66

5.3 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 26

Tabel 3.1 Kriteria Pengambilan Sampel ... 33

Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur yang Memenuhi Kriteria ... 33

Tabel 3.3 Definisi Operasional ... 34

Tabel 3.4 Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ... 41

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 45

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-smirnov ... 48

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolienaritas ... 51

Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi ... 54

Tabel 4.5 Hasil Uji t ... 55

Tabel 4.6 Hasil Uji F ... 60


(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 28

Gambar 4.1 Uji Normalitas (1) : Histogram ... 49

Gambar 4.2 Uji Normalitas (2) : Grafik PP Plots ... 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

Lampiran 1 Daftar Perusahaan Manufaktur yang listed di BEI ... 71

Lampiran 2 Daftar Perusahaan yang Memenuhi Kriteria ... 78

Lampiran 3 Rasio Kebijakan Utang ... 78

Lampiran 4 Free Cash Flow ... 79

Lampiran 5 Struktur Aset ... 79

Lampiran 6 Rasio Profitabilitas ... 80

Lampiran 7 Hasil Uji Analisis Statistik Deskriptif ... 80

Lampiran 8 Hasil Uji Normalitas ... 81

Lampiran 9 Hasil Uji Multikolienaritas ... 84

Lampiran 10 Hasil Uji Heterokedastisitas ... 84

Lampiran 11 Hasil Uji Autokorelasi ... 85

Lampiran 12 Hasil Uji Hipotesis ... 85


(12)

ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW, STRUKTUR ASET DAN PROFITABILITAS TERHADAPA KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK

INDONESIA PERIODE 2008-2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah free cash flow, struktur aset dan profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penelitian ini memiliki jumlah sampel 18 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008-2012. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode purposive

sampling. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data

sekunder yaitu laporan keuangan yang dipublikasikan melalui website analisis data yang terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linier berganda dengan uji t dan uji F yang dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS versi 21.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, free cash flow, strukur aset dan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Sementara secara parsial, free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, namun struktur aset dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEI.. Nilai R Square

adalah 0.119 mengindikasikan bahwa 11,90% perubahan dalam kebijakan hutang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian, sedangkan sisanya 88,10% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi.

Kata kunci: Arus Kas Bebas, Struktur Aset, Profitabilitas, Kebijakan

Hutang.


(13)

ABSTRACT

THE ANALYS EFFECT OF FREE CASH FLOW, ASSET STRUCTURE AND PROFITABILITY

MANUFACTURING COMPANIES LISTED ON THE TO DEBT POLICY OF INDONESIA STOCK EXCHANGE

The objective of this research is to determine whether the free cash flow, asset structure, and profitabiliy impact to the debt policy of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange. The sample in this research is 18 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange from 2008-2012. Research methods in this research using purposive sampling. The type of data used are secondary data. Data that used in this research is financial statements from each company of sample, publicized through website on assumption test before hypothesis test. Hypothesis test in this research use multiple linear regression, with t-test and F-test with the aid of the computer program SPSS version 21.0.

The result of this study indicate that the free cash flow, asset structure and profitability simultaneously effect to the debt policy of manufacturing companies listed in IDX . Partially, free cash flow uninfluence significantly toward the debt policy, while asset structure and profitability influence significantly toward the debt policy of manufacturing companies listed on Indonesia Stock Exchange. R Square that shows value 0,119 indicates that 11,90% turning in debt policy can be determined by the independent variable in this research, meanwhile, the residual value 88,10% determined by other factors which not include in this research. Keywords : Free Cash Flow, Asset Structure, Profitability, Debt to Equity.


(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri manufaktur merupakan industri yang mendominasi perusahaan – perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Lebih dari 40% perusahaan yang listed di BEI adalah industri manufaktur. Melihat kondisi tersebut, pastinya akan menciptakan persaingan yang ketat, dan masing-masing perusahaan akan semakin meningkatkan kinerja agar tujuannya dapat tetap tercapai.

Tujuan utama perusahaan yang telah go public adalah meningkatkan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan (Sjahrial, 2007 : 12). Tujuan lain dari perusahaan yaitu mendapatkan laba dari tahun ke tahun serta menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan tersebut, salah satu keputusan yang dihadapi oleh manajer adalah keputusan pendanaan. Keputusan pendanaan yaitu suatu keputusan keuangan yang berkaitan dengan komposisi keuangan dan hutang, namun didalam menentukan kebijakan pendanaan ini sering kali terjadi konflik kepentingan antara pemegang saham (principal) dan manajer (agent) yang disebut dengan konflik keagenan (agency conflict). Konflik keduanya akan muncul ketika manajer memiliki kepentingan yang berbeda dari pemegang saham. Pemegang saham ingin agar keputusan manajer adalah untuk memaksimalkan kekayaan mereka, tetapi terkadang manajer berperilaku untuk mengambil keuntungan pribadinya, untuk meminimalkan konflik keagenan (agency conflict)


(15)

antara manajer dan pemegang saham maka dibutuhkan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan pihak-pihak terkait (Wahidahwati, 2002). Namun, adanya mekanisme pengawasan itu menyebabkan munculnya biaya yang disebut agency cost. Menurut Bringham dkk. (1990 dalam Indahningrum dan Handayani, 2009 : 190) “agency cost adalah biaya yang meliputi semua biaya untuk monitoring tindakan manajer, mencegah tingkah laku manajer yang tidak dikehendaki dan opportunity cost akibat pembatasan yang dilakukan pemegang saham terhadap tindakan manajer”.

Salah satu obyek yang memungkinkan terjadinya perbedaan kepentingan adalah penggunaan free cash flow. Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak digunakan untuk operasi atau investasi. Pemegang saham menginginkan kelebihan dana tersebut dibagikan untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, sedangkan manajer berkeinginan menggunakan kelebihan dana yang ada untuk investasi pada proyek-proyek yang menguntungkan karena pada masa yang akan datang akan menambah insentif bagi manajer. Yang ditakutkan terhadap penggunaan kas yang berlebih (free cash flow) akan berujung kepada pengambilan keputusan investasi yang salah atau kepentingan lain yang menyimpang oleh manajer (fraud) sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan dan secara tidak langsung mengurangi earnings pemegang saham.

Pada perusahaan yang telah go public, berkaitan dengan agency cost dan

free cash flow, peningkatan hutang merupakan alternatif dalam menurunkan


(16)

sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajer (Wahidahwati : 2002). Free cash flow adalah hak dari pemegang saham sehingga investor akan menuntut pembagian free cash flow yang ada pada perusahaan sedangkan manajer berpandangan untuk menggunakan free cash flow melalui reinvestasi yang dapat menguntungkan mereka (Syafi’i, 2011 : 2). Tekanan pemegang saham untuk dapat memperoleh kas bebas mengharuskan manajer untuk dapat memperoleh sumber pendanaan dari pihak ketiga yaitu debtholders. Dengan adanya hutang maka perusahaan harus melakukan pembayaran secara periodik terhadap bunga dan pinjaman pokoknya sehingga dapat mengurangi keinginan manajer untuk mengunakan free cash flow guna membiayai kegiatan-kegiatan yang tidak optimal (Jensen 1986 dalam Keown dkk, 2010).

Selain untuk mengurangi konflik keagenan dan kelebihan akan arus kas, menurut Babu dan Jain (1998 dalam Mulianti, 2010 : 14) “terdapat empat alasan mengapa perusahaan lebih menyukai menggunakan hutang daripada saham baru, yaitu (1) adanya manfaat pajak atas pembayaran bunga; (2) Biaya transaksi pengeluaran hutang lebih murah daripada biaya transaksi emisi saham baru; (3) lebih mudah mendapatkan pendanaan hutang daripada pendanaan saham; (4) Kontrol manajemen lebih besar adanya hutang baru daripada saham baru.”

Namun perusahaan harus sangat hati-hati dalam menentukan kebijakan hutangnya karena peningkatan penggunaan hutang akan menurunkan nilai perusahaannya (Sujoko dan Soebiantoro, 2007 : 2). Menurut trade off theory,

semakin tinggi hutang maka semakin tinggi beban kebangkrutan yang ditanggung perusahaan. Penambahan hutang akan meningkatkan tingkat risiko atas arus


(17)

pendapatan perusahaan. Semakin besar hutang, semakin besar pula kemungkinan terjadinya perusahaan tidak mampu membayar kewajiban tetap berupa bunga dan pokoknya. Risiko kebangkrutan akan semakin tinggi karena bunga akan meningkat lebih tinggi daripada penghematan pajak. Selain itu risiko bisnis juga menjadi pertimbangan pada kebijakan hutang. Risiko bisnis ini berkaitan dengan ketidakpastian didalam pendapatan perusahaan. Menurut Mamduh (2004 dalam Mulianti, 2010 : 16), “perusahaan yang menghadapi risiko bisnis tinggi sebagai akibat dari kegiatan operasinya, akan menghindari untuk menggunakan hutang yang tinggi dalam mendanai asetnya. Hal ini karena perusahaan tidak akan meningkatkan risiko yang berkaitan dengan kesulitan dalam pengembalian hutangnya.”

Keputusan pendanaan berupa kebijakan hutang yang akan diambil perusahaan berkaitan dengan pertimbangan kemampuan perusahaan dalam mengembalikan hutangnya. Kemampuan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan para kreditur untuk meminjamkan dana kepada perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari struktur aset suatu perusahaan. Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Perusahaan dengan banyak aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk penggunaan utang yang lebih banyak. Besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan utang. Menurut Mamduh, (2004 : 345), “perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman Struktur aset


(18)

berhubungan dengan jumlah kekayaan (aset) yang dapat dijadikan jaminan.” Perusahaan yang struktur asetnya lebih fleksibel akan cenderung menggunakan utang lebih besar dari pada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel (Manan, 2004 : 28).

Selain dari free cash flow dan sruktur aset, profitabilitas perusahaan juga menjadi determinan didalam penentuan kebijakan hutang dan dapat menjadi jaminan dalam meningkatkan kepercayaan kreditor. Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.

Perusahaan yang memliki profitabilitas yang tinggi cendrung menggunakan utang yang relatif kecil karena memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang, ini sejalan dengan pendapat Myers dkk. (2006 : 492-493) yang menyarankan manajer untuk menggunakan pecking order theory untuk keputusan pendanaan. Pecking order merupakan urutan penggunaan dana untuk investasi yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama, kemudian selanjutnya oleh utang dan ekuitas. Implikasinya adalah adanya hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan debt ratio.


(19)

Penelitian yang searah atau mendukung penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Darmayanti (2006), Indahningrum & Handayani (2009) dan Susilawati dkk. (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow

berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Hardiningsih dan Oktaviani (2012) yang mengatakan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara struktur aset perusahaan terhadap kebijakan utang perusahaan. Penelitian oleh Indahningrum & Handayani (2009) dan Susilawati dkk. (2012) yang menyatakan profitabilitas berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan penelitian yang tidak sesuai dengan penelitian ini, diantaranya Nugroho (2011) dan Hardiningsih Oktaviani (2012) yang menyatakan bahwa free cash flow

berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang, Susilawati dkk. (2012) yang menyatakan bahwa struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang, serta Kusrini (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

Berdasarkan adanya perbedaan pada penelitian-penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan bahwa masih terdapat ketidakkonsistenan antara fenomena empiris dengan teori yang ada serta ketidakkonsistenan hasil penelitian pengaruh variabel free cash flow, struktur aset dan profitabilitas dan pengaruhnya terhadap kebijakan hutang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian kembali mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur. Peneliti lebih spesifik membahas tentang pengaruh free cash flow, struktur aset dan profitabilitas dan pengaruhnya terhadap kebijakan hutang perusahaan, khususnya pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


(20)

Indonesia. Peneliti memberikan judul “Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan

Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012”.

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang berbentuk replikasi dengan menggunakan sampel yang berbeda dari penelitian terdahulu.

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 2. Apakah struktur aset berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan

manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 3. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan

manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012? 4. Apakah free cash flow, struktur asset dan profitabilitas berpengaruh secara

bersama-sama (simultan) terhadap kebijakan utang perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012?

1.3 Batasan Masalah

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan. Keterbatasan – keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Penelitian ini hanya meneliti tiga variabel independen yaitu free cash flow,

struktur aset dan profitabilitas.

2. Penelitian ini mengambil sampel dari laporan keuangan audited dan

company report perusahaan manufaktur di www.idx.coid pada periode


(21)

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow, struktur aset dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur di BEI.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh free cash flow, struktur aset dan profitabilitas terhadap kebijakan hutang pada Perusahaan manufaktur di BEI.

Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Akademi

Penelitian ini bermanfaat untuk diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur ilmu manajemen keuangan, memperkaya referensi kepustakaan serta diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembacanya.

2. Bagi Penulis

Penelitian ini diharapkan mampu menerapkan ilmu atau teori yang telah diperoleh pada saat mengikuti perkuliahan dengan permasalahan yang sesungguhnya, sehingga memperoleh gambaran yang jelas sejauh mana tercapai keselarasan antara pengetahuan secara teoritis dan prakteknya.


(22)

3. Bagi Perusahaan

Penelitian ini dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengelola struktur modal yang optimal, termasuk arus kas khususnya free cash flow yang lebih baik, struktur aset dan profitabilitas sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan dalam pengambilan keputusan finansial. 4. Bagi Pembaca

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk memberikan alternatif sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi dan referensi bagi penelitian berikutnya yang mengambil masalah yang sama sebagai bahan penelitian.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Tinjauan Teoritis

2.1.1 Struktur Keuangan dan Struktur Modal

Menurut Keown dkk. (2010 : 148) “Struktur keuangan adalah campuran segala hal yang tampak pada sisi kanan neraca perusahaan (liabilitas & modal). Struktur modal adalah campuran sumber-sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan”. Sementara menurut Margaretha (2005 : 119) “struktur keuangan adalah susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang jangka pendek, utang jangka panjang dan modal sendiri. Struktur modal adalah pembiayaan permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri.”

Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang.

Menurut Margaretha (2005 : 119), ”terdapat trade-off antara risk dan

return terhadap kebijakan struktur modal yaitu apabila utang meningkat


(24)

mengakibatkan harga saham menurun, dan jika Return meningkat maka harga saham meningkat.”

Dengan adanya trade-off terhadap kebijakan struktur modal, maka perlu struktur modal yang optimal. ”Struktur modal yang optimal adalah stuktur modal yang mampu menyeimbangkan antara risk dan return sehingga dapat memaksimalkan harga saham dan meminimalkan biaya modal komposit perusahaan. (Keown dkk, 2010 : 148).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Margaretha (2005 : 120) yaitu ”business risk (semakin besar business risk, semakin rendah rasio utang) dan tax preposition (bunga utang mengurangi pajak, makin tinggi tarif pajak, makin besar keuntungan dari penggunaan utang)”.

Menurut Mamduh (2004 : 344-345) pendapat lain mengenai faktor-faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan dalam menentukan struktur modal adalah sebagai berikut.

a. Stabilitas penjualan. Perusahaan yang penjualannya stabil akan cenderung berani menggunakan utang yang lebih banyak daripada perusahaan yang penjualannya yang tidak stabil. Semakin stabil penjualan suatu perusahaan, semakin mampu perusahaan itu menutupi kewajiban-kewajibannya.

b. Tingkat pertumbuhan penjualan. Perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi akan lebih menguntungkan jika menggunakan utang. Perhitungan financial leverage menunjukkan bahwa dengan menggunakan utang, EPS bisa dimaksimumkan jika penjualan cukup tinggi.

c. Struktur aset. Perusahaan yang struktur asetnya memadai untuk digunakan sebagai jaminan pinjaman (yang berusia panjang), apalagi jika digabung dengan tingkat permintaan yang stabil maka cenderung akan menggunakan utang yang lebih besar. Perusahaan yang mempunyai aset lancar lebih banyak (persediaan pada supermarket), yang nilainya akan tergantung dari profitabilitas, maka akan menggunakan utang lebih sedikit.


(25)

d. Sikap manajemen. Manajemen yang konservatif akan menggunakan utang yang lebih sedikit, dan sebaliknya. Pemegang saham yang ingin menjaga kendali atas perusahaannya akan menggunakan utang lebih banyak.

e. Analisis aliran kas. Manajer keuangan bisa menganalisis aliran kas, menggunakan semacam simulasi untuk memperkirakan kemampuan membayar pada situasi resesi. Setelah mengetahui kemampuan menghasilkan kas pada situasi yang baik dan resesi, manajer keuangan bisa memutuskan tingkat utang yang optimal.

2.1.2 Keputusan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, hal ini karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Menurut Sartono (2001 dalam Syafiudin, 2013 : 14), “keputusan pendanaan merupakan keputusan yang berhubungan dengan masalah penentuan sumber-sumber dana yang akan digunakan, dan masalah perimbangan terbaik antara sumber-sumber dana tersebut. Keputusan mengenai sumber dana yang akan digunakan disebut keputusan pendanaan (financing decisions)”.

Sumber dana dapat diperoleh dengan banyak cara, namun pada dasarnya ada dua sumber dana, yaitu dana yang berasal dari eksternal dan dana yang berasal dari internal perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal dapat diperoleh melalui utang dan penerbitan saham. Jika suatu perusahaan mengutamakan sumber dari dalam perusahaan, maka ketergantungan pihak perusahaan terhadap pihak luar sangat kecil. Tetapi ada saat-saat tertentu dimana semua sumber dana dari dalam perusahaan telah digunakan, sementara kebutuhan dana perusahaan semakin meningkat sehingga dalam hal ini perusahaan perlu mencari alternatif pendanaan. Alternatif pendanaan ini bisa dilakukan dengan


(26)

menggunakan sumber-sumber pendanaan dari luar misalnya, melalui utang atau dengan menerbitkan saham baru.

2.1.3 Teori Keagenan

Teori keagenan muncul setelah fenomena terpisahnya kepemilikan pemegang saham dengan pengelola modal (agent) khususnya pada perusahaan besar dan modern. Pada agency theory, principal adalah pemegang saham dan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan kemakmuran pemiliknya atau pemegang saham, maka manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Namun ternyata sering terjadi konflik antara manajemen dan pemegang saham. Konflik ini disebabkan karena adanya kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Konflik kepentingan tersebut memicu terjadinya biaya agensi. Biaya agensi yang timbul dari konflik kepentingan antara pengelola perusahaan (agent) dengan pemegang saham (principal) menurut Manan (2004 : 9) akan berpotensi menimbulkan jenis biaya agensi sebagai berikut:

1. biaya akibat ketidakefisienan pengelolaan yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan,

2. biaya yang timbul akibat pilihan proyek yang tidak sama, jika pilihan tersebut dilakukan oleh pemegang saham karena risiko meruginya tinggi,

3. biaya yang timbul karena dilakukannya kegiatan monitoring kinerja dan perilaku agent oleh principal (monitoring costs),

4. biaya yang timbul karena dilakukannya pembatasan-pembatasan bagi kegiatan agent oleh principal (bonding cost).

Jensen dan Meckling (1976 dalam Manan 2004 : 11) mendefinisikan


(27)

oleh pemilik/principal, (2) Pengeluaran karena penggunaan utang oleh manajemen/agency, (3) dan pengeluaran karena tidak adanya efisiensi/residual loss.

Dengan demikian, keputusan struktur modal yang dilakukan oleh manajer adalah untuk menyeimbangkan antara agency cost of debt dengan agency cost of

equity. Untuk mengatasi agency problem dan mengurangi munculnya agency cost,

menurut Jensen dan Meckling (1976 dalam Manan 2004 : 11) dapat dilakukan dengan empat cara sebagai berikut.

1. Meningkatkan insider ownership. Menurut pendekatan ini, agency

problem bisa dikurangi karena dengan adanya kepemilikan saham

maka insider akan merasakan sendiri secara langsung manfaat keputusan yang diambilnya.

2. Pendekatan pengawasan melalui pengawasan penggunaan utang (debt). Dengan adanya peningkatan penggunaan utang, dapat digunakan untuk mengendalikan penggunaan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen, sehingga menghindari investasi sia-sia.

3. Institusional investor ownership sebagai monitoring agents. Adanya kepemilikan oleh investor institusional seperti bank, asuransi, perusahaan investasi, dan kepemilikan oleh institusi lain dalam perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja insider.

4. Dengan Mekanisme pembayaran dividen. Pembayaran dividen disini berperan sebagai salah satu bentuk penawaran distribusi pendapatan, karena dengan pembayaran dividen, pemegang saham akan melihat bahwa pengelolaan perusahaan sudah melakukan tindakan sesuai dengan keinginan mereka, sehingga akan mengurangi konflik.

2.1.4 Teori Asimetri Informasi dan Signaling

Teori ini dikemukakan oleh Gordon (1950 dalam Sjahrial 2007 : 237) yang menyatakan “asymmetric information adalah kondisi dimana suatu pihak memiliki informasi yang lebih banyak dari pihak lain. Karena asymmetric


(28)

dibanding investor di pasar modal.” Jika perusahaan cendrung ingin memaksimumkan pemegang saham saat ini (current stockholder) dan bukan pemegang saham baru maka ada kecendrungan bahwa: (1) Jika perusahaan memiliki prospek cerah, maka manajemen tidak akan menerbitkan saham baru, namun menggunakan laba ditahan. (agar prospek cerah bisa dinikmati oleh

current stockholder), dan (2) jika prospek kurang baik, manajemen menerbitkan

saham baru untuk memperoleh dana, agar tanggungjawab current stockholder

menjadi berkurang. Namun yang menjadi masalah adalah para investor baru melihat kecendrungan ini sehingga melihat penawaran saham baru sebagai pertanda buruk (signaling) sehingga harga saham bisa saja langsung turun jika saham baru diterbitkan, sehingga menyebabkan biaya modal semakin tinggi dan mendorong perusahaan untuk menerbitkan obligasi ketimbang saham baru.

Gordon, 1995 (dalam Sjahrial, 2007 : 237) menyimpulkan bahwa “perusahaan lebih senang menggunakan dana dengan urutan laba ditahan dan dana depresiasi, utang dan yang terakhir penjualan saham baru. Penjualan saham baru diurutan terakhir adalah untuk menghindari terjadinya sinyal buruk dari investor baru terhadap penawaran saham oleh perusahaan”.

2.1.5 Pecking Order Theory

Seorang akademisi, Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan Amerika Serikat. Pengamatannya menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi ternyata cenderung menggunakan utang lebih rendah. (Mamduh, 2004 : 313).


(29)

Secara spesifik perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam penggunaan dana. Menurut Mamduh (2004 : 313), skenario urutan dalam Pecking Order Theory adalah sebagai berikut.

a. Perusahaan memilih dana internal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba (keuntungan) yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. b. Perusahaan menghitung target rasio pembayaran didasarkan pada

perkiraan kesempatan investasi. Perusahaan berusaha menghindari perubahan dividen yang tiba-tiba. Dengan kata lain, pembayaran dividen diusahakan konstan atau, kalau berubah terjadi secara gradual dan tidak berubah dengan signifikan.

c. Karena kebijakan dividen konstan (stticky), digabung dengan fluktuasi keuntungan dan kesempatan investasi yang tidak bisa diprediksi, akan menyebabkan aliran kas yang diterima oleh perusahaan akan lebih besar dibandingkan dengan pengeluaran investasi pada saat-saat tertentu, dan akan lebih kecil pada saat yang lain. Jika kas tersebut lebih besar, perusahaan akan membayar utang atau membeli surat berharga. Jika kas tersebut kecil, perusahaan akan menggunakan kas yang dipunyai atau menjual surat berharga.

d. Jika pendanaan eksternal diperlukan, perusahaan akan mengeluarkan surat berharga yang paling aman terlebih dahulu. Perusahaan akan memulai dengan utang, kemudian dengan surat berharga campuran (hybrid) seperti obligasi konvertibel, dan kemudian barangkali saham sebagai pilihan terakhir.

Teori pecking order tidak membahas tentang komposisi strukur modal, namun menjelaskan mengenai urutan-urutan pendanaan. Menurut teori ini, manajer keuangan tidak memperhitungkan tingkat utang yang optimal, kebutuhan dana ditentukan oleh kebutuhan intvestasi. Sehingga perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi justru mempunyai tingkat utang yang lebih kecil. Tingkat utang yang lebih kecil bukan dikarenakan target utang perusahaan yang kecil, namun karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Myers dkk. (2006 : 493) menjelaskan bahwa:


(30)

Tidak ada ditentukan penggabungan antara utang dengan modal, karena mereka dua bagian yang terpisah. Pecking order menjelaskan bahwa mengapa hampir seluruh perusahaan yang profitable umumnya menggunakan sedikit utang sebagai target pendanaan, karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal. Sementara untuk perusahaan yang kurang

profitable akan menerbitkan surat utang karena mereka tidak memiliki

sumber dana internal yang cukup. Sehingga kebijakan utang menjadi yang pertama dari pendanaan eksternal.

2.1.6 Kebijakan Utang

Menurut FASB, utang adalah kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis dimasa yang akan datang yang timbul akibat kewajiban perusahaan sekarang untuk masa yang akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian yang sudah terjadi. (Harahap, 2011: 211). Menurut APB, utang adalah kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yang diakui dan dinilai sesuai prinsip akuntansi. (Harahap, 2011: 212).

Utang merupakan salah satu sumber pembiayaan eksternal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai kebutuhan dananya. Menurut Mamduh (2004 dalam Nurkholis, 2012 : 13) menjelaskan bahwa:

Kebijakan utang merupakan keputusan yang sangat penting dalam perusahaan. Dimana kebijakan utang merupakan salah satu bagian dari kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang optimal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki porsi utang yang besar dalam struktur modal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan.

Dalam pengambilan keputusan akan penggunaan utang ini harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari utang berupa bunga


(31)

yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa.

Menurut Rajan dan Zingales (2001 dalam Myers 2006 : 493) kebijakan hutang dipengaruhi beberapa faktor, yaitu:

1. ukuran perusahaan, perusahaan yang besar memiliki rasio utang lebih tinggi,

2. aset berwujud, perusahaan dengan aset tetap yang besar memiliki kemungkinan ratio utang yang lebih tinggi,

3. profitabilitas, perusahaan yang lebih profitable akan memiliki rasio utang yang rendah,

4. market to book, perusahaan dengan rasio market-to-book value yang

tinggi memiliki rasio utang yang rendah.

Kebijakan utang merupakan salah satu alternatif pendanaan yang bisa diambil perusahaan untuk meningkatkan profitabilitas hingga titik tertentu. Semakin tinggi penggunaan utang, maka akan semakin besar risiko yang dihadapi perusahaan, begitu juga sebaliknya. Untuk dapat mengetahui hingga titik mana kebijakan utang yang diambil adalah tepat, kita perlu memahami kelebihan dan kekurangan utang sebagai salah satu sumber pendanaan eksternal jangka panjang. Adapun kelebihan dan kelemahan utang jangka panjang menurut Sjahrial (2007 : 301) adalah:

1. biaya modal setelah pajak relatif rendah,

2. bunga yang dibayarkan merupakan pengurang pajak penghasilan, 3. melalui financial leverage dimungkinkan laba perlembar saham akan

meningkat,

4. kontrol terhadap operasi perusahaan oleh pemegang saham mayoritas tidak mengalami perubahan.

Sementara kelemahan utang jangka panjang sebagai sumber dana adalah: 1. risiko finansial perusahaan meningkat sebagai akibat meningkatnya

penggunaan utang (financial leverage),

2. batasan yang diisyaratkan kreditur seringkali menyulitkan manajer, 3. munculnya agency problem yang mengakibatkan meningkatnya


(32)

2.1.7 Aliran Kas Bebas (Free Cash Flow)

Free cash flow atau aliran kas bebas merupakan kas lebih perusahaan yang

dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan lagi untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap ( Ross et al, 2000 dalam Damayanti, 2006 : 7). Sementara Menurut Jensen (1986 dalam Keown dkk, 2010 : 162) “Free cash flow adalah kas yang melebihi dana yang dibutuhkan untuk semua proyek yang punya NPV positif dan didiskontokan pada biaya modal yang relevan.”

Free cash flow dapat digunakan untuk pembelanjaan modal dengan

orientasi pertumbuhan, pembayaran utang dan pembayaran kepada pemegang saham dalam bentuk deviden. Semakin besar free cash flow yang tersedia dalam suatu perusahaan maka semakin sehat perusahaan tersebut karena memiliki kas yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran utang dan deviden.

Jensen (1986) kemudian mengemukakan bahwa free cash flow yang banyak bisa mengakibatkan perilaku menyimpang para manajer dan keputusan buruk tidak sesuai dengan kepentingan terbaik pemegang saham perusahaan. Dengan kata lain, manajer punya insentif untuk menahan free cash flow dan bermain-main dengannya, ketimbang melepasnya, seperti pembayaran dividen misalnya (Keown dkk, 2010 : 162).

Untuk menghindari perilaku menyimpang manajer terhadap pemanfaatan

free cash flow, kebijakan utang menjadi salah satu solusi didalam menekan risiko penyimpangan. Hal ini sesuai dengan hipotesis control untuk penciptaan utang menurut Jensen dalam Keown dkk. (2010 :162) yang menjelaskan bahwa:


(33)

Dengan penggunaan utang, pemegang saham akan menikmati control

lebih besar akan manajer mereka. Dengan adanya utang maka manajer diwajibkan untuk melunasi utang-utang itu sekaligus mengurangi banyaknya free cash flow yang bisa dimain-mainkan oleh manajemen. Hal ini juga disebut sebagai hipotesis ancaman, karena manajemen bekerja dalam ancaman kegagalan keuangan, maka manajemen akan bekerja lebih efisien.

2.1.8 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor (Christine dkk, 2012 : 180).

Profitabilitas dapat diukur melalui beberapa rasio, diantara rasio margin laba (Pendapatan bersih / Penjualan), assets turn over (Penjualan bersih / total aset), Return on investment atau return on equity (Laba bersih / rata-rata modal),

return on assets ( Laba bersih / rata-rata total aset), basic earning power (EBIT / total aset), Earning per share (laba bagian saham bersangkutan / jumlah salaham), dan contribution margin (Laba kotor / penjualan) (Harahap, 2011: 304-306).

Perusahaan dengan tingkat profitabilitas tinggi akan menggunakan utang yang relatif kecil karena memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan utang. Hal ini sejalan dengan pendapat Myers (2006: 492-493) yang menyarankan manajer untuk menggunakan pecking order theory untuk keputusan pendanaan. Pecking


(34)

order merupakan urutan penggunaan dana untuk investasi yaitu laba ditahan sebagai pilihan pertama, kemudian selanjutnya oleh utang dan ekuitas. Implikasinya adalah adanya hubungan negatif antara profitabilitas perusahaan dengan debt ratio.

2.1.9 Struktur Aset

Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Perusahaan dengan aset yang dapat digunakan untuk jaminan akan lebih memilih untuk menggunakan penggunaan utangnya lebih banyak. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman.”

Sangat penting bagi perusahaan untuk menentukan berapa besar alokasi untuk masing-masing aset serta bentuk-bentuk aset yang harus dimiliki. Karena hal ini menyangkut seberapa besar dana yang dibutuhkan yang berkaitan langsung dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Syamsuddin (2007 : 9), menjelaskan bahwa:

Alokasi untuk masing-masing komponen aset mempunyai pengertian “berapa jumlah rupiah” yang harus dialokasikan untuk masing-masing komponen aset baik dalam aset lancar maupun aset tetap. Sesudah menentukan alokasi untuk kedua macam aset tersebut maka biasanya seorang manajer harus menentukan alokasi optimal untuk masing-masing komponen aset lancar. disamping itu seorang manajer keuangan juga harus menentukan alokasi untuk setiap komponen aset tetap serta umur dari masing-masing komponen tersebut, kapan harus diadakan perbaikan, penggantian dan sebagainya.


(35)

2.2Tinjauan Peneliti Terdahulu

1. Isrina Damayanti (2006) dengan judul penelitian “Analisis Pengaruh Free

Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang pada

Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Sumber data berasal dari Bursa Efek Jakarta periode 2000-2003 dengan data sekunder. Variabel dependen dalam penelitian adalah kebijakan utang yang diproyeksikan dengan Debt to Equity

Ratio. Variabel independennya adalah Free Cash Flow (FCF) dan struktur

kepemilikan saham yang terdiri dari kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional. Investment Opportunity Set (IOS) yang diproyeksikan dengan rasio market to book value of aset (MVABVA) dan dividen yield sebagai variabel kontrol. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model persamaan regresi berganda dengan alat bantu statistik Microsoft Excel 2000. Uji asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji autokorelasi dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis yang digunakan adalah uji f dan uji t. hasil penelitian mengungkapkan bahwa FCF mempengaruhi utang perusahaan dengan nilai signifikansi sebesar 0,000449 (signifikansi kuat), selain signifikan variabel aliran kas bebas juga berpengaruh positif terhadap utang perusahaan: kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan utang perusahaan dan secara statistik tidak signifikan yaitu 0,5345, kepemilikan institusional berpengaruh positif dan secara statistik tidak signifikan terhadap kebijakan utang sebesar 0,8019.

2. Indahningrum & Handayani (2009) dengan judul jurnal “Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dividen, Pertumbuhan


(36)

Perusahaan, Free Cash Flow, Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Perusahaan”. Sumber data berasal dari Bursa Efek Indonesia dengan sampel perusahaan manfaktur periode 2005-2007. Variabel dependennya adalah kebijakan utang dengan ukuran debt ratio. Variabel independennya adalah Kepemilikan manajerial dengan persentase saham yang dimilik manajemen yang aktif didalam pengambilan keputusan, kepemilikan institusional dengan persentase saham yang dimiliki investor institusional dalam perusahaan, dividen dengan dividen payout ratio, pertumbuhan perusahaan dengan total aset awal tahun dibagi total aset akhir tahun, profitabilitas dengan operating income dibagi total aset dan free cash flow dengan aliran kas operasi dikurangi pengeluaran modal dan modal kerja bersih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan instiusional, dividen, dan free

cash flow berpengaruh searah dan signifikan dengan prediksi utang

perusahaan, sementara pertumbuhan perusahaan dan profitabilitas berpengaruh negatif atau berlawanan dan signifikan.

3. Ivan Nugroho (2011) dengan judul “Analisis Kepemilikan Institusional, Profitabilitas dan Free Cash Flow terhadap kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI 2006-2009”. Teknik analisis yang digunakan adalah analisi regresi berganda dengan software SPSS. Uji yang dilakukan adalah uji f dan t dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran kepemilikan institusional, profitabilitas dan free

cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang, sedangkan


(37)

Sementara secara simultan, kepemilikan institusional, profitabilitas dan free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang sebesar 17,3%.

4. Kusrini (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Utang pada perusahaan Manufaktur.” Data diperoleh dari BEI tahun 2008-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan software

SPSS. Uji yang dilakukan adalah uji f dan t dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang, sedangkan risiko bisnis dan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan utang. Sementara secara simultan, ukuran perusahaan, risiko bisnis, profitabilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang sebesar 25,30%.

5. Hardiningsih & Oktaviani (2012) dengan judul jurnal “Determinan Kebijakan Hutang dalam Agency Theory dan Pecking Order Theory) pada Perusahaan Manufaktur”. Tujuan dalam penelitian ini untuk menganalisis pengaruh variabel free cash flow, Profitabilitas, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva Perusahaan, Retained Earning dan Kepemilikan Manajerial pada Hutang. Penelitian menggunakan metode purposive sampling untuk menentukan sampelnya. Data yang diperoleh didasarkan pada publikasi dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD), Sampel dalam penelitian ini

adalah manufaktur perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama 2007-2011 dengan jumlah 135 sampel perusahaan manufaktur. Teknik analisis


(38)

yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Berdasarkan uji F statistic

menunjukkan bahwa model ini cocok karena memiliki nilai signifikansi kurang dari 5% dari nilai Alpha. Hasil analisis menunjukkan bahwa keempat variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap variabel DER sementara itu dua variabel bebas lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DER. Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap hutang, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap utang, struktur aktiva perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap hutang, saldo laba ditahan berpengaruh negatif signifikan terhadap hutang, sementara

free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan

terhadap hutang.

6. Susilawati Dkk. (2012) dengan judul jurnal “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kebijakan Utang Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Periode sampel penelitian adalah perusahaan manufaktur tahun 2006-2010. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dengan software SPSS. Uji yang dilakukan adalah uji f dan t dengan tingkat signifikansi 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepemilikan manajerial, institusional, kebijakan dividen, tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang Sementara struktur aset, profitablilitas, free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Sementara secara simultan berpengaruh signifikan dengan nilai R square 16,3 %.


(39)

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu

No Nama, Tahun dan Judul

Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Isrina Darmayanti

(2006) “Analisis Penga-ruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Saham terhadap Kebi-jakan Utang pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia.”

Variabel Independen:

Free Cash Flow,

struktur kepemilikan saham.

Variabel dependen: kebijakan utang.

Free cash flow

berpengaruh positif terhadap utang peru-sahaan dengan nilai yang sangat signifikan. Struktur kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebi-jakan utang dan tidak signifikan.

2. Indahningrum & Han-dayani (2009) “Penga-ruh Kepemilikan Mana-jerial, Kepemilikan Ins-titusional, Dividen, Per-tumbuhan Perusahaan,

Free Cash Flow, dan

Pofitabilitas Terhadap Kebijakan Utang Peru-sahaan manufaktur dan non-manufaktur.”

Variabel independen: Kepemilikan Manaje-rial, Kepemilikan In-stitusional, Dividen, Pertumbuhan Peru-sahaan, Free Cash

Flow, dan

Profita-bilitas.

Variabel dependen: Kebijakan Utang.

Kepemilikan mana-jerial, kepemilikan ins-titusional, dividen, dan

free cash flow

berpe-ngaruh positif dan signifikan dengan pre- diksi utang perusahaan. pertumbuhan perusa-haan dan profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan.

3. Ivan Nugroho (2011) “Analisis Kepemilikan Institusional,

Profitabilitas dan Free

Cash Flow terhadap

kebijakan utang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.”

Variabel Independen: Kepemilikan Institu-sional,Profitabilitas

dan Free Cash Flow

Variabel dependen: Kebijakan utang

Kepemilikan Institu-sional dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang peru-sahaan,

Profitabilitas berpenga-ruh negatif dan signifikan terhadap ke-bijakan utang peru-sahaan.

4. Hari Kusrini (2012) “Pengaruh Ukuran Pe-rusahaan, Risiko Bisnis, Profitabilitas, dan Likui-ditas Terhadap Kebija-kan Utang pada peru-sahaan Manufaktur.”

Variabel independen: Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, Profi-tabilitas, dan Likui-ditas.

Variabel dependen: kebijakan utang.

Ukuran perusahaan dan likuiditas berpengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan utang, Risiko bisnis dan profitabilitas berpe-ngaruh negatif dan tidak signifikan terha-dap kebijakan utang.


(40)

Ukuran perusahaan, risiko bisnis, profita-bilitas, dan likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan utang secara simultan.

5 Hardiningsih & Okta-viani (2012) “Deter-minan Kebijakan Utang dalam Agency Theory

dan Pecking Order

Theory Pada Perusahaan

Manufaktur.”

Variabel Independen:

free cash flow, Profi-tabilitas, Pertumbu-han Perusahaan, Struktur Aktiva Perusahaan, Retained

Earning dan

Kepe-milikan Manajerial pada Hutang.

Variabel Dependen: Kebijakan utang

Profitabilitas berpe-ngaruh positif signi-fikan terhadap kebija-kan hutang, pertum-buhan perusahaan ber-pengaruh negatif sig-nifikan terhadap ke-bijakan hutang, struktur aktiva perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap kebijakan hutang, saldo laba ditahan berpenga-ruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang,

sementara free cash flow dan kepemilikan manajerial tidak berpe-ngaruh signifikan terha-dap kebijakan hutang. 6 Susilawati Dkk. (2012)

“Faktor - Faktor Yang Memengaruhi Kebija-kan Utang Perusahaan Manufaktur yang Ter-daftar Di Bursa Efek Indonesia”

Variabel Independen: Kepemilikan mana-jerial, Kepemilikan institusional, kebija-kan dividen, struk-tur aset, profitabilitas, ukuran perusahaan, dan free cash flow.

Variabel Dependen: Kebijakan utang

Kepemilikan manaje-rial, institusional, kebi-jakan dividen, dan struktur aset tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hu-tang,

Sementara, profitabili-tas, free cash flow dan ukuran perusahaan ber-pengaruh signifikan ter-hadap kebijakan hu-tang.


(41)

2.3Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan faktor-faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari kejadian teori yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntuan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis dan merupakan tempat peneliti untuk memberikan penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel ataupun masalah yang ada dalam penelitian.

Kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut:

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Damayanti (2006), mengungkapkan bahwa free cash flow berpengaruh signifikan dan positif terhadap utang perusahaan, artinya semakin tinggi free cash flow suatu perusahaan, maka akan semakin besar tingkat kebijakan utang yang dilakukan perusahaan dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hipotesis control oleh Jensen dalam Keown dkk.

H4

Free cash Flow (X1)

Struktur Aset (X2)

Profitabilitas (X3)

Kebijakan Utang

(Y) H1

H2

H3


(42)

(2010 : 162) yang mana free cash flow sering digunakan manajer untuk proyek – proyek yang belum tentu menguntungkan, maka untuk mengatasi hal tersebut, kebijakan utang menjadi salah satu solusi untuk mengkontrol langkah yang diambil oleh manajer dalam menginvestasikan free cash flow tersebut pada investasi yang menguntungkan, karena manajer berada pada risiko rugi (hipotesis ancaman) sehingga manajer akan berusaha bekerja lebih efisien yang akhirnya akan meningkatkan laba bagi perusahaan dan earning bagi pemegang saham.

Rasio profitabilitas merupakan suatu model analisis yang berupa perbandingan data keuangan sehingga informasi keuangan tersebut menjadi lebih berarti. Analisis ini sering digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, selain itu rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas perusahaan dalam manajemennya. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi.

Analisis profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rasio-rasio keuangan neraca dan laporan laba rugi perusahaan. Salah satu rasio tersebut adalah ROE (return on equity) yang diukur melalui laba bersih / rata-rata modal

(equity), artinya seberapa besar pengembalian rupiah atas jumlah modal yang

digunakan perusahaan. ROE juga merupakan suatu ukuran tentang efektifitas manajemen dalam mengelola modalnya. Menurut Sjahrial (2007), “semakin cepat tingkat pengembalian perusahaan, semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk biaya ekspansi dan semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba untuk pembiyaan investasi. Sehingga perusahaan akan sedikit menggunakan utang sebagai sumber pendanaan eksternalnya.”


(43)

Struktur aset merupakan penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing-masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Struktur aset dapat diperhitungkan melalui pembagian antara total aset tetap / total aset. Menurut Mamduh (2004 : 345), “besarnya aset tetap suatu perusahaan dapat menentukan besarnya penggunaan utang. Perusahaan yang memiliki aset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan utang dalam jumlah besar karena aset tersebut dapat digunakan sebagai jaminan pinjaman. Sehingga aset tetap akan berpengaruh positif perusahaan didalam penentuan kebijakan utangnya”.

2.3.2 Hipotesis Penelitian

Menurut Idrus (2009 : 53), “hipotesis memiliki makna simpulan yang sifatnya masih rendah. Secara singkat hipotesis dapat dinyatakan sebagai simpulan sementara penelitian.” Hipotesis berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang sedang diteliti. Kegunaannya untuk menjadikan arah penelitian semakin jelas atau memberika arah bagi peneliti untuk melaksanakan penelitiannya secara baik. Idrus (2009:53) menjelaskan bahwa:

Ada beberapa persyaratan merumuskan hipotesis, antara lain (1) Dirumuskan dalam kalimat berita, (2) Tidak bermakna ganda dan (3) Dirumuskan secara operasional. Sebaiknya hipotesis ditulis sealur dengan rumusan masalah yang ada, karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang ada karena hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang diajukan untuk diteliti. Selain itu pendapat lain dalam merumuskan hipotesis ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan menurut Syofian (2010 : 152), antara lain:

a. hipotesis harus mengekspresikan satu fenomena atau mengekspresikan hubungan/pengaruh antara dua variabel atau lebih, maksudnya dalam merumuskan hipotesis untuk mengekspresikan hubungan/pengaruh seorang peneliti harus setidak-tidaknya mempunyai dua variabel untuk dikaji,


(44)

b. hipotesis harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna, tidak boleh menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna,

c. hipotesis harus dapat diuji secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam bentuk operasionalisasi yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara empiris.

Sehingga hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

H1

H

: Free Cash Flow berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan utang.

2

H

: struktur aset berpengaruh secara parsial terhadap kebijakan utang.

3

H

: Profitabilitasberpengaruh secara parsial terhadap kebijakan utang.

4: Free cash flow, struktur aset dan profitabilitas berpengaruh secara


(45)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain asosiatif klausal. Menurut Syofian (2010 : 154) “desain asosiatif klausal adalah desain yang dirumuskan untuk memberikan jawaban pada permasalahan yang bersifat hubungan/pengaruh yang menyatakan hubungan bersifat sebab dan akibat antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan, dan mengontrol suatu gejala”. Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori yang diperoleh selama masa perkuliahan dan tinjauan pustaka. Metode penelitian dirancang melalui langkah – langkah penelitian dari operasional variabel, penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan diakhiri dengan rancangan pengujian hipotesis dan statistik.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi yang digunakan didalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) yang memenuhi kriteria. Periode data yang digunakan dalam penelitian adalah tahun 2008 sampai tahun 2012. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Pengambilan sampel bertujuan


(46)

berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria-kriteria yang digunakan untuk memilih sampel penelitian tersebut disajikan dalam tabel 3.1 berikut ini:

Keterangan Jumlah

• Total Perusahaan Manufaktur yang listed di BEI Sampai tahun 2012

• Perusahaan manufaktur yang tidak terdaftar di BEI secara berturut-turut pada periode 2008 -2012

• Perusahaan yang tidak mengeluarkan laporan keuangan 5 tahun berturut-turut .

• Perusahaan yang tidak membayar dividen 5 tahun berturut-turut

• Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel penelitian

181

(6)

(7)

(150)

18

Tabel 3.1 Kriteria pengambilan sampel

Berikut adalah daftar perusahaan manufaktur berdasarkan kriteria pengambilan sampel yang telah ditentukan.

No. Kode Perusahaan

1 INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 2 SMGR Semen Gresik Tbk

3 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk 4 LMSH Lionmesh Prima Tbk 5 ASII Astra International Tbk 6 AUTO Astra Auto Part Tbk 7 GDYR Goodyear Indonesia Tbk 8 GJTL Gajah Tunggal Tbk 9 SMSM Selamat Sempurna Tbk 10 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk 11 DLTA Delta Djakarta Tbk

12 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk 13 MYOR Mayora Indah Tbk


(47)

14 GGRM Gudang Garam Tbk

15 HMSP Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk 16 DVLA Darya Varia Laboratoria Tbk 17 MRAT Mustika Ratu Tbk

18 UNVR Unilever Indonesia Tbk Tabel 3.2 Perusahaan Manufaktur yang Memenuhi Kriteria 3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang meliputi laporan keuangan yang telah dipublikasikan yang terdiri dari : (1) Laporan keuangan

audited untuk tahun yang berakhir pada 2008 hingga 2012, untuk memperoleh

data aliran kas bebas, rasio hutang, profitabilitas dan struktur aset perusahaan. (2) Data Company Report perusahaan menjadi objek penelitian. Company report

secara umum berisi pengukuran kinerja perusahaan dalam bentuk rasio keuangan periode tahun 2008-2012. (3) Data Pembayaran dividen kas periode 2008-2012. Semua data diperoleh dari

3.4 Defenisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan penelitian dan pengembangan hipotesis, maka variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini dapat di identifikasikan dan diukur sebagai berikut:

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Free Cash Flow

(X1

kas lebih perusahaan yang dapat didistri-busikan kepada peme-gang saham atau kreditor yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau )

Arus kas yang berasal dari akti-fitas operasi setelah dikurangi pengelu-aran modal dan modal kerja bersih.


(48)

investasi pada aset tetap

Struktur aset (X2

penentuan berapa

) besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam

aset tetap.

Jumlah aset tetap dibagi jumlah seluruh aset perusahaan dikali 100%. rasio Profitabilitas (X3

Profitabilitas adalah kemampuan perusa-haan untuk mem-peroleh laba dari kegiatan bisnis yang dilakukannya.

)

Jumlah laba atau rugi bersih dibagi dengan rata-rata ekuitas dikali 100%. rasio Kebijakan utang (Y)

salah satu kebijakan pendanaan perusa-haan yang bersumber dari eksternal.

Total liabilitas perusa-haan dibagi dengan total ekuitas dikali 100%.

rasio

Tabel 3.3 Definisi Operasional 3.5 Pengukuran Variabel

3.5.1 Variabel dependen

Variabel dependen atau biasa disebut dengan variabel terikat menurut Idrus (2009 : 79) adalah “variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas.” Adapun variabel dependen pada penelitian ini adalah

Debt to Equity rasio yang dihitung dengan membagi total liabilities dengan total


(49)

pada company report. Rasio ini digunakan untuk menggambarkan kebijakan utang perusahaan. Secara matematis Debt to Equity rasio diformulasikan sebagai berikut:

Debt to Equity = ����������������

������ℎ���ℎ�����′�������

3.5.2 Variabel independen

Variabel independen atau biasa disebut dengan variabel bebas menurut Idrus (2009 : 79) adalah “variabel yang menjadi sebab berubahnya atau timbulnya variabel terikat”. Adapun variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Free cash flow

Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan

kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset tetap (Ross dkk, 2002). Data untuk variabel ini diperoleh dari BEI pada laporan keuangan tahunan perusahaan. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross dkk. (2002) atau rumus yang sama yang digunakan oleh Damayanti (2006) yaitu:

FCFit = AKOit – PMit – NWCit Keterangan :

FCFit = Free Cash flow

AKO it = Aliran kas operasi perusahaan i pada tahun t PMit = Pengeluaran modal perusahaan i pada tahun t NWCit = Modal kerja bersih perusahaan i pada tahun t


(50)

Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap bersih akhir periode dikurangi aset tetap bersih pada awal periode. Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara jumlah aset tetap lancar dengan utang lancar pada tahun yang sama.

b. Struktur aset

Struktur aset adalah penentuan berapa besar alokasi untuk masing – masing komponen aset, baik dalam aset lancar maupun dalam aset tetap. Data untuk variabel ini diperoleh dari BEI pada company report dan laporan keuangan tahunan perusahaan. Rasio struktur aset dapat dihitung pada rumus berikut:

Struktur Aset : ���������

���������

c. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. “Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset untuk menghasilkan keuntungan bagi investor.” (Christine dkk, 2012 : 180). Data untuk variabel ini diperoleh dari BEI pada company report dan laporan keuangan tahunan perusahaan. Rasio yang digunakan untuk mengukur profitabilitas adalah sebagai berikut:

Profitabilitas : ����


(51)

3.6 Metode Analisis Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif yaitu dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah yang dihadapi. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi sederhana dengan menggunakan bantuan software SPSS for

window v.21. Ada dua jenis pengujian yang dapat dipakai dalam penelitian ini,

yaitu uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis. 3.6.1 Pengujian Asumsi Klasik

3.6.1.1 Uji normalitas

Uji normalitas berguna pada tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Uji normalitas berfungsi untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal (Sunjoyo dkk., 2013 : 59). Cara yang digunakan untuk mendeteksi apakah residual mengikuti berdistribusi normal atau tidak adalah dengan analisis grafik. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, demikian sebaliknya. Selain itu bisa jug melalui uji analisis statistik. Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik Kolmogrov-Smirnov atau biasa disingkat K-S (Ghozali, 2008 : 30 dalam Sunjoyo dkk, 2013 : 60). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :

Ho

H

: Data residual berdistribusi normal


(52)

Bila sig > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal ( Ho diterima), sebaliknya bila sig < 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data tidak

normal (Ha

a) Transformasi data

diterima). Distribusi yang melanggar asumsi normalitas dapat dijadikan menjadi bentuk normal dengan berbagai cara sebagai berikut :

Transformasi data dapat dilakukan dengan logaritma natural (ln), log 10, maupun akar kuadrat. Jika ada data yang bernilai negatif, transformasi data dengan log akan menghilangkannya sehingga sampel ( n ) akan berkurang. b) Trimming

Trimming adalah membuang (memangkas) observasi yang bersifat outlier,

yaitu yang nilainya lebih kecil dari μ-2σ atau lebih besar dari μ+2σ. Metode

ini juga akan mengecilkan sampelnya. c) Winzorising

Winzorising mengubah nilai - nilai outliers menjadi nilai - nilai minimum atau maksimum yang diizinkan supaya distribusi menjadi normal. Nilai – nilai

observasi yang lebih kecil dari μ-2σ akan diubah nilainya menjadi μ-2σ dan

nilai – nilai yang lebih besar dari μ+2σ akan diubah menjadi μ+2σ. 3.6.1.2 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam dalam suatu model regresi linear berganda. Jika ada korelasi tinggi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya menjadi terganggu


(53)

(Sunjoyo dkk., 2013 : 65). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

a. menganalisis matrik korelasi variabel – variabel independen, jika diantara variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas,

b. multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF), nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.

Menurut Sunjoyo dkk. (2013 : 66) Beberapa alternatif cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah sebagai berikut:

a. mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi yang tinggi,

b. menambah jumlah observasi,

c. mentransformasikan data kedalam bentuk lain misalnya logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk first difference delta,

d. dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi bayessian yang masih jarang sekali digunakan.

3.6.1.3Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi persyaratan adalah terdapat kesamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut homoskedastisitas (Sunjoyo dkk., 2013 : 69). Ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scaterplot antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai residualnya. Dasar yang digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas antara lain :


(54)

a. jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian mnenyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,

b. jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik yang menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas. 3.6.1.4Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelas antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Secara sederhana, analisis regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan data observasi sebelumnya (Sunjoyo dkk., 2013 : 73).

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series (runtut waktu) dan tidak diperlukan pada data cross section seperti pada kuesioner dimana pengukuran dilakukan secara serempak dan bersamaaan. Model Regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia yang periodenya lebih dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi. Beberapa uji statistik yang sering dipergunakan adalah uji Durbin-Watson.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah : Hipotesis Nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl Tidak ada autokorelasi positif No decision dl . d . du Tidak ada autokorelasi negatif Tolak 4 – dl < d < 4 Tidak ada autokorelasi negatif No decision 4 . du . d . 4 – dl


(55)

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

Tidak ditolak

du < d <4 - du

Tabel 3.4 Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi

3.6.2 Uji Hipotesa

Pengujian hipotesa dilakukan untuk menguji kemampuan variabel independen

(free cash flow, struktur aset dan profitabilitas) dalam mempengaruhi variabel

dependen yaitu kebijakan utang, dapat menggunakan alat analisa statistik berupa uji F dan uji t.

3.6.2.1 Uji T

Uji T digunakan untuk mengetahui apakah secara individu variabel independen mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang, dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan t atau p value < 5%.

H1 : free cash flow, H2 : struktur aset, dan H3

Ho diterima apabila t hitung < t table

: profitabilitas di uji masing – masing dengan menggunakan uji –t, dalam hal ini adapun kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :

Ha diterima apabila t hitung > t table

3.6.2.2Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (free cash flow, struktur aset dan profitabilitas) secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan. Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho


(56)

akan ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikansi F < 5 %. Data analisis dengan model regresi berganda adalah sebagai berikut :

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3

Keterangan :

+ e

Y : Kebijakan hutang X1

X

: Free cash flow

2

X

: Struktur aset

3

α : Konstanta

: Profitabilitas

β1, β2, β3

e : Variabel pengganggu/ error


(57)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1Deskripsi Objek Penelitian

Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari internet

melalui situs

keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan setelah diaudit oleh auditor independen pada tahun 2008-2012. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 21. Berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, diperoleh 18 perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria dan menjadi sampel dalam penelitian selama periode tahun 2008-2012.

4.2Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), median, variance, serta standar deviasi data yang digunakan dalam penelitian. Dimana komponen-komponen statistik deskriptif dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. nilai rata-rata (mean) adalah jumlah seluruh angka pada data yang dibagi dengan jumlah data yang ada,


(58)

2. median adalah nilai tengah data setelah data tersebut diurutkan dari angka terkecil ke angka tertinggi,

3. range adalah selisih dari nilai tertinggi dengan nilai terendah dalam suatu kumpulan data,

4. standard deviation adalah nilai simpangan baku. Semakin kecil nilainya,

maka data yang digunakan mengelompok di sekitar nilai rata-rata,

5. variance adalah jumlah selisih antara data dengan rata-rata data dan

kemudian dibagi dengan jumlah data dikurangi 1(n-1) atau nilai kuadrat dari

std.deviation.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

N Range Min Max Mean Std.

Devia-tion

Vari-ance

Free Cash Flow 90 8220,8 -3861 4359,01 443,12 1230,5 15142

Struktur Aset 90 ,7088 ,0075 ,7163 ,30079 ,14604 ,021 Profitabilitas 90 1,11 ,12 1,23 ,5446 ,21525 ,046 Kebijakan Utang 90 1,69 ,37 2,07 ,8544 ,35480 ,126 Valid N(listwise) 90


(59)

Berdasarkan tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa hanya variabel free

cash flow yang memiliki nilai minimum negatif, namun hal ini tidak bisa

dijadikan sebagai dasar untuk menyatakan bahwa perusahaan dinyatakan merugi selama periode pengamatan. Untuk nilai maksimum, semua variabel memiliki nilai yang positif. Berikut ini perincian data deskriptif yang telah diolah:

1. variabel free cash flow, memiliki nilai minimum yaitu -3861,86 dan nilai maksimum yaitu 4359,01, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 443,125.

Standard deviation variabel ini adalah 1230,558 dan variance 1514274,9

rentang nilai (range) senilai 8220,88 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah sampel 18 perusahaan selama lima tahun,

2. variabel struktur aset dengan proksi fix assets/total assets, memiliki nilai minimum yaitu 0,0075 dan nilai maksimum senilai 0,7163, dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,300793. Standard deviation variabel ini adalah 0,1460487 dan variance 0,021, rentang nilai (range) senilai 0,7088 menunjukkan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat heterogen karena adanya perbedaan nilai antara nilai maksimum dan nilai minimum dengan jumlah sampel 18 perusahaan selama lima tahun,

3. variabel profitabilitas dengan proksi Net Income After Tax/Total Equity

memiliki nilai minimum yaitu 0,12 dan nilai maksimum senilai 1,23 dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,5446. Hal ini menunjukan bahwa nilai dari


(1)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sebelum Transformasi

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parameters

Mean

a,b

,0000000

Std. Deviation ,68419040

Most Extreme Differences

Absolute ,148

Positive ,148

Negative -,080

Kolmogorov-Smirnov Z 1,399

Asymp. Sig. (2-tailed) ,040

a. Test distribution is Normal.

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Sesudah Transformasi

Unstandardized Residual

N 90

Normal Parameters Mean a,b ,0000000 Std. Deviation ,33310725 Most Extreme Differences

Absolute ,064

Positive ,064

Negative -,051

Kolmogorov-Smirnov Z ,609

Asymp. Sig. (2-tailed) ,852

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(2)

Histogram Sebelum Transformasi


(3)

P-P Plot Sebelum Transformasi


(4)

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Tolerance VIF

1

(Constant) ,449 ,145

Free Cash Flow -3,708E-005 ,000 ,798 1,253

Struktur Aset ,698 ,247 ,991 1,009

Return On Equity

,389 ,187 ,800 1,249

a. Dependent Variable: Kebijakan Utang

Lampiran 9


(5)

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 ,344a ,119 ,088 ,31887 1,713

a. Predictors: (Constant), Return On Equity, Struktur Aset, Free Cash Flow b. Dependent Variable: Kebijakan Utang

Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1

(Constant) ,449 ,145 2,621 ,001

Free Cash Flow -3,708E-005 ,000 -,129 -1,135 ,260

Struktur Aset ,698 ,247 ,287 2,825 ,006

Return On Equity ,388 ,187 ,236 2,087 ,040

a. Dependent Variable: Kebijakan Utang

ANOVAa

Model Sum of

Squares

df Mean

Square

F Sig.

1

Regression 1,328 3 ,423 3,856 ,012b

Residual 9,875 86 ,115

Total 11,204 89

a. Dependent Variable: Kebijakan Utang

b. Predictors: (Constant), Return On Equity, Struktur Aset, Free Cash Flow

Lampiran 11


(6)

Model Summary

Model R R Square Adjusted R

Square

Std. Error of the Estimate

1 ,344a ,119 ,088 ,33887

a. Predictors: (Constant), Return On Equity, Struktur Aset, Free Cash Flow


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 93

PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS, FREE CASH FLOW DAN KEBIJAKAN HUTANG TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2011-2014)

0 6 100

PENGARUH STRUKTUR ASET, FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI.

0 2 30

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

0 0 9

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Struktur Aset Dan Profitabilitas Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2012

1 1 11

PENGARUH KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, FREE CASH FLOW, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, PROFITABILITAS DAN STRUKTUR ASET TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA - Perbanas Institutional Repository

0 0 20

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88

PENGARUH FREE CASH FLOW, PERTUMBUHAN PERUSAHAAN, KEBIJAKAN DIVIDEN, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

0 0 17

PENGARUH STRUKTUR ASET, PROFITABILITAS, RISIKO BISNIS, FREE CASH FLOW, PERTUMBUHAN PENJUALAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG (Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016)

0 0 16