Prosiding Seminar Nasional Mengawal Pelaksanaan SDGs Seri A Subtema 123

AKTUALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM
TRADISI WIWITAN DI DESA JIPANG
Ulfatun Nafi’ah
Universitas Negeri Malang, Email: ulfatun.nafi’ah.fis@um.ac.id, 081333000210

Abstrak
Desa Jipang adalah daerah yang terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten
Blora, Propinsi Jawa Tengah. Desa ini memiliki dua dukuh yaitu Dukuh
Njudan dan Dukuh Jipang. Jipang terletak di dekat aliran sungai Bengawan
Solo sehingga belum terjangkau oleh kendaraan umum. Namun Desa Jipang
kaya akan budaya lokal yang belum banyak dikaji. Salah satunya adalah
tradisi wiwitan. Tradisi wiwitan di Desa Jipang dilakukan setiap akan
memulai menanam padi tujuannya agar selama tanaman itu tumbuh sampai
dengan sebelum dipanen hasilnya akan melimpah, terhindar dari hama dan
wereng. Wiwitan selanjutnya dilakukan pada saat padi akan di panen,
tujuannya agar padi yang dihasilkan menjadi berkah bagi masyarakat
sehingga mereka terhindar dari marabahaya dan wabah penyakit. Berbeda
dengan tradisi wiwitan di daerah lain. Di Desa Jipang proses wiwitan masih
lengkap seperti yang diajarkan nenek moyangnya. Mereka meyakini jika ada
proses yang mereka tinggalkan akan menimbulkan bencana bagi masyarakat.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskrptif. Tulisan ini akan

membahas tentang tradisi wiwitan dalam masyarakat Jipang dari cara
pandang Marcel Mauss tentang teori pemberian. Penulis akan berupaya
mengambil nilai-nilai pendidikan karakter wiwitan dan strategi
aktualisasinya. Penulis juga berharap tulisan ini akan menjadi pondasi awal
pemberdayaan masyarakat Jipang.
Kata Kunci: Bengawan Solo, pemberdayaan masyarakat, pendidikan.

PENDAHULUAN
Sejarah mengajarkan kepada kita tentang pentingnya penanaman
karakter dalam kehidupan. Generasi pendahulu kita sangat menjunjung tinggi
pendidikan karakter dalam kehidupan dan pendidikan bagi generasi penerusnya
agar menjadi pribadi yang cerdas dan lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada
gagasan yang disampaikan oleh MR. Sartono dalam (Daradjati, 2014: 163)
tentang pentingnya pendidikan karakter dalam pembelajaran, hal ini tercermin
pada perumusan Rancangan undang-Undang tentang pendidikan pada tahun 1949.
Rancangan

undang-undang

tersebut


memuat

tujuan

pendidikan

adalah

membentuk manusia yang susila yang cakap, warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.

Ketika

Asrudin dan Kobarsih menginginkan kata “susila” dihapus justru MR. Sartono
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |1

berpendapat lain, menurutnya tujuan pendidikan tidak hanya mencerdaskan
bangsa melainkan juga penting untuk mendidik karakter.
Nampaknya pendidikan karakter tidak lagi menjadi kajian tersendiri

dalam mata pelajaran di sekolah. Pendidikan karakter dianggap sudah terwakili
dalam mata pelajaran PPkN dan Agama. Karakter generasi muda tergerus seiring
dengan pekembangan globalisasi sejak abad XXI, globalisasi juga melahirkan
Revolusi yang 3 T (Transportasi, telekomunikasi, dan tourisme) terpusat pada
perkembangan informasi yang begitu pesat (Friedman, 2006). Implikasi dari
perembangan teknologi informasi yang begitu cepat berpengaruh pada sikap
hidup seserang terhadap kehidupan, baik sebagai individu maupun warga negara.
Hariono (2014) menungkapkan bahwa masyarakat Indonesia seringkali memaknai
informasi sebagai sarana kebebasan yang kurang memperhatinkan resiko.
Sehingga masyarakat larut dalam kebebasan yang cukup memprihatinkan.
Jika kita cermati lebih jauh, terdapat kelompok masyarakat yang tergilagila dengan serial drama korea dan merasa gengsi ketika menikmati pagelaran
wayang, ketoprak dan tari-tari tradisional, atau hasil budaya dari daerahnya
masing-masing. Anak-anak kecil yang lahir saat ini sangat paham akan cerita
doraemon, ipin-upin namun tak banyak yang paham tentang tradisi lahiran, tradisi
manganan, cerita gagak rimang, cerita Arya Penangsang dan tradisi wiwitan yang
ada di masyarakat. Eksistensi budaya lokal sebagai tonggak budaya bangsa yang
kuat akan semakin tergerus apabila tidak dilestarikan dan ditanamkan pada
generasi penerusnya. Endraswara (2006:1) mengemukakan bahwa budaya adalah
sesuatu yang hidup, nyata, berkembang, dan berwujud. Termasuk juga tradisitradisi budaya yang masih berlangsung di daerah-daerah sebagai ciri khas tradisi
dari kekhasan budaya daerah itu sendiri.

Hal ini tentu saja menjadi sayang bila tidak diidentifikasikan dan
dituliskan untuk kemudian ditanamkan. Pewarisan budaya yang bersifat lisan
rawan untuk punah karena apabila generasi pertama menghilang (punah) maka
akan punah pula budayanya dan generasi berikutnya akan menciptakan budaya
baru karena tidak tahu bagaimana bentuk budaya generasi sebelumnya. Budaya
lokal yang ada di masyarakat Desa Jipang sarat akan nilai dan karakter. Karakter

2| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

bagi Ki Hajar Dewantara merupakan proses mengintegrasi pendidikan karakter,
budaya, moral guna membangun fisik, mental dan spiritual. Dengan demikian,
pendidikan seharusnya dapat mengaktualisasikan nilai-nilai pendidikan karakter
dalam tradisi wiwitan di Desa Jipang guna membangun masyarakat agar memiliki
karakter yang baik.
Desa Jipang yang terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Propinsi
Jawa Tengah. Desa ini memiliki dua dukuh yaitu Dukuh Njudan dan Dukuh
Jipang. Desa ini terletak di dekat aliran Sungai Bengawan Solo. Bengawan Solo
menjadi penting pengairan di Desa Jipang. Oleh karena itu, masyarakat Desa
Jipang di daerah aliran Sungai Bengawan Solo mengandalkan pertanian. Ada
tradisi yang menarik dan belum banyak dikaji nilai-nilai penididikan karakter di

dalamanya adalah tradisi wiwitan. Berbeda dengan daerah lain. Tradisi wiwitan di
Desa Jipang dilakukan sebelum menanam padi, tujuannya agar tanaman padi yang
ditanam tidak diserang hama, dan hasilnya melimpah. Selanjutnya, ada tradisi
wiwitan sebelum memanen padi tujuannya agar hasil panen membawa
keberkahan bagi masyarakat. Proses yang dilakukan masih sampai saat ini masih
sama persis. Sedangkan daerah lain seperti di Desa Payaman, tradisi wiwitan
hanya dilakukan sebelum memanen padi, bahan yang digunakanpun sudah tidak
lengkap.
Kuntowijoyo (2006:3) menjelaskan bahwa kreativitas simbolik adalah
usaha manusia dalam menciptakan makna yang merujuk pada realitas yang lain
daripada pengalaman sehari-hari. Dengan kata lain apa yang mereka harapkan
serta cita-citakan bagi kehidupan mendatang tergambar melalui tradisi wiwitan.
Tujuan penyusunan artikel ini adalah untuk mengkaji lebih dalam tentang nilainilai tradisi wiwitan dalam pandangan Marcel Mauss. Penulis juga akan berupaya
mengambil nilai-nilai pendidikan karakter wiwitan dan strategi aktualisasi yang
dapat digunakan.

METODE
Studi ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Tujuannya
menyajikan temuannya dalam bentuk deskripsi kalimat yang rinci, lengkap dan
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |3


mendalam mengenai proses mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi (Sutopo,
2006:227). Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Peneliti
memilih informan yang tinggal di Desa Jipang Kecamatan Cepu Kabupaten Blora
dan dianggap memiliki informasi berkaitan dengan tradisi wiwitan di daerah
tersebut.
Desa Jipang dipilih sebagai lokasi penelitian karena berpijak pada fakta
bahwa daerah ini pernah menjadi pusat pemerintahan kerajaan Djipang salah satu
vassal dari kerajaan Demak pada abad ke XVI. Di desa ini juga masih terdapat
beberapa sisa-sisa peninggalan Kerajaan dan belum pernah diteliti secara tuntas,
seperti makam tua, Gedong Ageng dan Santri Sembilan Walisongo. Alasan
lainnya masih banyak tradisi yang sampai saat ini ada di Desa tersebut
diantaranya manganan (sedekah bumi), berbeda dengan daerah lainnya, di Desa
Jipang Wiwitan dilakukan tradisi wiwitan yang dilakukan pada saat akan
menanam padi dan sebelum memanen padi. Didaerah lain, misalnya di Desa
Payaman tradisi ini sudah mulai ditinggalkan.
Teknik pengumpulan data meggunakan observasi, wawancara mendalam
dengan beberapa tokoh masyarakat dan tetua di Desa Jipang yaitu Bapak Sukar,
Kepala Desa Jipang Bapak Ngadi, Sekretaris Desa Jipang Bapak Suryadi, Kepala
Dusun Jipang yaitu Bapak Bapak Yono, Mudin Desa Jipang yaitu Bapak Eko, dan

Juru Kunci Makam Arya Penangsang yaitu Mbah Ujud.
Penelitian ini menggunakan teori pemberian yang dikemukakan oleh
Marcel Mauss dalam menganalisis data. Mauss (1992) mengemukakan bahwa
pada dasarnya tidak ada yang cuma-cuma atau gratis. Segala bentuk pemberian
selalu diikuti oleh pemberian kembali atau yang lebih dikenal dengan imbalan.
Proses yang demikian menjadi pengikat sosial di masyarakat. Dalam melakukan
analisis bersifat naratif-kualitatif (Sukmadinata, 2007:156). Naratif kualitatif
dalam penelitian ini digunakan untuk menjelaskan narasi tradisi wiwitan di Desa
Jipang. Miles & Huberman dalam Sugiyono (2009:246) mengemukakan bahwa
aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis
data, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

4| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

PEMBAHASAN
Perspektif Marcel Mauss dalam Tradisi Wiwitan di Desa Jipang
Marcel Mauss memiliki gagasan tentang pemberian. Menurut Mauss
(1992) pada dasarnya tidak ada pemberian yang gratis. Segala bentuk pemberian
selalu diikuti oleh suatu imbalan. Kebiasaan saling tukar-menukar pemberian itu

adalah sebuah proses sosial yang dinamik yang melibatkan keseluruhan anggota
masyarakat sebagai sistem yang menyeluruh. Saling memberi juga menjadi
penanda persaingan kedudukan antar si pemberi dan yang menerima, dan hal ini
terjadi secara terus-menerus. Proses demikian berbeda jika dalam masyarakat
sudah mengenal perdagangan. Ada tujuan ekonomi dalam proses pertukaran
antara uang, benda dan jasa. Tidak lagi antar struktur masyarakat antar kelompok,
melainkan terjadi antar individu. Tujuan utama pemberian ini adalah untuk
mengikat sistem sosial.
Menurut Mauss (1992) pemberian hadiah dalam hal ini pelaksanaan
wiwitan. Diikuti dengan pertukaran ketimbang penawaran sepihak. Pemberian
hadiah bukan seperti transaksi-transaksi pasar yang bercorak seketika dan tanpa
nama, hadiah ini dilihat sebagai modus pertukaran yang berimplikasi pada
interaksi-interaksi berjangka waktu lama dan menyajikan ikatan-ikatan kewajiban.
Seseorang yang mendapat hadiah dari orang lain memiliki kewajiban untuk
memberi balasan kepada orang yang telah memberinya hadiah. Setidaknya
terdapat tiga kewajiban yang harus dilakukan partisipan dalam pertukaran hadiah,
yakni memberi, menerima, dan membalas. Setiap orang yang diberi hadiah tidak
dapat menolak pemberian tersebut, jika melakukan penolakan maka si penerima
dianggap


tidak

sanggup

mengembalikan

dan

itu

berarti

takut

untuk

mengembalikan merupakan sebuah kegagalan. Kegagalan untuk memberi atau
menerima sama halnya kehilangan harga diri dan kehormatannya (Mauss, 1992:
58-59). Teori tersebut relevan untuk mengkaji tradisi wiwitan di Desa Jipang.
Desa Jipang terletak di Kecamatan Cepu, Kabupaten Blora, Propinsi Jawa

Tengah. Desa ini memiliki dua dukuh yaitu dukuh Njudan dan dukuh Jipang.
Desa ini terletak di dekat aliran sungai Bengawan Solo. Oleh karena itu,
masyarakat desa mengandalkan pertanian, beternak dan pertambangan untuk
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |5

menunjang hidup. Wilayah desa ini seluas 191.061 km2. Desa ini berbatasan
dengan Desa Kapuan & Desa Getas di sebelah utara, Sungai Solo di sebelah
selatan dan timur serta Desa Ngloram & Desa Kapuan di sebelah Barat. Tipologi
desa ini tegolong persawahan. Jarak desa Jipang ini dengan pusat pemerintahan
kecamatan sejauh 11 km sedangkan jarak desa ini dengan pemerintah Kota sejauh
44 km, dan dengan kabupaten sejauh 42 km. Jumlah penduduk desa berdasarkan
monografi pada medio Desember 2014 sebanyak 2.078 jiwa dengan 66 Kepala
Keluarga.
Ekonomi masyarakat desa Jipang tergolong tercukupi berkat adanya
sungai Bengawan Solo. Desa Jipang yang berada di dekat sungai Bengawan Solo
ini menjadikan penduduknya mengandalkan mata pencaharian berbasis agraris.
Pertanian menjadi mayoritas Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah
pertanian sebanyak 608 orang, buruh tani 384 orang, peternak 232 orang,
karyawan swasta 178 orang, pedagang 56 orang, pensiunan 26 orang, tukang 21
orang, jasa 17 orang, nelayan 16 orang, PNS 8 orang, pekerja seni 6 orang dan

pengrajin 1 orang. Jumlah penduduk miskin desa ini sebanyak 591 jiwa, 197 KK.
Koentjaraningrat (2002:248) menjelaskan bahwa akulturasi merupakan
suatu proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu
kebudayaan asing dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur dari suatu
kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Kebudayaan Indonesia yang beragam serta perjalanan sejarah Indonesia yang
panjang menyebabkan ada beberapa kebudayaan yang mengalami akulturasi.
Akulturasi kebudayaan di desa Jipang terjadi antara kebudayaan Hindu dengan
kebudayaan Islam. Hal tersebut dapat dilihat pada acara tradisi wiwitan yang ada
di Desa Jipang.
Mursal (1992:21) mengemukakan bahwa tradisi merupakan kebiasaan
turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai kebudayaan. Masingmasing daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Di Desa Jipang terdapat
banyak tradisi yang sampai sekarang masih dilakukan salah satunya adalah
Tradisi Wiwitan. Tradisi wiwitan yaitu tradisi untuk memulai (wiwit/kawit yang

6| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

artinya memulai) menanam padi dan memanen padi. Tidak semua warga yang
memiliki sawah yang ada di Desa Jipang melakukan tradisi tersebut. Hanya sawah
yang memiliki Pundhung (gundukan tanah) yang melakukan wiwitan. Sebagai
contoh sawah yang di “wiwit” adalah sawah bengkok (tanah ganjaran). Tanah
bengkok menjadi hak kepala desa untuk menggarapnya sebagai kompensasi gaji
yang tidak mereka terima. Menurut Ibu Wasini ada beberapa tanah bengkok yang
memiliki Pundhung.
“..Pundhung itu yang diwiwiti terletak dipojokkan sawah.
Jumlahnya di bengkok (lurah itu ada 8 pundung namanya
pun berbeda-beda. Ada Cinde, Babarlayar, Jegong tapi di
Jegong tidak pake wiwitan ya itu ada namanya tapi gak
diwiwiti, Panjang, Lingi Etan, Lingi kulon, Cabuk,
Kembar. Kembar itu dua makanya disitu ada 7 nama tapi
jumlahnya jadi 8 pundhung.
Ada delapan tempat yang digunakan untuk tradisi wiwitan. Tanah milik
Kepala Desa. Sebelum tradisi dimulai, ada beberapa hal yang harus disiapkan
diantaranya: pisang raja setangkep, jenang, jaddah, ayam, sayur gethik, jajan
pasar seperti: nogosari, mendut dan tape diletakkan dalam di atas “Tempeh”
dilapisi daun pisang.
Selain itu juga terdapat takir dengan jumlah wolu (delapan) diisi Bunga
cok bakal, Sego klangkrang yaitu Nasi, kelapa yang dipotong-potong kecil dan
ditaburi gula merah yang telah dipotong kecil-kecil. Nasi bucu: Nasi pincuk diberi
bawang merah 1 siung, bawang putih 1 siung, telur ayam kampung, cabe rawit 1
buah (jika wiwit waktu tanam), cabe merah 1 buah (jika wiwit waktu panen),
kemiri utuh 1 buah, teri pethek 1 buah, kancang panjang, menyan dan Kembang
Pari berisi beras dicuci dan kelapa parut. Selain itu juga terdapat arak.
Proses wiwitan sendiri dilakukan di Sawah, dengan mengundang mudin
untuk mendoakan agar tanaman yang dipanen menjadi berkah. Acara dihadiri oleh
beberapa warga yang terlibat dalam proses pengerjaan lahan pertanian. Dari hasil
wiwitan tersebut kue dan nasi kemudian diberikan kepada para buruh tani dan
masyarakat di Desa Jipang. Setelah dilakukan proses do’a bersama makanan dan
jajanan tersebut dibagikan kepada orang yang ikut dalam acara wiwitan.

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |7

Jika teori Mauss tentang pemberian diaplikasikan dalam melihat tradisi
wiwitan, maka pemberian makanan dan hasil bumi (padi) Kepala Desa kepada
masyarakat Jipang mengandung dua tujuan. Pertama, pemberian makanan yang
digunakan dalam tradisi wiwitan seperti nasi, lauk-pauk dan jajanan untuk para
tetangga dan orang yang terlibat dalam proses menanam padi dan memanen padi
merupakan pola pengikatan sosial. Pemimpin Desa dalam hal ini Lurah, bukan
hanya bertindak sebagai individu. Namun, dia mewakili kelompok pejabat desa
Jipang yang ingin mendapatkan imbalan berupa ikatan sosial. Hal ini dilakukan
untuk membangun kepercayaan masyarakat Desa Jipang. Kepala Desa saat ini
menggantikan Kepala Desa yang lama karena terlibat korupsi. Kedua, pemberian
yang dilakukan oleh kepala Desa bertujuan untuk bersedekah, dan dalam
pandangan Mauss Lurah sebagai orang yang memeberi hadiah tidak
mengharapkan akan datangnya imbalan dari masyarakat di Desa Jipang.
Pemberian dimaksudkan untuk memberikan sebagian hasil pertanian tanah
bengkok untuk warga Jipang dengan tujuan bersedekah. Ada keyakinan yang
terbangun bahwa dengan bersedekah maka akan diganti oleh Tuhan dengan rizki
yang lebih melimpah, begitu pula sebaliknya jika hal ini tidak dilakukan maka ada
keyakinan akan menghadirkan bencana.

Nilai-nilai Pendidikan karakter dalam Tradisi Wiwitan
Karakter tidak bisa muncul dengan sendirinya pada diri seseorang.
Karakter terbentuk dalam diri seseorang jika ada proses internalisasi terahadp
unsur-unsur moral. Dalam pandangan Lickona (1992:84) setidaknya terdapat tiga
komponen karakter yang baik, yaitu pengetahuan tentang moral (moral knowing),
perasaan tentang moral (moral feeling) dan perbuatan yang bermoral ( moral
action).
Dalam pelaksanaannya, ada imbal balik dari ketiga unsur moral yang
baik memiliki sub unsur yang tidak dapat dipisahkan antara komponen satu dan
lainnya. Pengetahuan moral, perasaan moral dan tindakan moral saling memiliki
pengaruh dalam membentuk karakter seseorang. Tahapan awal dalam pandangan
Lickona adalah pengetahuan moral yang terwujud dalam pemahaman tentang

8| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

niali-nilai dalam tradisi wiwitan. Nilai-nilai tersebut antara lain: (1) Relegius;
Wiwitan yang dilakukan memiliki makna untuk rasa syukur kepada Tuhan atas
berkah yang diberikan dan berharap agar mendapatkan keselamatan bagi
masyarakat di Desa Jipang. (2) Peduli Lingkungan; Masyarakat Desa Jipang
adalah masyarakat yang peduli untuk menjaga kelangsungan dan keharmonisan
dengan alam. Hal ini diwujudkan dengan kepatuhan masyarakat dari generasi ke
generasi untuk menjaga kelestarian alam, salah satunya dengan tradisi wiwitan
yang dilakukan di sawah. Mereka percaya dengan wiwitan maka proses tanam
sampai panen akan mendapat perlindungan dari Tuhan, dewi Sri agar tananamn
yang mereka tanam terhindar dari hama, wereng dan penyakit tanaman. (3)
Gotong Royong; Dalam mewujudkan kegiatan wiwitan, masyarakat tidak
melakukkannya secara individu. Mereka melakukan dengan gotong-royong dan
saling membantu, tidak hanya untuk wiwitan, dalam kegiatan lainnya masyarakat
juga saling bekerja sama seperti membuat takir, membuat tarub, membuat
berbagai jenis ketupat untuk kegiatan wiwtan, manganan dan kegiatan lainnya. (4)
Kejujuran; Jika datang ke Jipang memiliki niat kurang baik maka dan tidak jujur
maka akan timbul malapetaka dan kesurupan

Kejujuran menjadi hal yang

dijunjung tinggi oleh masyarakat di Desa Jipang. Jika mereka jujur maka
keberkahan dalam hidup akan mereka dapatkan. (5) Tanggung Jawab; Nilai
pendidikan karakter dalam tradisi wiwtan tanggung jawab juga bagian dari
kearifan masyarakat Jipang. Contohnya Pak Lurah Ngadi ketika akan melakukan
wiwitan dia bertanggung jawab untuk memenuhi dan memberikan contoh bagi
masyarakat yang lain dengan tetap melestarikan kearifan lokal masyarakat dengan
melakukan tradisi wiwitan dan mengikuti persayaratan yang teah dilakukan oleh
para

leluhurnya.

Tanggungjawab

untuk

memberi

tauladan

dengan

bertanggungjawab memberi makanan kepada warganya yang ada disekitar
merupakan contoh perwujudan pemimpin yang memiliki rasa tanggungjawab. (6)
Kesederhanaan; Tidak ada pesta yang meriah untuk melakukan tradisi wiwitan.
Bahan yang digunakan adalah bahan yang dihasilakan dari Desa. Ayam kampung
yang digunakan biasanya dari hasil ternak. Makanan dibungkus daun jati, dan
takir. menyajikan makanan di sawah juga mengajarkan kepada generasi
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |9

penerusnya untuk selalu hidup dengan keserhanaan meskipun sudah era modern
seperti sekarang. (7) Hidup bersosial dengan saling memberi; Hidup bersosial dan
saling memberi juga bagian dari filosofi wiwitan. Beberapa makanan mislanya
Sayur yang dibuat hanya pada saat masa tertentu “wiwitan” sebelum musim
tanam. Merupakan makanan khusus yang hanya dinikmati pada masa tertentu.
Makanan dibagikan kepada 70 tentangganya dan orang-orang yang membantu
menanam di sawah. Saling memberi dan menerima sayur dan makanan tersebut.
(8) Kesabaran; Masayarakat diajarkan untuk tetap mengingat ajaran filosofi dari
Arya Penangsang untuk bersabar, menunggu selesai makan dan baru
membicarakan segala permasalahan dengan musyawarah dan dengan jalan
diplomasi.

Aktualisasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam tradisi Wiwitan
Aktualisasi nilai-nilai pendidikan karakter wiwitan dapat dilakukan dengan
melibatkan peserta didik dalam proses memperoleh pengetahuan mereka. Jika
mereka terlibat secara langsung ke dalam proses akan dapat meningkatkan hasil
pembelajaran. Apabila seseorang sudah memahami nilai-nilai karakter yang baik
maka mereka akan mencintai segala sesuatu yang baik. Selanjutnya akan menjadi
pola kebiasaan yang dilakukan seseorang. Aktualisasi nilai dan karakter harus
dipahami sebagai proses merekontruksi pengalaman secara terus-menerus sejalan
dengan tujuan yang akan dicapai.
Aktualisasi nilai dapat ditanamkan dengan model Experiential Learning
Theory (ELT). Model ini merupakan dasar dari pengembangan model experiential
learning. Konsep ini lahir dari pemikiran Kolb yang terinspirasi dari teori belajar
Dewey yang mementingkan proses dari pada hasil belajar siswa. Dewey (1897:
79) mengatakan.
“....learning is best conceived a process, not terms of outcomes. to
improve learning in higher education, the primary fokus should be
on enganging student in a process that best enhances their learning.
a process that includes feedback on the effectiveness of their arning
efforts....education must be conceived as a continuing reconstruction
of experience:....the process and goal of educations are one and the
same thing.

10| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Sejalan dengan pendapat dari Dewey, David Kolb berupaya untuk
mengembangkan model

pembelajaran yang berupaya

untuk melibatkan

pengalaman siswa di dalam proses belajar agar siswa dapat terlibat langsung
untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Model pembelajaran Experiential
Learning ini dikembangkan oleh David Kolb. Dalam experiential learning
menempatkan pengalaman sebagai titik sentral dalam proses belajar. Penekanan
inilah yang membedakan ELT dari teori-teori belajar lainnya. Istilah “experiential
learning” disini untuk membedakan antara teori belajar kognitif yang cenderung
menekankan pada kemampuan kognisi daripada afektif, dan teori belajar behavior
yang menghilangkan peran pengalaman subyektif dalam proses belajar (Kolb,
1984).
Model pembelajaran ini diharapkan dapat menciptakan proses belajar yang
lebih bermakna, dimana siswa mengalami apa yang mereka pelajari. Peserta didik
belajar tidak hanya belajar tentang konsep materi, melainkan terlibat secara
langsung dalam proses pembelajaran agar pengetahuan yang diperoleh lebih
bermakna. Hasil dari proses pembelajaran experiential learning tidak hanya
menekankan pada aspek kognitif saja, juga tidak seperti teori behavior yang
menghilangkan peran pengalaman subjektif dalam proses belajar. Pengetahuan
yang tercipta dari model ini merupakan perpaduan antara memahami dan
mentransformasi pengalaman.
Berdasarkan konsep Dawey di atas maka David A. Kolb (1984)
mengembangkan experiential learning. "the process whereby knowledge is
created through the transformation of experience. Knowledge results from the
combination of grasping and transforming experience" (Kolb, 1984: 4). Menurut
Kolb belajar merupakan sebuah proses yang berkesinambungan dan didasarkan
pada pengalaman. Belajar merupakan proses untuk mengonstruksi dan
mentransformasikan pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik menjadi sebuah
pengetahuan.
Experiential learning dibangun di atas gagasan bahwa pemahaman bukan
merupakan unsur tetap atau tidak berubah tetapi pemahaman itu dibentuk
(formed) dan terbentuk kembali (reformed) melalui pengalaman. Experiential
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |11

learning juga merupakan proses yang berkesinambungan dan digambarkan
sebagai siklus serta berdasarkan kepada pengalaman, menyiratkan bahwa kita
digiring untuk mempelajari situasi tentang ide-ide dan keyakinan kita sendiri pada
tingkat yang berbeda dalam sebuah proses elaborasi. Model siklus pembelajaran
yang kemudiadikenal dengan Kolb Leraning cycle membutuhkan empat jenis
kemampuan agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik, diantaranya: (1)
Concrete Experience (CE); Pengetahuan harus ditemukan anda sendiri agar
memiliki arti atau dapat membuat perbedaan pada perilaku hal ini dilakukan
dengan menggali pemahaman peserta didik melalui pengalaman yang mereka
dapatkan sebelumnya, pengetahuan tentang wiwitan bagi masyarakat di Desa
Jipang tentunya sudah sering dilihat namun belum tentu mereka maknai niklainilainya. (2) Reflection Observation (RO); Peserta didik melakukan observasi
dengan mencari literatur terkait dengan tradisi wiwitan. Proses pencarian literatur
dapat dijembatani guru dengan memberikan berbagai alternatif sumber belajar
yang dapat dimanfaatkan oleh siswa. Selanjutnya peserta didik merefleksikan atau
memikirkan pengalaman dari berbagai segi. (3) Abstract Conceptualization (AC);
Peserta didik belajar secara berkelompok. Mereka mencoba memecahkan
permasalahan terkait dengan tradisi wiwitan, dengan menggunakan sumber
literatur yang relevan. Guru dapat menyusun tugas yang digunakan untuk diskusi
dengan LKS (Lembar Kegiatan Siswa) terkait dengan tradisi wiwitan. (4) Active
Experimentation (AE); Pada tahap ini peserta didik melakukan analisis
permasalahan dengan

menggunakan teori untuk dan mengambil keputusan.

Misalnya terdapat berbagai nilai yang dapat ditemukan oleh peserta didik terkait
dengan permasalahan kemudian mereka diminta merefleksikan nilai-nilai dalam
tradisi wiwitan.

SIMPULAN
Aktualisasi nilai-nilai pendidikan karakter penting untuk ditanamkan
sejak dini, agar generasi penerus bangsa semakin baik.. Nilai-nilai pendidikan
karakter dalam tradisi wiwitan diantaranya: (1) Religius, (2) peduli lingkungan,
(3) gotong royong (4) kejujuran, (5) Tanggung jawab, (6) kesederhanaan (7)

12| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

hidup bersosial dengan saing memberi, (8) kesabaran. Pendidikan karakter dapat
diupayakan jika seseorang memiliki pengetahuan tentang moral (moral knowing),
perasaan tentang moral (moral feeling) dan perbuatan yang bermoral ( moral
action). Proses aktulisasi nilai pendidikan karakter tradisi wiwitan dapat dilakukan
dengan menggunakan model Kolb’s Experiential Learning dengan tahapan
Concrete

Experience

(CE),

Reflection

Observation

(RO),

Abstract

Conceptualization (AC), dan Active Experimentation (AE). Dengan melibatkan
pengalaman langsung peserta didik untuk memperoleh pengetahuan maka,
pengetahuan yang dihasilkan bisa lebih bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
Daradjati. 2014. MR. Sartono Pejuang Demokrasi dan Bapak Parlemen
Indonesia. Jakarta: Kompas.
Dewey, J. 1897: 79. 1897. My Pedagogic Creed. The School Journal. LIV (3):7-8.
Endraswara, S. 2009. Metodologi Penelitian Kebudayaan. Yogyakarta: UGM Press.
Esten, Mursal. 1999. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa
Friedman. T.L. 2006. The World is Flat; Sejarah Ringkas Abad ke 21.
Terjemahan. P. Buntaran dkk. Jakarta: Dian Rakyat.
Hariyono. 2014. Kekuasaan dalam Proses Pembelajaran Sejarah: Membangun
Kuasa Diri dan harapan dalam Dunia yang Terus Berubah. Makalah
Disampaikan dalam Seminar “ Pembelajaran Sejarah: Tantangan dan
Harapan” , yang diadakan oleh Jurusan Sejarah Universitas Negeri Malang
pada tanggal 27-28 September 2014.
Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat. Yogyakarta: Tiara Wacana
Kolb, D. A. 1984. Experiential Learning: Experience as the Source of Learning and
devolepment. Englewood Chiffs. N.J: Prentice-Hall.
Lickona, T. 2012. Educating For Character. Terjemahan oleh Juma Abdu
Wamaungo. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mauss, Marcel. 1992. Pemberian: Bentuk dan Fungsi Pertukaran di Masyarakat
Kuno. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |13

Sukmadinata, N. S. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: CV
Alfabeta.
Sutopo. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta. UNS Press, 2006
Monografi Desa Jipang Desember 2014

14| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI SARANA
PENINGKATAN PENDIDIKAN DI DAERAH (PENELITIAN PEMETAAN
SOSIAL DI WILAYAH PANTA DEWA, KABUPATEN PENUKAL ABAB
LEMATANG ILIR (PALI)

Nanda Harda P.M.
Universitas Negeri Malang, nandameiji@gmail.com, 085729004565)
Abstrak
Pendidikan menjadi salah satu bagian dari 17 wacana global peningkatan kemakmuran
yang ditargetkan oleh setiap negara. Tidak luput pula dengan Indonesia dimana
pendidikan masih menjadi permasalahan laten. Oleh sebab itu dibutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak tidak hanya masyarakat dan pemerintah untuk mengentaskan masalah di
bidang pendidikan. Salah satu agen yang juga memiliki peran adalah perusahaan dimana
memiliki peluang untuk meningkatkan aspek-aspek dalam bidang pendidikan melalui
dana pemberdayaan yang dikelola CSR. PALI sebagai salah satu Kabupaten baru hasil
pemekaran di wilayah Provinsi Sumatera Selatan juga memiliki keterbatasan dalam
peningkatan kualitas pendidikan di daerahnya. Salah satu perusahaan yang setiap tahun
berupaya memberikan dana pemberdayaan adalah pihak Pertamina PALI. Salah satu
wilayah yang menjadi ranah dalam peningkatan pendidikan adalah Desa Panta Dewa.
Dalam melakukan penelitian pemetaan sosial digunakan pendekatan kualitatif di
masyarakat Panta Dewa. Sebagai salah satu wilayah dimana anak-anak mudanya
berusaha untuk memaksimalkan pendidikannya justru terkadang kerap mengalami putus
sekolah di tengah proses pembelajaran. Hasilnya melalui program CSR Pertamina
didirikan sebuah perpustakaan yang diharapkan mampu meningkatkan minat anak-anak
muda dalam hal pendidikan.

Kata Kunci: Pendidikan, CSR, Pemberdayaan

PENDAHULUAN
SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan langkah keberlanjutan
dari program MDGs (Millenium Development Goals) yang diharapkan mampu
untuk mengentaskan permasalahan global di dunia. Tidak dapat dipungkiri bahwa
melalui program pengentasan kemiskinan tersebut, tiap negara bergerak guna
meningkatkan kesejahteraan dan basis hidup warganya termasuk di Indonesia.
Setidaknya terdapat 17 kategori permasalahan yang menjadi kajian utama bagi
tiap-tiap negara seperti kemiskinan, kesehatan, pendidikan, jender, energi,
ekonomi, serta perubahan iklim.

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |15

Permasalahan pembangunan yang semakin kompleks tersebut tentunya
tidak hanya diserahkan keseluruhan pada negara (pemerintah). Diperlukan
kerjasama yang saling terkait antara pemerintah dan masyarakat. Dalam era
modern seperti saat ini, salah satu agen dalam kehidupan yang juga diperlukan
kerjasamanya adalah perusahaan. Kerjasama antar ketiganya tentunya menjadi
salah satu alternatif dalam peningkatan pelaksanaan SDGs di Indonesia. Hal
tersebut mengingat banyaknya perusahaan yang kini mulai sadar serta memiliki
kewajiban tanggung jawab sosial pada lingkungannya melalui CSR.
Pendekatan CSR (Corporate Social Responsibility) memang masih
menjadi sebuah perdebatan di ranah global. Perdebatan yang muncul terutama
mengenai sejauh mana tingkat kesadaran perusahaan dalam membantu proses
pembangunan dan pemberdayaan di masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa
perusahaan terkadang masih berpikir bahwa program bantuan pemberdayaan
kepada masyarakat adalah sebuah kewajiban sebagaimana diatur oleh UU nomor
40 tahun 2007 pasal 74, utamanya mereka yang bergerak di bidang sumber daya
alam (SDA). Oleh sebab itu Pertamina sebagai perusahaan yang bergerak dalam
bidang SDA memiliki kewajiban serta tanggung jawab sosial pada masyarakat di
sekitar wilayahnya. Salah satu cabang wilayah Pertamina terletak di Kabupaten
Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Sumatera Selatan yang merupakan salah satu
wilayah hasil pemekaran dari wilayah Pengabuan.
Sebagai salah satu daerah baru hasil pemekaran, Kabupaten PALI masih
memulai kembali pembangunan di wilayahnya. Anggaran daerah yang terbatas
membuat pemerintah daerah PALI masih kesulitan dalam mengatur pos-pos
anggaran di wilayahnya. Oleh sebab itu di sini peran Pertamina menjadi penting
terlebih melalui program CSRnya guna membantu meningkatkan pemberdayaan
masyarakat di wilayah PALI. Memang sejak berdirinya Pertamina di wilayah
PALI, telah dilakukan beberapa kegiatan pembangunan, bahkan ketika PALI
masih tergabung dalam wilayah Pengabuan. Hal tersebut sebagaimana dari data di
lapangan dimana beberapa jalan di wilayah PALI merupakan program
pembangunan yang didapatkan dari Pertamina. Salah satu desa yang menjadi
program sasaran CSR Pertamina adalah Panta Dewa.

16| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

Sebelum melakukan program CSR pada wilayah Panta Dewa diperlukan
penelitian Pemetaan sosial yang gunanya untuk mendapatkan data umum serta
kebutuhan masyarakat. Pemetaan sosial juga menjadi salah satu cara untuk
melihat dampak perusahaan (Pertamina) pada masyarakat. Melalui pemetaan
sosial diharapkan dapat memberikan rekomendasi program pada pertamina untuk
memenuhi kebutuhan yang memang dibutuhkan oleh masyarakat Panta Dewa. Hal
tersebut karena terkadang masyarakat juga masih kebingungan antara keinginan
serta apa yang dibutuhkan. Jadi kajian yang dilakukan diharapkan memberikan
program dalam jangka menengah ataupun panjang bukan sekedar program asal
jadi sebagaimana pada program-program sebelumnya.

METODE
Dalam melakukan penelitian pemetaan sosial di wilayah PALI, peneliti
menggunakan metode pendekatan kualitatif guna mendapatkan data yang
berkualitas. Peneliti juga memberikan beberapa batasan yang gunanya untuk
merangkai data yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan dan tidak bias
menjangkau masalah-masalah lainnya (Miles & Huberman, 1992). Pada praktek
pengumpulan

informan

digunakan

teknik

snowball

(bola

salju)

untuk

mendapatkan informan serta data yang akurat. Melalui teknik pengumpulan
informan tersebut, didapatkan beberapa informan kunci yang menjelaskan dan
menjabarkan permasalah di wilayah Desa Panta Dewa. Dalam proses
pengumpulan data terkait hubungan antar manusia (Suyanto & Sutinah, 2004)
digunakan beberapa cara yakni observasi, studi literatur, wawacara, serta Focus
Group Discussion (FGD).

PEMBAHASAN
Salah satu basis berlangsungnya CSR adalah konsep triple bottom line
dimana terdapat 3 konsep penting dalam bisnis di era abad ke 21 yakni (planet,
people, and profit) (Elkington, 2010). Ketiganya merupakan satu bagian kesatuan
dimana dalam bisnis perusahaan berusaha memperoleh profit, menjalin hubungan
yang baik dengan stakeholder atau people, dan juga bertanggung jawab pada
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |17

lingkungan. Hal serupa juga dijelaskan oleh Dody Prayogo bahwa setidaknya
terdapat beberapa hal bahwa CSR merupakan salah satu cara bagi perusahaan
untuk meningkatkan tanggung jawab sosialnya pada stakeholder dan lingkungan
(2011).Oleh sebab itu, pada era saat ini CSR memiliki peranan yang cukup
signifikan dalam proses pembangunan dan pemberdayaan berkelanjutan.
Pertamina memiliki concern terhadap proses pemberdayaan masyarakat
terutama di beberapa wilayah dimana mereka mengksplorasi SDA, seperti halnya
yang terletak di PALI. Salah satu wilayah yang menjadi lokasi pemberdayaan
adalah desa Panta Dewa. Wilayah Desa Panta Dewa terletak sekitar 38 Km dari
kota Kecamatan (Pendopo). Terletak di jalur utama yakni Jalan Lintas Sekayu
yang merupakan salah satu jalan Provinsi. Hal tersebut cukup mempermudah
akses warga di wilayah Desa Panta Dewa karena akses jalan yang telah beraspal
dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Sebagian besar penduduk di wilayah Panta Dewa sebagian besar bekerja
sebagai petani karet. Selain itu juga beberapa di antara mereka bekerja di
perkebunan kelapa sawit milik salah satu perusahaan swasta yang ada di daerah
tersebut. Maka tak heran apabila sekitar 85% wilayah Panta Dewa merupakan
lahan perkebunan karet dan kelapa sawit. Hal tersebut membuat warga cukup
bergantung dari hasil perkebunan. Tidak heran apabila karet menjadi komoditas
dagang utama di wilayah Panta Dewa. Jadi secara ekonomi, masyarakat di
wilayah Panta Dewa mampu untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka seperti
pangan, papan, dan sandang. Bahkan untuk pemenuhan alat transportasi roda dua
dan juga komunikasi seperti telepon genggam. Namun sayangnya masyarakat
masih menganggap remeh peran pendidikan bagi para generasi muda.
Tingkat pendidikan masyarakatnya pun masih cukup rendah karena
kesadaran untuk belajar masih lemah di antara warga. Hal tersebut dibuktikan dari
data yang didapatkan di lapangan dimana banyak anak usia sekolah yang
memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya lagi atau putus di tengah
proses pendidikannya. Bagi orangtua mereka hal tersebut bukanlah suatu masalah
yang cukup penting karena dengan tidak melanjutkan pendidikannya, anak-anak
tersebut dapat membantu mereka untuk berkebun. Walaupun dalam beberapa

18| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

kesempatan para orangtua juga mengutarakan bahwa alih-alih membantu bekerja
“memantang” (mengambil hasil) karet, mereka lebih memilih untuk berkumpul
bersama dengan teman-teman sebayanya. Hal ini pula yang akhirnya
memunculkan tingkat pernikahan usia dini meningkat karena banyaknya waktu
luang anak-anak tersebut dihabiskan untuk menjalin kasih dengan teman lawan
jenis.
Hal tersebut menjadi siklus karena kekurangpahaman warga terhadap
pentingnya pendidikan, bukan hanya yang sifatnya formal namun juga pendidikan
informal edukatif yang mengajarkan ilmu dan moral pada para generasi muda.
Apabila permasalahan pemenuhan kebutuhan pendidikan tidak dapat dipenuhi
dengan baik, maka tentunya akan berakibat pula secara langsung maupun tidak
langsung pada kehidupan anak-anak muda tersebut sebagai salah satu generasi
penerus di wilayah Panta Dewa. Peneliti juga mencoba membandingkan anakanak muda yang melanjutkan studinya hingga masa SMA/SMK lebih sukses
secara ekonomi dibandingkan teman mereka yang putus atau tidak melanjutkan
studinya. Hal tersebut karena bagi mereka yang telah lulus mampu untuk
mengembangkan perkebunan karet milik keluarganya. Selain itu beberapa dari
mereka juga dipekerjakan oleh pihak pertamina ataupun perkebunan kelapa sawit
sebagai seorang staf. Dibandingkan dengan anak-anak muda yang putus sekolah
dimana mereka tidak mampu mengembangkan dirinya secara finansial. Bahkan
beberapa anak muda yang merantau dan mampu melanjutkan masa studinya
hingga ke jenjang perguruan tinggi di Kota Palembang mampu untuk bekerja di
beberapa perusahaan di kota tersebut.
Hal tersebut merupakan salah satu kajian yang didapatkan dari hasil
penelitian pemetaan sosial di wilayah Panta Dewa. Pendidikan rupanya bagi
kebanyakan masyarakat Panta Dewa dianggap sebagai hal yang kurang
bermanfaat, bahkan cenderung membuang waktu. Padahal melalui pendidikan,
terdapat ilmu yang didapatkan untuk dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan tidak dapat dipandang remeh, bahkan menjadi sebuah kebutuhan dasar
untuk meningkatkan kualitas masyarakat sebagaimana terkandung dalam

SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |19

pembukaan UUD 1945 sebagai proses mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal yang
seiring dengan program pelaksanaan MDGs dan berlanjut pada SDGs.
Oleh sebab itu kemudian dari hasil kajian penelitian pemetaan sosial yang
dilakukan, peneliti memberikan salah satu rekomendasi utama yakni perihal
peningkatan minat pendidikan terutama usia dini. Mengapa usia dini yang dipilih?
Hal ini karena dari generasi muda seperti ini pembentukan karakter dan minat
serta kesempatan untuk belajar jauh lebih besar. Selain itu anak-anak muda di usia
dini juga menjadi landasan atau fondasi masa depan bagi generasi selanjutnya.
Karena itu dalam peningkatan minat terhadap pendidikan, rekomendasi program
bagi Pertamina adalah pembangunan perpustakaan mini yang mampu diakses oleh
anak-anak dan juga para remaja yang tertarik untuk membaca bacaan atau buku
yang ada di dalamnya. Setidaknya kesadaran pentingnya pendidikan dimulai dari
hal yang kecil dan sederhana. Karena dibutuhkan waktu yang cukup panjang
hingga masyarakat mampu menerima dan memahami pentingnya pendidikan bagi
diri mereka, terlebih generasi muda di wilayah Panta Dewa. Selain itu juga
rekomendasi pemberian beasiswa bagi anak-anak muda yang berprestasi secara
akademik untuk meningkatkan keinginan mereka tetap melanjutkan studi hingga
jenjang yang lebih tinggi. Diharapkan melalui kedua rekomendasi utama dalam
bidang pendidikan tersebut, mulai memunculkan kesadaran dan pemahaman bagi
warga dan juga anak-anak usia sekolah untuk tetap melanjutkan studi
pendidikannya.
Walaupun memang pada akhirnya hingga penelitian selesai dilakukan,
program yang baru dilaksanakan oleh Pertamina adalah pembangunan
perpustakaan atau taman bacaan, dimana koleksi buku didominasi untuk anakanak usia 4 hingga 12 tahun. Keterbatasan dana CSR sebagaimana diungkapakan
oleh Pertamina, lagi lagi menjadi pengganjal untuk peningkatan kualitas layanan
perpustakaan. Selain itu program pemberian beasiswa urung berjalan juga karena
terbatasnya dana CSR mereka. Sebagaimana dijelaskan oleh beberapa kalangan
bahwa masalah klasik dari pemberian bantuan CSR pada masyarakat adalah porsi
keuangan yang masih kurang signifikan (Prayoga, 2011; Susetiawan, 2012).

20| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

SIMPULAN
Pendidikan menjadi salah satu bagian penting baik pada MDGs maupun
SDGs. Sebagaimana disebutkan dalam SDGs bahwa dibutuhkan pendidikan yang
sifatnya inklusif dan setara sebagai sarana peningkatan kehidupan dan kesempatan
di dalam masyarakat. Oleh sebab itu dibutuhkan kerjasama antara berbagai pihak
dalam proses mengawal dan pelaksaanaan program tersebut. Di Indonesia dengan
dimunculkannya undang-undang dan peraturan terkait tanggung jawab sosial
perusahaan menjadi salah satu cara atau bagian guna meningkatkan kualitas
pendidikan. Hal tersebut sebagaimana juga dijelaskan oleh Ife & Tesoriero bahwa
dalam proses pemberdayaan masyarakat dibutuhkan kerjasama yang erat antara
bukan hanya instansi atau institusi formal, namun juga perlunya keterlibatan
masyarakat melalui stakeholder (2008). Pemerintah tidak hanya bekerja sendiri
namun juga dapat saling bekerjasama dengan korporasi serta masyarakat dalam
peningkatan kualitas pendidikan di Indonesa, terutama wilayah pelosok yang
memang memerlukan perhatian lebih, agar tidak terpusat.
PALI sebagai salah satu wilayah kabupaten baru hasil pemekaran wilayah
di Indonesia menjadi salah satu daerah dimana kerjasama antara masyarakat,
perusahaan (Pertamina), dan juga Pemerintah daerah berusaha bekerjasama satu
sama lain untuk meningkatkan kualitas masyarakatnya. Salah satu wilayahnya
yakni Desa Panta Dewa menjadi salah satu daerah yang dijadikan kajian pemetaan
sosial guna melihat kebutuhan masyarakat di wilayah tersebut. Salah satu
permasalahan utama di wilayah Panta Dewa adalah masih kurang sadarnya
masyarakat terhadap pentingnya pendidikan bagi generasi muda. Alhasil
memunculkan beberapa masalah yang muncul secara langsung maupun tidak
langsung akibat kurangnya minat dan kesadaran warganya pada pendidikan.
Oleh karena itu dalam hasil kajian pemetaan sosial yang dilakukan terdapat dua
program yang diharapkan mampu mengubah mindset warga Panta Dewa yakni
pembentukan perpustakaan atau taman baca serta pemberian beasiswa. Program
yang telah dilakukan dan berjalan yakni pembangunan perpustakaan, sementara
pemberian beasiswa masih terhalang karena keterbatasan dana yang dimiliki oleh
tim CSR Pertamina. Tentunya harapan yang muncul adalah melalui pembangunan
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |21

perpustakaan tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap generasi muda
agar tetap melanjutkan studinya dan memiliki pemahaman pentingnya pendidikan.
Karena melalui generasi muda inilah, kehidupan selanjutnya akan berjalan. Bak
sebuah siklus kehidupan dimana yang muda menjadi para orangtua dimana
akhirnya memiliki mindset lebih peka pada pentingnya pendidikan. Apabila hal
tersebut berhasil tentunya, peningkatan kualitas dan juga kapasitas pendidikan
warga negara seperti yang dihimbau dan dirujuk dalam SDGs bukan menjadi
sebuah wacana belaka.
DAFTAR PUSTAKA
Elkington, John. (2010). Canibals With Forks: The Triple Bottom Line of 21st
Century Business. Capstone Publishing Lt. Oxford.
Ife, Jim dan Frank Tesoriero. (2008). Alternatif Pengembangan Masyarakat di
Era Globalisasi: Community Development. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Meiji, Nanda H.P. et al. (2014). Laporan Penelitian Pemetaan Sosial dan Analisis
Kebutuhan di Desa Panta Dewa, Kecamatan Talang Ubi, Kabupaten PALI,
Sumatera Selatan. Yogyakarta: Omah Cipta
Miles, M. B., & Huberman, A. M. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia Press.
Prayoga, Dody. (2011). Socially Responsible Corporation: Peta Masalah,
Tanggung Jawab Sosial dan Pembangunan Komunitas pada Industri
Tambang dan Migas. UI-Press. Jakarta.
Rudito, Bambang dan Melia Famiola. (2013). Social Mapping: Metode Pemetaan
Sosial (Teknik memahami Suatu Masyarakat atau komuniti edisi revisi).
Rekayasa Sains: Bandung.
-------,. (2013). CSR (Corporate Social Responsibility). Rekayasa Sains: Bandung.
Susetiawan (Editor), et.al (2012). Corporate Social Responsibility, Komitmen
untuk Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Azzagrafika
Suharto, Edi. (2007). Pekerjaan Sosial Dunia Industri: Memperkuat Tanggung
Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Refika
Aditama: Bandung
-------. (2014).Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Kajian Strategis
Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial). Refika
Aditama: Bandung
Suyanto, Bagong dan Sutinah. (2005). Metodologi PenelitianSosial (Berbagai
Altenatif Pendekatan). Jakarta: Prenada Media
Tringingsih, Luly. (2015). Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Perusahaan (Studi
tentang PT. Pertamina EP Asset 2 Field Adera di Desa Pengabuan,
Kabupaten PALI, Sumatera Selatan). Tesis pada jurusan Sosiologi S2
UGM: tidak diterbitkan

22| SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa

GUBUK PUSTAKA SISWA PINTAR SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK-ANAK DI DESA SLEROK
KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER
Muhammad Masruro, Fajwatul Khoiriyah, Nikmatul Jazilah,
Widiyatus Zuniarti P. Dewi
Universitas Negeri Malang, fajwaria@gmail.com, Telepon: 083852118633

Abtrak
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dalam rangka
mengembangkan kepribadian serta kemampuan peserta didik baik di
dalam maupun di luar sekolah dan bersifat seumur hidup. Untuk
mewujudkan program pencerdasan bangsa di Indonesia maka di dunia
pendidikan diperlukan adanya kesadaran pereserta didik akan
pentingnya membaca. Membaca merupakan candela dunia, dengan
membaca siswa dapat memperoleh pengetahuan serta informasi yang
lebih luas dari apa yang ada di kelas. Namun pada kenyataannya,
minat baca masyarakat terutama siswa sangatlah memprihatinkan.
Pemecahan masalah ini salah satunya dengan program Gubug Pustaka
Siswa Pintar di SDN Slateng 02 Desa Slerok, Kecamatan Ledokombo
di Kabupaten Jember dengan melibatkan seluruh masyarakat desa,
siswa SDN Slateng 2, serta perangkat sekolah dan perangkat
desa.Program ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran
masyarakat akan pentingnya membaca demi kelasungan masa depan
pendidikan anak-anaknya, selain itu diharapkan program ini dapat
memberikan manfaat dalam menciptakan suasana yang diminati oleh
siswa siswi sehingga mereka merasa senang dan nyaman berada di
ruangan perpustakaan yang asri,indah dan lengkap dengan buku-buku
pengetahuan.
Kata kunci: SDN Slateng 02, Gupustar, Jember

PENDAHULUAN
Pada

hakikatnya

pendidikan

adalah

usaha

sadar

dalam

rangka

mengembangkan kepribadian serta kemampuan peserta didik baik di dalam
maupun di luar sekolah dan bersifat seumur hidup. Pendidikan yang layak serta
merata merupakan agenda penting dalam program pencerdasan dan pembangunan
bangsa dan negara, dan dapat kita lihat pentingnya pendidikan tercantum di kata–
kata dalam pembukaan UUD 1945 “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” sehingga
pendidikan memiliki peran penting untuk kemajuan Bangsa dan Negara
SeNaRi “Mengawal Pelaksanaan SDGs”28 Juli 2016-Prodi Sosiologi FISH Unesa |23

Indonesia. Pendidikan yang layak dan merata merupakan salah satu kewajiban
pemerintah yang harus dipenuhi dan diberikan kepada seluruh warga negaranya
tanpa terkecuali. Dalam meningkatkan pendidikan dan mencerdaskan Bangsa
maka diperlukan kesadaran masyarakat dalam p