BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pertumbuhan Kepala - Studi Antropometri Menggunakan Indeks Sefalik Pada Etnik Melayu Dan India Mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pertumbuhan Kepala

  Pertumbuhan kepala sangat kompleks. Sebelum bayi dilahirkan, pusat-pusat pertumbuhan di kepala sudah bekerja aktif. Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh. Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh karena itu, antara lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh lebih pesat, baik pada proporsi maupun ukuran dibandingkan kepala. Pada kebanyakan individu, kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu pola, walaupun ada variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi, pertumbuhan kepala berlangsung dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara progresif selama masa kanak-kanak dan mencapai kecepatan minimal pada periode pubertas sampai ke maturitas. Usia tahap-tahap pertumbuhan

  9 ini terjadi dan berakhir adalah bervariasi antara individu dan antara jenis kelamin.

  16 Rata-rata pertumbuhan kepala berhenti pada usia 18-20 tahun.

  16 Grafik 1. Persentase pertumbuhan tulang kranium dan kartilago primer Gambar 1. Pandangan frontal dari tengkorak. (A) Tengkorak bayi, (B) Tengkorak anak-anak, (C) Tengkorak

  18

  dewasa

2.1.1 Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kepala

  Pertumbuhan kepala sangat dipengaruhi oleh faktor genetik di samping faktor-faktor yang lain yaitu lingkungan, nutrisi, derajat aktivitas fisik serta kesehatan

  11

  dan penyakit. Penelitian terbaru menyatakan bahwa keragaman dalam morfologi kraniofasial dihasilkan oleh interaksi yang kompleks dari variabel lingkungan yang

  19

  termasuk di dalamnya, yaitu; 1.

  Fungsi otot. Menurut Moss, kepala adalah struktur yang didesain untuk membawa fungsi, integrasi neural, respirasi, pencernaan, pendengaran, penglihatan, dan bicara. Setiap fungsi ini dilakukan oleh jaringan tertentu di kepala. Pertumbuhan komponen tulang sekunder terjadi sebagai respons terhadap pengaruh jaringan lunak yang berdekatan. Peningkatan sistem otot juga berpengaruh dalam pembentukan morfologi kraniofasial. Contohnya, hipermasticatory (peningkatan pengunyahan)

  19 menyebabkan peninggian atap kranium.

  2. Faktor genetik yang berhubungan dengan pertumbuhan kepala. Analisis data dari suatu populasi berkaitan morfologi kraniofasial menunjukkan basis kranium, tulang temporal, wajah atas, dan seluruh kranium adalah indikator terbaik yang dapat

  19 diturunkan dari generasi sebelumnya. Faktor hormon pada sistem endokrin. Hormon memiliki peran utama dalam mengatur pertumbuhan semua jaringan. Hormon yang mempengaruhi perkembangan kraniofasial termasuk hormon parathyroid, hormon thyroid, dan

  19 androgen.

  4. Faktor lingkungan. Ada beberapa hal yang menyebabkan tulang kepala sangat bervariasi, di mana variasi tersebut diturunkan, termasuk hubungannya dengan jenis kelamin dan ras. Meskipun masih kontroversi, beberapa gambaran tulang kepala misal indeks kranial yang umumnya diturunkan, tetapi pada beberapa keadaan

  20 menampakkan perubahan dengan modifikasi oleh karena pengaruh lingkungan.

  Nutrisi atau diet juga mempengaruhi variasi bentuk kepala. Peralihan dari bentuk dolikosefalik pada populasi pemburu di zaman pre-neolitik kepada bentuk

  19 brakhisefalik disebabkan oleh pola makan tinggi karbohidrat yang lebih lunak.

  Temperatur dan ketinggian juga mempengaruhi bentuk kepala. Penelitian menunjukkan populasi manusia di daerah iklim dingin ekstrim mempunyai kepala

  19,20 yang lebih brakhisefalik daripada populasi manusia di daerah panas.

2.2 Antropometri

  Pada abad ke 19, studi tentang variasi dikembangkan dari rata-rata pengukuran antropometri. Antropometri berasal dari kata anthropos yang berarti man (orang) dan metron yang berarti ukur. Antropometri adalah studi tentang pengukuran individu manusia untuk mengetahui variasi fisik manusia. Antropometri berkembang sebagai ilmu yang mempelajari klasifikasi dan identifikasi perbedaan ras dan jenis

  10 kelamin.

  Johan Sigismund Elsholtz (tahun 1654) (cit.Netty, 2011) seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya. Ia menciptakan alat ukur yang dinamakan

  

anthropometron yang merupakan cikal bakal alat ukur yang dikenal sebagai

  17 antropometer. penggunaan secara teliti dari titik-titik pada tubuh untuk pengukuran, posisi spesifik dari subjek yang ingin diukur dan penggunaan alat yang benar. Pengukuran yang dapat dilakukan pada manusia secara umum meliputi pengukuran massa, panjang, tinggi, lebar, dalam, circumference (lingkaran), curvatur (busur), pengukuran jaringan lunak (lipatan kulit). Pada intinya pengukuran dapat dilakukan pada tubuh secara keseluruhan (stature) maupun membagi tubuh dalam bagian yang spesifik seperti

  17

  panjang tungkai. Menurut Artaria dan Gilnka, (cit. Reinhard JD, 2009) penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang

  21 pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.

  Antropometri kepala terdiri atas sefalometri dan kraniometri. Sefalometri adalah studi tentang morfologi kepala dan pengukuran pada kepala manusia yang masih hidup atau kepala korban yang masih mempunyai jaringan lunak. Pengukuran kepala dilakukan dengan menggunakan alat-alat tertentu untuk mengetahui ukuran seperti panjang lingkaran kepala, lebar kepala, panjang kepala, jarak dari kedua mata,

  13 dimensi hidung, bibir, telinga dan sebagainya untuk perbandingan populasi. 10,11,13-15 Perbandingan lebar dan panjang maksimum kepala dinamakan indeks sefalik.

  13,20 Sedangkan kraniometri merupakan pengukuran pada tulang kranium.

  Perbandingan lebar dan panjang maksimum pada tulang kranium dinamakan indeks

  13 20 kranial. Kedua indeks ini digunakan dalam penentuan bentuk dari sebuah kepala.

2.2.1 Indeks Sefalik

  Agar dapat melihat perbedaan manusia secara lebih teliti antropologi ragawi telah menciptakan indeks. Indeks sefalik diperkenalkan oleh Anders Retzius (1976- 1980), seorang ahli anatomi Swedia dengan tujuan untuk mengklasifikasi populasi. Ia menyatakan bentuk kepala adalah kriteria penting dalam mengklasifikasi manusia

  14 dan mengemukakan indeks sefalik sebagai rata-rata untuk perbandingan populasi. panjang maksimum kepala (dalam persen). Melalui indeks sefalik, kita dapat mengetahui identitas korban tentang ras, etnis dan jenis kelaminnya. Formula indeks

  10,11,13-15

  sefalik adalah : Indeks sefalik = Lebar kepala × 100

  Panjang kepala A. Lebar Kepala

  Lebar kepala maksimum diukur jarak antara kedua euryon (eu-eu) kanan dan

  12 kiri. Euryon adalah titik paling lateral dari tulang parietal.

  12 Tabel 1. Klasifikasi Lebar Kepala menurut Lebzelter/ Saller

  Klasifikasi lebar kepala Laki- laki (mm) Perempuan (mm) Sangat sempit

  ≤139 ≤134 Sempit 140 – 147 135 – 141 Sedang 148 – 155 142 – 149 Lebar 156 – 165 150 – 157 Sangat lebar

  ≥166 ≥158 B.

  Panjang kepala Panjang kepala maksimum, yaitu jarak lurus antara titik glabella (g) hingga ke

  12 opisthocranion/ titik oksipital (op).

  • Glabella (g) adalah titik paling depan pada tulang dahi, terletak antara tonjolan supraorbital pada bidang median-sagital. Pada wajah glabella terletak

  12 diantara kedua alis.

  • Opisthocranion (op) adalah titik paling posterior dan paling menonjol pada

  12 daerah tulang kepala belakang (oksipital) dan titik yang paling jauh dari glabella.

  12 Klasifikasi panjang kepala Laki- laki (mm) Perempuan (mm)

  Sangat sempit ≤169 ≤161

  Sempit 170 – 177 162 – 169 Sedang 178 – 185 170 – 176 Lebar 186 – 193 177 – 184 Sangat lebar

  ≥194 ≥185 Gambar 2. (A) Lebar kepala, (B) Panjang kepala

  22

2.2.2 Indeks Kranial

  Berbagai generasi ahli antropologi fisik melakukan pengukuran terhadap kranium dalam meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara elemen-elemen kranium dengan ras. Mereka mendapatkan bahwa bentuk dari kranium memiliki ciri spesifik yang konstan dari masing-masing ras dan perbedaan ras tersebut dapat diperlihatkan melalui perbedaan indeks kranial. Indeks kranial merupakan perbandingan antara lebar maksimum dan panjang maksimum dari kranium.

  20 Indeks kranial = Lebar maksimum kranium (eu-eu) × 100

  Panjang maksimum kranium (g-op) − Euryon (eu) adalah titik paling distal pada sisi neurocranium, pada tulang

  22 parietal untuk menentukan lebar maksimal tengkorak.

  22 − Glabella (g) adalah titik paling depan pada tulang dahi pada tengkorak.

  22 − Opisthocranion (op) titik paling jauh dari glabella pada tulang oksipital.

  Untuk mendapatkan indeks sefalik dari indeks kranial, kedua lebar maksimum

  20 kranium dan panjang maksimum kranium ditambah 8mm.

  Gambar 3. (A)Titik Glabella, (B) Titik Euryon, (C) Titik

  22 Opisthocranion

  Pada prinsipnya berdasarkan ukuran kranium digolongkan menjadi kepala panjang (dolikokranial), kepala bundar (brakhikranial) dan intermediate (mesokranial). Sedangkan berdasarkan besarnya indeks kranial digolongkan menjadi : ultradolikokranial (indeks kranial kurang dari 65), hiperdolikokranial (65 – 69,9), dolikokranial, (70 – 74,9), mesokranial (75 – 79,9), brakhikranial (80 – 84,9),

  20 hiperbrakhikranial (85 – 89,9), ultrabrakhikranial (90 atau lebih).

  

3,4

  Bentuk kranium Indeks kranial Ras Ultradolikokranial

  ≤65 Negroid Hiperdolikokranial 65 – 69,9

  Dolikokranial 70,0 – 74,9 Mesokranial 75,0 – 79,9 Kaukasoid Brakhikranial 80,0 – 84,9

  Mongoloid Hiperbrakhikranial 85 – 89,9 Ultrabrakhikranial

  ≥90 Gambar 4. Variasi bentuk kranial dari ras berbeda

  (A)Brakhikranial, (B)Mesokranial, (C)Dolikokranial

  19

2.2.4 Variasi Bentuk kepala

  Berdasarkan indeks sefalik bentuk kepala dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu, dolikosefalik, mesosefalik, brakhisefalik dan hyerbrakhisefalik.

  10,13-15

  10,13 3,15

  Ras Bentuk Kepala Indeks sefalik Ras Dolikosefalik

  Negroid ≤74,9

  Mesosefalik 75 – 79,9 Kaukasoid Brakhisefalik 80,0 – 84,9 Mongoloid Hiperbrakhisefalik

  ≥85 A.

  Dolikosefalik Bentuk kepala ini menggambarkan individu dengan nilai indeks sefalik <74,9 dan tipe wajah leptroprosopik. Dengan ciri-ciri memiliki kepala lebar dan sempit, profil wajah panjang dan sempit, protrusif, bentuk dan sudut bidang mandibula yang sempit, bentuk muka seperti segitiga (tapered), diafragma hidung yang sempit, tulang pipi kurang menonjol, rongga orbita berbentuk rektangular dan aperture nasal yang lebar. Bentuk kepala yang sempit dan panjang juga akan menghasilkan lengkung maksila dan palatum yang sempit dan dalam. Kebanyakan bentuk kepala ini dimiliki

  2,3 oleh ras Negroid.

  B.

  Mesosefalik Bentuk kepala dengan nilai indeks sefalik 75-79,9. Bentuk kepala ini memiliki karakteristik fisik kepala lonjong dan bentuk muka terlihat oval dengan zigomatik yang sedikit mengecil, profil wajah ortognasi. Bentuk kepala seperti ini kebanyakan

  2,3 dimiliki oleh orang Kaukasoid.

  C.

  Brakhisefalik Brakhisefalik mengacu pada individu dengan bentuk kepala yang lebar dan persegi, dengan nilai indeks sefalik yang lebih besar dari rata-rata yaitu 80-84.9.

  Bentuk kepala ini cenderung dimiliki oleh ras Mongoloid dengan ciri-ciri aperture nasal yang membulat, sudut bidang mandibula yang lebih rendah, bentuk muka segiempat, profil wajah prognasi sedang, rongga orbita membulat, dan puncak kepala

  2,3 tinggi seperti kubah. lnggris, Skandinavia dan beberapa daerah di zona Mediterania. Eropa Barat dan Tengah rata-rata biasanya di atas 80 dan 85, sedangkan sebagian besar di Afrika di bawah 75 kecuali di Afrika Utara mempunyai rata-rata indeks sefalik 80 atau lebih.

  Rata-rata indeks sefalik 80 juga ditemukan di beberapa negara seperti Cina, Jepang, dan Indonesia.

  81 Brakhisefalik Japanese

  86 Hiperbrakhisefalik Lapp

  85 Hiperbrakhisefalik Afghan

  85 Hiperbrakhisefalik Korean

  84 Brakhisefalik Mongolian

  83 Brakhisefalik Native Mexican

  83 Brakhisefalik European

  82 Brakhisefalik Northern Russian

  82 Brakhisefalik Native S. American

  81 Brakhisefalik Inuit

  81 Brakhisefalik Polynesian

  80 Brakhisefalik Median

  15 Tabel 5. Rata-rata indeks sefalik dari beberapa populasi

  80 Brakhisefalik Native U.S. American

  79 Mesosefalik Chinese

  77 Mesosefalik Native Taiwanese

  77 Mesosefalik Arab

  77 Mesosefalik Melanesian

  77 Mesosefalik Ainu

  76 Mesosefalik Bhutanese

  74 Dolikosefalik African

  74 Dolikosefalik Jat

  5 Populasi Rata-rata Indeks sefalik Bentuk kepala Native Australian

86 Hiperbrakhisefalik

  Identifikasi forensik merupakan upaya yang dilakukan dengan tujuan

  4,14

  membantu penyidik untuk menentukan identitas seseorang. Proses identifikasi

  4,6 manusia di mulai dengan identifikasi ras, jenis kelamin dan umur.

  Identifikasi personal sering merupakan suatu masalah dalam kasus pidana maupun perdata. Peran ilmu kedokteran forensik, (cit.Netty, 2011) , dalam identifikasi terutama pada jenazah tidak dikenal, jenazah yang rusak, membusuk, hangus terbakar dan kecelakaan masal, bencana alam, huru hara yang mengakibatkan banyak korban

  17

  meninggal, serta potongan tubuh manusia atau kerangka. Salah satu dasar dari

  4,14 sebuah pengetahuan identifikasi adalah pengetahuan tentang antropometri.

  Pada proses identifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, dan jenis kelamin korban merupakan hal yang penting. Dalam kasus seperti hanya ditemukan beberapa bagian badan saja untuk diidentifikasi, mengetahui ras, suku bangsa, etnis dan jenis kelamin dapat diketahui salah satunya melalui pengukuran antropometri dengan

  10 menggunakan perhitungan indeks sefalik.

2.3.1 Identifikasi Ras

  Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahir tertentu yang dapat dilanjutkan kepada turunannya. Haldene menyatakan bahwa ras adalah sekelompok manusia yang memiliki satu kesatuan karakter fisik dan asal

  2

  geografis dalam area tertentu. Identifikasi mengenai ras, etnis dari seorang korban, sering diperlukan pada kasus-kasus kematian yang disebabkan oleh kecelakan, baik itu kecelakaan kereta api, mobil, maupun pesawat terbang baik lokal maupun internasional. Paling baik dalam mengidentifikasi korban dimana hanya ditemukan beberapa tulang saja untuk diidentifikasi adalah pengukuran tulang tengkorak dan

  4 pelvis.

  2,3,11 Mongoloid, Negroid.

  A.

  Ras Kaukasoid Ras ini tersebar luas di dunia meliputi Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah,

  Pakistan, dan India. Ras Kaukasoid terdiri dari lima subras, yaitu Nordic, Alpin,

2 Baltic, Mediteran, dan India. Ras Kaukasoid memiliki ciri-ciri fisik hidung mancung,

  3 kulit putih, rambut pirang sampai coklat kehitam-hitaman, dan kelopak mata lurus.

  Menurut beberapa pakar, orang Ethopia dan Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid berdasarkan bentuk kepala meski mereka berambut kerinting dan berkulit hitam mirip ras Negroid. Kaukasoid mempunyai bentuk kepala mesosefalik dengan

  3,4,15 indeks sefalik antara 75-79,9 .

  23 Gambar 5. Ras Kaukasoid B.

  Ras Mongoloid Ras Mongoloid mendiami Asia Tengah, Asia Timur, Asia Tenggara dan

  Madagaskar, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan, dan Oseani. Ras Mongoloid dibagi dua yaitu, Mongoloid Asia dan Indian. Mongoloid Asia terdiri dari subras Tionghoa (terdiri atas orang-orang Jepang, Taiwan, Vietnam, Cina) dan subras

  2 Indian terdiri atas orang-orang Indian di Amerika. Ras Mongoloid memiliki ciri-ciri

  kulit warna kuning sampai sawo matang, rambut lurus, bulu badan sedikit, dahi

  3

  membulat, muka lebar dan datar dan mata sipit (terutama Asia Mongoloid). Ras

  3,4,15 Mongoloid mempunyai bentuk kepala brakhisefalik dengan indeks sefalik >80.

  Penelitian menunjukkan laki-laki dan perempuan pada masing-masing ras menunjukkan bentuk kepala yang sama tetapi lebar kepala, panjang kepala, dan rata-

  17 rata indeks sefalik bagi setiap ras pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki.

  25 Gambar 6. Ras Mongoloid C.

  Ras Negroid Ras Negroid adalah ras manusia yang terutama mendiami benua Afrika. Selain itu, mereka banyak mendiami Malaya, Filipina, Irian, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa serta Timur Tengah. Ras ini dibagi menjadi lima subras, yaitu Negrito

  2 Nilitz, Negro Rimba, Negro Oseanis, dan Hotentot-Boysesman. Mereka memiliki

  ciri-ciri pigmentasi kulit yang kuat (kulit hitam), bibir dan hidung yang lebar dan

  3

  tebal, rambut keriting, mata berwarna coklat sampai hitam. Negroid mempunyai

  3,4,15 bentuk kepala dolisefalik dengan indeks sefalik <74,9.

  24 Gambar 7. Ras Negroid

2.4 Latar belakang masyarakat Malaysia

  Dalam ensiklopedia Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.

  Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Istilah etnik sendiri merujuk pada orang-

  6 orang dalam kelompok sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok.

  Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Terdapat 3 etnik terbesar di

  7 Malaysia adalah etnik Melayu (50,4%), etnik Cina (23,7%) dan etnik India (7,1%%).

  Masyarakat Malaysia pada dasarnya terdiri atas dua kelompok yang utama yaitu penduduk Bumiputera dan penduduk bukan Bumiputera. Penduduk Bumiputera merupakan etnik yang lebih awal menetap di negara Malaysia terdiri atas berbagai

  26 Semenanjung Malaysia, Sabah dan Sarawak. Masyarakat Malaysia di Semenanjung

  Malaysia terdiri atas tiga etnik terbesar yaitu Melayu dan India. Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk

  8 dalam kelompok ras Kaukasoid.

  Masyarakat Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan modern. Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997) memperkenalkan dual layer model dimana model pertama menyatakan perpindahan dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Tanah Besar Asia Tenggara melalui China Selatan sewaktu periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru terhadap penduduk asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang Australomelanesoid. Model kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal dari orang-orang terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan evolusi lokal tanpa percampuran genetik. Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan orang-orang India dari India Selatan ke Malaysia sewaktu abad ke-

  19. Migrasi etnik Cina dan India ini membawa kepada masyarakat modern Malaysia

  27 pada masa sekarang.

  Masyarakat Melayu kebanyakannya berada di Semenanjung Malaysia dan sebagiannya di Kepulauan Asia Tenggara, Pantai Timur Sumatera, Pantai Borneo dan kepulauan kecil sekitar area ini. Masyarakat Proto-melayu merupakan orang-orang yang belayar dari pesisir pantai Borneo yang berkembang sehingga ke Sumatera dan Semenanjung Malaysia. Masyarakat Melayu pada masa sekarang yang digelar sebagai Melayu Modern di Semenanjung Malaysia dan Kepulauan Pantai Melayu adalah campuran dari berbagai ras. Mereka digelar sebagai deutro-Melayu yang merupakan campuran dari proto-Melayu dengan India, Thai, Arab dan Cina

  28 modern.

  • Fungsi otot Pertumbuhan Kepala • Genetik • Faktor hormon
  • Nutrisi • Temperatur dan

  Antropometri kepala Ketinggian

  Sefalometri Kraniometri Indeks Sefalik Indeks Kranial

  Dolikosefalik Mesosefalik Brakhisefalik (80-84,9) (<74,9) (75-79,9) Hiperbrakhisefalik (>85)

  Negroid Kaukasoid Mongoloid Identifikasi Ras

  Populasi Mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2010-2012

  Etnik: 1.

  Melayu 2. India

  Jenis Kelamin: 1.

  Laki-laki 2.

  Perempuan Indeks sefalik

  Antropometri kepala Brakhisefalik

  (80-84,9) Mesosefalik

  (75-79,9) Dolikosefalik

  (<74,9) Hiperbrakhisefalik

  (>85)