Makalah Hadits tentang Karakter Menerima

MAKALAH
HADITS TENTANG KARAKTER MENERIMA
PELAJARAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Materi Hadits II
Dosen Pengampu : Nur Khosin, M. Pd. I

Disusun Oleh: Kelompok 1
Nama Anggota : Safitriana Bey
Sindi Sinora Mahulauw
Kelas/Semester : PAI A/IV (empat)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
(IAIN) AMBON
2018

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .............................................................................................................
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MAKALAH ................................................................

B. RUMUSAN MASALAH .................................................................................
C. TUJUAN MAKALAH .....................................................................................
BAB II: PEMBAHASAN
A. HADITS

TENTANG

KARAKTER

MENERIMA

PELAJARAN

PADA

PESERTA DIDIK ............................................................................................
B. PENJELASAN HADITS TENTANG KARAKTER MENERIMA PELAJARAN
PADA PESERTA DIDIK ...............................................................................
C. PELAJARAN YANG DIPETIK DARI HADITS TENTANG KARAKTER
MENERIMA PELAJARAN PADA PESERTA DIDIK..................................

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARAKTER PESERTA
DIDIK ..............................................................................................................
BAB III: PENUTUP
A. KESIMPULAN .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menganjurkan kepada manusia untuk mencari ilmu sebagai bekal
mengatasi segala permasalahan hidup dan juga membimbing umatnya supaya berakhlak
mulia serta berilmu pengetahuan. Menuntut ilmu merupakan kewajiban di mana saja
dan kapan saja, karena ilmu merupakan penyelamat di dunia dan bekal di akhirat kelak.
Jika manusia belum memiliki ilmu, dalam Islam dianjurkan untuk bertanya kepada
mereka yang memiliki ilmu tersebut.
Firman Allah Swt. dalam surat an-Nahl ayat 43:
       
  …..
Terjemahan :

“…..Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui” (Q.S. An-Nahl : 43)
Dengan itu, tak ada satu orangpun yang berhak menghentikan atau melarang
seseorang dalam mencari ilmu (belajar). Setiap individu berhak mendapatkan
pendidikan dan tak ada kata akhir dari suatu proses belajar. Bahkan, Islam sangat
menganjurkan,
Sebagaimana sabda Nabi Saw; “Menuntut ilmu itu fardu atas setiap muslimin
dan muslimat” (al-Ghazali, tt:27).

Berdasarkan alasan dan ajaran Islam tersebut, para ahli pendidikan Islam sejak
dahulu sehingga sekarang secara serius melaksanakan proses pendidikan dalam upaya
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Menurut Aminuddin Rasyad, bahwa Islam
menginginkan manusia individu (guru dan murid) dan masyarakat menjadi orang-orang
yang berpendidikan. Berpendidikan berarti berilmu, berketerampilan, berakhlak mulia,
berkepribadian luhur, pandai bermasyarakat dan bekerjasama untuk mengelola bumi
dan alam beserta isinya untuk kesejahteraan umat di dunia dan akhirat serta dekat
dengan Khalik-nya.

Suatu hal yang penting diketahui oleh seorang pendidik atau calon pendidik
adalah sikap dan karakter peserta didik. Peserta didik di sekolah yang dihadapi guru

sudah membawa karakter yang terbentuk dari lingkungan rumah tangga atau lingkungan
masyarakat yang berbeda. Ada yang baik dan ada yang buruk, ada yang patuh dan ada
juga yang tidak patuh, dan seterusnya. Mengetahui latar belakang dan karakter peserta
didik menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan alat pembelajaran, pendekatan
dan metodenya yang akan dilakukan oleh seorang guru sehingga tujuan pendidikan akan
tercapai dengan mudah. Sikap dan karakter peserta didik ini dapat diubah dan dibentuk
sesuai dengan keinginan dan tujuan pendidikan. Di sinilah peran guru, orang tua dan
masyarakat yang amat penting dalam membentuk lingkungan peserta didik yang baik
dan saling mendukung.
Berdasarkan uraian tersebut, perlu digali dan diteliti lebih mendalam untuk
mendapatkan pemahaman yang sangat luas tentang bagaimana seharusnya karakter
peserta didik dibentuk dan dikembangkan agar tujuan pendidikan tercapai sesuai dengan
cita-cita para peserta didik. Dalam hal ini, pembahasan tentang karakter peserta didik ini
akan ditinjau dari aspek pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang di atas dapat di ambil beberapa pokok permasalahan
yang akan di bahas pada makalah ini, yaitu :
1. Bagaimana hadist tentang karakter menerima pelajaran pada peserta didik?
2. Bagaimana penjelasan (syarah) hadits tersebut ?
3. Apa saja macam-macam karakter peserta didik dari hadits tersebut?

4. Apa Faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan makalah ini yakni:
1. Mengetahui hadits tentang peserta didik.
2. Mengetahui penjelasan (syarah) hadits tersebut.
3. Mengetahui macam-macam karakter peserta didik dari hadits tersebut.
4. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Hadits Tentang Karakter Menerima Pelajaran Peserta Didik
Adapun hadits tentang karakter menerima pelajaran bahwa; Dalam kitab
Riyadhus Shalihin Kitabul Ilmi Al Imam An Nawawi menyebutkan hadits Nabi saw
dari Abi Musa radhiallahu‟anhu, dia berkata Nabi saw bersabda:

‫ع م ق ا حدث أ‬

ْ ‫ا عَء ا فظ‬

‫اَ ع ه س م ق إ مث م‬

‫ط ئف‬

‫أ ض ف تم‬

‫ص‬

‫ه قع‬

‫اَ ه فع م ع م‬

‫إ‬
‫عث‬

‫أخ‬

‫أ ع م اْشع‬

‫م س ع ا‬

‫ا ع م ك ث غ ث أص‬


َ‫أج د أمس ت ا ء ف فع ا‬
َ

‫مح د‬

‫م‬

‫ك‬

‫ط ئف م‬

‫اَ فعه‬
‫أ ست ه‬

‫ش‬

‫د ع أ‬

‫أ‬


‫حدث أ‬

‫دع أ‬

‫أس م ع‬

‫اَ ه ع‬

‫عث‬

‫ق ت ا ء ف أ تت ا َ ا ع ش ا ث‬

‫ط‬

‫ع ا أص‬

‫ج م ا د‬
‫سق ا‬


‫ام‬

‫فش‬

‫ا‬

‫ت سك م ء َ ت ت كَ ف ك مث م فقه ف د‬
‫هد اَ ا‬

‫م ق‬

‫ك أس‬

‫مث م م فع‬

Terjemahan:
„Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah dan Abu 'Amir Al
Asy'ari serta Muhammad bin Al 'Allaa lafazh ini milik Abu Amir mereka berkata; Telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah dari Buraid dari Abu Burdah dari Abu
Musa dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Perumpamaan agama

yang aku diutus Allah 'azza wajalla dengannya, yaitu berupa petunjuk dan ilmu ialah
bagaikan hujan yang jatuh ke bumi. Diantaranya ada yang jatuh ke tanah subur yang
dapat menyerap air, maka tumbuhlah padang rumput yang subur. Diantaranya pula ada
yang jatuh ke tanah keras sehingga air tergenang karenanya. Lalu air itu dimanfaatkan
orang banyak untuk minum, menyiram kebun dan beternak. Dan ada pula yang jatuh ke
tanah tandus, tidak menggenangkan air dan tidak pula menumbuhkan tumbuhtumbuhan. Seperti itulah perumpamaan orang yang mempelajari agama Allah dan
mengambil manfaat dari padanya, belajar dan mengajarkan, dan perumpamaan orang
yang tidak mau tahu dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku di utus dengannya."
(HR. Muttafaq Alayh)

B. Penjelasan (Syarah Hadits)
Rasulullah SAW membuat perumpamaan yang indah tentang ilmu dan petunjuk
yang diberikan kepada manusia bagaikan hujan yang menyirami Bumi. Kedua
perumpamaan Bumi dan manusia membutuhkan siraman, Bumi perlu siraman air agar
menjadi tanah yang subur dan dapat menumbuhkan tanaman-tanaman yang hijau
kemudian dimanfaatkan untuk manusia. Demikian halnya hati manusia perlu disiram
dengan petunjuk dan ilmu, agar hatinya menjadi subur menerima petunjuk mendapat
ketenangan, kemudian diamalkan dan diajarkan sehingga manfaatnya lebih luas. AlQurthubiy menyatakan bahwa Rasulullah SAW membuat perumpamaan agama yang
dibawanya bagaikan hujan yang sangat dibutuhkan dalam kehidupan. Demikian juga,
keadaan umat sebelum datangnya Rasulullah SAW menunggu kehadirannya.

Sebagaimana hujan berperan dapat menghidupkan Bumi yang mati, ilmu juga dapat
menghidupkan hati yang mati.

Pada Hadis di atas ada tiga karakter manusia sebagai peserta didik dalam
menerima ilmu atau petunjuk yang diumpamakan seperti ragam tanah atau Bumi ketika
menerima siraman hujan dari langit, sebagai berikut:
a. Bagaikan Bumi subur
Karakter peserta didik diumpamakan seperti Bumi subur ketika disiram dengan air
hujan. Bumi itu dapat minum atau menyerap air, menumbuhkan tanaman-tanaman,
tumbuhan-tumbuhan, dan rumput hijau yang subur. Karakter peserta didik pertama ini
karakter yang terbaik di antara tiga karakter yang ada nanti, karena karakter inilah yang
menjadi tujuan pendidikan, yaitu membentuk pribadi anak yang baik dan memiliki ilmu
pengetahuan yang bermanfaat yakni diamalkan dan diajarkan. Alangkah manfaatnya
jika tanah yang subur itu dapat menumbuhkan berbagai buah-buahan dan sayur
mayor yang mengandung vitamin yang amat penting bagi kesehatan manusia.
Alangkah manfaatnya jika ilmu seseorang yang diamalkan dan diajarkan kepada orang

lain dapat menerangi dirinya dan masyarakat di sekitarnya. Orang pertama ini disebut
sebagai orang alim yang mengamalkan ilmunya untuk dirinya dan mengajarkannya
kepada orang lain.
b. Bagaikan Bumi Tandus dan Gersang
Bumi tandus ini hanya dapat menampung air belakang, tetapi tidak dapat menyerap
untuk menumbuhkan tanaman-tanaman atau tumbuhan-tumbuhan. Memang ia dapat
memberi manfaat kepada manusia seperti untuk minum, untuk menyirami dan untuk
bercocok tanam, tetapi ia tidak dapat mengambil manfaat untuk dirinya. Ini sebuah
perumpamaan karakter peserta didik yang pandai, cerdas, dan pintar semua buku sudah
dibaca dan seolah-olah semua ilmu dikuasai. Tetapi ilmu itu sebatas di ajarkan dan
diinformasikan kepada orang lain, sementara ilmu itu tidak diamalkan untuk dirinya.
Karakter peserta didik kedua ini bagaikan lilin yang menerangi benda disekitarnya,
tetapi membakar dirinya. Allah berFirman dalam QS ash-Shaff: 2-3

             
    
Terjemahan:
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak
kamu perbuat. Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang kamu tidak kerjakan”.
Karakter kedua ini kurang etis, seharusnya ilmu yang telah didapatkan untuk
kepentingan diri sendiri terlebih dahulu, kemudian keluarga dan baru untuk orang lain.
Otang

kedua

ini

hanya

memindahkan

berita,

hanya

menyampaikan, dan hanya menceritakan kepada orang lain.

meriwayatkan,

hanya

c. Bagaikan Bumi Licin Mendatar
Bentuk karakter peserta didik ketiga diumpamakan seperti bumi licin mendatar tidak
dapat menyerap dan tidak dapat menampung air.
Karakter sebagaian peserta didik ketiga ini tidak dapat berbuat sesuatu yang
bermanfaat baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Mereka tidak dapat menyerap
ilmu dan tidak dapat menampung ilmu. Tidak ada ilmu yang menempel di otak mereka,
tidak ada ilmu yang dapat menumbuhkan buah amal nyata untuk dirinya dan tidak ada
orang lain yang mendapat pengajaran daripadanya. Mereka tidak mau mendengarkan
ilmu atau mendengar tetapu tidak memelihara ilmu itu, tidak untuk diamalkan dan tidak
untuk diajarkan.
Karakter ketiga ini yang terendah di antara tiga karekter di atas, karena
keberadaannya kurang berfungsi sebagai peserta didik, keberadaannya kurang
bermanfaat dari berbagai arah.
Orang ketiga ini tidak mau mengambil manfaat dari petunjuk dan ilmu yang
dibawa Nabi dan tidak memberi manfaat kepada orang lain bahkan tidak menerima
petunjuk atau ilmu dari Nabi. Kalau demikian halnya bisa jadi tergolong orang kafir.
Menurut al-Thibiy (al-asqalaniy: 1/177) ada dua karakter manusia yang tidak
disebutkan pada hadits di atas yaitu: pertama, orang yang mau mengambil manfaat ilmu
pelajaran dari Nabi, tetapi tidak mau mengajarkannya kepada orang lain. Kedua, orang
yang tidak mau mengambil manfaat untuk dirinya tetapi mengajarkannya kepada orang
lain. Al-Asqalaniy dalam Fath al-Bariy menjawab, bahwakelompok pertama yang
disebutkan al-thibiy sudah masuk pada kelompok karakter pertama yang disebutkan
dalam hadits di atas, karena pemanfaatannya secaraumum sudah ada sekalipun berbeda
tingkatannya. Demikian juga apa yang di hasilkan bumi, sebagian ada yang diambil
manfaat manusia dan sebagian lagi ada yang mongering. Adapun yang kedua, jika
menyangkut amal wajib dan melalaikan sunah maka digolongkan kelompok kedua

dalam hadits dan jika ia meninggalkan yang wajib ia di hukumi fasik sebagaimana yang
dikatakan Nabi tidak peduli ilmu yang datang dari Nabi SAW.

C. Pelajaran yang Dipetik dari Hadits
Adapun pelajaran yang dapat diambil dari hadits di atas yakni:
1. Anjuran menuntut ilmu, mengamalkan dan mengajarkannya secara serius dan
sungguh-sungguh.
2. Karakter peserta didik dalam menerima pelajaran ilmu bagaikan bumi disirami
air di antara bumi ada yang subur, ada yang tandus, da nada yang licin
berlumut.
3. Karakter peserta didik dalam menerima pelajaran ilmu, pertama paham ilmu
mengamalkan dan mengajarkannya keapda orang lain. Kedua, paham ilmu
tidak mengamalkan tetapi mengajarkannya kepada orang lain. Ketiga, tidak
paham, tidak mengamalkan dan tidak mengajarkannya.
4. Keutamaan penggabungan belajar dan mengajar.

D. Faktor-faktor yang Mempengaruh Peserta Didik
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata karakter berasal dari kata
“karakteristik” yang artinya sifat-sifat kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dari yang lainnya. Selanjutnya, disebutkan bahwa karakter
adalah ciri khusus atau mempunyai ciri khas yang sesuai dengan perwatakan tertentu.
Dengan demikian, yang dimaksud peserta didik (siswa atau murid) adalah orang
yang menginginkan (the wilier ) ilmu, dan menjadi salah satu sifat Allah Swt. Yang
berarti Maha Menghendaki. Pengertian ini dapat dipahami karena seorang murid dalam
pandangan pendidikan Islam adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu
pengetahuan, pengalaman dan kepribadian yang baik untuk bekal hidupnya agar
bahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.

Istilah lain tentang peserta didik dalam pendidikan Islam adalah Al-Thalib, yaitu
orang yang mencari sesuatu. Artinya, seorang murid adalah orang yang tengah mencari
ilmu pengetahuan, keterampilan dan pembentukan karakter tertentu.
Pengertian peserta didik dalam istilah al-thalib lebih bersifat aktif, mandiri,
kreatif dan sedikit bergantung kepada guru. Peserta didik sebagai al-thalib dalam
beberapa hal dapat meringkas, mengkritik dan menambahkan informasi yang
disampaikan oleh guru.
Berdasarkan pengertian istilah “karakter” dan “peserta didik” di atas, dapat
dipahami bahwa karakter peserta didik berarti sifat-sifat yang dimiliki individu sebagai
siswa yang dapat diidentifikasi sebagai orang yang mencari ilmu pengetahuan dengan
sungguh-sungguh untuk bekal di masa depan baik kehidupan dunia maupun akhirat.
Dengan demikian, masing-masing individu akan memiliki karakteristik yang berbeda
sesuai dengan kedudukan individu tersebut.
Sardiman AM. menjelaskan, bahwa karakter peserta didik adalah keseluruhan
kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan
dan lingkungan sosialnya. Berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan Sardiman
tersebut, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik
secara umum yaitu; faktor pembawaan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini yang
dominan mempengaruhi karakteristik peserta didik.
1. Faktor Internal
Fleksibilitas (kelenturan) sifat peserta didik ditinjau dari segi fisiologi, yaitu
hasil dari hakikat jaringan urat syaraf dan sel-sel otak. Syaraf dapat dipengaruhi oleh
perulangan latihan yang menghasilkan adat kebiasaan sifat tertentu.
2. Faktor Lingkungan
Lingkungan tempat peserta didik hidup diyakini besar pengaruhnya terhadap
pembentukan kepribadian dan karakter peserta didik, Faktor lingkungan tersebut

meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat luas. Keluarga, merupakan
lingkungan yang pertama dan utama dialami oleh seorang peserta didik. Situasi keluarga
akan turut menentukan bagaimana karakter peserta didik dibentuk. Sedangkan sekolah,
merupakan lingkungan tempat bertemu peserta didik dengan teman-teman yang lain.
Pertemuan mereka datang dari berbagai budaya dan sosial yang berbeda-beda. Seorang
peserta didik yang secara psikologis berada pada masa pencarian identitas, akan
mengikuti gaya hidup temannya yang lain yang dianggapnya cocok dengan dirinya.
Dengan demikian, untuk terbentuknya karakter peserta didik yang baik perlu
dibangun suatu lingkungan yang baik, agar peserta didik dalam menjalani hidupnya
menuju pada pembinaan sifat-sifat yang positif. Walaupun pada awalnya sifat seorang
peserta didik adalah baik, namun karena hidup dalam lingkungan yang tidak baik, ia
dapat mengalami penyimpangan dan perubahan kepribadian sesuai dengan watak
lingkungan itu sendiri.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan di atas ditarik beberapa kesimpulan dengan pemaparan
berikut:
1. Pada Hadis di atas ada tiga karakter manusia sebagai peserta didik dalam menerima
ilmu atau petunjuk yang diumpamakan seperti ragam tanah atau bumi ketika menerima
siraman hujan dari langit, sebagai berikut:
a. Bagaikan bumi subur, sama halnya karakter sebagian peserta didik yang baik ia
menerima pelajaran dan paham ilmu; ilmu itu diamalkan dan diajarkan kepada
orang lain.
b. Bagaikan bumi tandus dan gersang, ini sebuah perumpamaan karakter peserta
didik yang pandai, cerdas dan pintar semua buku sudah dibaca dan seolah-olah
semua ilmu dikuasai. Tetapi ilmu sebatas diajarkan dan diinformasikan kepada
orang lain, sementara limu itu tidak diamalkan unutk dirinya.
c. Bagaikan bumi licin mendatar, karakter pesera didik ketiga ini tidak dapat
berbuat sesuatu yang bermanfaat baik untuk dirinya maupun orang lain.
2. Ada dua faktor yang mempengaruhi karakter peserta didik, yaitu
a. Faktor Internal (diri sendiri)
b. Faktor Eksternal (lingkungan)

DAFTAR PUSTAKA
Khon, Abdul Majid. 2012. Hadis Tarbawi: Hadits-hadits Pendidikan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Nata, Abuddin. 2001. Perspektif Islam Tentang Pola Hubungan Guru Dan Murid
Jakarta: Rajawali Press.
Edhakidam.blogspot. 2015. Hadis tentang Karakter dan Sifat Anak. Di akses pada 27
Maret 2018