Perbedaan Etika Dan Etiket (1)

Perbedaan Etika Dan Etiket
11
May

Etika dan etiket adalah hal yang menyangkut perilaku manusia. Namun, keduaduanya memiliki perbedaan. Berikut ini akan saya jelaskan terlebih dahulu
mengenai asal kata dan pengertian dari etika dan etiket.

Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos yang bermakna watak kebiasaan.

Etiket berasal dari bahasa Perancis, yaitu etiquette yang berarti sopan santun.

Perbedaan etika dan etiket adalah sebagai berikut.

Etika

1. Selalu berlaku walaupun tidak ada saksi mata.

Contoh : larangan untuk mencuri tetap ada walaupun tidak ada yang melihat kita
mencuri.

2. Bersifat jauh lebih absolut atau mutlak.


Contoh : “Jangan Mencuri” adalah prinsip etika yang tidak bisa ditawar-tawar
lagi.

3. Memandang manusia dari segi dalam.

Contoh : Walaupun bertutur kata baik, pencuri tetaplah pencuri. Orang yang
berpegang teguh pada etika tidak mungkin munafik.

4. Memberi norma tentang perbuatan itu sendiri.

Contoh : Mengambil barang milik orang lain tanpa izin orang tersebut tidak
diperbolehkan.

Etiket

1. Hanya berlaku dalam pergaulan. Etiket tidak berlaku saat tidak ada orang lain
atau saksi mata yang melihat.

Contoh : Sendawa di saat makan melakukan perilaku yang dianggap tidak sopan.

Namun, hal itu tidak berlaku jika kita makan sendirian, kemudian sendawa dan
tidak ada orang yang melihat sehingga tidak ada yang beranggapan bahwa kita
tidak sopan.

2. Bersifat relatif.

Contoh : Yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan bisa saja dianggap
sopan dalam kebudayaan lain.

3. Hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.

Contoh : Banyak penipu dengan maksud jahat berhasil mengelabui korbannya
karena penampilan dan tutur kata mereka yang baik.

4. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan oleh manusia.

Misalnya : Memberikan sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan tangan
kanan.
PRINSIP – PRINSIP ETIKA
Desember 9, 2013

Ika Maully Diana
 Tulisan
Tinggalkan komentar

PENGERTIAN ETIKA

Etika berasal dari bahasa Yunani kuno “ethos” (jamak: ta etha), yang berarti adat
kebiasaan, cara berkipikir, akhlak, sikap, watak, cara bertindak. Kemudian
diturunkan kata ethics (Inggris), etika (indonesia). Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988, menjelaskan pengertian etika dengan membedakan tiga arti,
yakni: Ilmu tentang apa yang baik dan buruk, kumpulan azas atau nilai, dan nilai
mengenai benar dan salah.

Definisi Etika Menurut Para Ahli
Pengertian Etika Menurut K. Bertens: Etika adalah nilai-nila dan norma-norma
moral, yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya.
Pengertian Etika Menurut W. J. S. Poerwadarminto: Etika adalah ilmu
pengetahuan tentang asas-asas akhlak (moral).
Pengertian Etika Menurut Prof. DR. Franz Magnis Suseno: Etika adalah ilmu yang

mencari orientasi atau ilmu yang memberikan arah dan pijakan pada tindakan
manusia.
Pengertian Etika Menurut Ramali dan Pamuncak: Etika adalah pengetahuan
tentang prilaku yang benar dalam satu profesi.
Pengertian Etika Menurut H. A. Mustafa: Etika adalah ilmu yang menyelidiki,
mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan
manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran.

PRINSIP-PRINSIP ETIKA

Dalam peradaban sejarah manusia sejak abad keempat sebelum Masehi para
pemikir telah mencoba menjabarkan berbagai corak landasan etika sebagai
pedoman hidup bermasyarakat. Para pemikir itu telah mengidentifikasi
sedikitnya terdapat ratusan macam ide agung (great ideas). Seluruh gagasan
atau ide agung tersebut dapat diringkas menjadi enam prinsip yang merupakan
landasan penting etika, yaitu keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,
kebebasan, dan kebenaran.

1) Prinsip Keindahan


Prinsip ini mendasari segala sesuatu yang mencakup penikmatan rasa senang
terhadap keindahan. Berdasarkan prinsip ini, manusia memperhatikan nilai-nilai
keindahan dan ingin menampakkan sesuatu yang indah dalam perilakunya.
Misalnya dalam berpakaian, penataan ruang, dan sebagainya sehingga
membuatnya lebih bersemangat untuk bekerja.

2) Prinsip Persamaan

Setiap manusia pada hakikatnya memiliki hak dan tanggung jawab yang sama,
sehingga muncul tuntutan terhadap persamaan hak antara laki-laki dan
perempuan, persamaan ras, serta persamaan dalam berbagai bidang lainnya.
Prinsip ini melandasi perilaku yang tidak diskrminatif atas dasar apapun.

3) Prinsip Kebaikan

Prinsip ini mendasari perilaku individu untuk selalu berupaya berbuat kebaikan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Prinsip ini biasanya berkenaan
dengan nilai-nilai kemanusiaan seperti hormat- menghormati, kasih sayang,
membantu orang lain, dan sebagainya. Manusia pada hakikatnya selalu ingin
berbuat baik, karena dengan berbuat baik dia akan dapat diterima oleh

lingkungannya. Penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kebaikan bagi
masyarakat.

4) Prinsip Keadilan

kemauan yang tetap dan kekal untuk memberikan kepada setiap orang apa yang
semestinya mereka peroleh. Oleh karena itu, prinsip ini mendasari seseorang
untuk bertindak adil dan proporsional serta tidak mengambil sesuatu yang
menjadi hak orang lain.

5) Prinsip Kebebasan

sebagai keleluasaan individu untuk bertindak atau tidak bertindak sesuai dengan
pilihannya sendiri. Dalam prinsip kehidupan dan hak asasi manusia, setiap
manusia mempunyai hak untuk melakukan sesuatu sesuai dengan kehendaknya
sendiri sepanjang tidak merugikan atau mengganggu hak-hak orang lain. Oleh
karena itu, setiap kebebasan harus diikuti dengan tanggung jawab sehingga
manusia tidak melakukan tindakan yang semena-mena kepada orang lain. Untuk

itu kebebasan individu disini diartikan sebagai:
kemampuan untuk berbuat sesuatu atau menentukan pilihan.
kemampuan yang memungkinkan manusia untuk melaksana-kan pilihannya
tersebut.
kemampuan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.

6) Prinsip Kebenaran

Kebenaran biasanya digunakan dalam logika keilmuan yang muncul dari hasil
pemikiran yang logis/rasional. Kebenaran harus dapat dibuktikan dan
ditunjukkan agar kebenaran itu dapat diyakini oleh individu dan masyarakat.
Tidak setiap kebenaran dapat diterima sebagai suatu kebenaran apabila belum
dapat dibuktikan.

Semua prinsip yang telah diuraikan itu merupakan prasyarat dasar dalam
pengembangan nilai-nilai etika atau kode etik dalam hubungan antarindividu,
individu dengan masyarakat, dengan pemerintah, dan sebagainya. Etika yang
disusun sebagai aturan hukum yang akan mengatur kehidupan manusia,
masyarakat, organisasi, instansi pemerintah, dan pegawai harus benar-benar
dapat menjamin terciptanya keindahan, persamaan, kebaikan, keadilan,

kebebasan, dan kebenaran bagi setiap orang.
TIKA BERBICARA YANG BAIK DAN BENAR
Posted by Akhmad Solihin on Februari 25, 2015

Warga belajar dan siswa--sekalian, semua orang kecuali yang tuna wicara atau
tuna rungu (bisu tuli) pasti mampu berbicara. Namun tidak setiap orang mampu
berbicara dengan baik dan benar. Kalau bicara sekedar bicara, anak kecil pun
bisa. Balita usia 2-3 tahun sudah pandai berbicara, minimal dapat memanggil
ayah ibunya. Bahkan tangisan bayipun sebenarnya merupakan bentuk bicara
juga.

Berbicara adalah mengeluarkan, menyusun kata-kata secara teratur melalui lisan
sehingga dapat dimengerti oleh lawan bicaranya. Bicara di sini diartikan sebagai
bentuk komunikasi, dengan bicara maka komunikasi dapat terjalin, Tetapi
berkata-kata tanpa artipun sebenarnya bicara juga, hanya saja belum dimasukan
ke dalam kategori komunikasi.

Kemampuan bicara menjadi penting dalam konteks menjalin hubungan
komunikasi dengan orang lain. Dalam perkembangannya, bicara menjadi lebih
ruwet karena ada batasan-batasan etika dan aturannya. Bicara kemudian

terkotak-kotak oleh kepentingan dan maksud-maksud tertentu. Setiap aspek
kehidupan memiliki aturan dan etika tersendiri dalam berbicara.

Faktor utama dalam berbicara adalah bahasa. Makna bahasa sekarang lebih luas
lagi, bukan hanya merujuk pada suku bangsa tetapi sudah merambah pada
disiplin ilmu. Kita sekarang tidak hanya mengenal bahasa jawa, Madura, Sunda
dan sebagainya yang berdasarkan kesukuan, melainkan bahasa ekonomi, bahasa
politik dan sebagainya dalam lingkup disiplin ilmu.

Selanjutnya, dari bahasa tadi mempengaruhi etika dan aturan bicara. Antara
bahasa hukum dan bahasa ekonomi ada aturan dan etikanya sendiri, seperti

halnya bahasa Jawa dan bahasa Sunda yang di dalamnya tidak terpisahkan oleh
adat istiadat dan budaya dari mana bahasa itu berasal.

Dalam pergaulan etika berbicara itu penting, tidak boleh asal bicara. Semakin
tinggi tingkat pendidikan dan sosial, seseorang biasanya semakin tinggi pula
etikanya dalam berbicara. Kelas pendidikan dan sosial sering menjadi faktor
pembeda dalam berbicara. Antara bahasa tukang becak dan dosen jelas
berbeda. Dan bial dibolak-balik kesannya akan semakin semrawut.


Kesannya akan lain. Seorang dosen dengan strata pendidikan tinggi rasanya
tidak pantas berbicara dengan gaya bahas tukang becak yang terbiasa kasar,
cespleng dan tidak mengenal unggah-ungguh. Sebaliknya, tukang becak akan
menjadi lucu bila memaksakan diri berbicara dengan langgam berbicara seorang
dosen yang cenderung ilmiah dan rumit dicerna orang biasa.

Tujuan utama berbicara adalah membuat lawan bicara mengerti apa yang
dikatakannya. Tidak peduli bahasa apa yang dipakai, punya ungguh-ungguh atau
tidak, yang penting orang yang diajak berbicara menangkap dengan jelas
maksudnya. Tetapi dalam perkembangannya, seiring dengan kemajuan
peradaban, mengerti saja tidak cukup.

Sekarang ini, disamping dapat dimengerti harus pula mencerminkan etika,
termasuk didalamnya adalah unggah-unggah. Apalagi di dunia timur
(oriental)yang sangat menghormati nilai-nilai kesopanan, unggah-ungguh
menjadi faktor yang tak boleh ditinggalkan. Khususnya di masyarakat Jawa,
Unggah-ungga memegang peranan sangat dominan.

Bahkan bahasa yang dipakaipun berlainan antara bicara kepada orang tua, adik,

atasan dan sebagainya. Orang akan semakin dihormati apabila tahu unggahungguh. Dan bila unggah-ungguh itu dilanggar, adat-istiadat sudah menyiapkan
sangsinya. Orang yang tidak tahu sopan-santun dalam berbicara pasti akan
dikucilkan selamanya.

1. Berbicara Harus Menatap Lawan Bicara

Yang harus anda perhatikan ketika berbicara adalah konsentrasikan diri anda
sepenuhnya kepada lawan bicara. jangan melihat ke arah lain sehingga
membuat lawan bicara tersinggung. Menatap lawan bicara sungguh-sungguh
(bukan mendelik/melirik) termasuk etika berbicara yang baik. Obyek anda adalah
lawan bicara bukan yang lain.

jangan tinggalkan etika ketika anda sedang berkomunikasi dengan orang lain.
Kita sendiri juga pasti tersinggung jika ada orang lain mengajak bicara tiba-tiba
memutar hidungnya ke tempat lain. Mau menanggapi bicaranya saja sebenarnya
sudah harus disyukuri, jangan malah berpindah hati.

Bicara itu bukan hanya dengan mulut, tetapi juga dengan hati dan seluruh tubuh
kita kecuali kalau kita berbicara melalui telepon. Ketika berbicara usahakan
seluruh gerak tubuh kita mengarah ke lawan bicara sehingga kita tahu
bagaimana reaksi lawan bicara ketika membalas apa yang kita ucapkan. Kalau
pandangan kita beralih ke tempat lain, kita tahu apakah lawan bicara tulus
dengan ucapannya atau tidak. Bisa jadi lawan bicara bilang setuju tetapi mimik
wajahnya dan kita tahu karena pandangan kita tidak tertuju kepadanya.

Pada saat berbicara semestinya kita seudah mempersiapkan mental kita
sepenuhnya. Karena yang kita hadapi adalah manusia yang mempunyai
perasaan, bisa senang dan susah, bisa tersinggung dan marah-marah. Oleh
sebab itu, baik itu mimik maupun mata kita harus menampakan wajah yang
bersahabat dan sungguh-sungguh.

2. Suara Harus Terdengar Jelas
Disamping kita harus menatap lawan bicara, yang tak kalah pentingnya adalah
menata suara kita agar lawan bicara dapat menangkap dengan jelas apa yang
sedang kita bicarakan. Tidak boleh terlalu terburu-buru dan jangan terlalu pelan.
Usahakan suara yang keluar bisa terdengar jelas agar lawan bicara dapat
terdengar apa yang kita ucapkan.

Karena kondisi tertentu seringkali kita tidak dapat mengontrol suara kita,
sehingga menjadi terlalu cepat. Lawan bicara merasa perlu menegaskan kembali
dengan bertanya

balik. Atau karena tidak ingin didengar orang lain, kita berusaha merendahkan
intonasi suara sehingga di telinga lawan bicara terdengar seperti desis ular.
Kedua-duanya bukan cara yang efektif dalam berbicara.

Berbicara dengan pelan tapi jelas terdengar. Tidak perlu terlalu keras tidak perlu
terlalu lemah. Yang perlu kita perhatikan pula adalah tingkat emosional kita.
Bicaralah ketika emosi kita sedang tidak konsentrasi. misalnya kalau kita sedang
marah atau sedih, usahakan agar kemarahan atau kesedihan tersebut tidak
terlihat oleh lawan bicara.

Percuma saja kita berbicara terburu-buru sampai nafas kita tersengal-sengal,
lawan bicara susah mengerti. Atau terlalu lembut seperti orang yang sedang
dirundung derita berkepanjangan, sehingga hanya terdengar seperti rintihan
yang menyayat hati. Oleh karena itu hindarilah berbicara terburu-buru atau
terlalu pelan. Sebab dalam kondisi berbicara seperti itu, sulit untuk meninta
respon yang obyektif dari lawan bicara.

Di samping tidak efektif, pembicaraan yang kurang terdengar jelas di telinga
lawan bicara kadang-kadang menimbulkan kejengkelan bagi lawan bicara.
Maunya ingin cepat-cepat selesai tetapi malah menimbulkan persoalan baru
yang tidak selesai-selesai. Tentunya ini akan merugikan diri kita sendiri.

3. Gunakanlah Tata Bahasa yang Baik dan Benar
Bahasa dapat menunjukan kualitas kepribadian dan latar belakang seseorang.
Bahasa pegawai kantor, jelas berbeda dengan orang berjualan di pasar. Salah
satu unsur pembedanya terdapat dalam pemakaian tata bahasa yang digunakan.
Bahasa pegawai kantor jelas lebih punya etika dari pada orang pasar. Bahasa
anak gaul berbeda dengan bahasa ningrat keraton.

Sebelum berbicara sebaiknya kata-kata diatur terlebih dahulu. Jangan sampai di
tengah kalimat tiba-tiba putus karena kita tidak tahu apa yang akan kita
bicarakan. Dan tentunya tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar, apalagi
yang meninggung hati lawan bicara.

Kita harus mengetahui mana subyek, mana predikat, obyek dan keterangan
dalam sebuah kalimat. Kita harus tahu pula bagaimana menempatkan perangkat
kalimat pada tempat yang benar. jangan sampai kita bingung dengan kalimat

yang kita ucapkan sendiri. Umpamanya dengan membolak-balik kedudukan
subyek, predikat dan obyek sehingga menjadi kalimat yang tidak beraturan.

4. Jangan menggunakan Nada Suara yang Tinggi
Citra pegawai kantor adalah citra kesopanan artinya orang lain melihat pegawai
kantor sebagai orang yang tahu etika, punya tata-krama dan santun dalam
segala tindak-tanduknya. Sikap dan perilakunya mencerminkan orang
berpendidikan.

Kesan tersebut akan semakin membekas ketika kita sedang berbicara. Dari
pembicaraan itu orang lain akan dapat menilai, apakah kita seorang pegawai
kantor atau bukan. Gaya bicara, intonasi yang dipakai, dan tata bahasa, jelas
berpengaruh besar di telinga pendengar.

Sebagai pegawai kantor, sebaiknya kita berbicara dengan kalimat yang jelas dan
intonasi yang sedang-sedang saja. Tidak terlalu tinggi, juga tidak terlalu rendah.
Tunjukan kesan bahwa kita bisa mengontrol intonasi dengan baik.

Pakailah nada suara yang datar-datar saja, sehingga setiap orang dapat
mendengarnya dengan baik. Kalau terlalu tinggi dikhawatirkan tidak semua
pendengarnya dapat mendengar dengan baik. Apalagi jika kita ditunjuk sebagai
pembicara, nada suara harus benar-benar dijaga. Sebab, pendengar dalam
sebuah forum baik ceramah maupun diskusi cenderung beragam.

Jika nada suara terlalu tinggi kita akan cepat letih. Orang tidak mungkin sanggup
berteriak selama satu jam terus-menerus. Apa yang kita bicarakan sebaiknya
dapat kita nikmati jangan malah menjadi beban.

Disamping itu, kurang beretika rasanya kalau kita berbicara dengan nada suara
yang tinggi. Kecuali jika kita sedang membakar semangat para anak-anak muda
untuk terjun ke medan perang. Dalam situasi yang biasa, aman dan tidak
darurat, Sebaiknya nada suara kita tidak terlalu tinggi.

5. Pembicaraan Mudah Dimengerti

Tujuan utama berbicara adalah untuk membuat lawan bicara mengerti apa yang
sedang kita bicarakan. Oleh sebab itu, sebaiknya kita cukup toleran dengan para
pendengar kita. Kita harus pandai-pandai memilih lawan bicara, sebab hal ini
berkaitan dengan bahasa yang kita pakai. Jangan karena ingin dianggap sebagai
pegawai kantor ke mana-mana kita selalu menggunakan bahasa tingkat tinggi.

Kita harus pandai menyesuaikan diri dengan kondisi dan latar belakang lawan
bicara yang kita hadapi. Jangan terjebak oleh keinginan untuk menjaga image
atau gengsi sehingga mengorbankan lawan bicara.

Pakailah bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti. Tidak penting
anggapan orang lain terhadap diri kita, yang penting adalah orang lain mengerti
terhadap apa yang sedang kita bicarakan. Biarkan orang lain menganggap diri
kita bodoh, dan seolah-olah pitar mereka, itu hak mereka.

Sering kita mendengar ada orang berbicara dengan menggunakan bahasa yang
tinggi. Padahal pendengarnya hanya para pedagang yang tidak sempat
mengikuti perkembangan jaman. Memang ia berhasil membangun kesan di
tengah audiennya bahwa ia pembicara yang pandai, Tetapi ketika ditanyakan
kepada mereka apakah mereka mengerti, mereka malah bingung.
Kita semua pasti punya pengalaman yang sama ketika mengikuti khotbah
Jum'at. Ada khatib yang selama khotbahnya menggunakan bahasa Arab di
tengah jamaah yang seluruhnya orang Indonesia. yakinkah anda bahwa jamaah
mengerti isi khotbah tersebut?
Tipsnya sebelum mengajak bicara, ketahuilah dulu siapa lawan bicaranya. Kalau
memang lawan bicara lebih mudah mengerti dengan bahasa daerah, maka kita
harus menyesuaikan diri.
Dari bahasa di atas semakin mengertilah kita bahwa ternyata berbicara itu tidak
semudah yang kita bayangkan. Tetapi penulis juga tidak sedang mengarahkan
pada satu kesimpulan bahwa berbicara itu sukar. Singkatnya, sebagai pegawai
kantor kita harus tetap menjaga dengan baik etika kita dalam berbicara.
Sumber : Disarikan dari Modul Etika Kerja Kesetaraan paket C SMA 200
ETIKA PERGAULAN
November 15, 2014 · by diansobarna212 · in soft skill. ·

Kata etika pergaulan yaitu berasal dari bahasa Perancis yang artinya
pedoman/aturan-aturan tentang sopan santun/tatakrama, yang sesuai dengan
situasi dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang berlaku baik
norma agama, kesopanan, adat, hukum dan lain-lain.

Etika juga dapat dipergunakan sebagai tolok ukur kepribadian seseorang. Etika
dapat dibentuk melalui berbagai cara, antara lain dengan pergaulan, pendidikan,
lingkungan dan kebiasaan.

Yang harus diperhatikan dalam etika pergaulan baik dengan orang sebaya,
dibawah maupun yang diatas kita baik disisi sosial maupun usia adalah prinsip
saling menghormati. Dengan etika yang baik dapat dipastikan bahwa seseorang
akan dapat diterima dengan baik dalam pergaulan sehari-hari

Mengapa Etika Pergaulan harus diperhatikan ? itu karena.
Manusia harus dituntut untuk saling berhubungan, mengenal dan membantu.
Agar tingkah laku kita diterima dan disenangi oleh siapa saja yang bergaul
dengan kita.
Tata krama dan tingkah laku sehari-hari merupakan cermin pribadi kita sendiri

Hal mendasar dalam etika pergaulan adalah :
Bersikap sopan santun dan ramah
Perhatian terhadap orang lain
Mampu menjaga perasaan orang lain
Toleransi dan rasa ingin membantu
Mampu mengendalikan emosi diri

yang harus di perhatikan dalam pergaulan adalah :
Pandai menempatkan diri
Dapat membedakan bagaimana sikap kita terhadap orang yang lebih tua,
sebaya, dan yang lebih muda. Misalnya :
Orang yang lebih tua / yang dituakan harus kita hormati.

Orang yang sebaya harus dihargai
Orang yang lebih muda harus disayangi.

di dalam ber etika kita dapat melakukannya pada saat :
Di Sekolah

Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan seluruh personal (Kepala
Sekolah, Guru, Tenaga Administrasi/TU, Pesuruh Sekolah, Teman dan lain
sebagainya.
Di Masyarakat

Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan anggota masyarakat. Misal di
Toko dengan pelayan Toko, di Kantor Pos dengan karyawannya, dan sebagainya.
Di Rumah

Dalam berinteraksi/hubungan timbal balik dengan anggota keluarga, baik orang
tua maupun saudara.

Beberapa contoh sopan santun dalam pergaulan :
Dalam berbicara

Etika yang baik dalam berbicara yaitu:
Harus menatap lawan bicara.
Suara harus jelas terdengar.
Menggunakan tata bahasa yang baik.
Jangan menggunakan nada suara yang tinggi.
Bias mengimbangi lawan bicara.
Berusaha menyenangkan lawan bicara.
Mampu menciptakan suasana humor.
Memuji lawan bicara.

Mampu menjadi pendengar yang baik.
Dalam berbicara hindari hal-hal sebagai berikut ;
Membicarakan kejelekan orang lain
Membicarakan hal yang sensitif
Memotong pembicaraan orang
Mendominasi pembicaraan
Banyak membicarakan diri sendiri
Dalam berkenalan

etika yang baik dalam berkenalan yaitu :
Ucapkan nama dengan jelas.
Lakukan kontak mata.
Jabat tangan dengan hangat, tidak dingin.
Perkenalkan pria pada wanita, yang muda kepada yang tua atau yang memiliki
jabatan.
Pada saat sedang duduk, sebaiknya berdiri sebentar.
Jangan melakukan perkenalan di tempat yang ramai
Dalam menelpon

etika yang baik dalam menelpon yaitu :
Segera angkat telpon yang berdering
Sebutkan salam dan nama anda.
Bersikaplah dengan hangat
Jangan menerima telpon sambil makan
Bila telpon terputus maka penelpon pertama harus menyambung kembali
Jangan telpon sambil menelpon orang lain
Kendalikan emosi anda pada saat menerima telpon
Ucapkan kata-kata yang jelas jelas, jangan menggumam
Hindari pembicaraan dengan akrab yang berlebihan

Pada akhir pembicaraan ucapkan salam penutup sebagai ucapan terima kasih
Dalam menegur / memberi hormat

etika yang baik dalam bertamu yaitu :
Bila berjumpa dengan segerombolan kenalan atau teman-teman, hendaknya kita
terlebih dahulu menegur atau memberi hormat kepada perempuan tertua dari
rombongan itu. Sesudah itu baru pada yang lain,
Ketika menegur atau memberi hormat, jangan menyimpan tangan di saku atau
meletakkanya di bagian pinggang, karena akan memberi kesan sombong dan
tidak sopan dalam pandangan orang terpelajar.
Dalam bertamu

etika yang baik dalam bertamu yaitu :
Beritahu lebih dahulu untuk mendapat kepastian apakah tuan rumah ada di
tempat dan bersedia dikunjungi.
Tepat waktu untuk memberikan kesan yang baik pada tuan rumah dan
menghargai waktu tuan rumah
Masuk, bila sudah dipersilahkan. Bila pintu tidak terkunci, jangan sembarangan
masuk. Bila pintu terkunci ketuklah atau bunyikan bel dan bersabar.
Ucapkan salam. Sebagai penghormatan kepada tuan rumah dan tanda bahwa
anda telah datang. Demikian juga pada saat hendak pamit.
Ingat waktu. Walaupun tuan rumah sangat ramah dan kelihatannya senang atas
kunjungan anda.
Jangan memegang barang. Sebelum mendapatkan ijin dari tuan rumah pujilah
tentang barangnya.
Jangan merokok bila belum dipersilakan.
Jaga sikap dan omongan. Jangan sekali-kali mengkritik interior rumahnya,
seberantakan apapun.
Situasi rumah. Bila situasi rumah sedang kurang enak atau membutuhkan
perhatian tuan rumah, sebaiknya segera pamit.
Jika ada tamu lain. Perkenalkan diri anda pada tamu yang datang lebih dahulu.
Dalam berpakaian

Dalam etika pergaulan penampilan seseorang dapat memberikan kesan yang
baik atau sebaliknya. Penampilan yang menarik dan memikat merupakan modal
untuk dapat meraih sukses dalam pergaulan. Penampilan yang menarik dan
memikat dapat diperoleh dangan cara :
Memahami kelebihan dan kekurangan diri sendiri
Memahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan
Menjauhkan diri dari rasa minder dan rendah diri
Bersikap wajar, tidak “over atau under confidence

Dan dalam etika berpakaian pun kita harus mengenal karakteristik tubuhkita ,
berikut ini saya mencontohkan beberapa hal dalam etika berpakain :
Bagi yang bertubuh kurus :
Hindari pakaian yang ketat
Diutamakan bahan yang halus dan melayang
Warna terang lebih dianjurkan
Gunakan motif garis horizontal
Bagi yang bertubuh besar:
Hindari busana motif horizontal
Hindari ornamen busana dan asesori berlebihan
Warna kulit terang akan lebih menarik mempergunakan busana yang berwarna
gelap
Bagi wanita, perpaduan motif dan warna busana baik kebaya/ blus, kain panjang/
rok dan selendang/pasmina disesuaikan. Busana bermotif dipadu dengan setelan
senada.
Bagi pria, warna kemeja diusahakan serasi dengan warna jas dan dasi. Kemeja
motif kotak-kotak tidak disarankan dipadu dengan jas pada acara resmi.
Pemakaian dasi disesuaikan dengan warna kemeja daripada warna jasnya.
Pada setelan jas maupun kemeja berdasi disarankan tidak menyelipkan pin atau
benda lain yang membuat saku menggelembung (kacamata, handphone dll).
Pada pemakaian dasi pangkalnya harus berakhir pada gesper ikat pinggang yang
dipakai. Dasi kupu-kupu hanya untuk pakaian dan acara tertentu.
Untuk acara resmi pakai sepatu warna hitam dan kaos kaki disesuaikan dengan
warna jas atau warna hitam. Hindari sepatu dengan sol karet atau warna lain

Kepribadian yang baik merupakan pribadi yang :
Disukai banyak orang, dihargai dan dinilai sebagai orang yang menyenangkan
dalam pergaulan.
Dianggap sebagai orang yang patut mendapatkan kepercayaan dan
penghargaan.
Biasanya adalah orang yang suka melakukan kebaikan dan menjauhi kejahatan,
suka menolong dan memberi perhatian terhadap kepentingan orang lain.
Yang sanggup mengasihi orang lain, walaupun orang itu telah menyakiti hatinya,
dan mau mengampuni kesalahan orang lain.
Tidak pernah lari dari tanggung jawab dan konsekuen dalam bertindak.

ETIKA PERGAULAN REMAJA

Masa remaja merupakan masa yang sangat kritis, masa untuk melepaskan
ketergantungan terhadap orang tua dan berusaha mencapai kemandirian
sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. keberhasilan para
remaja melalui masa transisi sangat dipengaruhi oleh faktor biologis(faktor fisik),
kognitif(kecerdasan intelektual), psikologis(faktor mental), maupun faktor
lingkungan. Dalam kesehariannya,remaja tidak lepas dari pergaulan dengan
remaja lain. remaja dituntut memiliki keterampilan sosial (social skill) untuk
dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. keterampilanketerampilan tersebut meliputi kemampuan berkomunikasi, menjalin hubungan
dengan orang lain, mendengarkan pendapat/ keluhan dari orang lain, memberi /
menerima umpan balik, memberi/ menerima kritik, bertindak sesuai norma dan
aturan yang berlaku, dan lain-lain.

A. Prinsip-prinsip etika pergaulan remaja
Hak dan kewajiban

Hak kita memang layak untuk kita tuntut, tapi juga jangan sampai meninggalkan
kewajiban kita sebagai makhluk sosial.
Tertib dan disiplin

Selalu tertib dan disiplin dalam melakukan setiap aktivitas. Disiplin waktu biar
nggak keteteran.
Kesopanan

Senantiasa menjaga sopan santun, baik dengan teman sebaya atau orang tua
dan juga guru dimanapaun dan kapanpun.
Kesederhanaan

Bersikaplah sederhana .
Kejujuran

Jujur akan membawa kita ke dalam kebenaran. Bersikap jujurlah walau itu pahit.
Keadilan

Senantiasa bersikap adil dalam bergaul. Tidak membeda-bedakan teman.
Cinta Kasih

Saling mencintai dan menyayangi teman kita agar terhindar dari permusuhan.
Suasana & tempat pergaulan kita

Ini sangat penting juga buat kita. Musti diperhatiin ya nih.

B . Faktor yang mempengaruhi pergaulan remaja

Sebagai makhluk sosial, individu di tuntut untuk mampu mengatasi segala
permasalahan yang timbul sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan sosial
dan mampu menampilkan diri sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku.
Begitu juga dengan pergaulan pada remaja, ada beberapa faktor yang bisa
memengaruhinya antara lain :
Kondisi fisik

Kebebasan Emosional
Interaksi sosial.
Pengetahuan terhadap kemampuan diri
Penguasaan diri terhadap nilai-nilai moral dan agama

c. Prinsip dasar pergaulan yang sehat

Pergaulan yang sehat adalah pergaulan yang tidak terjebak dalam dua kutub
yang ekstrem, yaitu terlalu sensitive (menutup diri) atau terlalu bebas.
Semestinya lebih di tekankan kepada hal-hal positif, seperti untuk mempertegas
eksistensi diri atau guna menjalin persaudaraan serta menambah wawasan.
Saling menyadari bahwa semua orang saling membutuhkan

dan merasa paling benar. Seperti kita ketahui bersama bahwa setiap manusia
pasti akan membutuhkan manusia lain. Keadaan ini harus kita sadari betul,
supaya kita tidak menjadi manusia paling egois
Hubungan memberikan nilai positif bagi kedua belah pihak

Hubungan yang baik adalah hubungan yang saling menguntungkan. Saya yakin
anda tidak suka di rugikan demikian sebaliknya orang lain juga tidak suka kita
rugikan. Dari itulah salah satu dasar pergaulan sehat yang lain adalah simbiosis
mutualisme. Jangan sampai kita berpikir untuk merugikan orang lain
Saling menghormati dan menghargai

Satu kata yang selalu saya ingat jika kita ingin di harga dan di hormati orang
lain, maka kita harus lebih dulu bisa menghargai dan menghormati orang lain.
Mengahargai dan menghormati orang lain ini bisa di lakukan dengan banyak hal
seperti menghargai dan menghormati pendapat orang lain, menghargai dan
menghormati cara beribadah orang lain, menghargai dan menghormati adat
istiadat orang lain, menghargai dan menghormati cara berpikir orang lain dan
sebagainya.
Tidak berprasangka buruk

Agama menapun jelas melarang seseorang untuk berprasangka buruk kepada
orang lain. Karena prasangka buruk hanya akan mendatangkan masalah dan
permusuhan antara kita dengan orang lain.
Saling memahami perbedaan

Manusia di lahirkan dengan berbagai macam perbedaan, baik itu dari segi fisik,
psikologis, ras, suku, budaya dan lain-lain. Setiap manusia itu memiliki keunikan
tersendiri, karena hal inilah kita harus memahami perbedaan tersebut.
Saling memberikan nasihat

Orang bijak berkata teman yang baik adalah teman yang selalu mengajak ke
jalan yang baik dan mencegah ke jalan yang tidak baik. Ini juga salah satu
prinsip pergaulan yang sehat. Dengan saling memberikan nasehat, kita secara
tidak langsung, menjalin hubungan yang lebih sehat bukan hanya untuk dunia
saja, tapi juga untuk akhirat kelak.

Kesimpulan etika pergaulan remaja

Kesimpulan 1:
Etika pergaulan adalah sopan santun atau tata krama dalam pergaulan yang
sesuai dengan situasi dan keadaan serta tidak melanggar norma-norma yang
berlaku baik norma agama, kesopanan, adat, hukum dan lain-lain.
Cara yang baik bersikap dalam pergaulan adalah bagaimana seseorang tersebut
mengutamakan perilaku yang sopan santun saat berhubungannya dengan setiap
orang.
Dunia pergaulan banyak jenisnya. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor, yaitu
faktor umur, pekerjaan, keterikatan, lingkungan dan sebagainya.
Dampak positif dari pergaulan adalah Mampu membentuk kepribadian yang baik
yang bisa diterima di berbagai lapisan sehingga bisa tumbuh dan berkembang
menjadi sosok individu yang pantas diteladani.
Dampak negatif dari pergaulan adalah tumbuh menjadi sosok individu dengan
kepribadian yang menyimpang.

Berbagai masalah tentang masalah pergaulan remaja pada masa ini, terutama di
negara kita Indonesia, yang dikenal dengan baik budaya ketimuran kita yang
terkenal mengerti akan sopan santun juga marak terjadi.
Semua permasalahan itu contohnya :
Narkoba, Sex bebas, Penyakit HIV/AIDS, Hamil di luar nikah, Mencuri, Clubing,
Perkataan Buruk dan Jorok, Tawuran dan Perkelahian, Merokok, Membolos
Sekolah, Peniruan Budaya Barat, dsb.
Kesimpulan 2 :
Lingkungan pergaulan dapat mengubah kepribadian para remaja.
Remaja dengan lingkungan pergaulan yang baik lebih baik kepribadiannya
daripada anak dengan lingkungan pergaulan yang jelek.
Peran orang tua, teman, guru, dan masyarakat sangatlah dibutuhkan bagi
remaja dalam bentuk contoh dan nasihat untuk menghadapi masalah pergaulan
remaja.
Timbulnya rasa peduli terhadap lingkungan dan pergaulan remaja, setelah
melakukan perbuatan yang baik dan berguna.