T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Serta Masyarakat Dalam Pembiayaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Studi Pada Gugus Cut Nyak Dien Di Kebonagung Demak T2 BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peran Serta Masyarakat
Peran serta didefinisikan sebagai keterlibatan
mental,
pikiran,
dan
emosional
atau
perasaan
seseorang dalam suatu kelompok yang mendorong
untuk
memberikan
dalam
usaha
sumbangan
mencapai
kepada
tujuan
serta
kelompok
turut
serta
bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.
(Sastroputro
dalam
Siswoyo,
2006).
Sedangkan
menurut Alwi (2007:266), peran serta didefinisikan
sebagai
keikutsertaan
secara
aktif
dalam
suatu
kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa
unsur penting yang tercakup dalam pengertian peran
serta, diantaranya: Pertama, dalam
peran serta yang
ditelaah bukan hanya keikutsertaan secara fisik tetapi
juga fikiran dan perasaan (mental dan emosional).
Kedua, peran serta dapat digunakan untuk memotivasi
orang-orang yang menyumbangkan kemampuannya
kepada situasi kelompok sehingga daya kemampuan
berfikir serta inisiatifnya dapat timbul dan diarahkan
kepada tujuan-tujuan kelompok. Ketiga, dalam peran
serta mengandung pengertian orang untuk ikut serta
dan
bertanggungjawab
dalam
kegiatan-kegiatan
organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi
11
rasa keterlibatan psikologis individu dengan tugas yang
diberikan
kepadanya,
semakin
tinggi
pula
rasa
tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugas
tersebut. Beberapa hal yang berhubungan dengan
peran serta orang tua dan masyarakat sebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat merupakan satu alat guna
memperoleh
informasi
mengenai
kondisi,
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat.
b. Masyarakat akan lebih mengetahui seluk beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
program tersebut.
c. Peran
serta
merupakan
hak
demokrasi
bila
masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.
Peran serta masyarakat yang terdiri dari orang
tua,
anggota
keluarga,
tokoh
masyarakat,
para
pengusaha, dan stakeholders telah diatur dalam UU
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa: “Orang tua
berhak
berperan
pendidikan
dan
perkembangan
serta
dalam
memperoleh
pendidikan
memilih
informasi
satuan
tentang
anaknya.”
Pasal
8
menyatakan: “masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
program pendidikan.” Sedangkan pasal 9 berbunyi:
masyarakat
berkewajiban
memberikan
dukungan
sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.”
Dalam
implementasinya
seharusnya
anggota
masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi obyek
dari kebijakan pemerintah, tetapi harus dapat mewakili
masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan
12
mereka. Perwujudan peran serta masyarakat dapat
dilakukan baik secara individu atau kelompok, bersifat
spontan atau terorganisasi.
Peran serta merupakan prasyarat penting bagi
peningkatan mutu. Peran serta merupakan proses
eksternalisasi individu. Eksternalisasi adalah suatu
pencurahan kehadiran manusia secara terus menerus
kedalam dunia, baik dalam aktifitas fisik maupun
mental.
Pada
proses
eksternalisasi,
adalah
suatu
keharusan karena manusia pada praktiknya tidak bisa
berhenti dari proses pencurahan diri ke dalam dunia
yang ditempatinya. Manusia akan bergerak keluar
mengekspresikan
diri
dalam
dunia
sekelilingnya.
Partisipasi sebagai proses interaksi sosial ditentukan
oleh objektifitas yang ditentukan oleh individu dalam
dunia intersubjektif yang dapat dibedakan oleh kondisi
sosiokultural sekolah (Dwiningrum, 2011).
Bagi
sekolah
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan pendidikan adalah kenyataan objektif
yang dalam pemahamannya ditentukan oleh kondisi
subjektif orang tua siswa. Dengan demikian, partisipasi
menuntut
adanya
pemahaman
yang
sama
atau
objektivasi dari sekolah dan orang tua dalam tujuan
sekolah. Artinya, tidak cukup dipahami oleh sekolah
bahwa partisipasi sebagai bagian yang penting bagi
keberhasilan
sekolah
dalam
meningkatkan
mutu,
karena tujuan mutu menjadi sulit diperoleh jika
pemahaman dalam dunia intersubjektif (siswa, orang
tua, dan guru) menunjukkan kesenjangan pengetahuan
tentang mutu. Tujuan partisipasi juga memberi peluang
13
secara
luas
peran
masyarakat
dalam
bidang
pendidikan ini sekaligus menunjukkan bahwa Negara
bukan satu-satunya penyelenggara pendidikan.
1.2
Pembiayaan Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas
tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar
pendidikan anak. Menurut Mansur (2007:88) anak usia
dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Menurut Direktorat PAUD (2009) Anak usia dini
adalah anak usia 0-6 tahun, yang merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh
pada kehidupan selanjutnya, anak usia dini juga
diartikan sebagai anak prasekolah.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan salah satu program pendidikan bagi anak
sejak lahir sampai berusia 6 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan
berkembang
optimal
sesuai
dengan
potensi
yang
dimilikinya, sesuai tahap-tahap perkembangan atau
tingkat usia mereka. PAUD juga merupakan pendidikan
persiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan sekolah
dasar. Secara lebih spesifik, program ini bertujuan
untuk
meningkatkan
akses
dan
mutu
pelayanan
14
pendidikan melalui jalur formal seperti Taman KanakKanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang
sederajat, serta jalur pendidikan non-formal berbentuk
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA)
atau bentuk lain yang sederajat, dan jalur informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan
oleh
lingkungan
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2007).
PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh
potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai
manusia yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah
suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu
yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui
tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan
berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar
berkomunikasi
dengan
orang
lain
dan
belajar
memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar
mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan
isinya.
Ia
berbagai
juga
perlu
fenomena
dibimbing
alam
keterampilan-keterampilan
dan
yang
agar
memahami
dapat
melakukan
dibutuhkan
untuk
hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan
dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak
mampu
mengembangkan
kepribadian,
watak,
dan
akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang
amat
berharga
untuk
menanamkan
nilai-nilai
nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan
sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis
bagi
pengembangan
suatu
bangsa
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2007).
15
Menurut
Decenzo
dan
Robbin
”
(1999:5)
management is the process of efficiently achieving the
objectives of the organization with ang through people”.
Sedangkan menurut Daft (2008:5), manajemen
adalah ” ... is the attianment of organizational goals in
effective
and
organizing,
efficient
leading,
manner
and
through
controlling
planning,
organizational
resources”
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan manajemen adalah proses
kerjasama
untuk
ditetapkan
mencapai
melalui
pengorganisasian,
tujuan
proses
penggerakkan
yang
telah
perencanaan,
dan
pengontrolan,
sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Berdasarkan pengertian manajemen seperti di
atas, maka manajemen pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu proses perencanaan, penggerakkan dan
pengendalian
pendidikan
segala
tercapai
sumber
secara
daya
agar
tujuan
efektif
dan
efisien.
Sedangkan pengertian administrasi pendidikan yang
lebih lengkap dikemukakan oleh Depdiknas (2007:38),
bahwa administrasi pendidikan adalah semua aspek
kegiatan untuk mendayagunakan berbagai sumber
(manusia,
sarana
dan
prasarana,
serta
media
pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan
efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.
Administrasi dalam pendidikan salah satunya
adalah
terkait
dengan
masalah
pembiayaan
atau
pendanaan untuk operasional pendidikan. Administrasi
pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang
16
berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau
lembaga
pendidikan.
administrasi
Kegiatan
pembiayaan
yang
meliputi
ada
tiga
dalam
hal
yaitu
penyusunan anggaran yang dapat disebut dengan
perencanaan pembiayaan pendidikan, pembukuan yang
termasuk dalam pelaksanaan pembiayaan pendidikan
dan pengawasan pelaksanaan pembiayaan pendidikan
(Mulyasa, 2007:44).
Pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang
yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai
keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup
gaji guru, peningkatan profesional guru, pengadaan
sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan
peralatan/mobile,
pengadaan
pelajaran,
tulis
alat
alat-alat
kantor
dan
(ATK),
buku
kegiatan
ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi pendidikan (Fatah, 2006). Pengelolaan biaya
pendidikan yang efektif, yang dilaksanakan oleh para
penyelenggara program PAUD, akan mewarnai peran
serta masyarakat dalam pemberian dukungan terhadap
pelaksanaan program di lapangan.
2.3
Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang manajemen terutama tentang
manajemen pembiayaan pendidikan tak terlepas dari
segi kualitas leader atau pimpinan seperti yang dikaji
oleh Aubrey, Dkk (2013, 41:5) sebagai berikut:
17
“Distinctions were made by leaders between future
oriented leadership, linked with the realization of
visions,
strategic
planning
and
moving
forward;
and
present-oriented
concerned
with
day-to-day
people
management,
systems,
functions
andoperations. Group interview participants similarly
stressed leadership qualities that impacted on them
and
future-oriented
leadership
that
related
to
„direction‟ and „development of staff.‟‟
Dari
kajian
teori
tersebut
menjelaskan
bahwa
pemimpin yang baik adalah yang berorientasi ke masa
depan
dengan
mengedepankan
perwujudan
visi,
perencanaan yang matang, dan pengembangan tim
yang solid. Dengan begitu akan berdampak pada hasil
akhir yang bernilai positif.
Sejalan dengan pendapat Carol Aubrey dkk,
menurut Wohlstetter, Dkk (2011:150)
“...CMOs
provide
opportunities
for
collaboration
across schools and combat the pervasive resource
scarcity experienced by stand-alone charter schools
by seeking to take advantage of economies of scale.
For example, the state fundinggenerated by a CMO's
network ofschools provides greater buying power to
meet facility and operational needs compared to
stand-alone charter schools in which administrators
often wear "multiple hats" to fulfill needed roles.
CMOs are able to create a "home office" to provide
governance and management oversight to the schools
in their network, which frees principals to serve as
instructional leaders...”.
Kajian tersebut menunjukkan bahwa Charta
Management
Organization
(CMO)
atau
Pakta
Manajemen Organisasi dalam hal ini adalah sekolah
18
atau
institusi
pendidikan
sangat
berperan
perkembangan
manajerial
pembiayaan
dalam
pendidikan
disamping kualitas dari pimpinan institusi pendidikan
itu sendiri.
Beberapa
penelitian
yang
relevan
terkait
pengelolaan pembiayaan pendidikan menjadi acuan
penulis
dalam
melaksanakan
penelitian.
Beberapa
penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang
dilaksanakan oleh Deddy Kurniady yang berjudul
“Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Kabupaten
Bandung” dan penelitian yang dilaksanakan oleh Joko
Margiantomo
yang
berjudul
“Pengelolaan
Dana
Pendidikan di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen”.
Deddy Ahmad Kurniady (2011:8) melakukan
penelitian
dengan
judul
“Pengelolaan
Pembiayaan
Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung”.
Salah satu
poin hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
“Kebijakan pembiayaan yang ditetapkan tersebut,
merupakan dasar untuk menumbuhkan kesadaran
dan menggali sumber dana dengan membangun
kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat.
Kebijakan pembiayaan yang ditetapkan merupakan
dasar
untuk
kompetensi
masyarakat
mendukung
lulusan;
tentang
pencapaian
menumbuhkan
pentingnya
standar
kesadaran
pendidikan;
meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan; pelayanan pendidikan; dan menggali
sumber dana dengan membangun kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat.”
19
Kurniady
menyimpulkan
bahwa
dana
yang
dialokasikan ke dalam program-program yang menjadi
prioritas, dan kemampuan mengajar tenaga pendidik,
mengakomodasi atau memfasilitasi peningkatan hasil
belajar peserta didik agar sesuai dengan kebutuhan
belajarnya.
Kerja
sama
antara
pemerintah
dan
masyarakat sangat mutlak untuk dilakukan. Dalam hal
ini tentu peran serta masyarakat secara khusus wali
murid
sangat
penting
dalam
mengakomodasi
kebutuhan peserta didik.
Hasil
penelitian
Margiantomo
yang
(2008:11)
dilakukan
dengan
judul
oleh
Joko
“Pengelolaan
Dana Pendidikan di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen”
menyimpulkan
pendidikan
bahwa
merupakan
biaya
penyelenggaraan
tanggungjawab
pemerintah,
masyarakat dan orangtua wali dan sumber bantuan
lainnya.
Dalam
tulisan
Nanang
Fatah
(2006:58)
disebutkan bahwa keberhasilan pendidikan tidak akan
terwujud apabila tidak disertai dengan perencanaan
yang matang. Salah satu perencanaan yang harus
dilakukan adalah perencanaan biaya pendidikan atau
analisis biaya pendidikan. Dalam hal pembiayaan
pendidikan
ini,
biaya
yang
rendah
berpengaruh
terhadap kualitas pendidikan di Sekolah Dasar dan
proses belajar-mengajar serta kualitas outcomes yang
dihasilkan. Artinya ada korelasi yang positif antara
besarnya biaya pendidikan tehadap peningkatan mutu
pendidikan di Sekolah Dasar.
20
Terkait dengan topik penelitian yang penulis
usulkan, ada perbedaan tentang materi penelitian
penulis dengan materi penelitian terdahulu. Penelitian
Deddy Kurniady menekankan pada sistem pengelolaan
dana
pendidikan
pada
tingkat
pendidikan
dasar.
Sedangkan penelitian Joko Margiantomo menekankan
pada pengelolaan dana pendidikan dengan sampel satu
instansi. Analisis pembiayaan pendidikan yang dikaji
dan diteliti oleh Nanang Fatah juga mengemukakan
gagasan bahwa biaya sangat mempengaruhi kualitas
pendidikan. Penelitian ini menyangkut masalah peran
serta masyarakat dalam pengelolaan biaya pendidikan
untuk meningkatkan mutu dalam penyelenggaraan
PAUD.
2.4 Kerangka Teori
Secara
sistematis,
kerangka
pikir
untuk
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegiatan
Program PAUD
Warga
Masyarakat
Tujuan Program
Pembelajaran
Fungsi
Pengelolaan Biaya
Pendidikan(positif/
negatif)
Partisipasi
(dukungan/
hambatan)
Latar Belakang
Sosial-Ekonomi
Orangtua / wali
Peserta Didik
21
Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas,
dapat dilihat bahwa peran dan kedudukan masyarakat
mempunyai
kontribusi
yang
signifikan
terhadap
kelancaran penyelenggaraan pendidikan. Peran serta
masyarakat
dalam
khususnya
individu
PAUD
atau
penyelenggaraan
mutlak
kelompok
diperlukan.
dalam
pendidikan
Keterlibatan
sebuah
program
pembangunan yang dalam hal ini program pendidikan
tidak terfokus pada pengumpulan dana semata, tetapi
juga proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan
program, evaluasi dan pengendalian. Kegiatan program
pembelajaran
pembelajaran
harus
yang
sesuai
telah
dengan
ditetapkan.
tujuan
Peran
serta
masyarakat pada kerangka teori tersebut ada dua yaitu
peran yang bernilai positif dan bernilai negatif. Ketika
peran
masyarakat
bernilai
positif
dalam
fungsi
pembiayaan pendidikan, maka akan membentuk suatu
dukungan dalam program pembelajaran sehingga dapat
mencapai
tujuan
pembelajaran
yang
diharapkan.
Begitu pula sebaliknya ketika peran serta masyarakat
dalam fungsi pembiayaan pendidikan bernilai negatif,
maka
akan
terjadi
hambatan
dalam
program
pembelajaran tersebut.
Terkait dengan penyelenggaraan program PAUD,
pengaruh latar belakang sosial ekonomi masyarakat
(orang
tua/
wali
murid)
begitu
besar
terhadap
dukungan penyelenggaraan program PAUD tersebut. Di
lain pihak, kemampuan penyelenggara dalam hal
pengelolaan pembiayaan pada Program PAUD dengan
penerapan
prinsip-prinsip
pembiayaan
yang
22
responsibel,
akuntabel,
dan
transparan,
akan
mendorong tingkat peran serta masyarakat dalam
program penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini.
23
24
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Peran Serta Masyarakat
Peran serta didefinisikan sebagai keterlibatan
mental,
pikiran,
dan
emosional
atau
perasaan
seseorang dalam suatu kelompok yang mendorong
untuk
memberikan
dalam
usaha
sumbangan
mencapai
kepada
tujuan
serta
kelompok
turut
serta
bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan.
(Sastroputro
dalam
Siswoyo,
2006).
Sedangkan
menurut Alwi (2007:266), peran serta didefinisikan
sebagai
keikutsertaan
secara
aktif
dalam
suatu
kegiatan.
Berdasarkan hal tersebut, terdapat beberapa
unsur penting yang tercakup dalam pengertian peran
serta, diantaranya: Pertama, dalam
peran serta yang
ditelaah bukan hanya keikutsertaan secara fisik tetapi
juga fikiran dan perasaan (mental dan emosional).
Kedua, peran serta dapat digunakan untuk memotivasi
orang-orang yang menyumbangkan kemampuannya
kepada situasi kelompok sehingga daya kemampuan
berfikir serta inisiatifnya dapat timbul dan diarahkan
kepada tujuan-tujuan kelompok. Ketiga, dalam peran
serta mengandung pengertian orang untuk ikut serta
dan
bertanggungjawab
dalam
kegiatan-kegiatan
organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa makin tinggi
11
rasa keterlibatan psikologis individu dengan tugas yang
diberikan
kepadanya,
semakin
tinggi
pula
rasa
tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugas
tersebut. Beberapa hal yang berhubungan dengan
peran serta orang tua dan masyarakat sebagai berikut:
a. Peran serta masyarakat merupakan satu alat guna
memperoleh
informasi
mengenai
kondisi,
kebutuhan dan sikap masyarakat setempat.
b. Masyarakat akan lebih mengetahui seluk beluk
proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
program tersebut.
c. Peran
serta
merupakan
hak
demokrasi
bila
masyarakat dilibatkan dalam pembangunan.
Peran serta masyarakat yang terdiri dari orang
tua,
anggota
keluarga,
tokoh
masyarakat,
para
pengusaha, dan stakeholders telah diatur dalam UU
nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa: “Orang tua
berhak
berperan
pendidikan
dan
perkembangan
serta
dalam
memperoleh
pendidikan
memilih
informasi
satuan
tentang
anaknya.”
Pasal
8
menyatakan: “masyarakat berhak berperan serta dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi
program pendidikan.” Sedangkan pasal 9 berbunyi:
masyarakat
berkewajiban
memberikan
dukungan
sumber daya dalam penyelenggaraan pendidikan.”
Dalam
implementasinya
seharusnya
anggota
masyarakat merasa bahwa tidak hanya menjadi obyek
dari kebijakan pemerintah, tetapi harus dapat mewakili
masyarakat itu sendiri sesuai dengan kepentingan
12
mereka. Perwujudan peran serta masyarakat dapat
dilakukan baik secara individu atau kelompok, bersifat
spontan atau terorganisasi.
Peran serta merupakan prasyarat penting bagi
peningkatan mutu. Peran serta merupakan proses
eksternalisasi individu. Eksternalisasi adalah suatu
pencurahan kehadiran manusia secara terus menerus
kedalam dunia, baik dalam aktifitas fisik maupun
mental.
Pada
proses
eksternalisasi,
adalah
suatu
keharusan karena manusia pada praktiknya tidak bisa
berhenti dari proses pencurahan diri ke dalam dunia
yang ditempatinya. Manusia akan bergerak keluar
mengekspresikan
diri
dalam
dunia
sekelilingnya.
Partisipasi sebagai proses interaksi sosial ditentukan
oleh objektifitas yang ditentukan oleh individu dalam
dunia intersubjektif yang dapat dibedakan oleh kondisi
sosiokultural sekolah (Dwiningrum, 2011).
Bagi
sekolah
partisipasi
masyarakat
dalam
pembangunan pendidikan adalah kenyataan objektif
yang dalam pemahamannya ditentukan oleh kondisi
subjektif orang tua siswa. Dengan demikian, partisipasi
menuntut
adanya
pemahaman
yang
sama
atau
objektivasi dari sekolah dan orang tua dalam tujuan
sekolah. Artinya, tidak cukup dipahami oleh sekolah
bahwa partisipasi sebagai bagian yang penting bagi
keberhasilan
sekolah
dalam
meningkatkan
mutu,
karena tujuan mutu menjadi sulit diperoleh jika
pemahaman dalam dunia intersubjektif (siswa, orang
tua, dan guru) menunjukkan kesenjangan pengetahuan
tentang mutu. Tujuan partisipasi juga memberi peluang
13
secara
luas
peran
masyarakat
dalam
bidang
pendidikan ini sekaligus menunjukkan bahwa Negara
bukan satu-satunya penyelenggara pendidikan.
1.2
Pembiayaan Pendidikan Anak Usia Dini
Anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentang usia 0-6 tahun (Undang-undang Sisdiknas
tahun 2003) dan 0-8 tahun menurut para pakar
pendidikan anak. Menurut Mansur (2007:88) anak usia
dini adalah kelompok anak yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan yang bersifat unik.
Mereka memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
yang khusus sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan
perkembangannya.
Menurut Direktorat PAUD (2009) Anak usia dini
adalah anak usia 0-6 tahun, yang merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan sangat berpengaruh
pada kehidupan selanjutnya, anak usia dini juga
diartikan sebagai anak prasekolah.
Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
merupakan salah satu program pendidikan bagi anak
sejak lahir sampai berusia 6 tahun, baik laki-laki
maupun perempuan memiliki kesempatan tumbuh dan
berkembang
optimal
sesuai
dengan
potensi
yang
dimilikinya, sesuai tahap-tahap perkembangan atau
tingkat usia mereka. PAUD juga merupakan pendidikan
persiapan untuk mengikuti jenjang pendidikan sekolah
dasar. Secara lebih spesifik, program ini bertujuan
untuk
meningkatkan
akses
dan
mutu
pelayanan
14
pendidikan melalui jalur formal seperti Taman KanakKanak (TK), Raudhatul Athfal (RA) dan bentuk lain yang
sederajat, serta jalur pendidikan non-formal berbentuk
Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA)
atau bentuk lain yang sederajat, dan jalur informal
berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang
diselenggarakan
oleh
lingkungan
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2007).
PAUD bertujuan untuk mengembangkan seluruh
potensi anak agar kelak dapat berfungsi sebagai
manusia yang utuh sesuai kultur, budaya, dan falsafah
suatu bangsa. Anak dapat dipandang sebagai individu
yang baru mulai mengenal dunia. Ia belum mengetahui
tatakrama, sopan-santun, aturan, norma, etika, dan
berbagai hal tentang dunia. Ia juga sedang belajar
berkomunikasi
dengan
orang
lain
dan
belajar
memahami orang lain. Anak perlu dibimbing agar
mampu memahami berbagai hal tentang dunia dan
isinya.
Ia
berbagai
juga
perlu
fenomena
dibimbing
alam
keterampilan-keterampilan
dan
yang
agar
memahami
dapat
melakukan
dibutuhkan
untuk
hidup di masyarakat. Interaksi anak dengan benda dan
dengan orang lain diperlukan untuk belajar agar anak
mampu
mengembangkan
kepribadian,
watak,
dan
akhlak yang mulia. Usia dini merupakan saat yang
amat
berharga
untuk
menanamkan
nilai-nilai
nasionalisme, kebangsaan, agama, etika, moral, dan
sosial yang berguna untuk kehidupannya dan strategis
bagi
pengembangan
suatu
bangsa
(Departemen
Pendidikan Nasional, 2007).
15
Menurut
Decenzo
dan
Robbin
”
(1999:5)
management is the process of efficiently achieving the
objectives of the organization with ang through people”.
Sedangkan menurut Daft (2008:5), manajemen
adalah ” ... is the attianment of organizational goals in
effective
and
organizing,
efficient
leading,
manner
and
through
controlling
planning,
organizational
resources”
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan manajemen adalah proses
kerjasama
untuk
ditetapkan
mencapai
melalui
pengorganisasian,
tujuan
proses
penggerakkan
yang
telah
perencanaan,
dan
pengontrolan,
sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Berdasarkan pengertian manajemen seperti di
atas, maka manajemen pendidikan dapat diartikan
sebagai suatu proses perencanaan, penggerakkan dan
pengendalian
pendidikan
segala
tercapai
sumber
secara
daya
agar
tujuan
efektif
dan
efisien.
Sedangkan pengertian administrasi pendidikan yang
lebih lengkap dikemukakan oleh Depdiknas (2007:38),
bahwa administrasi pendidikan adalah semua aspek
kegiatan untuk mendayagunakan berbagai sumber
(manusia,
sarana
dan
prasarana,
serta
media
pendidikan lainnya) secara optimal, relevan, efektif, dan
efisien guna menunjang pencapaian tujuan pendidikan.
Administrasi dalam pendidikan salah satunya
adalah
terkait
dengan
masalah
pembiayaan
atau
pendanaan untuk operasional pendidikan. Administrasi
pembiayaan pendidikan adalah segenap kegiatan yang
16
berkenaan dengan penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau
lembaga
pendidikan.
administrasi
Kegiatan
pembiayaan
yang
meliputi
ada
tiga
dalam
hal
yaitu
penyusunan anggaran yang dapat disebut dengan
perencanaan pembiayaan pendidikan, pembukuan yang
termasuk dalam pelaksanaan pembiayaan pendidikan
dan pengawasan pelaksanaan pembiayaan pendidikan
(Mulyasa, 2007:44).
Pembiayaan pendidikan merupakan jumlah uang
yang dihasilkan dan dibelanjakan untuk berbagai
keperluan penyelenggaraan pendidikan yang mencakup
gaji guru, peningkatan profesional guru, pengadaan
sarana ruang belajar, perbaikan ruang, pengadaan
peralatan/mobile,
pengadaan
pelajaran,
tulis
alat
alat-alat
kantor
dan
(ATK),
buku
kegiatan
ekstrakulikuler, kegiatan pengelolaan pendidikan, dan
supervisi pendidikan (Fatah, 2006). Pengelolaan biaya
pendidikan yang efektif, yang dilaksanakan oleh para
penyelenggara program PAUD, akan mewarnai peran
serta masyarakat dalam pemberian dukungan terhadap
pelaksanaan program di lapangan.
2.3
Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang manajemen terutama tentang
manajemen pembiayaan pendidikan tak terlepas dari
segi kualitas leader atau pimpinan seperti yang dikaji
oleh Aubrey, Dkk (2013, 41:5) sebagai berikut:
17
“Distinctions were made by leaders between future
oriented leadership, linked with the realization of
visions,
strategic
planning
and
moving
forward;
and
present-oriented
concerned
with
day-to-day
people
management,
systems,
functions
andoperations. Group interview participants similarly
stressed leadership qualities that impacted on them
and
future-oriented
leadership
that
related
to
„direction‟ and „development of staff.‟‟
Dari
kajian
teori
tersebut
menjelaskan
bahwa
pemimpin yang baik adalah yang berorientasi ke masa
depan
dengan
mengedepankan
perwujudan
visi,
perencanaan yang matang, dan pengembangan tim
yang solid. Dengan begitu akan berdampak pada hasil
akhir yang bernilai positif.
Sejalan dengan pendapat Carol Aubrey dkk,
menurut Wohlstetter, Dkk (2011:150)
“...CMOs
provide
opportunities
for
collaboration
across schools and combat the pervasive resource
scarcity experienced by stand-alone charter schools
by seeking to take advantage of economies of scale.
For example, the state fundinggenerated by a CMO's
network ofschools provides greater buying power to
meet facility and operational needs compared to
stand-alone charter schools in which administrators
often wear "multiple hats" to fulfill needed roles.
CMOs are able to create a "home office" to provide
governance and management oversight to the schools
in their network, which frees principals to serve as
instructional leaders...”.
Kajian tersebut menunjukkan bahwa Charta
Management
Organization
(CMO)
atau
Pakta
Manajemen Organisasi dalam hal ini adalah sekolah
18
atau
institusi
pendidikan
sangat
berperan
perkembangan
manajerial
pembiayaan
dalam
pendidikan
disamping kualitas dari pimpinan institusi pendidikan
itu sendiri.
Beberapa
penelitian
yang
relevan
terkait
pengelolaan pembiayaan pendidikan menjadi acuan
penulis
dalam
melaksanakan
penelitian.
Beberapa
penelitian tersebut diantaranya adalah penelitian yang
dilaksanakan oleh Deddy Kurniady yang berjudul
“Pengelolaan Pembiayaan Sekolah Dasar di Kabupaten
Bandung” dan penelitian yang dilaksanakan oleh Joko
Margiantomo
yang
berjudul
“Pengelolaan
Dana
Pendidikan di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen”.
Deddy Ahmad Kurniady (2011:8) melakukan
penelitian
dengan
judul
“Pengelolaan
Pembiayaan
Sekolah Dasar di Kabupaten Bandung”.
Salah satu
poin hasil penelitian yang dilakukan adalah sebagai
berikut:
“Kebijakan pembiayaan yang ditetapkan tersebut,
merupakan dasar untuk menumbuhkan kesadaran
dan menggali sumber dana dengan membangun
kerjasama antara pemerintah dan
masyarakat.
Kebijakan pembiayaan yang ditetapkan merupakan
dasar
untuk
kompetensi
masyarakat
mendukung
lulusan;
tentang
pencapaian
menumbuhkan
pentingnya
standar
kesadaran
pendidikan;
meningkatkan kompetensi tenaga pendidik dan
kependidikan; pelayanan pendidikan; dan menggali
sumber dana dengan membangun kerjasama antara
pemerintah dan masyarakat.”
19
Kurniady
menyimpulkan
bahwa
dana
yang
dialokasikan ke dalam program-program yang menjadi
prioritas, dan kemampuan mengajar tenaga pendidik,
mengakomodasi atau memfasilitasi peningkatan hasil
belajar peserta didik agar sesuai dengan kebutuhan
belajarnya.
Kerja
sama
antara
pemerintah
dan
masyarakat sangat mutlak untuk dilakukan. Dalam hal
ini tentu peran serta masyarakat secara khusus wali
murid
sangat
penting
dalam
mengakomodasi
kebutuhan peserta didik.
Hasil
penelitian
Margiantomo
yang
(2008:11)
dilakukan
dengan
judul
oleh
Joko
“Pengelolaan
Dana Pendidikan di SMP Negeri 1 Gemolong Sragen”
menyimpulkan
pendidikan
bahwa
merupakan
biaya
penyelenggaraan
tanggungjawab
pemerintah,
masyarakat dan orangtua wali dan sumber bantuan
lainnya.
Dalam
tulisan
Nanang
Fatah
(2006:58)
disebutkan bahwa keberhasilan pendidikan tidak akan
terwujud apabila tidak disertai dengan perencanaan
yang matang. Salah satu perencanaan yang harus
dilakukan adalah perencanaan biaya pendidikan atau
analisis biaya pendidikan. Dalam hal pembiayaan
pendidikan
ini,
biaya
yang
rendah
berpengaruh
terhadap kualitas pendidikan di Sekolah Dasar dan
proses belajar-mengajar serta kualitas outcomes yang
dihasilkan. Artinya ada korelasi yang positif antara
besarnya biaya pendidikan tehadap peningkatan mutu
pendidikan di Sekolah Dasar.
20
Terkait dengan topik penelitian yang penulis
usulkan, ada perbedaan tentang materi penelitian
penulis dengan materi penelitian terdahulu. Penelitian
Deddy Kurniady menekankan pada sistem pengelolaan
dana
pendidikan
pada
tingkat
pendidikan
dasar.
Sedangkan penelitian Joko Margiantomo menekankan
pada pengelolaan dana pendidikan dengan sampel satu
instansi. Analisis pembiayaan pendidikan yang dikaji
dan diteliti oleh Nanang Fatah juga mengemukakan
gagasan bahwa biaya sangat mempengaruhi kualitas
pendidikan. Penelitian ini menyangkut masalah peran
serta masyarakat dalam pengelolaan biaya pendidikan
untuk meningkatkan mutu dalam penyelenggaraan
PAUD.
2.4 Kerangka Teori
Secara
sistematis,
kerangka
pikir
untuk
penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Kegiatan
Program PAUD
Warga
Masyarakat
Tujuan Program
Pembelajaran
Fungsi
Pengelolaan Biaya
Pendidikan(positif/
negatif)
Partisipasi
(dukungan/
hambatan)
Latar Belakang
Sosial-Ekonomi
Orangtua / wali
Peserta Didik
21
Berdasarkan kerangka pikir penelitian diatas,
dapat dilihat bahwa peran dan kedudukan masyarakat
mempunyai
kontribusi
yang
signifikan
terhadap
kelancaran penyelenggaraan pendidikan. Peran serta
masyarakat
dalam
khususnya
individu
PAUD
atau
penyelenggaraan
mutlak
kelompok
diperlukan.
dalam
pendidikan
Keterlibatan
sebuah
program
pembangunan yang dalam hal ini program pendidikan
tidak terfokus pada pengumpulan dana semata, tetapi
juga proses pengambilan keputusan, penyelenggaraan
program, evaluasi dan pengendalian. Kegiatan program
pembelajaran
pembelajaran
harus
yang
sesuai
telah
dengan
ditetapkan.
tujuan
Peran
serta
masyarakat pada kerangka teori tersebut ada dua yaitu
peran yang bernilai positif dan bernilai negatif. Ketika
peran
masyarakat
bernilai
positif
dalam
fungsi
pembiayaan pendidikan, maka akan membentuk suatu
dukungan dalam program pembelajaran sehingga dapat
mencapai
tujuan
pembelajaran
yang
diharapkan.
Begitu pula sebaliknya ketika peran serta masyarakat
dalam fungsi pembiayaan pendidikan bernilai negatif,
maka
akan
terjadi
hambatan
dalam
program
pembelajaran tersebut.
Terkait dengan penyelenggaraan program PAUD,
pengaruh latar belakang sosial ekonomi masyarakat
(orang
tua/
wali
murid)
begitu
besar
terhadap
dukungan penyelenggaraan program PAUD tersebut. Di
lain pihak, kemampuan penyelenggara dalam hal
pengelolaan pembiayaan pada Program PAUD dengan
penerapan
prinsip-prinsip
pembiayaan
yang
22
responsibel,
akuntabel,
dan
transparan,
akan
mendorong tingkat peran serta masyarakat dalam
program penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini.
23
24