Perlambatan Ekonomi Masih Terasa di Asia

Perlambatan Ekonomi Masih
Terasa di Asia
KOMPAS.com - Perlambatan ekonomi masih terasa di Asia hingga kini. Selain Indonesia, dua
negara tetangga yakni Thailand dan Vietnam ikut merasakan perlambatan tersebut. Catatan dari
Kantar Worldpanel pada Selasa (20/10/2015) menunjukkan bahwa pada 2013 silam, keseluruhan
pertumbuhan barang konsumsi di Asia menyentuh angka 10 persen.
Namun demikian, terang Managing Director Kantar Wordpanel untuk Indonesia, Vietnam, dan
Filipina Fabrice Carrasco, pasar barang konsumsi habis dipakai (FMCG) justru turun sekitar 4,6
persen. Penurunan terbesar ada di sektor makanan dan minuman. Padahal, di sektor ini,
pembelanjaan rumah tangga di ketiga negara tersebut terbilang paling besar.
Berdasarkan hasil riset Kantar Worldpanel Indonesia, pertumbuhan barang konsumsi di
Indonesia tahun ini sebesar 7.4 persen. Sedangkan, pada tahun sebelumnya mencapai
pertumbuhan dua digit yaitu 15,2 persen.
Kurangi frekuensi
Di tengah keadaan ekonomi Asia yang sedang melambat, terlihat beberapa kesamaan pada rumah
tangga di Asia di dalam kebiasaan belanja mereka. Di antaranya adalah dengan mengurangi
frekuensi belanja namun meningkatkan kuantitas pembelian per pembelanjaan.
Dengan berkurangnya frekuensi berbelanja tiap rumah tangga, pemain FMCG dianjurkan untuk
memastikan distribusi, ketersediaan barang, dan mempertahankan penempatan yang mudah
dilihat konsumen pada rak-rak dagangan.
Tren lain yang terlihat, di beberapa negara Asia Tenggara yang memiliki persentase pusat

perbelanjaan modern yang besar, konsumen cenderung untuk lebih tertarik dengan berbagai
promosi yang ditawarkan. Di Malaysia misalnya. Di negara itu tingkat kontribusi perdagangan
modern mencapai 60 persen.
Kemudian, tren pemanfaatan dunia digita juga mewarnai kebiasaan berbelanja dari konsumen di
dunia, dan juga Asia. Menurut data perdagangan secara elektronik (e-commerce) Kantar
Worldpanel , pada 2025, pasar e-commerce untuk barang konsumsi akan akan tumbuh dobel
dibandingkan dengan keadaan saat ini. Untuk beberapa negara seperti China, kontribusi
pembelian FMCG melalu media dalam jaringan (daring) sekitar 15 persen. Sementara, di Korea,

tipe seperti ini mencapai angka sekitar 30 persen.
Berbeda halnya di Indonesia. Maraknya pembelian melalui media daring biasanya untuk produk
fesyen dan juga barang elektronik.
Sedangkan pembelian melalui media daring untuk pembelian produk barang konsumsi masih
cenderung sangat minimal. Konsumen masih lebih memilih untuk berbelanja konvensional
dengan mendatangi pusat perbelanjaan.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/10/22/192525726/Perlambatan.Ekonomi.Masih.Te
rasa.di.Asia

Analisis solusi

Dilihat dari permasalahan diatas, kita bisa menyimpulkan bahwa perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Asia tenggara terfokus pada satu subjek, yaitu Negara
Berkembang. Negara berkembang yang bisa dikatakan sebagai Negara yang masih terus tumbuh
dan belum stabil dalam segi apapun menjadi lebih menarik untuk dibahas. Pema\patan bahasan
dalam lambatnya pertumbuhan ekonomi disini terfokus pada tiga Negara yaitu Indonesia,
Vietnam, dan Filipina. Kenyataan bahwa pembelanjaan rumah tangga di ketiga negara tersebut
terbilang paling besar di antara Negara Asia Tenggara lainnya menjadi bukti bahwa ketiga
Negara tersebut menjadi Negara yang paling Konsumtif. Lambatnya pertumbuhan ekonomi dari
ketiga Negara ini tentu tidak lepas dari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ekonomi yang
terjadi, baik itu berkaitan langsung maupun yang mempunyai keterkaitan secara tidak langsung.
Dikaji dari segi mikro, ada beberapa poin yang bisa menjadi bahan untuk dianalisis
mengenai sebab lambatnya pertumbuhan ekonomi di Asia khususnya Asia Tenggara.
1. Faktor yang pertama adalah Supplier. Supplier disini adalah perusahaan-perusahaan dan
individu yang menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan para
pesaing untuk memproduksi barang dan jasa tertentu. Kadang kala supplier ini juga harus
memperoleh tenaga kerja, peralatan, bahan bakar, listrik dan faktor-faktor lain yang sulit
ditemukan. Bukan hal yang mengherankan, karena faktor-faktor yang dibutuhkan untuk
bisa memproduksi suatu barang yang berkualitas tentu juga sangat terbatas, dan dalam
pemilihan nya pun sangat selektif. Perkembangan dalam lingkungan supplier dapat
memberi pengaruh yang arnat berarti terhadap pelaksanaan pemasaran suatu produk yang

berpengaruh terhadap menurun nya kegiatan konsumen dalam kegiatan ekonomi. Anggap
saja misalnya Indonesi sebagai Negara pengimpor apel mengambil barang dari Australia.
Akhir-akhir ini ditemukan bahwa penggunaan bahan kimia yang berlebihan pada

produksi apel membuat apel menjadi tidak sehat dan justru menimbulkan penyakit.
Secara tidak langsung masyarakat Indonesia juga enggan untuk mengkonsumsi apel
import tersebut dan mengakibatkan aktifitas perekonomian menurun. Salah satu solusi
untuk meningkatkan kegiatan ekonomi yaitu dengan terus meningkatkan kualitas
produksi dan mengirinya dengan teknoklogi terbaru. Sifat manusia yang selalu ingin tahu
bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan pasar.
2. Faktor yang kedua adalah perantara pemasaran / distributor. perantara adalah pihak-pihak
yang berperan dalam penyebaran hasil-hasil produksi dari produsen ke tangan konsumen
hingga siap dikonsumsi ataupun digunakan. Kenyataan bahwa di tengah keadaan
ekonomi Asia yang melambat, masyarakat justru mengurangi frekuensi belanja per kapita
/ per rumah tangga. Walaupun di sisi lain kuantitas pembelian meningkat, namun sedikit
banyak akan berpengaruh pada perantara pasar untuk selalu menyediakan barang
produksi kepada konsumen. Aktifitas konsumen yang melemah juga berdampak pada
aktifitas pendistribusian, apabila aktifitas pendistribusian terus dilakukan dengan
frekuensi yang sama, akan berakibat pada penumpukan barang produksi dan akan
menjadi wasting. Untuk mengatasinya, para pelaku perantara juga harus bisa menyiasati

hal ini. Salah satunya ada meningkatkan kuantitas disntribusi dan mengurangi frekuensi
pendistribusian. Berkurangnya frekuensi akan bisa teratasi apabila kuantitas tiap
distribusi nya ditingkatkan, dan ini akan memacu konsumen untuk terus berbelanja
dengan selalu tersedianya barang.
3. Faktor yang terakhir adalah pelanggan/consumer atau pasar dalam artian luas. Meskipun
letaknya berada di luar kegiatan produksi, tetapi karena seluruh hasil produksi adalah
untuk melayani (dijual ke) pasar, maka semua pihak yang terlibat dan berada di dalam
pasar termasuk unsure lingkungan mikro. Konsumen sendiri sebagai tolok ukur yang
sangat berpengaruh kepada sedikit banyak nya kegiatan produksi dan distribusi. Semakin
besarnya permintaan pasar, akan semakin besar pula produksi barang dan jasa yang
dihasilkan. Lemahnya pertumbuhan ekonomi yang terjadi tentu merupakan akibat dari
berubahnya status masyarakat yang ada menjadi masyarakat modern. Masyarakat modern
yang ingin segalanya serba instan menjadi sebab dari berubahnya laju kegiatan ekonomi.
Saat ini masyarakat bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan hanya dengan sebuah klik pada
gadget. Dilihat dari sisi manapun, tentu kegiatan ekonomi di pasar tentu menurun karena minim
nya aktifitas jual beli. Namun tidak untuk Negara maju seperti Korea, China, dan Jepang yang
pasar e-commerce sangat berpotensial pada produk di bidang apapun. Dibanding Indonesia yang
notaben nya masih Negara maju, tentu kegiatan pembelian melalui daring masih sangat minim.
Hal ini bisa dilihat dalam keadaan real nya, Negara maju sangat gencar dalam melakukan ecommerce karena mereka terfasilitasi, di sisi lain perbedaan kualitas SDM juga menjadi salah
satu factor nya. Seperti yang tertulis diatas sebelumnya, rasa ingin tahu manusia bisa

dimanfaatkan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi. Mengenalkan hal hal baru pada

masyarakat dengan dilengkapi fasilitas yang ada tentu bisa kembali meningkatkan kegiatan
ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dalam jangka waktu yang akan datang.

Dari sisi makro juga bisa dianalisa permasalahan yang terjadi. Lingkungan makro sendiri adalah
lingkungan yang bersifat kemasyarakatan atau memiliki pengaruh tidak langsung terhadap jalan
nya kegiatan produksi dan kegiatan ekonomi. Pengkajian permasalahan secara makro dilakukan
secara umum, karena disebabkan oleh sifat majemuk dunia usaha.
1. Lingkungan Demografis/kependudukan. Lingkungan demografis/kependudukan
menunjukkan keadaan dan permasalahan mengenai penduduk, seperti distribusi
penduduk secara geografis, tingkat kepadatannya, kecenderungan perpindahan dari satu
tempat ke tempat lain, distribusi usia, kelahiran, perkawinan, ras, suku bangsa dan
struktur keagamaan. Ternyata hal diatas dapat mempengaruhi strategi pemasaran
suatu produksi dalam memasarkan produknya karena publiklah yang membentuk suatu
pasar. Penduduk Indonesia yang juga salah satu terbanyak di dunia tentu memberi
pengaruh terhadap berlangsungnya kegiatan pasar. Barang produksi yang tidak sebanding
dengan permintaan juga bisa menjadi salah satu factor turun nya pertumbuhan ekonomi
di Indonesia.
2. Faktor makro selanjutnya dalah lingkungan ekonomi. Dilihat dari sisi status Negara

kebanyakan di Asia Tenggara merupakan Negara berkembang, tidak heran apabila
kondisi ekonominya sebagian besar masih di bawah rata-rata. Pendapatan perkapita juga
menentukan besar kecilnya kegiatan ekonomi. Ditambah lagi dengan tekanan inflasi yang
berkelanjutan, akan menyebabkan harga barang produksi di bidang apapun akan
mengalami kenaikan, yang tentu akan mengurangi niat masyarakat untuk melakukan
transaksi.
3. Lingkungan Fisik meliputi tanah ,iklim, topografi, udara, air dan infrastruktur. Setiap
perusahaan akan menggantungkan pada sumber tersebut.
4. Lingkungan Teknologi
Coba jabarkan sendiri ya sayang :*
5. Lingkungan sosial budaya
Coba jabarkan sendiri ya sayang :*

Kesimpulannya, baik lingkungan mikro maupun makro semuanya mempunyai pengaruh yang
dominan terhadap laju pertumbuhan ekonomi dalam tingkatan apapun. Apabila semua factor

dalam lingkungan mikro dan makro yang telah dianalisa tersebut bisa diatasi, tentu pertumbuhan
ekonomi akan stabil dan bahkan bisa mengalami peningkatan.