Pertanian (6) SDA Pertanian SDA Pertanian

Berangkat Dari Sebuah Pemikiran Kecil
Oleh : Marisa Amanda Dewi (Siswi SMK-PP Negeri Padang)
Hari itu hari Jum’at, hari dimana semua murid pulang lebih cepat karena umat Islam
khususnya kaum adam akan melaksanakan ibadah shalat Jum’at. Masih jelas teringat olehku
warna seragam Jum’at yang aku pakai kala itu. Saat dimana aku pertamakali menemukan aku
di masa depan akan menjadi apa. Saat dimana aku merasa dianugerahi sebuah pemikiran
kecil yang istimewa.
Karena sekolahku berada tidak jauh dari kantor Papa, aku jadi sering pulang berdua
dengan Papa terutama hari Jum’at karena Papa juga sama seperti murid-murid di luar sana.
Dapat

pulang lebih cepat karena Papa juga seorang muslim. Maka dari itu aku akan

menunggu sampai papa selesai shalat Jum’at, baru setelah itu kami pulang ke rumah bersama.
Agar tidak merasa bosan menunggu di sekolah, aku meminta Papa segera menjemputku
sehingga aku bisa menunggu di kantor tempat papa bekerja saja. Setidaknya disana aku tidak
sendirian dan ada komputer yang bisa aku pergunakan.
Tidak ada yang istimewa sampai di dekat kantor papa, aku melihat pemandangan
yang membuatku cukup terpana. Aku melihat beberapa muda-mudi berpakaian ala petugas
kebersihan berwarna hijau sedang sibuk memberesi perlengkapan mereka. Mereka sepertinya
baru saja membersihkan sekitar lahan tersebut yang ternyata adalah lahan perkebunan sawit.

Entah karena kepolosanku atau memang aku punya rasa ingin tau yang cukup tinggi. Aku
terus saja memandangi mereka sambil bertanya-tanya dalam hati, siapa mereka? Apa yang
sedang mereka lakukan? Mengapa seragam yang mereka pakai mirip dengan seragam
petugas kebersihan? Meraka semua juga tampak masih muda dan sepertinya umur mereka
pun sebaya. Mana mungkin mereka petugas kebersihan. Mereka kan masih muda dan bisa
belajar serta bersekolah dengan baik sehingga kelak mereka akan mendapatkan pekerjaan
yang lebih baik pula. Lantas siapa mereka itu? Apa mungkin mereka hanya sedang
melakukan bakti sosial? Mereka benar-benar membuatku penasaran.
Terkadang aku merasa berlebihan dalam menanggapi pemandangan yang baru saja
aku lihat itu. Tapi apa boleh buat, aku memang sangat penasaran dengan mereka. Seakan tau
dengan apa yang sedang dipikirkan anaknya, tiba-tiba Papa memberitahuku siapa mereka dan
apa yang sedang mereka lakukan. Dengan seksama aku mendengarkan cerita Papa yang tibatiba menjadi lebih menarik dari pada dugaanku. Muda-mudi berpakaian hijau disana ternyata
adalah siswa SPMA yaitu sekolah kejuruan di bidang pertanian. Menurut Papa, tadi itu
sepertinya mereka sedang melakukan praktek lapangan. “Dulu sewaktu zaman Papa SMA,

sekolah itu adalah sekolah unggul dan tes masuknya sangat susah. Kamu tau? Suatu
kebanggaan tersendiri bagi para orang tua yang anaknya dapat diterima di sekolah itu.
Lulusan sekolah itu juga terkenal banyak yang menjadi pengusaha sukses atau paling tidak
dapat bekerja di instansi Pemerintahan dengan penghasilan lebih dari cukup. Mereka adalah
muda-mudi hebat yang akan memajukan dunia Pertanian dan memajukan negara kita. Sebab

negara kita adalah negara agraris dan terkenal dengan rempah-rempahnya yang memang
berkualitas. Papa pun dulu sempat bercita-cita masuk sekolah itu, tapi Tuhan punya rencana
lain ”, jelas Papa sambil berbelok di persimpangan.
Setibanya di ruangan kerja Papa, aku duduk terpaku untuk beberapa saat sedang Papa
telah pergi ke Masjid terdekat. Potongan-potongan film seakan berhamburan di kepalaku,
seperti aku yang dari kecil menyukai tumbuh-tumbuhan, pencinta lingkungan hidup dan aku
yang bermimpi menjadi relawan lingkungan hidup jika sudah besar nanti. Semua potongan
film itu memaksaku untuk segera menyusun dan melihat apa yang yang akan aku temukan di
dalamnya.
Diawali dengan penyusunan kata “ternyata”. Ternyata mereka bukan petugas
kebersihan ataupun sedang bakti sosial, ternyata mereka sedang belajar, ternyata itu adalah
sekolah mereka, ternyata meraka telah mempersiapkan masa depan mereka dengan baik
dengan memasuki sekolah yang punya prospek masa depan cukup jelas, ternyata mereka
hebat dan ternyata mereka punya hobi yang sama denganku. Karena mereka juga cinta
lingkungan, namun mereka tidak berniat menunggu sukses untuk jadi relawan lingkungan
hidup sepertiku. Mereka berfikir lebih cerdas dariku. Mereka memilih jalur pertanian untuk
mendapatkan keduanya, yaitu sukses dan selamatkan lingkungan hidup.
Semenjak menonton film-film yang menceritakan kerusakan bumi yang semakin hari
semakin parah, aku menjadi sangat cinta alam. Ditambah lagi semakin hari semakin sedikit
orang yang peduli dengan lingkungan hidup. Bahkan diantara mereka ada yang semakin

memperburuk keadaan dengan merusak hutan dan mengeksplorasi hasil bumi semaunya saja.
Karena itu, hingga saat ini aku masih saja merasa miris ketika mendengar berita tentang
bencana alam atau pemberitahuan kondisi bumi yang terus saja memburuk. Tapi setelah aku
tau bahwa ternyata ada sekelompok generasi muda yang sependapat denganku, aku seakan
diberi suntikan semangat baru di dalam menjalani hari-hariku.
Bagiku, mereka yang mencintai dunia Pertanian sudah pasti adalah mereka yang juga
sangat peduli dengan lingkungan, sosial dan dirinya sendiri. Secara tidak langsung mereka
telah melakukan penghijauan di bumi, mereka juga membantu memenuhi kebutuhan pangan
banyak orang. Hebatnya lagi mereka juga bisa membuka lowongan pekerjaan dan

medapatkan rezki yang berlimpah di dunianya itu. Sungguh sebuah pilihan yang tepat bagi
tanah air kita Indonesia.
Sepanjang perjalanan pulang aku tidak banyak berbicara, hanya otakku yang berputarputar memikirkan sebuah bidang yang sedari dulu aku sukai tetapi tidak pernah terpikirkan
olehku untuk menjadikan hal tersebut sebagai profesi. Padahal aku selalu bermimpi
mempunyai rumah indah dan asri di tengah perbukitan yang jauh dari hiruk-pikuk ibu kota
seperti tempat tinggalku sekarang. Tapi kenapa tak pernah terpikirkan olehku untuk
berprofesi sebagai seorang petani. Sama seperti apa yang dipilih oleh pelajar muda hebat tadi.
Mereka sungguh bisa melihat peluang masa depan yang cerah. Betapa beruntungnya negeri
ini jika ada banyak generasi mudanya yang berfikiran sama dengan muda-mudi itu. Negeri ini
pasti akan berkembang dengan pesat. Sayangnya tidak banyak orang yang menghargai dunia

pertanian apalagi profesi petani. Tapi tidak termasuk aku. Aku dari dulu selalu diajarkan
untuk menghargai setiap profesi orang oleh kedua orangtuaku. Menurut orangtuaku semua
profesi itu sama pentingnya, hanya saja sifatnya yang berbeda. Ada yang bersifat positif dan
ada yang bersifat negatif. Petani jelas merupakan profesi yang positif, bahkan Ibuku pernah
bilang bahwa petani termasuk profesi yang mulia karena membantu banyak orang. Sungguh
iri hatiku pada mereka para muda-mudi yang memilih bergelut di dunian yang sama dengan
sosok idolaku yaitu Nabi Muhammad SAW, nabi besar umat Islam.
Pertanian. Petani. Setelah beberapa hari ini aku terus mencari dan menggali informasi
tentang “Pertanian”. Aku memutuskan untuk menjadikan dunia pertanian sebagai profesiku,
petani sebagai cita-citaku, dan akan aku tancapkan impian masa depan itu setinggi-tingginya
lalu aku sendiri juga yang akan berjuang mengejarnya sampai aku mendapatkannya. Aku
begitu bersemangat, mungkin karena masa remaja atau masa muda adalah masa dimana
setiap insan memiliki hasrat yang menggebu-gebu dalam melakukan sesuatu. Hanya saja
banyak diantara mereka tidak dapat menyalurkan hasrat itu kepada hal yang positif karena
mereka masih dalam pencarian jati diri. Tapi aku, aku kini telah menemukan siapa diriku di
masa depan nanti. Aku yakin negeri ini akan senang jika ada generasi muda sepertiku yang
berniat untuk memajukan dunia pertanian negeri ini. Karena pada dasarnya Indonesia butuh
generasi muda yang segar dalam pengembangan sektor pertaniaannya. Dan aku akan menjadi
salah satunya. Itulah tekadku.
Kepada generasi muda Indonesia, kalian harus menyadari ini. Pertama, bahwa negara

kita adalah negara agraris yang memiliki hasil bumi yang berlimpah. Tapi satu-satunya hasil
bumi Indonesia yang dapat terus diperbaharui adalah hasil pertanian, sedangkan yang lain
terus menipis karena sedari dulu sudah dieksplorasi secara besar-besaran padahal tidak dapat

diperbaharui. Kedua, pertumbuhan manusia di Indonesia cukup pesat. Sudah pasti kebutuhan
akan pangan pun akan terus meningkat. Artinya Indonesia butuh banyak petani muda yang
dapat mencukupi kebutuhan pangan negeri ini sebab jika diharapkan kepada petani yang
sudah berumur lebih dari 50th, maka mereka akan dengan serta merta berkata, “Itu adalah
tugas kalian generasi muda penerus bangsa, kami-kami ini tidak akan bertahan lama. Kami
hanya akan menghabiskan masa tua kami dengan bersantai dan kalianlah yang harus berjuang
memajukan negeri ini”. Kurang lebih seperti itulah jawaban yang akan kalian terima jika
kalian beradu argumentasi dengan petani yang sudah memasuki kepala-5.
Terakhir, Indonesia memiliki banyak sarjana tetapi Indonesia lebih banyak memiliki
SPTT (Sarjana Pengangguran Tingkat Tinggi). Karena itu, kalian para generasi muda jangan
mau lagi hilir mudik, keluar masuk kantor hanya untuk mendengar “Maaf, disini tidak ada
lowongan pekerjaan”. Aku yakin jika para generasi mudah benar-benar merenungi 3 hal
tersebut. Mereka akan memilih menjadi pengusaha. Dan pengusaha yang paling strategis
untuk negara yang orang bilang tongkat kayu dan batu saja bisa jadi tanaman adalah PETANI
(Pengusaha Top Agribisnis Indonesia)
Itulah sepenggal cerita dari sebuah pemikiran kecil yang membuatku tersadar akan

sebuah hal besar yang harus aku lakukan untuk negeri ini sebagai generasi muda penerus
bangsa. Alhamdulillah, walaupun banyak yang meremehkan. Tekad bulatku ini akan terus
kupelihara. Aku yakin aku akan menjadi seorang PETANI seutuhnya. Dan aku telah memulai
karirku dengan terdaftar sebagai salah satu siswa di SPMA yang kini telah berganti nama
menjadi SMK Pertanian Pembangunan Negeri Padang. Aku selalu berdo’a kepada Tuhan
yang Maha Esa agar Tuhan juga memberi generasi muda yang lain pencerahan dari sebuah
pemikiran kecil yang berdampak besar seperti yang aku terima ini. Sehingga Indonesia bisa
terus menciptakan para PETANI yang berkualitas dan berskala Internasional, sekaligus
menyelamatkan bumi yang hari demi hari keadaannya terus memburuk.