T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan pada Sekolah Dasar T2 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang
penting dalam suatu organisai karena sebagian besar
keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
James M. Black pada Manajemen: a Guide to
Executive Command dalam Samsudin Sadili (2006:287),
mengemukakan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar
mau bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai
suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sementara Indrafachrudi (2006:2), mengartikan
kepemimpinan sebagai suatu kegiatan dalam membimbing suatu kelompok sedemikian rupa sehingga
tercapailah

tujuan

itu.

Kemudian


menurut

Ukas

(2004:268), kepemimpinan adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang untuk dapat memengaruhi
orang lain, agar ia mau berbuat sesuatu yang dapat
membantu penca-paian suatu maksud dan tujuan.
Ditambahkan oleh Sagala (2010), bahwa kepemimpinan adalah kekuatan dinamis penting yang
memotivasi dan mengkoordinasikan organisasi dalam
rangka mencapai tujuan melalui suatu proses untuk
memengaruhi

orang

lain,

baik

dalam


organisasi

maupun diluar organisasi untuk mencapai tujuan yang
diinginkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu.
Ditegaskan oleh Siagian (1999), bahwa kepemimpinan sebagai suatu kegiatan untuk memengaruhi
11

perilaku orang orang agar bekerja bersama sama
menuju suatu tujuan tertentu yang mereka inginkan
bersama,

dengan

kata

lain

kepemimpinan


adalah

kemampuan memengaruhi kelompok untuk mencapai
tujuan.
Berdasarkan beberapa definisi seperti tersebut di
atas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah
kemampuan yang dimiliki seseorang dalam memengaruhi orang lain untuk bekerjasama agar mau
melakukan tindakan

dan perbuatan dalam mencapai

tujuan bersama.
Kepemimpinan yang baik merupakan suatu keharusan bagi setiap organisasi, karena melalui kepemimpinan ini diharapkan dapat menentukan keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai tujuan. Dari pandangan tersebut, jelas bahwa keberhasilan organisasi
dalam menjalankan programnya tentu didukung oleh
kepemimpinan yang baik, sehingga karakter pemimpin
yang baik diharapkan dimiliki oleh kepala sekolah.

2.2 Kepala Sekolah
Merujuk pada Keputusan Menteri Pendidikan

Nasional nomor 162/U/2003 yang menyatakan bahwa
“Kepala Sekolah adalah guru yang mendapat tugas
tambahan sebagai kepala sekolah dan kembali menjabat selama satu masa tugas berikutnya sebagai
kepala sekolah yang berprestasi amat baik”.
Kepala sekolah merupakan sumber daya manusia
jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi
mengkoordinasikan

dan

menserasikan

sumberdaya

manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah
input manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya
12

untuk bercampur tangan dengan sumberdaya selebihnya, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik untuk dapat menghasilkan
output yang diharapkan (Hadjisarosa; 1997:76).

Wahjosumidjo (2011), mengartikan bahwa kepala
sekolah adalah tenaga fungsional guru yang diberi
tugas tambahan untuk memimpin suatu sekolah dimana

diselenggarakan

proses

belajar

mengajar

atau

dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi
pelajaran dan murid yang menerima pelajaran.
Ditegaskan oleh Rahman (2006), bahwa

kepala


sekolah adalah seorang guru (jabatan fungsional) yang
diangkat untuk menduduki jabatan struktural (kepala
sekolah) di sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan,
kepala sekolah hendaknya mampu memimpin guruguru dan staf sekolahnya karena dia memiliki kewenangan dan tanggung jawab berkenaan dengan itu.
Keberhasilan

sebagai

pemimpin

sangat tergantung

pada kepemimpinanya dalam memengaruhi, menggerakkan, dan bekerjasama dengan guru-guru dan staf
sekolah.
Keberhasilan suatu sekolah akan dipengaruhi
oleh kemampuan kepemimpinan kepala sekolah. Kepala sekolah diharapkan mampu memilih orang yang
tepat

dalam


menempatkan

atau

memberi

tugas

pekerjaannya. Dalam hal ini berarti ketika menentukan
dan membagi tugas kepada bawahan harus tepat
sesuai bidang dan karakteristiknya. Di samping

itu

kepala sekolah diharapkan mampu membangun kesadaran bersama beberapa potensi yang dimiliki agar
dapat dimanfaatkan secara optimal.

13

Mulyasa (2012), Secara lebih rinci menguraikan

bahwa fungsi dan peranan seorang kepala sekolah
sebagai berikut: (1) Educator; (2) Manajer; (3) Administrator; (4) Supervisor; (5) Leader; (6) Inovator; (7)
Motivator.
Secara garis besar, ruang lingkup tugas kepala
sekolah dapat diklasifikasikan ke dalam dua aspek
pokok, yaitu pekerjaan di bidang administrasi sekolah
dan pekerjaan yang berkenaan dengan pembinaan
profesional kependidikan. Untuk melaksanankan tugas
tersebut dengan sebaik baiknya, ada tiga jenis keterampilan pokok yang harus dimiliki oleh kepala sekolah
sebagai pemimpin pendidikan yaitu keterampilan teknis
(technical skill), keterampilan berkomunikasi (human
relations skill), dan keterampilan konseptual (conceptual
skill).

2.3 Kepemimpinan Kepala Sekolah
Ketercapaian

tujuan

pendidikan


sangat

ber-

gantung pada kecakapan dan kebijaksanaan kepemimpinan kepala sekolah yang merupakan salah satu
pemimpin pendidikan. Karena kepala sekolah merupakan seorang pejabat yang profesional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber
organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam
mendidik peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Mulyasa (2011), keprofesionalan kepala
sekolah ini merupakan pengembangan profesionalisme
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan karena
sesuai dengan fungsinya, kepala sekolah memahami
kebutuhan sekolah yang ia pimpin sehingga kompetensi
14

guru tidak hanya berhenti pada kompetensi yang ia
miliki sebelumnya, melainkan bertambah dan berkembang dengan baik, sehingga profesionalisme guru dapat
terwujud.
Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan

membentuk manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta didik dalam rangka
mencerdaskan

kehidupan

bangsa.

Kepala

sekolah

sebagai pemimpin pada sebuah lembaga pendidikan
formal, punya peran sangat penting dan menentukan
dalam membantu para guru dan peserta didiknya. Di
dalam kepemimpinnya kepala sekolah sebaiknya dapat
memahami, mengatasi dan memperbaiki kekurangankekurangan yang terjadi di lingkungan sekolah secara
menyeluruh.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah yang dipimpinnya, seorang kepala sekolah harus
mampu meningkatkan kinerja para pendidik termasuk
tenaga kependidikan yang berada di bawah kewenangannya.

Banyak faktor yang dapat memengaruhi kinerja
seorang guru. Sebagai pimpinan tertinggi di sekolah,
seorang kepala sekolah diharapkan mampu memberikan energi positif yang dapat menggerakkan para guru
untuk melaksanakan tugasnya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab sehingga kinerja mereka menjadi lebih baik.
Sebagai pemimpin yang mempunyai pengaruh,
seorang kepala sekolah sebaiknya terus berusaha, agar
ide, nasihat, saran dan instruksi serta kebijakannya
diikuti oleh para guru binaannya. Dengan demikian ia
dapat mengadakan perubahan-perubahan dalam cara
15

berfikir, dalam bersikap dan dalam bertindak atau
berperilaku. Maka menjadi tuntutan bagi kepala sekolah untuk merefresh pengetahuan dan wawasan
keilmuannya agar nantinya dapat mendukung tugasnya
sebagai seorang pimpinan.
Dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya,
kepala sekolah diharapkan dapat melakukan pengelolaan dan pembinaan terhadap seluruh komponen
sekolah melalui kegiatan administrasi, manajemen dan
kepemimpinan yang sangat tergantung pada kemampuan manajerial seorang kepala sekolah.
Terkait dengan uraian di atas, kepala sekolah
sebagai supervisor berfungsi untuk mengawasi, membangun, mengoreksi dan mencari inisiatif terhadap
jalannya seluruh kegiatan pendidikan yang dilaksanakan di lingkungan sekolah. Disamping itu, kepala
sekolah sebagai pemimpin lembaga pendidikan berfungsi

mewujudkan

hubungan

manusiawi

(human

relationship) yang harmonis dalam rangka membina dan
mengembangkan kerjasama antar personal, agar secara
serempak bergerak kearah pencapaian tujuan melalui
kesediaan melaksanakan tugas masing-masing secara
bersungguh-sungguh dan bertanggung jawab yang
dalam bahasa sekarang dikemas dalam istilah profesional.
Oleh karena itu, segala penyelenggaraan pendidikan akan mengarah kepada usaha meningkatkan
mutu pendidikan yang sangat dipengaruhi oleh guru
dalam melaksanakan tugasnya secara operasional.
Untuk itu kepala sekolah harus melakukan supervisi
sekolah yang memungkinkan kegiatan operasional itu
berlangsung dengan baik.
16

Keberadaan

seorang

pemimpin

dalam

suatu

organisasi sangat diperlukan dalam mencapai tujuan
sebab pemimpin merupakan motor penggerak untuk
mengimplementasikan tujuan dari organisasi. Didalam
tugas menggerakkan meliputi kegiatan kegiatan memberi petunjuk, membimbing, mendidik, membina, mengarahkan dan sebagainya.
Keberhasilan kepala Sekolah sebagai seorang
pemimpin dapat dilihat dari adanya perubahan dan
peningkatan kualitas layanan belajar dengan dibuktikan

guru

dan

personel

lain

disekolah

mampu

membangun kerjasama serta kemampuan mereka dalam menyusun sendiri dokumen administrasi pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Kepemimpinan kepala sekolah yang kompeten
dalam mengambil kebijakan akan selalu berhubungan
dengan data dan fakta yang selalu berubah secara
dinamis mengikuti perkembangan sehingga akan memberikan layanan berkualitas yang berdampak pada
lulusan dan sumber daya manusia yang berkualitas.
Dalam mengelola sekolah, kepala sekolah dasar
dapat memilih teori dan menerapkan gaya kepemimpinan yang tepat dari beberapa gaya kepemimpinan
yang ada sesuai dengan karakter pribadi, dan kondisi
organisasi sekolah yang dipimpin. Kepala sekolah dasar
harus bisa menampilkan peranan kepemimpinan yang
baik. Berkaitan dengan peranan kepemimpinan kepala
sekolah tersebut.
Maka enam peranan kepemimpinan kepala sekolah, yaitu kepemimpinan formal, kepemimpinan administratif, kepemimpinan supervisi, kepemimpinan organisasi, dan kepemimpinan tim. Kepemimpinan formal
17

mengacu pada tugas kepala sekolah untuk merumuskan visi, misi dan tujuan organisasi sesuai dengan
dasar dan peraturan yang berlaku. Kepemimpinan
administratif, mengacu pada tugas kepala sekolah
untuk membina administrasi seluruh staf dan anggota
organisasi sekolah.
Kepemimpinan supervisi mengacu pada tugas
kepala sekolah untuk membantu dan membimbing
anggota agar bisa melaksanakan tugas dengan baik.
Kepemimpinan organisasi mengacu pada tugas kepala
sekolah untuk menciptakan iklim kerja yang kondusif,
sehingga anggota bisa bekerja dengan penuh semangat
dan produktif. Kepemimpinan tim mengacu pada tugas
kepala sekolah untuk membangun kerja sama yang
baik diantara semua anggota agar bisa mewujudkan
tujuan organisasi sekolah secara optimal.

1.4 Rencana Strategis Peningkatan Mutu
Mutu

menjadi

bagian

penting

dari

strategi

institusi dan harus didekati secara sistematis dengan
menggunakan

proses

perencanaan

strategis.

Mutu

tidak bisa terjadi begitu saja dan harus direncanakan.
Tanpa arahan jangka panjang yang jelas, sebuah
institusi tidak dapat merencanakan peningkatan mutu.
Hal yang harus mendasari strategis adalah konsep yang
memperkuat fokus terhadap pelanggan. Visi strategis
yang merupakan salah satu faktor kesuksesan yang
sangat penting bagi institusi manapun.
Triyana (1987), menyatakan:
Strategi adalah suatu tindakan penyesuaian untuk
mengadakan reaksi terhadap situasi lingkungan tertentu (baru dan khas) yang dapat dianggap penting,

18

dimana tindakan penyesuaian tersebut dilakukan secara sadar berdasarkan pertimbangan yang wajar.

Menurut Argyris (dalam Rangkuti, 2009) “strategi
merupakan

respon

secara

terus-menerus

maupun

adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta
kekuatan dan kelemahan internal yang dapat memengaruhi organisasi. Sedangkan menurut Sagala (2010),
“strategi adalah rencana yang komprenshif mengintegrasikan segala resources dan capabilities yang mempunyai

tujuan

jangka

panjang

untuk

memenangkan

kompetisi.
Peningkatan mutu sekolah menutur Zamroni
(2007) adalah:
Suatu proses yang sistematis yang secara terusmenerus meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dan faktor-faktor yang berkaitan dengan itu,
dengan tujuan agar target sekolah dicapai dengan lebih
efektif dan efisien.

Goetsch dan Davis (1994) dalam Ciptono dan
Diana mengatakan salah satu rancangan yang dapat
digunakan untuk merespon berbagai tantangan dalam
dunia pendidikan di era milenium adalah Total Quality
Management yang mempunyai tujuan memaksimumkan
daya saing organisasi melalui penyempurnaan secara
berkesinambungan atas produk, jasa, sumber daya
manusia, proses dan lingkungan organisasi.
Menurut Hamalik (1990:92), pengertian mutu
dapat dilihat dari dua sisi yaitu segi normatif dan segi
deskrip-tif.

Dari

segi

normatif,

mutu

ditentukan
19

berdasarkan

kriteria

intrinsik,

mutu

pendidikan

merupakan produk pendidikan yakni “manusia yang
terdidik”

sesuai

Berdasarkan

de-ngan

kriteria

strandar

ekstrin-sik

mutu

yang

ideal.

pendidikan

merupakan instrumen untuk mendidik tenaga kerja dan
stakeholder

dalam

institusi

pendidikan

ditentukan

berdasarkan keadaan yang nyata.
Pendapat tersebut mengindikasikan strategi peningkatan mutu sekolah dalam penelitian ini merupakan

rencana

yang

komprehensif

mengintegrasikan

segala resources dan capabilities untuk meningkatkan
mutu proses belajar mengajar, mencapai target sekolah,
memenangkan kompetisi dan adaptif terhadap pengaruh eksternal ataupun internal.

2.5 Mutu Pendidikan
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 63 tahun 2009 tentang sistem penjaminan mutu
pendidikan Pasal (1) ayat (1), memberikan pengertian
bahwa Mutu Pendidikan adalah tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa yang dapat diraih dari penerapan
Sistem Pendidikan Nasional. Standar mutu pendidikan
di Indonesia ditetapkan dalam suatu Standarisasi
Nasional dan dikenal dengan Standar Nasional Pendidikan.
Standar Nasional Pendidikan tersebut meliputi:
(1) Standar Kompetensi Lulusan adalah kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan; (2) Standar Isi adalah ruang
20

lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi
bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik
pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; (3) Standar
Proses

adalah

standar

nasional

pendidikan

yang

berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu
satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan; (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
adalah kriteria pendidikan dan kelayakan fisik maupun
mental, serta pendidikan dalam jabatan; (5) Standar
Sarana dan Prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang
ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat
berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain,
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi; (6) Standar Pengelolaan adalah standar
nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan,

pelaksanaan,

dan

pengawasan

kegiatan

pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota,

provinsi,

atau

nasional

agar

tercapai

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan,
standar pembiayaan adalah standar yang mengatur
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun; (7) Standar
Penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur,
dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Selain pengertian mutu pendidikan yang diuraikan di atas, mutu pendidikan dapat juga diartikan
21

sebagai seseorang yang telah mencapai tujuan kurikulum (objective of curriculum) yang dirancang untuk
pengelolaan
1993).

pembelajaran

peserta

didik

(Suryadi,

Konsep ini lebih menekankan kepada peng-

awasan dalam pencapaian tujuan kurikulum pembelajaran, sehingga indikator umumnya adalah semakin
tujuan kurikulum tercapai, maka dapat dikategorikan
suatu pendidikan yang bermutu.
Spanbauer dalam Gaspersz (2005:4), menyatakan
bahwa mutu dalam pendidikan adalah menciptakan
kesadaran akan kebutuhan pelanggan dan secara
signifikan meningkatkan mutu pelayanan dan memenuhi dan melampaui harapan. Lebih lanjut mutu
pendidikan menurut Arcaro (2007:78), adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan
kemampuan belajar seoptimal mungkin.
Mutu pendidikan menurut Amtu (2011:22-23),
adalah berbagai indikator dan komponen pendidikan
yang saling berkaitan. Komponen dan variabel yang
menen-tukan terwujudnya mutu pendidikan yang baik
secara umum masih dikaitkan dengan sistem, kurikulum, tenaga pendidik, peserta didik, proses belajar
mengajar, anggaran, sarana prasarana pendidikan,
lingkungan belajar, budaya organisasi, kepemimpinan
dan lain sebagainya.
Sementara Sallis (2012:65), menyatakan bahwa
mutu pendidikan yaitu memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Setiap institusi perlu memerhatikan bangunan yang terpelihara dengan baik, guru
yang berkompeten, nilai-nilai moral yang tinggi, hasil
ujian
22

yang

baik,

keahlian,

dukungan

orang

tua,

hubungan dengan kelompok bisnis dan masyarakat,
sumber daya yang memadai, penerapan teknologi
terbaru, kepemimpinan yang kuat dan terarah, kepedulian dan perhatian kepada siswa dan kurikulum yang
seimbang atau kombinasi terhadap faktor ini.
Menurut Zahroh (2014:58), mutu pendidikan
harus mengutamakan siswa atau perbaikan program
sekolah yang dilakukan secara kreatif dan konstruktif
oleh pihak pendidikan. Lembaga pendidikan dikatakan
bermutu jika input, proses, dan ouput dapat memenuhi
persyaratan yang dituntut oleh pengguna jasa pendidikan. Input yaitu segala sesuatu yang harus tersedia
karena

dibutuhkan

untuk

berlangsungnya

proses

seperti SDM, sarana prasarana, program dan harapan
(visi misi dan tujuan). Proses yang dimaksud adalah
proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan
kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi,
dengan catatan bahwa proses belajar meng-ajar yang
memiliki tingkat kepentingan tertinggi dibandingkan
dengan proses proses lainnya. Output yaitu prestasi
sekolah yang dihasilkan dari proses sekolah. Output
sekolah

dikatakan

berkualitas/bermutu

tinggi

jika

prestasi sekolah, khususnya prestasi belajar siswa,
menunjukkan pencapaian yang tinggi yaitu: (1) prestasi
akademik, berupa nilai ulangan umum, Ujian Nasional,
karya ilmiah, lomba akademik; dan (2) prestasi nonakademik, seperti kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler.
Ditegaskan lebih jauh bahwa mutu pendidikan
adalah kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Ana23

lisis konsep ini lebih menekankan kepada kinerja
lembaga, yaitu kecenderungan semakin efektif dalam
mendayagunakan

sumber-sumber

pendidikan

dan

semakin baik hasil yang dicapai, maka dapat dikatakan
pendidikan tersebut memiliki mutu yang baik.

1.6 Manajemen Strategik
Manajemen Strategik adalah suatu rangkaian
aktivitas

terhadap

pengambilan

keputusan

yang

bersifat mendasar dan komprehensif, dan disertai
dengan penetapan cara aplikasinya yang dibuat oleh
pimpinan dan juga dilaksanakan oleh seluruh pihakpihak yang terlibat di dalam suatu perusahaan dalam
mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen strategik ini juga suatu sistem yang digunakan sebagai satu
kesatuan dalam memiliki beragam komponen saling
berkaitan dan mempengaruhi antara satu dan lainnya,
karakteristik

manajemen

strategik

(www.isma-

ismi.com): 1) Manajemen strategik bersifat jangka
panjang; 2) Manajemen strategik bersifat dinamik; 3)
Manajemen strategik merupakan sesuatu yang berpadu
oleh manajemen operasional; 4) Manajemen strategik
perlu dimotori oleh unsur-unsur pada manajer tingkat
puncak;

5)

Manajemen

strategik

berorientasi

dan

mendekati untuk masa depan; 6) Manajemen strategik
senantiasa

harus

didorong

dan

didukung

dalam

pelaksanaannya oleh semua sumber daya ekonomi yang
tersedia.

24

Gambar 2.1 Skema Manajemen Strategik

1.7 Strategi Peningkatan Mutu Layanan berdasarkan Analisa SWOT
Proses
pendi-dikan

perencanaan

strategi

tidak

berbeda

jauh

dalam

konteks

dengan

yang

dipergunakan dalam dunia industri dan komersial.
Strategi digunakan pada sebuah institusi sebagai cara
untuk

memanfaatkan

mengembangkan

peluang-peluang

rencana

instansi

baru

dalam

dan

jangka

pangkang dan berdasarkan pertimbangan nasional.
Strategi peningkatan mutu sekolah tidak lepas
dari strategi yang dilakukan dalam rangka Total Quality
Management. Alasan yang mendasarinya adalah peningkatan mutu diharapkan dapat memberdayakan dan
melibatkan semua unsur yang ada disekolah serta
25

peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa sekolah
dapat memberikan kepuasan kepada murid, orang tua
dan masyarakat.
Mengacu pada manajemen bisnis ada empat
tingkatan strategi organisasi dalam peningkatan mutu
disekolah yaitu strategi societal, corporate, perusahaan
dan fungsional. Dalam konteks organisasi sekolah,
strategi societal berarti sekolah memberikan pendidikan
yang dibutuhkan masyarakat sebagai tanggung jawab
sosialnya.
Sekolah menyiapkan sumber daya manusia yang
berguna bagi masyarakat luas untuk menggerakkan
roda

ekonomi

dalam

berbagai

sektor

kehidupan.

Strategi corporate dalam manajemen sekolah dirancang
untuk menerapkan strategi sekolah dalam mencapai
tujuan sesuai visi misi sekolah. Strategi fungsional
sekolah memerhatikan formulasi strategi dalam setiap
area fungsional sekolah (manajemen sekolah, manajemen kelas, layanan belajar, mutu lulusan, keuangan
dan sebagainya) yang diterapkan secara bersama.
Berkaitan dengan manajemen peningkatan mutu
sekolah sekolah, Usman (2002:6), mengatakan bahwa
manajemen peningkatan mutu terkadang upaya:
(a) Mengendalikan proses yang berlangsung di
sekolah baik kurikuler maupun administrasi, (b)
melibatkan proses diagnosis dan proses tindak
lanjut, (c) memerlukan partisipasi semua pihak
baik kepala sekolah, guru, staf, administrasi,
peserta didik, orang tua dan pakar.

26

Kegiatan terpenting dalam proses analisis adalah
memahami seluruh informasi yang terdapat pada suatu
kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa
saja yang terjadi, memutuskan tindakan apa yang
harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah
yang ada dalam sekolah. Menurut Boulton (dalam
Rangkuti, 2009), proses untuk melaksanakan analisis
kasus yang dilihat pada diagram analisis kasus. Kasus
yang terjadi disekolah harus dijelaskan sehingga pembaca dapat mengetahui permasalahan yang terjadi.
Selesai mengumpulkan semua informasi yang
berpengaruh terhadap kelangsungan organisasi sekolah. Salah satu model pemecahan masalah yang dapat
digunakan adalah model matriks SWOT dan matriks
internal-eksternal.
Berbagai peluang
Kelemahan
internal

Kekuatan
internal
Berbagai ancaman

Gambar 2.2 Diagram Analisa SWOT

1.8 Manajemen Strategis dalam Pendidikan
Manajemen strategis menurut Uwono dan Ikhsan
(2004:11), biasanya dihubungkan dengan pendekatan
menajemen yang integratif yang mengedepankan secara
27

bersama-sama seluruh elemen seperti planning, implementing, dan controlling dari strategi bisnis. Dengan
kata lain, manajemen strategik meliputi formulasi
strategik dan implementasi strategik. Menurut (Ni Luh
Putu H; 2011), Manajemen strategi adalah proses
formulasi dan implementasi rencana dan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan hal-hal vital, dapat
menembus (pervasive), dan berkesinambungan bagi
suatu organisasi secara keseluruhan.
Strategi

yang

digunakan

dalam

manajemen

sekolah diatur sedemikian rupa, yaitu perencanaan
strategi sekolah berkaitan dengan operasi sekolah
dalam menyelenggarakan programnya, sedangkan untuk memperkuat kemampuan sekolah menghindari
masalah dan dapat mencapai tujuan sesuai mutu yang
dipersyaratkan, maka akan diuji kemampuan kepala
sekolah menentukan kebijakan. Manajemen strategik
khususnya pada strategi kebijakan dapat dilakukan
jika keputusan merupakan keputusan bersama, bukan
keputusan sepihak dan keputusan itu dipilih dari
alternatif terbaik.
Keterlibatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
guru konselor, tenaga kependidikan, wali kelas, dan
personal sekolah lainnya dalam pengambilan keputusan akan meningkatkan pemahaman mereka terhadap keputusan sekolah dan meningkatkan motifasi
dalam bekerja.
Konsep strategi ini melibatkan secara langsung
semua manager di semua level dalam planning dan
implementasinya. Dalam implementasinya, strategi digerakkan dengan melakukan evaluasi strategi dan

28

mengontrolnya apakah masih konsisten dengan formulasi strategi.
Manajemen

strategis

(Strategic

management)

dalam manajemen sekolah adalah suatu pendekatan
yang sistematik dalam menyelenggarakan programnya
untuk mencapai tujuan sekolah (Sutikno, Tri Admojo;
2013).

Unsur-unsur

strategik

dalam

manajemen

sekolah tentu bertitik tolak pada ruang lingkup atau
batasan

sekolah

itu

bergerak,

menetapkan

mutu

layanan belajar, mutu lulusan yang akan dihasilkan,
memenuhi keinginan masyarakat akan mutu pendidikan yang diselenggrakan di sekolah.
Dalam menentukan strategi, baik untuk organisasi yang memiliki arah dan sasaran yang tertulis
maupun tidak, perlu memerhatikan berbagai hal,
termasuk kemampuan SDM dan anggaran. Langkahlangkah formulasi strategi dalam manajemen sekolah
tentu dimulai dari penetapan visi dan misi sekolah yang
utuh dengan melibatkan masyarakat sekolah dan
stekholder sekolah, melakukan assessment sekolah
merespon perubahan, dan menetapkan arah maupun
sasaran sekolah agar tercapai tujuan dan targe yang
ditentukan sebelumnya. Fase implementasi mencakup
langkah penggerakan strategik, melakukan evaluasi
strategik, dan mengontrol atau pengawasan strategik.
Adapaun prosedur pelaksanaan manajemen strategis
pada lingkungan sistem pendidikan adalah sebagai
berikut:

29

Gambar 2.3 Proses Manajemen Strategik
Sumber: Hunger & Thomas L W (2005), dalam Angki Kusuma Dewi (2010)

1.9 Analisa SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal
maupun eksternal suatu organisasi yang selanjutnya
akan

digunakan

sebagai

dasar

untuk

merancang

strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi
peniaian

terhadap

faktor

kekuatan

(Strength)

dan

kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan
(Threaths) (www.mindtools.com).
Pendekatan kualitatif matriks SWOT sebagaimana
dikembangkan

oleh

Kearns

menampilkan

delapan

kotak, yaitu dua paling atas adalah kotak faktor
eksternal (Peluang dan Tantangan) sedangkan dua
kotak sebelah kiri adalah faktor internal (Kekuatan dan
Kelemahan). Empat kotak lainnya merupakan kotak
isu-isu

strategis

yang

timbul

sebagai

hasil

titik

pertemuan antara faktor-faktor internal dan eksternal.
Tabel 2.1 Matrix SWOT
Eksternal

Opportunity

Treaths

Comparative

Mobilization

Internal
Strength

Advantage
Weakness

Divestment
Investment

30

Damage Control

Sel A: Comparative Advantages
Sel ini merupakan pertemuan dua elemen kekuatan
dan peluang sehingga memberikan kemungkinan
bagi suatu organisasi untuk bisa berkembang lebih
cepat.
Sel B: Mobilization
Sel ini merupakan interaksi antara ancaman dan
kekuatan. Di sini harus dilakukan upaya mobilisasi
sumber daya yang merupakan kekuatan organisasi
untuk memperlunak ancaman dari luar tersebut,
bahkan kemudian merubah ancaman itu menjadi
sebuah peluang.
Sel C: Divestment/Investment
Sel ini merupakan interaksi antara kelemahan organisasi dan peluang dari luar. Situasi seperti ini
memberikan suatu pilihan pada situasi yang kabur.
Peluang yang tersedia sangat meyakinkan namun
tidak dapat dimanfaatkan karena kekuatan yang
ada tidak cukup untuk menggarapnya. Pilihan
keputusan yang diambil adalah (melepas peluang
yang ada untuk dimanfaatkan organisasi lain) atau
memaksakan menggarap peluang itu (investasi).
Sel D: Damage Control
Sel ini merupakan kondisi yang paling lemah dari
semua sel karena merupakan pertemuan antara
kelemahan organisasi dengan ancaman dari luar,
dan

karenanya

keputusan

yang

salah

akan

membawa bencana yang besar bagi organisasi.
Strategi yang harus diambil adalah Damage Control
(mengendalikan kerugian) sehingga tidak menjadi
lebih parah dari yang diperkirakan.
31

1.10 Rencana Strategis
Perencanaan Strategis (Strategic Planning) adalah
sebuah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola kondisi saat ini untuk melakukan proyeksi kondisi
pada masa depan, sehingga rencana strategis adalah
sebuah petunjuk yang dapat digunakan organisasi dari
kondisi saat ini untuk mereka bekerja menuju 5 sampai
10 tahun ke depan (Kerzner, 2001).
Pendidikan

merupakan

sebuah

sistem

yang

memiliki parameter input, proses dan output beserta
keuntungannya. Tiga tahapan dalam prosedur rencana
strategis yakni (Chang, Gwang Col; 2008):
a. Analisis Sektor
Langkah pertama merupakan perencanaan pengembangan dengan melakukan analisa sektor pendidikan. Melakukan review sektor, analisa situasi,
diagnosa. Hal ini didasarkan pada sektor analisa
dengan memasukkan data dan kontrol analisa pada
aspek

yang

terkait

dengan

sektor

pendidikan.

Seorang perencana dan kepala sekolah harus hatihati dalam menguji aspek internal dan eksternal
pada sebuah sistem pendidikan. Seorang perencana
dan manajemen sekolah mampu melihat aspek yang
telah

ditimbulkan

dari

pengumpulan

data

dan

informasi pada sebuah perspektif sistem meliputi
kelebihan, kelemahan, pembelajaran dan keuntungan dari pengembangan pendidikan. Pengujian ini
secara efektif dan efisien dalam membuat sistem
pendidikan yang meliputi input, proses, output.
b. Desain Kebijakan
32

Komitmen kebijakan sektor pendidikan merupakan
pelayanan publik dari pemerintah dalam menunjang
masa depan. Secara jelas kebijakan dirumuskan
pada sebuah bentuk operasional dalam sebuah
siklus yang berkelanjutan. Hal ini membantu dalam
mengarahkan keputusan pada masa depan pendidikan

yang

meliputi

pengembangan,

intervensi

nasional, internasional. Sebuah kebijakan memiliki
tujuan dan pencapaian yang meliputi beberapa
dimensi diantaranya sebagai berikut: 1) Akses; 2)
Kualitas; 3) Manajemen.
c. Pelaksanaan Rencana
Pelaksanaan rencana dengan melakukan desain dan
digunakan dengan negara dan pelaksana yang
berbeda. Instrumen yang dimasukkan pendekatan
kondisi lingkungan sekolah dan simulasi model
perencanaan.

Dengan

demikian

hasilnya

dapat

diimplementasikan dalam sebuah pengembangan
pendidikan.

2.11 Penelitian Terkait
Penelitian yang relevan atau yang terkait dengan
kepemimpinan

kepala

sekolah

antara

lain

yang

dilakukan oleh Marlina pada tahun 2013, dengan judul
Peranan

Kepemimpinan

Kepala

Sekolah

Dalam

meningkatkan Mutu Pendidikan (Studi Kasus Pada
SLTPN di Kecamatan Subang Kabupaten Subang). Tesis,
Universitas Pendidikan Indonesia. Beberapa temuan
dari hasil penelitian ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: l) Peranan kepala sekolah sebagai manajer
pendidikan; 2) Peranan kepala sekolah sebagai Pendidik; 3) Peranan kepala sekolah sebagai Administrator;
33

4) Peranan kepala sekolah sebagai Supervisor. Upaya
yang dilakukan kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu

pendidikan

yaitu

dengan

(a)

Pembinaan

professional guru; (b) mengaktifkan MGMP sekolah; (c)
membentuk

kelompok

diskusi

terbimbing;

(d)

Pengadaan buku pustaka.
Peran

Kepala

Sekolah

dalam

Meningkatkan

Kompetensi Guru SDN 7 Sintang Pontianak. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui bagaimanakah peranan kepala Sekolah

Dasar dalam meningkatkan kompe-

tensi guru di SDN 7 Sintang. Metode Penelitian ini bersifat kualitatif, dengan pendekatan studi kasus (case
study). Hasil penelitian ditemukan: 1) Peranan kepala
sekolah dalam meningkatkan kompetensi guru belum
maksimal

antara

lain

pelaksanaan

supervisi

dan

sebagai administrator program tidak disertai dengan
pembuatan administrasi; 2) Upaya yang dilakukan
Kepala Sekolah Dasar Negeri 7 Sintang dalam meningkatkan kompetensi guru, antara lain yaitu memaksimalkan peran sebagai motivator, Mengikutsertakan
seminar/penataran, memanfaatkan kegiatan kelompok
kerja guru, pelatihan pengoperasian komputer, meningkatkan disiplin terhadap guru; 3) Faktor-faktor yang
mendukung dan menghambat kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru di SDN 7 Sintang.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa peranan
kepala sekolah belum maksimal dalam beberapa aspek,
antara lain peranan sebagai Supervisor dan administrator, pelaksanaan supervisi tidak disertai pembuatan
administrasi program.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
oleh peneliti di beberapa SD Negeri di UPT wilayah
34

Yogyakarta Utara, diantaranya di SDN Kyai Mojo, SDN
Sagan, dan di SDN Widoro, diketahui bahwa beberapa
kepala sekolah menganggap tugas pokok dan fungsi
kepala sekolah tergolong berat, hal ini dikarenakan
banyaknya jumlah tugas yang harus dilaksanakan,
serta

minimnya

pemerintah

pembinaan

kepada

kepala

yang

diberikan

sekolah.

Dalam

oleh
studi

pendahuluan juga ditemukan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh kepala sekolah di SDN Kyai
Mojo yang juga mengampu di SDN Bumijo, diantaranya
ketidakseimbangan antara banyaknya jumlah tugas
kepala sekolah dengan ketersediaan jam kerja kepala
sekolah, yang menyebabkan pelaksanaan tugas kurang
optimal. Selain itu terkadang kepala sekolah dihadapkan pada tugas-tugas insidental, seperti rapat, breifing,
upacara-upacara, dan sebaiknya sehingga menyebabkan penundaan pelaksanaan tugas utamanya serta
pelaksanaan tugas yang melebihi jam kerjanya. Sementara itu Kepala Sekolah SDN Sagan menyatakan bahwa,
dukungan pemerintah terhadap kinerja kepala sekolah
masih minim, hal ini terlihat dari minimnya pembinaan
maupun

fasilitas

yang

diberikan

oleh

pemerintah

kepada kepala sekolah. Faktor-faktor terse-but yang
menyebabkan kepala sekolah kesulitan dalam mengembangkan kompetensi, serta

kesulitan dalam melak-

sanakan tugas-tugasnya.
Hasil penelitian Susanto (2006), di Kecamatan
Kandangan Temanggung tentang hubungan supervisi
akademis dengan kompetensi kepala sekolah menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara supervisi akademis dengan kompetensi Kepala
Sekolah Dasar. Hal ini disebabkan kepala sekolah
35

sebagi pemimpin di sekolah selalu memberi bimbingan
atas kesulitan yang dihadapi guru dalam melaksanakan
tugas pokoknya sebagai guru, sehingga jika guru
mendapatkan kesulitan dalam melaksanakan KBM
kepala sekolah selalu memberi arahan, bimbingan,
sehingga kesulitan itu dapat diatasi.
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan
Subiyanto (2007), di kecamatan Grabag Kabupaten
Magelang terhadap guru SD menyimpulkan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara supervisi
akademis kepala sekolah dengan kompetensi kepala
sekolah. Hal ini disebabkan karena guru guru Sekolah
dasar di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang telah
memahami tugas pokok dan fungsinya sebagai guru
sehingga

mereka

tidak

mengalami

kesulitan

yang

berarti dalam melaksanakan tugasnya, para guru di
kecamatan Grabag dalam mengatasi persoalan yang
berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya sudah
dibicarakan dalam kelompok kerja Guru (KKG)

yang

diadakan setiap 2 minggu sekali. Implikasinya setiap
muncul kesulitan yang dihadapi guru sudah dapat
dibahas dan diselesaikan jalan keluarnya pada saat
kegiatan KKG.

2.12 Kerangka Berpikir
Kepemimpinan seperti yang dikemukakan oleh
James M. Black pada Manajemem: a Guide to Executive
Command dalam Samsudin (2006), adalah kemampuan
meyakinkan dan menggerakkan orang lain agar mau
bekerja sama di bawah kepemimpinannya sebagai
suatu tim untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

36

Kepala sekolah merupakan sumber daya manusia
jenis manajer (SDM-M) yang memiliki tugas dan fungsi
mengkoordinasikan

dan

menserasikan

sumberdaya

manusia jenis pelaksana (SDM-P) melalui sejumlah
input manajemen agar SDM-P menggunakan jasanya
untuk proses belajar mengajar dapat berlangsung
dengan baik untuk dapat menghasilkan output yang
diharapkan.
Terkait dengan uraian di atas, untuk mencapai
tujuan

sekolah

dasar

yang

bermutu

diperlukan

pemahaman yang baik tentang tujuan pendidikan
nasional. Di era globalisasi yang sedang berjalan ini
mutu SDM semakin nyata dibutuhkan guna menghadapi persaingan yang semakin kompetitif di segala
jenjang kehidupan.
Kepala sekolah diharapkan mampu mempersiapkan persaingan tersebut dengan melibatkan guru dan
peserta didik secara aktif yang didukung sarana
prasarana

pendukung

dalam

pembelajaran

serta

kurikulum yang memadai sesuai kondisi sekolah dan
kebutuhan peserta didik.
Di

sisi

lain

kepala

sekolah

juga

memiliki

tanggungjawab yang besar untuk mewujudkan harapan
tersebut dengan melaksanakan tugas sebagai manajer,
leader, administrator, dan motivator dalam kewirausahaan yang dapat mempersiapkan serta meningkatkan
capaian mutu pendidikan di sekolah.
Guna

mencapai

tujuan

tersebut

diperlukan

strategi peningkatan mutu melalui analisa SWOT yang
memberikan

analisa

pencapaian

tujuan

dengan

memerhatikan faktor peluang, tantangan, kekuatan,

37

dan

ancaman

sebagai

sarana

strategi

pencapaian

peningkatan mutu.
Melalui strategi yang dilakukan dengan memerhatikan anisa SWOT di atas maka pencapaian tujuan
sekolah bermutu dapat terwujud dengan pembuktian
tingkat kelulusan peserta didik yang selalu meningkat
hingga 100%, prestasi peserta didik hingga tingkat
internasional, dan kemajuan sekolah di segala bidang
baik akademik maupun non akademik.
Secara singkat kerangka pikir tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Mutu SDM

Manajemen

- Tujuan Pendidikan
Nasional
- Globalisasi
- Daya Saing

-

Tugas Kepala SD

Strategi

SD BERMUTU

-

-

-

Manajer
Leader
Administrator
Kewirausahaan

Guru
Peserta Didik
Sarana Prasarana
Kurikulum

SO
ST
WO
WT

Gambar 2.4 Kerangka Berpikir

38

Kelulusan
Prestasi siswa
Kemajuan Sekolah

Dokumen yang terkait

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15