BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Pemimpin Dan Disiplin Kerja ( Studi Korelasional Tentang Pengaruh Pemimpin Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Asuransi Ajb Bumi Putera 1912 Wilayah Medan )

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1. Kerangka Teori

  Kerangka teori memberikan gambaran atau batasan – batasan tentang teori – teori yang dipakai dan sebagai landasan penelitian yang akan dilakukan. Penyusunan teori merupakan tujuan utama dari ilmu karena teori merupakan alat untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena yang diteliti.

  Teori merupakan jantung utama dalam penelitian kuantitatif yang harus diuji kebenarannya dalam suatu topik penelitian/ seorang peneliti kuantitatif harus memilih dan menentukan teori yang cocok dengan permasalahan yang diteliti. Kejelasan landasan berpikir untuk memecahkan atau menyoroti masalah sangat diperlukan dalam penelitian. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1995: 39).

  Kerlinger menyatakan bahwa teori adalah himpunan konstruksi (konsep), defenisi proporsi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala yang menjabarkan relasi diantara variabel untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2008: 6).

  Dalam penelitian ini, teori yang dianggap relevan adalah: Komunikasi Organisasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Kepemimpinan, dan Disiplin Kerja.

2.1.1. Komunikasi Organisasi

  Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia dapat saling berhubungan satu sama lain baik dalam kehidupan sehari-hari di rumah tangga, di tempat pekerjaan, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia berada. Tidak ada manusia yang tidak akan terlibat komunikasi. Komunikasi merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia untuk mendapatkan suatu informasi. Dalam melakukan suatu hubungan sosial diperlukan kemampuan komunikasi yang baik, begitu pula dalam berorganisasi. Pentingnya komunikasi tidak bisa dimungkiri begitu juga halnya bagi suatu organisasi. Komunikasi dalam organisasi sangatlah penting karena organisasi merupakan

  Selain komunikasi, sebuah sifat kepemimpinan juga penting dalam menjalankan sebuah organisasi. Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Sejatinya Kepemimpinan merupakan suatu bentuk sifat seseorang yang berkaitan dengan keterampilan dan kecakapan seseorang dalam mempengaruhi orang lain/kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.Oleh sebab itu, dalam berorganisasi sifat kepemimpinan ini sangatlah penting agar tujuan dari organisasi tersebut dapat segera tercapai. Seseorang yang memiliki sifat kepemimpinan, pasti mampu memimpin orang lain dan dirinya sendiri untuk bekerja atau melakukan sebuah aktifitas dan juga mengambil keputusan dengan tepat.

  Di dalam organisasi memerlukan seorang pemimpin, pemimpin merupakan salah satu unsur terpenting dalam menentukan perkembangan suatu organisasi atau perusahaan. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi atau perusahaan banyaknya ditentukan oleh kualitas pemimpin itu sendiri. Oleh karena itu, para pemimpin organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka. Bermacam – macam defenisi yang dikemukakan orang untuk memberikan batasan apa yang dimaksud dengan komunikasi, sesuai dari sudut mana mereka memandangnya.

  Sementara itu (Dalam Muhammad, 2009) Schein mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang untuk mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hirarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai karekteristik tertentu yaitu: mempunyai struktur, tujuan, saling berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung kepada komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut.

  Kemudian Sendjaja 1994 menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut:

1. Fungsi informatif, organisasi dipandang sebagai suatu sistem pemprosesan informasi.

  Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang- orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi didalam organisasi, sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan pekerjaan , di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

  2. Fungsi regulatif, fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu : a.

  Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen , yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberikan perintah atau instruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya, b. Berkaitan dengan pesan, pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

  3. Fungsi interagtif, setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik.

  Adapun saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu: a. Saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi, b. Saluran komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama istirahat kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

  Selain itu organisasi memerlukan koordinasi supaya masing-masing bagian dari organisasi bekerja menurut semestinya dan tidak mengganggu bagian lainnya. Tanpa koordinasi sulitlah organisasi itu berfungsi dengan baik.

  Adapun fungsi organisasi adalah : 1. Memenuhi kebutuhan pokok organisasi

  Setiap organisasi mempunyai kebutuhan pokok masing-masing dalam rangka kelangsungan hidup organisasi tersebut.

  2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab Kebanyakan organisasi bekerja dengan bermacam-macam standar etis tertentu. Ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh organisasi maupun standar masyarakat di mana organisasi itu berada. Standar ini memberikan organisasi satu set tanggung jawab yang harus dilakukan oleh anggota organisasi, baik itu ada hubungannya dengan produk yang mereka buat maupun tidak.

  3. Memproduksi barang atau orang Fungsi utama dari organisasi adalah Memproduksi barang atau orang sesuai dengan jenis organisasinya. Semua organisasi mempunyai produknya masing-masing.

  4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang lain Sesungguhnya organisasi digerakkan oleh orang. Orang yang membimbing, mengelola, mengarahkan dan menyebabkan pertumbuhan organisasi. Orang yang memberikan ide-ide baru, program baru dan arahan baru (Muhammad, 2009: 23-34).

  Kemudian untuk membantu memahami organisasi tersebut maka diperlukan elemen-

  1. Struktur organisasi Struktur organisasi adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antara partisipan didalam suatu organisasi. Struktur organisasi menurut Davis Scott (1981) dapat dipisahkan menjadi dua komponen yaitu: struktur normatif dan struktur tingkah laku. Di mana struktur normatif mencakup nilai, norma dan peranan yang diharapkan. Nilai adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku, sedangkan norma adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengejar tujuan, peranan yang diharapkan digunakan sebagai standar penilaian tingkah laku karyawan yang sesuai dengan posisinya. Sementara struktur tingkah laku ini berfokus kepada tingkah laku yang dilakukan dan bukan pada resep bertingkah laku, tingkah laku diperlihatkan manusia dalam organisasi ini mempunyai karakteristik umum yang merupakan pola atau jaringan tingkah laku.

  2. Partisipan Partisipan organisasi adalah individu–individu yang memberikan kontribusi kepada organisasi. Semua individu berpartisipasi lebih daripada suatu organisasi dan ketelibatannya pada masing-masing organisasi tersebut sangat bervariasi.

  3. Tujuan Konsep tujuan organisasi adalah yang paling penting dan sangat kontroversial dalam mempelajari organisasi. Ahli analisis mengatakan bahwa tujuan sangat diperlukan dalam memahami organisasi.

  4. Teknologi Yang dimaksud dengan teknologi adalah penggunaan mesin-mesin atau perlengkapan mesin dan juga pengetahuan teknik dan keterampilan partisipan.

  5. Lingkungan Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi, kebudayaan dan lingkungan sosial, terhadap mana organisasi tersebut harus menyesuaikan diri. Tidak ada organisasi yang sanggup mencukupi kepentingan dirinya sendiri. Semuanya tergantung kepada lingkungan sistim yang lebih besar untuk dapat terus hidup (Muhammad, 2009: 26-28).

  Tiap organisasi di samping mempunyai elemen yang umum juga mempunyai karekteristik yang umum antara lain:

  1. Dinamis Organisasi sebagai suatu sistem terbuka terus menerus mengalami perubahan, karena selalu menghadapi tantangan baru dari lingkungan dan perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah tersebut.

  2. Memerlukan informasi Semua organisasi memerlukan informasi ntuk hidup. Tanpa informasi organisasi tidak dapat jalan.

  3. Mempunyai tujuan Organisasi adalah merupakan kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena itu setiap organisasi harus mempunyai tujuan sendiri- sendiri. Tentu saja tujuan organisasi dengan organisasi lainnya bervariasi.

  4. Terstruktur Organisasi dalam mencapai tujuannya biasanya membuat aturan-aturan, undang- undang dan hirarki hubungan dalam organisasi. Hal ini dinamakan struktur organisasi (Muhammad, 2009: 30).

  Barry Cushway mengakui meskipun ada bermacam-macam organisasi, hanya sedikit terdapat persamaan, tetapi upaya membandingkan organisasi supaya mengetahui kelebihan dan kekurangannya. Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi), semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:

  1. Satu tujuan bersama 2.

  Suatu struktur 3. Proses untuk mengkoordinasi kegiatan (Panuju, 2001: 23).

  Kemudian organisasi mempunyai fungsi organisasi diantaranya: 1.

  Memenuhi kebutuhan pokok organisasi 2. Mengembangkan tugas dan tanggung jawab, ini berarti bahwa organisasi harus hidup sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh organisasi maupun standart masyarakat dimana pun organisasi itu berada.

  3. Memproduksi barang atau orang.

  4. Mempengaruhi dan dipengaruhi orang ( Muhammad, 2009: 23-32).

  Kemudian Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu seperti komunikasi dari bawahan dan atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya (Muhammad, 2009: 66).

  Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat digunakan tiga pendekatan yaitu :

  1. Pendekatan makro adalah suatu organisasi yang dipandang struktur global yang berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam berinteraksi ini organisasi melakukan aktivitas tertentu seperti : memproses informasi dari lingkungan, mengadakan identifikasi, melakukan integrasi dan menentukan tujuan organisasi.

  2. Pendekatan mikro: pendekatan ini terutama memfokuskan kepada komunikasi dalam nit dan subunit pada suatu organisasi. Komunikasi yang diperlukan pada tingkat ini adalah komunikasi antara anggota kelompok, komunikasi untuk pemberian orientasi dan latihan, komunikasi untuk menjaga iklim organisasi, komunikasi dalam mensupervisi dan pengarahan pekerjaan dan komunikasi untuk mengetahui rasa kepuasan kerja dalam organisasi.

  3. Pendekatan individual berpusat kepada tingkah laku komunikasi individual dalam organisasi. Komunikasi individual ini ada beberapa bentuknya diantaranya berbicara dalam kelompok kerja, mengunjungi dan berinteraksi dalam rapat, menulis dan mengkonsep surat, memperdebatkan suatu usulan dan sebagainya ( Muhammad, 2009: 75).

  2.1.1.1.) Pentingnya Komunikasi Organisasi

  Komunikasi begitu penting bagi manusia sehingga ada yang menyatakan bahwa tanpa komunikasi kehidupan manusia tidak akan bermakna, atau bahkan manusia tidak dapat bertahan hidup, demikian juga dalam sebuah organisasi. Komunikasi organisasi ikut andil dalam membangun iklim komunikasi. Jika ini kita pahami oleh pengelola organisasi maka perbedaan – perbedaan individu dan ketidak mengertian (missunderstanding) dalam organisasi bisa diperkecil dan dikurangi yang pada akhirnya konflik bisa dihindari. Atas dasar itulah maka komunikasi perlu mendapat perhatian untuk dipelajari dan dipahami oleh setiap yang terlibat dalam organisasi. Apabila komunikasi yang terdapat didalam organisasi tersebut efektif maka hal tersebut kemungkinan dapat menjamin tercapainya tujuan – tujuan organisasi.

  Jika dilihat dari teori hubungan antarmanusia, komunikasi antarkaryawan merupakan suatu kegiatan yang penting sehingga semua karyawan yang terdapat didalam suatu perusahaan harus saling berusaha berkomunikasi guna menggalang kerjasama yang sebaik – baiknya sehingga melalui kerjasama yang baik itu dapat diharapkan kinerja perusahaan meningkat dan tujuan perusahaan dapat tercapai (Suranto, 2005 : 35).

  Judy C. Pearson mengemukakan ada dua alasan mengapa individu mengadakan komunikasi didalam suatu organisai yakni manfaat individu dan kelembagaan. Pada tataran manfaat individu, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memupuk hubungan baik dengan orang lain, memperoleh kepercayaan, mengklarifikasi suatu kesalahan, dan sebagainya. Sedangkan pada tataran manfaat kelembagaan, seorang karyawan dalam suatu perusahaan maupun organisasi dapat memberi manfaat pada perusahaan tersebut, misalnya dengan saling berkomunikasi karyawan perusahaan dapat menyelesaikan tugas – tugas perusahaan, mengambil keputusan yang tepat, menghindari terjadinya konflik, dan dengan sendirinya dapat meningkatkan kinerja serta keharmonisan hubungan unit – unit kerja di dalam suatu perusahaan tersebut (Mulyana, 2005: 4).

  2.1.1.2.) Jaringan Komunikasi Formal

  Sejumlah orang – orang yang menduduki posisi atau peranan tertentu di dalam suatu jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi didalam suatu organisasi dapat dilakukan oleh dua orang, tiga, atau lebih dan mungkin juga diantara keseluruhan orang dalam organisasi. Ada dua sifat jaringan komunikasi yang terdapat didalam suatu organisasi yaitu jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Jaringan komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi sedangkan jaringan komunikasi informal adalah komunikasi tidak bergantung pada struktur organisasi.

  Jaringan komunikasi formal merupakan proses penyampaian pesan melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan (Muhammad, 2009: 107). Komunikasi formal memanfaatkan saluran formal yang tersedia di dalam suatu organisasi (Sunarto, 2005: 39), pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang berbeda.

  Ada tiga bentuk utama aliran informasi komunikasi formal dalam suatu organisasi 1. Komunikasi ke bawah (Downward Communication)

  Komunikasi ke bawah memiliki arti bahwa informasi mengalir dari tingkatan manajemen puncak ke menajemen menengah atau dari jabatan yang berotoritas lebih rendah (Masmuh, 2008: 64). Fungsi komunikasi ke bawah dalam suatu organisasi dapat berupa menyampaikan informasi faktual dan non-kontroversial (tidak menjadi pokok pertentangan), dan tujuannya hanya semata – mata memberikan informasi yang berkenaan dengan tugas – tugas dan pemeliharaan, bukan membujuk (persuasive). Pesan

  • – pesan yang disampaikan oleh atasan kepada bawahannya biasanya berhubungan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan, dan kebujakan umum. Dalam bukunya, Suranto (2005) menyebutkan bahwa komunikasi ke bawah mempunyai beberapa fungsi, antara lain: a.

  Fungsi pengarahan b.

  Fungsi perintah c. Fungsi indoktrinasi d.

  Fungsi inspirasi e. Fungsi evaluasi

  Menurut Lewis (1987) komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kerugiaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan.

  Perintah atau instruksi biasanya menjadi lebih terperinci dan spesifik karena diinterpretasikan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah. Manajer – manajer pada setiap tingkatan bertindak sebagai penyaring (filter) dalam menentukan seberapa banyak informasi yang mereka terima dari pimpinan yang lebih tinggi yang akan diteruskan kepada bawahannya. Di samping perintah dan instruksi, komunikasi ke bawah juga berisi informasi mengenai tujuan organisasi, kebujaksanaan – kebijaksanaan perusahaan, peraturan, pembatasan, insentif, tunjangan, hak – hak karyawan.

  Bawahan dapat menerima umpan balik tentang seberapa jauh mereka telah melaksanakan pekerjaan mereka dengan baik. Menurut R.Wayne Pace Don F. Paules (1998), ada lima jenis informasi yang biasanya dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan, diantaranya adalah: a.

  Informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan b.

  Informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan c. Informasi mengenai kebijakan dan praktik – praktik organisasi d.

  Informasi mengenai kinerja karyawan e. Informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission)

  Seluruh fungsi maupun jenis informasi yang dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahan yang telah dipaparkan di atas, Arni Muhammad dalam bukunya komunikasi organisasi (2009) mengklasifikasikannya dalam lima tipe komunikasi ke bawah, yaitu: a.

  Instruksi tugas, yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya. Pesan tersebut dapat berupa perintah langsung, diskripsi tugas, prosedur manual, program latihan tersebut, alat – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan – pesan tugas dan sebagainya, instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana yang hanya menghendaki keterampilan dan pengalaman yang minimal, biasanya digunakan tugas – tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan mempergunakan pertimbangannya, keterampilan, dan pengalamannya (Muhammad, 2009: 109).

  b.

  Rasional pekerjaan, yaitu pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas yang lain dalam objektif organisasi.

  Kualitas dan kuantitas komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila atasan menganggap bawahannya pemalas maka pesan rasional yang diberikan sedikit sedangkan bila atasan menganggap bawahan dapat memotivasi diri sendiri maka pesan rasional yang diberikan banyak.

  c.

  Ideologi, yaitu perluasan rasional yang penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan ideologi ini, atasan berusaha mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat d.

  Informasi, yaitu informasi dari atasan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik – praktik organisasi, peraturan – peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional.

  e.

  Balikan, yaitu pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhananya adalah pembayaran gaji karyawan yang telah selesai melakukan pekerjaannya dan tidak ada informasi dari atasannya yang mengkritik pekerjaannya. Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik maka balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan kepada karyawan tersebut.

2. Komunikasi ke atas (Upward Communication)

  Komunikasi ke atas merupakan aliran informasi dari hirarki wewnang yang lebih rendah ke yang lebih tinggi. Biasanya mengalir di sepanjang rantai komando(Masmuh, 2008: 11). Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi dari bawahan ke atasan ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan dan sikap karyawan, tipe pesan adalah integrasi dan pembaruan (Muhammad, 2009: 117). Fungsi utama komunikasi ke atas antara lain untuk memperoleh informasi mengenai kegiatan, keputusan, dan pelaksanaan pekerjaan karyawan pada tingkat yang lebih rendah. Pace (1989) menggambarkan fungsi komunikasi ke atas seperti di bawah ini: a. Komunikasi ke atas membuat atasan mengetahui kapan bawahannya siap untuk memberi informasi dari mereka dan bagaimana baiknya mereka menerima apa yang disampaikan karyawan.

  b.

  Komunikasi ke atas memberikan informasi yang berharga bagi pembuatan keputusan.

  c.

  Komunikasi ke atas memperkuat apresiasi dan loyalitas karyawan terhadap organisasi dengan jalan memberikan kesempatan untuk menanyakan pertanyaan, mengajukan ide-ide dan saran-saran tentang jalannya organisasi.

  d.

  Komunikasi ke atas membolehkan, bahkan mendorong desas-desus muncul dan membiarkan atasan mengetahuinya.

  e.

  Komunikasi ke atas menjadikan atasan dapat menentukan apakah bawahan menangkap arti seperti yang dia maksudkan dari arus informasi ke bawah.

  f.

  Komunikasi ke atas membantu karyawan mengatasi masalah masalah-masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibataan mereka dalam tugas-tugasnya dan organisasi. Kebanyakan dari hasil-hasil penelitian mengenai komunikasi ke atas mengatakan bahwa atasan mendapatkan informasi dari bawahannya mengenai hal-hal berikut: a.

  Apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya, kemajuan mereka dan recana masa yang akan datang.

  b.

  Menjelaskan masalah-masalah pekerjaan yang tidak terpecahkan yang mungkin memerlukan bantuan tertentu.

  c.

  Menawarkan saran-saran atau ide-ide bagi penyempurnaan unitnya masing-masing atau organisasi secara keseluruhan.

  d.

  Menyatakan bagaimana pikiran dan perasaan mereka mengenai pekerjaannya, teman

  Masmuh (2008) dalam bukunya menyederhanakan bentuk-bentuk pesan yang dikomunikasikan oleh bawahan kepada atasan seperti dibawah ini: a.

  Laporan prestasi kerja (performance report) b.

  Saran-saran dan rekomendasi c. Usulan anggaran d.

  Pendapat dan opini e. Keluhan f. Permohonan bantuan g.

  Instruksi Seperti halnya dalam komunikasi ke bawah, karyawan yang berada dalam manajemen menengah bertindak sebagai penyaring informasi yang disalurkan melalui mereka. Karyawan manajemen menengah tersebut memadukan, memadatkan dan meringkas informasi mengenai kejadian dan pelaksanaan pekerjaan pada tingkat karyawan yang lebih rendah.

3. Komunikasi ke samping (Horizontal Communication)

  Komunikasi ke samping (Horizontal Communication) terjadi antara dua pejabat atau pihak yang berada dalam tingkatan hirarki wewenang yang sama (Masmuh, 2008: 12).

  Komunikasi ke samping secara teratur terjadi diantara karyawan yang bekerjasama dalam suatu tim, diantara para anggota kelompok karyawan yang berbeda para anggota departemen atau bagian yang secara fungsional terpisah, begitu juga diantara lini dan staff. Peranan komunikasi ke samping ini dalam organisasi sesungguhnya sangat penting, namun relatif sering diabaikan. Pertukaran informasi antarbagian sangat membantu menjadi satu kesatuan yang utuh. Komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah sebagai alat utama dalam mengkoordinir dan mempersatukan semua bagian. Fungsi utama komunikasi ke samping dalam jaringan kerja komunikasi formal adalah pengkoordinasian dan pemecahan masalah.

  Suranto (2005) dalam bukunya menyebutkan beberapa tujuan komunikasi yang dilakukan antar sesama karyawan dalam suatu organisasi: a.

  Berbagai pengalaman dan perasaan b.

  Solidaritas dan kerjasama c. Menserasikan pelaksanaan kerja d.

  Menghindari kekembaran (kegandaan) pengerjaan tugas e. Menggalang kerukunan f. Membahas cara-cara menanggulangi kendala yang timbul g.

  Saling koreksi untuk menghindari kekeliruan

2.1.2. Iklim komunikasi organisasi

  Iklim komunikasi dan organisasi merupakan hal yang perlu menjadi perhatian seorang pemimpin organisasi karena faktor tersebut banyak sedikitnya ikut mempengaruhi kepada tingkah laku karyawan. Untuk dapat menciptakan iklim komunikasi dan organisasi yang baik perlu memahami kedua hal tersebut serta keadaan karyawan.

  Tagiuri (1968) mengatakan iklim organisasi adalah kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan. Selanjutnya Litwin dan Stringers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut: 1.

  Rasa tanggung jawab 2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3. Ganjaran atau reward 4. Rasa persaudaraan 5. Semangat tim dalam (dalam Muhammad, 2009: 82).

  Hillrieger dan Slocum mengemukakan defenisi iklim organisasi dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan iklim organisasi adalah suatu set atribut organisasi dan subsistemnya yang dapat dirasakan oleh anggota organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota lingkungannya.

  Kemudian Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, untuk mengikat diri mereka dengan organisasi, untuk bersikap jujur dalam bekerja, untuk meraih kesempatan dalam organisasi secara bersemangat, untuk mendukung para rekan dan anggota organisasi lainnya, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, dan utuk menawarkan gagasan-gagasan inovatif bagi penyempurna organisasi dan operasinya, semua ini dipengaruhi oleh iklim organisasi.

  Iklim yang negatif dapat merusak keputusan yang dibuat anggota organisasi mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpartisipasi untuk organisasi. Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi. Usaha dalam hal ini merujuk kepada penggunaan tubuh secara fisik dalam bentuk berpikir, menganalisa, dan memecahkan masalah. Usaha biasanya terdiri atas empat unsur : 1.

  Aktivitas (yang merupakan pekerjaan tersebut) 2. Langkah-langkah (pelaksanaan kerja) 3. Kualitas (hasil) 4. Pola waktu (kerja).

  Anggota organisasi memilih berbagai jumlah usaha yang mereka curahkan untuk kegiatan organisasi. Mereka membuat pilihan ini karena usaha-usaha yang diarahkan tidak dibayar secara langsung sebagai bagian dari perjanjian untuk tenaga kerja dalam organisasi (Pace, 2005: 155).

  2.1.2.1) Kepuasan komunikasi organisasi

  Kepuasan komunikasi organisasi mempunyai hubungan yang cukup erat dengan iklim komunikasi organisasi. Di mana kepuasan komunikasi organisasi ini adalah semua tingkat kepuasan seorang karyawan mempersepsi lingkungan komunikasi secara keseluruhan. Konsep kepuasan ini memperkaya ide iklim komunikasi. Iklim mencakup kepuasan anggota organisasi terhadap informasi yang tersedia. Kepuasan dalam pengertian ini menunjukkan kepada bagaimana baiknya informasi yang tersedia memenuhi persyaratan permintaan anggota organisasi akan tuntutan bagi informasi, dari siapa datangnya, cara disebarluaskan, bagaimana di terima, diproses dan apa respons orang yang menerima. Kepuasan komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan (Muhammad, 2009: 87).

2.1.3. Kepemimpinan

  Di dalam kegiatan manusia itu selalu membutuhkan kepemimpinan. Jadi harus ada pemimpin demi sukses dan efesien kerja. Untuk bermacam-macam usaha dan kegiatan manusia yang jutaan banyaknya ini diperlukan upaya yang terencana dan sistematis untuk melatih dan mempersiapkan pemimpin-pemimpin baru (Kartono: 2005: 31). Istilah “ kehidupan sehari – hari. Didalam pengertian umum, Kepemimpinan menunjukkan proses kegiatan seseorang dalam memimpin, membimbing, mempengaruhi atau mengontrol pikiran, perasaan atau tingkah laku orang lain. Kepemimpinan yang bersifat tatap muka berlangsung melalui kata – kata secara lisan. Kepemimpinan jenis ini bersifat langsung, karena sang pemimpin dalam usahanya mempengaruhi orang lain, bergiat langsung kepada sasarannya (Effendy, 1981: 1)

  Defenisi lainnya tentang Kepemimpinan adalah proses pemberian inspirasi kepada semua karyawan agar bekerja sebaik-baiknya untuk menghasilkan yang diharapkan. Kepemimpinan adalah cara mengajak karyawan agar bertindak secara benar, mencapai komitmen dan memotivasi untuk mencapai tujuan bersama.

  Selanjutnya persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan dengan tiga hal penting, yaitu: a.

  Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.

  b.

  Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga orang mampu “

  mbawani ” atau mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan tertentu.

  c.

  Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan kecakapan/keterampilan teknis maupun sosial, yang dianggap melebihi dari kemampuan anggota biasa.

  Dari hubungan antara pemimpin sengan para bawahannya, secara lambat laun akan berkembang metode kepemimpinan. Metode adalah prosedur yang sistematis dan khusus yang digunakan dalam upaya menyelidiki fakta dan konsep, dilihat dari satu pandangan tertentu. Metode juga disebut sebagai cara bekerja, berbuat dan bertingkah laku khususnya dalam kegiatan kejiwaan/mental.

  Metode kepemimpinan adalah cara bekerja dan bertingkah laku pemimpin dalam membimbing para bawahannya untuk berbuat sesuatu. Maka metode kepemimpinan ini diharapkan bisa membantu keberhasilan pemimpin dalam melakukan tugas-tugasnya sekaligus juga dapat memperbaiki tingkah laku serta kualitas kepemimpinannya.

  Ordway Tead dalam bukunya (The Art of Administration) mengemukakan metode a.

  Memberi perintah Perintah itu timbul dari situasi formal dan relasi kerja, karena itu perintah adalah fakta fungsional pada organisasi, kedinasan atau jawatan perintah dan swasta, berbentuk instruksi, komando, peraturan tata tertib, standar praktik atau perilaku yang harus dipatuhi. Perintah biasanya sudah tercakup dalam tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap individu anggota kelompok. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian perintah antara lain:

  Kondisi pribadi individu yang diberi perintah

  • Situasi lingkungan sekitar yang harus ikut dipertimbangkan dalam pemberian
  • perintah
  • arti sehingga bisa membingungkan, serta mudah dimengerti

  Perintah harus jelas, ringkas, namun tegas, dan tidak mengandung kemajemukan

  • mudah dan enak ditangkap

  Penggunaan nada suara yang wajar, netral, tidak dipaksakan, cukup ramah, agar

  • pelaksanaan perintah agar bisa dipatuhi

  Kesopan santunan dalam penyampaian perintah memberi pengaruh pada

  • dan tidak menghambat pengambilan keputusan untuk memprioritaskan tugas atau perintah yang paling penting b.

  Perintah tidak terlalu banyak diberikan sekaligus, untuk tidak membingungkan

  Memberikan celaan dan pujian Celaan harus diberikan secara objektif dan tidak bersifat objektif. Juga tidak disertai emosi-emosi yang negatif (benci,dendam, curiga, dan lain-lain). Sebaiknya celaan itu berupa teguran dan dilakukan secara rahasia, tidak secara terbuka dimuka banyak orang. Sebaliknya pujian supaya diberikan, sebab pribadi yang bersangkutan telah melakukan tugasnya dengan baik, dan mampu berprestasi. Pujian ini bisa memberikan semangat, kegairahan kerja, tenaga baru, dan mendorong emosional yang segar.

  c.

  Memupuk tingkah laku pribadi pemimpin yang benar Pemimpin harus bersifat objektif dan jujur. Ia harus menjauhan diri dari rasa pilih kasih atau favoritisme karena hal ini bisa menurunkan moral anggota-anggota lainnya.

  Menumbuhkan keraguan, kemuakan serta kecemburuan sosial. Juga bisa mengurangi respek anggota pada pemimpin.

  d.

  Peka terhadap saran-saran Sifat pemimpin itu harus luwes dan terbuka,dan peka pada saran-saran eksternal yang positif sifatnya. Dia harus menghargai pendapat-pendapat orang lain, untuk kemudian mengkombinasikannya dengan ide-ide sendiri. Dengan begitu dia bisa membangkitkan inisiatif kelompok untuk memberikan saran-saran yang baik.

  e.

  Memperkuat rasa kesatuan kelompok Untuk menghadapi macam-macam tantangan luar dan kekomplekan situasi masyarakat modern, perli pemimpin bisa menciptakan rasa kesatuan kelompoknya, dengan loyalitas tinggi dan kekompakan yang utuh.

  f.

  Menciptakan disiplin diri dan disiplin kelompok Setiap kelompok akan mengembanhkan tata cara dan pola tingkah yang hanya berlaku dalam kelompok sendiri, yang harus ditaati oleh seluruh anggota. Hal ini penting untuk membangkitkan rasa tanggung jawab, uniformitas, dan disiplin kelompok. Disiplin kelompok bisa berhasil bila pemimpin bersikap arif bijaksana, memberikan teladan, berdisiplin, dan menerapkan seluruh prosedur dengan konsekuen.

  g.

  Meredam kabar angin dan isu-isu yang tidak benar Kesatuan dan efektivitas kerja dari kelompok bisa diguncangkan oleh gangguan kabar-kabar angin dan desus-desus yang tidak benar, beserta fitnahan-fitnahan dari itu ditujukan untuk mengacau dan mengganggu tatanan kerja yang sudah lancar. Maka pemimpin berkewajiban untuk mengusut sampai tuntas sumber kabar angin tadi. Dan memberikan peringatan keras atau sanksi pada orang-orang yang mampunyai rasa dendam, mengalami frustasi, dan mungkin tengah terganggu ingatannya, sehingga tanpa sadar menyebarkan kabar-kabar angin yang buruk ( Dalam Kartono, 2005: 62-66).

  Selanjutnya G.R Terry mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan yaitu teori-teori sendiri ditambah dengan teori-teori penulis lain, sebagai berikut: a.

  Teori otokratis dan pemimpin otokratis Kepemimpinan menurut teori didasarkan atas perintah-perintah, paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbitrer (sebagai wasit). Ia melakukan pengawasan yang ketat, agar semua pekerjaan berlangsung secara efesien. Kepemimpinan berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.

  Ciri khasnya adalah: Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan, dan harus dipatuhi

  • Dia menentukan policies/kebijakan untuk semua pihak tanpa berkonsultasi dengan
  • para anggota
  • akan datang, akan tetapi Cuma memberitahukan pada setiap anggota kelompoknya langkah-langkah segera yang harus mereka lakukan

  Dia tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana-rencana yang

  • dengan inisiatif sendiri b.

  Dia memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota kelompoknya

  Teori psikologis Teori ini menyatakan, bahwa fungsi seorang pemimpin adalah memunculkan dengan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk merangsang kesedian bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin merangsang bawahan, agar mereka mau bekerja, guna mencapai sasaran-sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Maka kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan sangat mementingkan aspek-aspek psikis manusia seperti pengakuan martabat, status sosial, kepastian emosional, memperhatikan keinginan dan kebutuhan karyawan, kegairahan kerja, minat, suasana hati, dan lain-lain.

  c.

  Teori sosiologis Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar-relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik. Pemimpin menetapkan tujuan- tujuan dengan menyertakan para pengikut dalam pengambilan keputusan terakhir.

  Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompokny. Pemimpin diharapkan dapat mengambil tindakan-tindakan korektif apabila terdapat kepincangan-kepincangan dan penyimpangan-penyimpangan dalam organisasi.

  d.

  Teori suportif Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin, dan bekerja dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan sebaik-baiknya melalui

  policy tertentu. Untuk maksud ini pemimpin perlu menciptakan suatu lingkungan

  kerja yang menyenangkan, dan bisa membantu mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau mengembangkan bakat dan keterampilannya, dan menyadari e.

  Teori laissez faire Kepemimpinan laissez faire ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan” yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin (direktur, ketua dewan,kepala, komandan, dan lain-lain) dimungkinkan oleh sistem nepotisme, atau lewat praktik penyuapan).

  f.

  Teori kelakuan pribadi Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas pribadi atau pola- pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan, bahwa seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situasi yang dihadapi. Dengan kata lain, dia harus mampu bersikap fleksibel, luwes, bijaksana, “tahu gelagat” dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk sesuatu masalah. Sedang masalah sosial itu tidak akan pernah identik sama di dalam runtunan waktu berbeda.

  Pola tiingkah laku pemimpin tersebut erat berkaitan dengan: Bakat dan kemampuannya

  • Kondisi dan situasi yang dihadapi
  • Good-will atau keinginan untuk memutuskan dan memecahkan permasalahan
  • yang timbul Derajat supervisi dan ketajaman evaluasinya.
  • g.

  Teori sifat orang-orang besar Sudah banyak usaha dilakukan orang untuk mengidentifikasikan sifat-sifat unggul dan kualitas superior serta unik, yang diharapkan ada pada seorang pemimpin, untuk meramalkan kesuksesan kepemimpinannya. Ada beberapa ciri-ciri unggul sebagai

  predisposisi yang diharapkan akan memiliki oleh seorang pemimpin, yaitu memiliki inteligensi tinggi, banyak inisiatif, energik, punya kedewasaan emosional, memiliki

  daya persuasif dan keterampilan komunikatif, memiliki kepercayaan diri, peka, kreatif, mau memberikan partisipasi sosial yang tinggi, dan lain-lain.

  h.

  Teori situasi Teori ini menjelaskan, bahwa harus terdapat daya lenting yang tinggi/luwespada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntunan situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan itu harus dijadikan tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin itu harus mampu menyelesaikan masalah-masalahaktual. i.

  Teori humanistik/ populastik Fungsi kepemimpinan menurut teori ini ialah merealisir kebebasan manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani, yang dicapai melalui interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk hal ini perlu adanya organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan kepentingan dan kebutuhan rakyat (Dalam Kartono: 2005: 72-79).

  2.1.3.1.) Gaya kepemimpinan

  Pemimpin itu mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian sendiri yang unik khas sehingga tingkah laku dan gayanya yang membedakan dirinya dengan orang lain.. Gaya kepemimpinan merupakan yang akan berpengaruh terhadap cara-cara berkomunikasi serta proses pengambilan keputusan didalam organisasi atau perusahaan.

  Menurut Stoner ada 2 gaya kepemimpinan yang biasa digunakan seorang pemimpin dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahannya yaitu :

  1. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas. Dalam gaya kepemimpinan ini, seorang manajer akan mengarahkan dan mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai harapannya. Manajer dalam gaya ini lebih mengutamakan keberhasilan pekerjaan daripada pengembangan kemampuan bawahan.

  2. Gaya kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja. Manajer dengan gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikut sertakan bawahan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut tugas/ pekerjaan bawahan. Disini hubungan pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya,dan saling menghargai.

  Menurut Koontz, O”Donnell dan Weihrich gaya kepemimpinan dapat digolongkan berdasarkan cara si pemimpin menggunakan kekuasaannya. Dengan demikian terdapat 3 kepemimpinan : 1.

  Otokratik : pemimpin dipandang sebagai orang yang memberi perintah dan dapat menuntut. Keputusan ada ditangan pemimpin

  2. Demokratik atau partisipatif : pemimpin dipandang sebagai orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan terlebih dahulu pada bawahannya.pemimpin disini mengikut sertakan pendapat bawahan sebelum membuat keputusan

  3. Free rein : pemimpin hanya menggunakan sedikit kekuasaan dan memberikan banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan kegiatan. Jadi disini pemimpin memberi keleluasaan pada bawahan untuk menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang berhubungan dengan kelompok lain (Dalam Kadarman, 2001: 143).

  2.1.3.2.) Pemimpin

  Tidak ada organisasi tanpa adanya pemimpin, organisasi atau perusahaan yang tidak mempunyai pemimpin seperti tubuh tanpa kepala, mudah menjadi sesat, panik, kacau dan anarkis. Jadi pemimpin merupakan unsur terpenting di dalam organisasi atau perusahaan. Pemimpin adalah kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan. Bentuk pengaruh tersebut dapat secara formal seperti tingkat manajerial pada suatu organisasi (Robbins, 2002: 163). Adapun menurut beberapa ahli pengertian pemimpin adalah sebagai berikut:

  Kartini Kartono (1994: 33) Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki mampu mempengaruhi orang-orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan. Henry Pratt Faiechild ( dalam Kartini Kartono, 1994: 33) menyatakan defenisi Pemimpin adalah seseorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasif dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh pengikutnya.

  Selanjutnya Menurut Djanaid (1996) ada tiga teori lahirnya pemimpin yaitu sebagai berikut :

  1. Teori keturunan, bahwa pemimpin itu muncul karena sifat yang dibawanya sejak lahir. Ini berarti seseorang akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan.

  2. Teori pengaruh lingkungan, menurut teori ini pemimpin itu dibentuk karena lingkungan hidupnya bukan keturunan. Ini berarti setiap anggota mampu menjadi pemimpin apabila diberi kesempatan.

  3. Teori kelompok campuran, menurut teori ini pemimpin itu memiliki bakat yang dibawa sejak lahir kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman terutama dalam berinteraksi dengan orang lain dalam ( dalam Ardana, 2008: 90).

  Banyak perusahaan, mereka terkenal bukan lain adalah karena memiliki sosok pemimpin yang baik. Bukan hanya seluruh perusahaan, tetapi pemimpin perusahaan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perusahaan. Bagaimana sebuah perusahaan atau organisasi memberikan pengaruh yang besar terhadap kesuksesan atau keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Upaya untuk melihat sukses atau gagalnya pemimpin itu antara lain dilakukan dengan mengamati dan mencatat sifat dan kualitas atau mutu perilakunya, yang dipakai sebagai kriteria untuk menilai kepemimpinannya.

  Sementara itu menurut Ordway Tead dalam tulisannya mengemukakan 10 sifat pemimpin yaitu sebagai berikut:

  1. Energi jasmani dan mental (Physical and nervous energy) Hampir setiap pribadi pemimpin memiliki tenaga jasmani dan rohani yang luar biasa yaitu mempunyai daya tahan, keuletan, kekuatan atau tenaga yang istimewa yang tampaknya seperti tidak akan pernah habis. Hal ini ditambah dengan kekuatan- kekuatan mental berupa semangat juang, motivasi kerja, disiplin kerja, kesabaran, ketahanan batin dan kemauan yang luar biasa untuk mengatasi semua permasalahan yang dihadapi.

  2. Kesadaran akan tujuan dan arah (A sense of purpose and direction) Memiliki keyakinan yang teguh akan kebenaran dan kegunaan dari semua perilaku yang dikerjakan. Mengetahui kemana arah yang akan ditujunya, serta memberikan manfaat bagi diri sendiri maupun bagi kelompok yang dipimpinnya.

  Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan harapan-harapan yang menyenangkan, memberikan sukses, dan menimbulkan semangat serta esprit de corps, semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.

  4. Keramahan dan kecintaan (Friendlinessan affection)

  Affection itu berarti kesayangan, kasih sayang, cinta, simpati yang tulus, disertai

  kesediaan berkorban bagi pribadi-pribadi yang disayangi. Sebab pemimpin ingin membuat mereka senang, bahagia dan sejahtera. Maka kasih-sayang dan dedikasi pemimpin bisa menjadi tenaga penggerak yang positif untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang menyenangkan bagi semua pihak.

  Sedang kerah tamahan itu mempunyai sifat mempengaruhi orang lain juga membuka setiap hati yang masih tertutup untuk menanggapi keramahan tersebut. Keramahan juga memberikan pengaruh mengajak, dan kesediaan untuk menerima pengaruh pemimpin untuk melakukan sesuatu secara bersama-sama, mencapai satu sasaran tertentu.