BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Kelapa Sawit - Pengaruh Waktu dan Tekanan Terhadap Oil Content Cake pada Niagara Filter di PT. Multimas Nabati Asahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

  Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.

  Kelapa sawit (elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948.

  Menurut hunger (1942) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim pada tahun 1970 di Musi Hulu.

  Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersil dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput (aceh) dan pulau Raja (asahan).

  Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang 1942, pemerintah pendudukan meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri Jepang.

  Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran. Kemudian menjelang akhir tahun 1948 maskapai – maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali.

  Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris, perancis, Belgia dan Amerika dikembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.

  Pada masa pemerintah Orde lama relative perkebunan sawit sangat terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasok minyak sawit nomor satu terbesar semenjak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini. (Suyatno Risza, 1994)

2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit

  Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas – varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas – varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas lain.

2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung

  Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu : a.

  Varietas Dura Tempurung cukup tebal (2 – 8 mm), daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35 – 50 %, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat – pusat penelitian.

  b.

  Varietas Psifera Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak pada inti rendah, karena ukuran kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tepung sari.

  c.

  Varietas Tenera Merupakan persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera (P) sehingga sifat – sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP) merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5 - 4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 18 – 23 %, dan kandungan minyak inti 5%.

  d.

  Macrocarya Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buah nya sangat tipis sekali.

  Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu 22 – 24 %, sedangkan pada varietas Dura antara 16

  • – 18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.

Tabel 2.2.1.1 Beda Tebal Tempurung dari Tipe Kelapa Sawit

  Tipe Tebal tempurung (mm) Macrocarya Tebal sekali : 5

  Dura Tebal : 3 – 5 Tenera Sedang : 2 – 3

  Sumber : Ketaren 1986

  2.2.2 Pisifera Tipis Berdasark an Warna Kulit Buah

  Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :

1. Nigrescens, Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.

  2. Virescens, Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau.

3. Albescens, Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

  Diantara ketiga varietas di atas, Nirescens paling banyak dibudidayakan.

  Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga – lembaga penelitian.

2.2.3 Varietas unggul

  Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang dianjurkan untuk ditanam diperkebunan. Varietas – varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Psifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun – tahun, bahwa varietas – varietas tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya. ( Tim Penulis,2000)

2.3 Inti Sawit

  Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%.

  (Mangoensoekardjo.S., 2003)

Tabel 2.3.1 Komposisi Inti Sawit

  Komponen Jumlah Minyak 47 – 52

  Air 6 – 8 Sumber: Ketaren 1986

  Protein 7,5 – 9,0 Selulosa

  5

  2.4 Minyak Inti Sawit

  Abu

  2

  (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM)

  Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet). Bangkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil – kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. (Ketaren,1986)

  Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal/PKM). Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang telah dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 25 C – 30

  C. (Sitinjak K, 1983). Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam linoleat). (Winarno,FG., 1991)

  Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah ampas yang berasal dari sisa produksi kernel. PKM dapat digunakan sebagai pakan ternak. Selain itu, PKM juga diekspor ke pasar Asia , Australia maupun Eropa. Biasanya permintaan pasar Asia memilki kriteria suhu diatas 50 – 60 C , tetapi untuk permintaan pasar eropa suhu diatur

  C.

  50 Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu dari PKO adalah air , Free Fatty Acid, warna, bilangan iodide. Semua faktor – faktor ini perlu di analisis untuk mengetahui mutu dari minyak inti kelapa sawit tersebut. Minyak sawit yang baik yaitu yang berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta muda dipucatkan.

2.5 Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya

  berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji- biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

  Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 ºC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi, 2004)

  2.5.1 Bahan Baku Seinduk

  Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri yang hasil pengolahan biji menjadi inti langsung diangkut ke Pengolahan Inti Kelapa Sawit (PPIS), hasil minyak yang didapat pun sangat maksimal karena kita tahu berapa lama waktu sementara sebelum inti diolah. Hanya saja jumlah inti yang di hasilkan pada pengolahan biji di PKS sangat minim.

  2.5.2 Bahan Baku Luar

  Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lain, Inti yang dihasilkan pun mengalami proses pengiriman yang cukup lama yang dapat menimbulkan masalah – masalah pada inti tersebut, dan waktu penimbunan yang dilakukan pun kita tidak tahu karena PKS di tempat lain menunggu jumlah inti yang dihasilkan dalam jumlah banyak sebelum dikirim ke pengolahan inti di PPIS. (Tim Penulis PS. 1998)

   Standarisasi Bahan Dasar Pengolahan

  Bahan dasar untuk mendapatkan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit berasal dari buah. Buah yang baik yaitu tandan buah yang sudah matang sempurna.

Tabel 2.5.3.1 Nilai Konversi Buah Kelapa Sawit

  Bagian Buah Jumlah (persen) Dihitung dari 100 % 58 – 62 Buah sawit Daging Buah (perikarp) 37 – 43 Buah sawit

  Biji (nut) 36 – 40 Daging buah Daging buah : air

  Minyak 46 – 50 Daging buah Ampas 13 – 15 Daging buah

  Minyak Kelapa Sawit (CPO) 77 – 82 Berat buah (berat Minyak Kelapa Sawit (CPO)

  28,5 – 29,5 Kering) Air

  27 Berat buah matang segar Ampas (serat)

  8 Berat buah matang segar Tempurung

  30 Berat buah matang segar Inti

  6 Berat buah matang segar Biji Tempurung 78 – 82 Berat buah matang segar

  Inti (kernel) 17 – 23 Berat biji Minyak inti sawit (PKO) 40 – 50 Berat inti

  Bungkil Inti sawit (PKM) 50 – 60 Berat inti Sumber : Ketaren 1986

2.6 Pengolahan Inti Sawit Menjadi Minyak Inti Sawit (CPKO)

  Adapun tahap – tahap proses pengolahan minyak inti sawit yaitu : 1.

   Sampling tower

  Sebelum truck yang berisi PK masuk ke tower , terlebih dahulu ditimbang dijembatan penimbang untuk mengetahui berat PK yang dibawa oleh truck tersebut. Kemudian truck yang berisi PK masuk ke tower untuk dilakukan pengambilan sampel atas. Setelah itu, sampel dibawa ke laboratorium QA untuk dianalisa.

  2. Quality Check (Pengecekan kualitas PK di laboratorium) Dalam menganalisa PK ditinjau berdasarkan kadar kotoran dan kadar air (Moisture).

  Apabila PK untuk sampel atas inspect sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, maka bagian QA membuat tiket bongkar dan diserahkan ke petugas Ware House kemudian truck akan menuju loading ramp untuk dilakukan pembongkaran dan dicek sampel curahnya. Untuk pengambilan sampel curah ada tiga bagian yaitu: belakang, tengah dan depan kemudian sampel diantar ke laboratorium QA untuk dianalisa dengan perlakuan yang sama pada pengambilan sampel atas.

  3. Loading Ramp

  Untuk truck muatan PK yang telah mendapatkan tiket bongkar maka pembongkaran terus berlanjut. PK yang telah di bongkar akan masuk ke loading ramp dan jatuh ke

  conveyor dan di bawa menuju elevator melalui elevator tersebut PK diangkat menuju conveyor menuju silo untuk disimpan sementara waktu.

  4. Silo

  Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan PK sementara. Setiap silo dilengkapi dengan blower yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo.

  Selain itu, blower juga berfungsi menjaga suhu di dalam silo agar stabil. Pengisian silo berdasarkan sistem FIFO yaitu dimana PK yang terlebih dahulu dibongkar akan langsung ditransfer ke silo dan begitu seterusnya.

  5. Gudang PKM

  Gudang PKM adalah proses akhir dari produksi yang bahan bakunya yaitu PK (Palm

  Kernel ). Jumlah gudang di palm kernel crushing plant ada empat unit yang masing

  masing berbeda kapasitasnya antara lain :  Gudang I berkapasitas 5000 ton  Gudang II berkapasitas 5000 ton  Gudang III berkapasitas 4000 ton  Gudang IV berkapasitas 7000 ton Maka total kapasitas dari keempat gudang PKM adalah 21.000 ton.

  6. Hopper

  Pada bagian produksi terdapat enam buah hopper yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam 2 plant yaitu : : 900 MT untuk 3 hopper

   Hopper Plant I : 1200 MT untuk 3 hopper  Hopper Plant II Jadi, jumlah kapasitas inti yang dapat tertampung didalam Hopper Plant I dan Plant II adalah sebanyak 2100 MT.

  7. Mesin First Press

  PK yang berada dalam silo akan di transfer ke hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas yang keluar secara terpisah. Minyak yang keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian dialirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily

  Tank . Sedangkan ampas dari mesin dibawa conveyor menuju hopper untuk masuk dalam tahap proses kedua.

  8. Mesin Second Press

  Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju mesin press

  II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya. Minyak yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak Oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank. Sedangkan Ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh

  conveyor melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill

  untuk dihaluskan. Setelah itu, ampas akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu ampas menurun dengan kadar airnya max 10% pada saat menuju gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu PKM masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

  9. Niagara Filter Niagara Filter berfungsi sebagai tempat proses penyaringan . Tekanan yang digunakan

  harus pada 4 Bar max. . Minyak yang sudah jernih akan masuk ke Buffer Tank sedangkan ampas minyak (cake) tersebut akan tertinggal didalam filter press. Cake pada Niagara filter juga di analisa dengan oil content 25% max. Konsentrasi oil content dari

  cake Niagara filter diharapkan semakin kecil dari standart yang ditentukan dengan demikian PKM hasil produksi di gudang tidak terkontaminasi.

10. Daily Tank

  Berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak CPKO sebelum dikirim ke Pabrik lainnya untuk diolah atau dieksport ke luar negeri. Selain itu, di Daily Tank dilakukan pengukuran (Sounding), sounding tangki dilakukan setiap pagi guna mengetahui berapa hasil produksi, baik itu untuk plant I maupun plant II. Untuk mencari hasil produksi kita harus mengetahui rumus – rumus dan segala sesuatu yang berhubungan dengan cara pencarian hasil produksi tersebut.

  TOWER LOADING RAMP SILO HOPPER MESIN PRESS

  I PKO PKM MESIN PRESS

  II PKO PKM BAK OIL FIT NIAGARA FILTER CPKO PKM PKM STORE BUFFER TANK BAG FILTER DAILY TANK

   Lampiran 1 Flow Proses

2.7 Manfaat Kelapa Sawit dan Inti Sawit

  Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kacang kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain – lain.

  Kegunaan dari kelapa sawit tersebut adalah :  Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain).  Inti sawit yang menghasilkan minyak inti sawit digunakan sebagai bahan sabun, minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

   Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar/sumber energi.

   Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium.

   Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap. (Hadi, M.M., 2004)