Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

(1)

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (

SECOND PRESS

)

TERHADAP OIL CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING

PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

ZULFADLI

092401064

PROGRAM D-3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN

2012


(2)

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (SECOND PRESS) TERHADAP OIL

CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Ahli Madya

ZULFADLI 092401064

PROGRAM D-3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

MEDAN 2012


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS

(SECOND PRESS) TERHADAP OIL CONTENT

DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

Kategori : TUGAS AKHIR

Nama : ZULFADLI

Nomor Induk Mahasiswa : 092401064

Program studi : DIPLOMA TIGA (D-III) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di Medan, Juli 2012

Diketahui

Proram Studi Kimia Industri FMIPA USU Pembimbing Ketua,

Dra. Emma Zaidar Nasution, MSi Drs. Albert Pasaribu, MSc NIP 195512181987012001 NIP 1964108101991031002

Diketahui / Disetujui Oleh

Departement Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP 195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (SECOND PRESS) TERHADAP OIL

CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN

KUALA TANJUNG

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juli 2012

ZULFADLI 092401064


(5)

PENGHARGAAN

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis panjatkan Ke hadirat ALLAH SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyalesaikan karya ilmiah ini mulai dari awal penulisan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli madya pada program diploma 3 kimia industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan penulis baik dari segi kemampuan, waktu dan pengetahuan. Hal ini disebabkan karena keterbatasan penulis, baik dalam penguraian ilmu maupun keterbatasan dalam pengalaman yang sejauh ini belum dapat tercapai sebagaimana diharapkan. Oleh karena itu, penulis menerima kritikan dan saran-saran yang bersifat membangun dari para pembaca.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Kedua orang tua saya H. Bismar Lubis dan Hj. Nur Abidah Lubis yang telah membesarkan dan melimpahkan kasih sayang kepada saya. Serta abang saya Aswar Lubis, S.Pd.I, Rasoki Lubis, Subhan Lubis, Amk, kakak saya Nurhayani Nasution S.Pd, Nisma Lubis, dan adik saya Muhammad Fadil Lubis dan Rafidah Nur lubis.

2. Bapak Drs. Albert Pasaribu, MSc, selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan teliti memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Dr. Rumondang Bulan MS, sebagai ketua Departeman Kimia FMIPA-USU Medan.

4. Dra. Emma Zaidar Nasution, MSi. selaku Ketua dan Dra. Herlince Sihotang, MSi. selaku sekretaris Program Studi Kimia Industri FMIPA-USU Medan. 5. Seluruh Dosen Kimia Industri, FMIPA-USU Medan.

6. Bapak Solihin dan Syahrial selaku pembimbing Praktek Kerja Lapangan saya di PT.Multimas Nabati Asahan.


(6)

7. Teman-teman dekat saya yaitu : Muhammad Yusup, Didi Febrian, Darna Ari Andi, Dicky Kusdiandi, Mahadi Fahrozi, Ariansyah Perangin-angin, Devi Julianto, Harry Nugraha, M. Said Ibrahim Hasibuan, Januar Sasmitra, Arif Kurniawan, Ali Nasaruddin Hrp, Dede Subarqah, Riki Get-get, Abdi Suryadi Lubis, Lisa Usmaliyana, Fanny Diah Nisya.

8. Teman-teman seperjuangan di Program Studi Kimia Industri FMIPA-USU angkatan 2009.

9. Rico Novriani Lubis teman dekat saya yang banyak memberikan dukungan dan motivasi.

10.Adik – adik di jurusan Kimia Industri stambuk 2010 dan stambuk 2011.

11.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(7)

ABSTRAK

Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana pengaruh tekanan second press terhadap oil content pada ampas minyak inti sawit di PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung yang merupakan pabrik yang mengolah minyak inti sawit (CPKO), mulai dari inti sawit (Kernel) hingga menjadi minyak inti sawit (CPKO). Proses pengolahan minyak inti sawit tersebut dimulai dari proses sortasi pada loading ramp dan proses pengepresan merupakan tahap akhir dari seluruh proses. Seluruh proses pengolahan tersebut dimaksudkan mendapatkan hasil minyak inti sawit yang baik dan bernilai jual tinggi.

Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) sangat mempengaruhi mutu dari minyak inti sawit. Proses pengepresan tersebut dipengaruhi oleh screw press, tekanan kerja screw press, dan kadar air (moisture). Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) adalah 7,50 – 8,0 % dimana nilai tersebut diambil dari ampas press yang masih mengandung minyak inti sawit. Kehilangan minyak inti sawit dari ampas press tersebut sesuai standart pabrik


(8)

THE EFFECT OF PRESSURE AMPAS PRESS (PRESS SECOND) TO THE OIL CONTENT IN PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS

NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

ABSTRACT

In this paper we discuss how to influence the press to the second pressure on the oil content of palm kernel oil residues in PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung which is a plant which processed palm kernel oil (CPKO), ranging from palm kernel (kernel) to be the core of oil (CPKO). Processing of palm kernel oil is starting from sorting at the loading ramp and the pressing process is the final stage of the process. The entire treatment process is intended to get a good palm kernel oil and high value. Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) greatly affects the quality of palm kernel oil. Pressing process is influenced by the screw press, screw press work pressure, and water content (moisture). Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) is 7.50 to 8.0% where the value is taken from the press which still contain residues of palm kernel oil. Loss of palm kernel oil from the


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak vi

Abstract vii

Daftar Isi viii

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar Belakang 1

1.2 Identifikasi Masalah 2

1.3 Tujuan 3

1.4 Manfaat 3

Bab 2 Tinjauan Pustaka 4

2.1 Minyak Kelapa Sawit 4

2.1.1 Komposisi Minyak Kelapa Sawit 5

2.1.2. Mutu Minyak Kelapa Sawit 6

2.1.2.1 Asam Lemak Bebas 6

2.1.2.2 Kadar Air 8

2.1.2.3 Kadar Kotoran 9

2.1.3 Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit 10

2.1.4. Inti Sawit 11

2.1.5. Tipe Dan Tekanan Kerja Screw Press 12

2.2 Proses pengolahan PKO 13

2.2.1 Ware House 13

2.2.1.1 Sampling Tower 14

2.2.1.2 Quality Chek 14

2.2.1.3 Loading Ramp 16

2.2.1.4 Tangki Penyimpanan (Silo) 16

2.2.1.5 Gudang Ampas (Palm Kernel Mill) 17

2.2.2 Produksi 18

2.2.2.1 System Control Process dan Quality Pada Seluruh Rangkaian

Proses Produksi 19

2.2.2.2 Hopper 20

2.2.2.3 Mesin First Press 21

2.2.2.4 Mesin Second Press 21

2.2.3 Maintenance 23

2.2.3.1 Mekanik Machine Press 24

2.2.3.2 Welder 25


(10)

Bab 3 Metodologi Penelitian

3.1 Bahan 26

3.2 Alat 26

3.3 Prosedur 27

3.3.1 Penentuan Oil Content 27

3.3.2 Penentuan Kadar Air 28

Bab 4 Hasil Analisis Dan Pembahasan 29

4.1 Data Hasil Pengamatan Oil Content Dari Ampas Second Press 29

4.2 Perhitungan 30

4.2.1 Oil Content 30

4.2.2 Kadar Air 30

4.3 Pembahasan 31

Bab 5 Kesimpulan Dan Saran 33

5.1 Kesimpulan 33

5.2 Saran 33


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan 5 Minyak Inti Sawit

Tabel 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit 10

Tabel 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill) 17


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Grafik Perbandingan Tekanan Dengan Hasil Oil Content 35 Lampiran II : Flow Proses Palm Kernel Crushing Plant PT.Multimas Nabati


(13)

ABSTRAK

Pada tulisan ini akan dibahas bagaimana pengaruh tekanan second press terhadap oil content pada ampas minyak inti sawit di PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung yang merupakan pabrik yang mengolah minyak inti sawit (CPKO), mulai dari inti sawit (Kernel) hingga menjadi minyak inti sawit (CPKO). Proses pengolahan minyak inti sawit tersebut dimulai dari proses sortasi pada loading ramp dan proses pengepresan merupakan tahap akhir dari seluruh proses. Seluruh proses pengolahan tersebut dimaksudkan mendapatkan hasil minyak inti sawit yang baik dan bernilai jual tinggi.

Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) sangat mempengaruhi mutu dari minyak inti sawit. Proses pengepresan tersebut dipengaruhi oleh screw press, tekanan kerja screw press, dan kadar air (moisture). Kehilangan minyak inti sawit yang terdapat pada ampas press (Second Press) adalah 7,50 – 8,0 % dimana nilai tersebut diambil dari ampas press yang masih mengandung minyak inti sawit. Kehilangan minyak inti sawit dari ampas press tersebut sesuai standart pabrik


(14)

THE EFFECT OF PRESSURE AMPAS PRESS (PRESS SECOND) TO THE OIL CONTENT IN PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS

NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG

ABSTRACT

In this paper we discuss how to influence the press to the second pressure on the oil content of palm kernel oil residues in PT.Multimas Nabati Asahan-Kuala Tanjung which is a plant which processed palm kernel oil (CPKO), ranging from palm kernel (kernel) to be the core of oil (CPKO). Processing of palm kernel oil is starting from sorting at the loading ramp and the pressing process is the final stage of the process. The entire treatment process is intended to get a good palm kernel oil and high value. Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) greatly affects the quality of palm kernel oil. Pressing process is influenced by the screw press, screw press work pressure, and water content (moisture). Loss of palm kernel oil contained in the pulp press (Second Press) is 7.50 to 8.0% where the value is taken from the press which still contain residues of palm kernel oil. Loss of palm kernel oil from the


(15)

Bab 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak kelapa sawit merupakan komoditas primadona, luasnya terus berkembang dan tidak hanya merupakan monopoli perkebunan besar Negara atau perkebunan besar swasta. Saat ini perkebunan rakyat sudah berkembang dengan pesat. Perkebunan kelapa sawit yang semula hanya di Sumatera Utara dan Daerah Istimewa Aceh saat ini sudah berkembang di beberapa provinsi. Antara lain: Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Irian Jaya, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara dan Jawa Barat. Jika dilihat dari biaya produksinya, komoditas inti sawit jauh lebih rendah dari pada minyak nabati lainnya. Karena tanaman ini dapat memberikan keuntungan yang melimpah baik dari pihak pengusaha perkebunan sampai kepedagang, maka minyak inti sawit yang dihasilkan tersebut haruslah didukung dengan mutu yang baik pula. Dengan mutu yang baik, akan lebih mudah memasarkan minyak inti sawit tersebut kepada konsumen dengan harga sesuai dan mampu bersaing secara sehat. Seperti yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini, dimana pengepresan mesin pada inti sawit masih ada yang kurang maksimal. Dimana permasalahan yang sering terjadi ialah tingginya oil content setelah pengepresan inti sawit. Jika proses pengepresan inti sawit kurang maksimal, disamping oil content akan tinggi juga menyebabkan kerugian bagi perusaaan tersebut karena dalam ampas press masih mengandung minyak inti sawit. Kemudian hasil produksi dari inti sawit juga


(16)

harus bisa mancapai target yang di inginkan. Untuk mencapai hasil produksi yang tinggi maka pengepresan juga sangat berpengaruh pada target yang di inginkan. Jika pengepresan inti sawit berkurang maka hasil yang didapat akan rendah. Tetapi jika pengepresan inti sawit dilakukan sesuai dengan Standart Operasional Procedure (SOP) yang sudah ditetapkan pada perusahaan maka hasil produksi yang didapat akan mencapai target seperti yang di inginkan

Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah :

a) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

b) Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semkin tinggi.

c) Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. (Ponten Naibaho, 1996).. 1.2. Identifikasi Masalah

Untuk menghasilkan minyak inti sawit yang tinggi maka perlu diperhatikan mulai dari proses pengolahannya dimana tekanan pengepresan minyak inti sawit juga berpengaruh pada hasil produksi. Permasalahan yang dikemukakan dalam karya

ilmiah ini adalah “ Pengaruh tekanan ampas press (Second Press) terhadap Oil Content ”. Tekanan second press yang tidak sesuai standart operasional procedure (SOP) merupakan salah satu faktor utama untuk mencapai hasil produksi yang tinggi.


(17)

1.3. Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh tekanan ampas press (Second Press) terhadap hasil Oil Content.

1.4. Manfaat

Untuk mengetahui pengaruh tekanan ampas press terhadap oil content pada minyak inti sawit agar diperoleh hasil CPKO yang tinggi.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis Guinensis) berasal dari Guinea di pesisir Afrika Barat, kemudian diperkenalkan ke bagian Afrika lainnya, Asia Tenggara dan Amerika Latin sepanjang garis equator (antara garis lintang utara 15° dan lintang selatan 12°). Kelapa sawit tumbuh baik pada daerah iklim tropis, dengan suhu antara 24°C - 32°C dengan kelembaban yang tinggi dan curah hujan 200 mm per tahun. Kelapa sawit menghasilkan dua macam minyak yang sangat berlainan sifatnya, yaitu :

1. Minyak sawit (CPO), yaitu minyak yang berasal dari sabut kelapa sawit

2. Minyak inti sawit (CPKO), yaitu minyak yang berasal dari inti kelapa sawit

Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Pada minyak kelapa sawit, asam lemak bebas dapat terbentuk karena adanya aksi mikroba atau karena hidrolisa autokatalitik oleh enzim lipase yang terdapat pada buah sawit. (Rondang Tambun, 2006).

Kelapa sawit mempunyai bebeapa jenis atau varietas yang dikenal sebagai Dura (D), Tenera (T), dan Pisifera (P). Ketiga jenis ini dapat dibedakan dengan cara memotong buahnya secara memanjang/melintang. Dura memiliki inti besar dan bijinya tidak dikelilingi sabut dengan ekstraksi minyak sekitar 17-18%. Deli dura memiliki inti besar dan cangkang tebal serta dipakai oleh pusat-pusat penelitian untuk


(19)

memproduksi jenis Tenera. Tenera merupakan hasil persilangan antara Dura dan Pisifera, memiliki cangkang tipis dengan cincin serat di kelilingi biji, serta ekstraksi minyak sekitar 22-25%. Pisifera tidak mempunyai cangkang dengan inti kecil sehingga tidak dikembangkan sebagai tanaman komersial. (Iyung Pahan, 2010)

2.1.1. Komposisi Kimia Minyak Kelapa Sawit

Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh perbandingan dan komposisi trigliserida tersebut. Tercantum panjang rantai dan sifat-sifat asam lemak yang ada dalam minyak sawit. Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak tak jenuh oleat dan linoleat, minyak sawit masuk dalam golongan minyak asam oleat-linoleat.

Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Sawit dan Minyak Inti Sawit Asam lemak Jumlah karbon Tak jenuh Titik lebur, 0 C

Asam lemak , % berat Minyak sawit M. Inti sawit Kaprilat Kaprat Laurat Miristat Palmitat Stearat 8 10 12 14 16 18 16,7 31,6 44,2 54,4 62,9 69,9 - - - 1,4 (0,5-0) 40,1 (32-45) 5,5 (2-7) 2,7 (3-5) 7,0 (3-7) 46,9 (40-52)

Jumlah asam jenuh 47.0 80.8

Oleat Linoleat 18 18 1 2 14 5 42,7 (38-52) 10,3 (5-11) 18,5 (13-19) 0,7 (0,5-2)

Jumlah asam tak jenuh 53,0 19,2


(20)

2.1.2. Mutu Minyak Kelapa Sawit

Rendahnya mutu minyak kelapa sawit sangat ditentukan oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut dapat langsung dari sifat induknya penanganan pasca panen atau kesalahan selama pemrosesan dan pengangkutannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa hal yang secara langsung berkaitan dengan penurunan mutu minyak sawit dan sekaligus pencegahannya, serta standar mutu minyak sawit yang dikehendaki pasar.

2.1.2.1. Asam Lemak Bebas

Asam lemak bebas dalam konsentrasi tinggi yang terikut dalam minyak sawit sangat merugikan. Asam lemak bebas yang tinggi mengakibatkan rendemen minyak turun. Maka dilakukan usaha untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas dalam minyak sawit. Kenaikan kadar asam lemak bebas ini disebabkan oleh karena adanya reaksi hidrolisa pada minyak. Hasil reaksi hidrolisa minyak sawit adalah gliserol dan asam lemak bebas. Reaksi ini dipercepat juga dengan adanya faktor-faktor seperti: panas, air, keasaman, dan katalis (enzim). Semakin lama reaksi ini berlangsung maka semakin banyak asam lemak bebas yang terbentuk.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar ALB yang relatif tinggi dalam minyak sawit antara lain:

1. Pemanenan buah sawit yang tidak tepat waktu

2. Keterlambatan dalam pengumpulan dan pengangkutan buah 3. Penumpukan buah yang terlalu lama

4. Proses hidrolisa selama pemrosesan di pabrik

Setelah mengetahui faktor-faktor penyebabnya, maka tindakan pencegahan dan pemucatannya lebih mudah dilakukan .


(21)

Pemanenan pada waktu yang tepat merupakan salah satu untuk menekan kadar ALB sekaligus menaikkan rendemen minyak. Agar ALB minimum, transportasi buah panen harus dilakukan segera mungkin. Selain itu juga perlu dijamin bahwa hanya buah yang cukup matang yang dipanen. Kandungan ALB buah sawit yang baru dipanen biasanya kurang dari 0,3%. Peningkatan ALB terjadi karena kerusakan buah selama proses panen sampai tiba di ketel perebusan.

Pemetikan buah disaat belum matang (saat proses biokimia dalam buah belum sempurna) menghasilkan gliserida sehingga mengakibatkan terbentuknya ALB dalam minyak sawit. Sedangkan, pemetikan setelah batas tepat panen yang ditandai dengan buah yang berjatuhan dan menyebabkan pelukaan pada buah lainnya, akan mestimulir penguraian enzimatis pada buah sehingga menghasilkan ALB dan akhirnya terikut dalam buah sawit yang masih utuh sehingga kadar ALB meningkat. Untuk itulah, pemanenan TBS harus dikaitkan dengan kriteria matang panen sehingga dihasilkan minyak sawit yang berkualitas tinggi.

Dikaitkan dengan pencegahan kerusakan buah sawit dalam jumlah banyak, telah dikembangkan beberapa metode pemungutan dan pengankutan TBS. sistem yang dianggap cukup efektif adalah dengan memasukkan TBS secara langsung kedalam keranjang buah. dengan cara tersebut akan lebih mengefisienkan waktu yang digunakan untuk pembongkaran, pemuatan, pemupukan buah sawit yang terlalu lama. Dengan demikian , pembentukan ALB selama pemetikan, pengumpulan, penimbunan, dan pengangkutan buah dapat dikurangi.

Peningkatan kadar ALB juga dapat terjadi pada proses hidrolisa di pabrik. Pada proses tersebut terjadi penguraian kimiawi yang dibantu oleh air dan berlangsung pada kondisi suhu tertentu. Air panas dan uap air pada suhu tertentu merupakan bahan pembantu dalam proses pengolahan. Akan tetapi, proses pengolahan yang kurang


(22)

cermat mengakibatkan efek samping yang tidak diinginkan, mutu minyak menurun sebab air pada kondisi suhu tertentu bukan membantu proses pengolahan tetapi malah menurunkan mutu minyak. Untuk itu, setelah akhir proses pengolahan minyak sawit dilakukan pengeringan dengan suhu 90oC. sebagai ukuran standar mutu dalam perdagangan untuk ALB ditetapkan sebesar 5%. (Darnoko D.S, 2003)

2.1.2.2. Kadar Air

Air dalam minyak hanya dalam jumlah kecil. Hal ini dapat terjadi karena proses alami sewaktu pembuahan dan akibat perlakuan di pabrik serta penimbunan. Air yang terdapat dalam minyak dapat ditentukan dengan cara penguapan dalam alat pengering. Kadar air yang terkandung dalam minyak kelapa sawit tergantung pada efektifitas pengolahan kelapa sawit menjadi CPO, dan juga tergantung pada kematangan buah. Buah yang terlalu matang akan mengandung air yang lebih banyak. Untuk itu perlu pengaturan panen yang tepat dan pengolahan yang sempurna untuk mendapatkan produk yang mutunya tinggi.

Minyak kelapa sawit yang mempunyai kadar air yang sangat kecil (<0.15%) akan memberikan kerugian mutu minyak, dimana pada tingkat kadar air yang demikian kecil akan sangat memudahkan terjadinya proses oksidasi dari minyak itu sendiri. Proses oksidasi ini dapat terjadi dengan adanya oksigen di udara baik pada suhu kamar dan selama proses pengolahan pada suhu tinggi yang akan menyebabkan minyak mempunyai rasa dan bau yang tidak enak (ketengikan). Akibatnya mutu minyak menjadi turun.

Jika kadar air dalam mimyak sawit (>0.15%) maka akan mengakibatkan hidrolisa minyak, dimana hidrolisa dari minyak sawit ini akan menghasilkan gliserol dan asam lemak bebas yang menyebabkan rasa dan bau tengik pada minyak tersebut. Untuk mendapatkan kadar air yang sesuai dengan yang diinginkan , maka harus


(23)

dilakukan pengawasan intensif pada proses pengolahan dan penimbunan. Hal ini bertujuan untuk menghambat atau menekan terjadinya hidrolisa dan oksidasi minyak. (Gunawan E,2004)

2.1.2.3. Kadar Kotoran

Bagi negara konsumen terutama negara yang telah maju, selalu menginginkan minyak sawit yang benar-benar bermutu. Permintaan tersebut cukup beralasan sebab minyak sawit tidak hanya digunakan sebagai bahan baku dalam industri non pangan saja, tetapi banyak industri pangan yang membutuhkannya, lagi pula, tidak semua pabrik minyak kelapa sawit mempunyai teknologi dan instalasi yang lengkap, terutama yang berkaitan dengan proses pengendapan, yaitu minyak sawit jernih dimurnikan dengan sentrifugasi.

Dengan proses di atas, kotoran-kotoran yang berukuran besar memang bisa disaring akan tetapi, kotoran-kotoran atau serabut yang berukuran kecil tidak bisa disaring, hanya melayang-layang di dalam minyak sawit, sebab berat jenisnya sama dengan minyak sawit. Padahal, alat sentrifugasi tersebut dapat berfungsi dengan prinsip kerja yang berdasarkan perbedaan berat jenis.

Walaupun bahan baku minyak sawit selalu dibersihkan sebelum digunakan pada industri-industri yang bersangkutan. Namun banyak yang beranggapan dan menuntut bahwa kebersihan serta kemurnian minyak sawit merupakan tanggung jawab sepenuhnya pihak produsen. (Tim Penulis P.S, 1997)

Dari hasil pengempaan, minyak sawit kasar di pompa dan dialirkan ke dalam tangki pemisah melalui pompa. Kurang lebih 30 menit kemudian, minyak sawit kasar telah dapat dijernihkan dan menghasilkan sekitar 80% minyak jernih. Hasil endapan berupa minyak kasar kotor yang dikeluarkan dari tangki pemisah air panas yang bersuhu 95oC dengan perbandingan 1 : 2, diolah pada sludge centrifuge. Sedangkan


(24)

minyak yang jernih diolah pada purifier centrifuge. Dari hasil pengolahan didapat minyak sawit bersih dengan kadar zat penguap sebesar 0,3% dan kadar kotoran hanya sebesar 0,02%, dalam kondisi diatas, minyak sawit sudah dianggap mempunyai daya tahan yang mantap. Akan tetapi, untuk lebih meyakinkan dan mencegah terjadinya proses hidrolisa, perlu dilakukan pencucian seluruh saringan yang ada di pabrik sering dilakukan dan pengeringan sehingga minyak sawit tersebut hanya mengandung kadar zat penguap sebesar 0,1%. (Kestiyo L, 1988)

2.1.3. Standar Mutu Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit memegang peranan penting dalam perdagangan dunia. Oleh karena itu, syarat mutu harus menjadi perhatian utama dalam harus menjadi perhatian utama dalam perdagangannya. Dalam hal ini syarat mutu diukur berdasarkan spesifikasi standar mutu internasional yang meliputi kadar ALB, air, kotoran, logam, besi, logam tembaga, peroksida, dan ukuran pemucatan.

Table 2.2. Standar Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit

Karakteristik Minyak Sawit Inti Sawit Minyak Inti Sawit Keterangan Asam lemak bebas

Kadar kotoran Kadar zat penguap Bilangan peroksida Bilangan iodine Kadar logam(Fe, Cu) Lovibond Kadar minyak 5% 0,5% 0,5% 6 meq

44 – 58 mg/gr 10 ppm

3 – 4 R - 3,5% 0,02% 7,5% - - - - 47% 3,5% 0,02% 0,2% 2,2 meq

10,5 – 18,5 mg/gr - - - maksimal maksimal maksimal maksimal - - - minimal


(25)

Kontaminasi Kadar pecah

- -

6% 15%

- -

maksimal maksimal (Fauzi Y, 2002).

2.1.4. Inti Sawit

Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih. Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80oC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi, 2002).

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%. (Soepadiyo Mangoensoekarjo, 2003).


(26)

2.1.5. Tipe Dan Tekanan Kerja Screw Press

Terdapat tiga tipe Screw Press yang umum digunakan dalam PKS yaitu Speichim, Usine de Wecker dan Stork. Ketiga jenis alat ini mempunyai pengaruh yang berbeda – beda terhadap efisiensi pengempaan. Alat kempa Speichim memiliki feed screw, sehingga kontinuitas dan jumlah bahan yang masuk konstan dibandingkan dengan adonan masuk berdasarkan grafitasi. Kontinuitas adonan yang masuk ke dalam screw press mempengaruhi volume wornm yang paralel dengan penekan ampas, jika kosong maka tekanan akan kurang dan oil losses dalam ampas akan tinggi.

Pengerak as screw press dilakukan dengan elektromotor yang dipindahkan dengan belt, gigi dan hydraulic. Power yang diperlukan menggerakan alat screw adalah 19-21 KWH dengan putaran shaft 12-14 rpm. Efektifitas tekanan ini tergantung pada tahanan lawan pada adjusting cone. Tekanan pada hydroulic cone yang sesuai

untuk “Single Stage Pressing” diberikan tekanan pada tahap awal 40-50 bar dan pada Double pressing menggunakan tekanan pertama 30-35 bar dan pada pengempaan kedua tekanan 40-50 bar.

Untuk menurunkan kadar minyak dalam ampas tekanan lawan dinaikan dengan mengatur cone, hal ini akan menyebabkan efek samping yaitu ditemukan persentasi biji pecah yang tinggi dan dapat mempercepat kerusakan screw press, bahkan dapat menyebabkan kebakaran electromotor screw press. Tekanan kerja cone yang rendah akan menghasilkan ampas dengan kadar minyak yang tinggi dengan sedikit jumlah biji pecah sudah berkurang. Oleh sebab itu pengoperasian screw press hendaknya dipertimbangkan keuntungan dan kerugian yang diakibatkannya.

Tujuan untuk menstabilkan tekanan presan adalah :

d) Memperkecil kehilangan minyak dalam ampas, dengan meratanya adonan masuk kedalam screw press yang diimbangi dengan tekanan stabil maka


(27)

ekstrasi minyak akan lebih sempurna, dengan demikian kehilangan minyak akan lebih rendah.

e) Menurunkan jumlah biji pecah. Semakin tinggi variasi tekanan dalam screw press maka jumlah biji pecah semkin tinggi.

f) Memperpanjang umur teknis. Umur teknis alat seperti crew, cylinder press dan elektromotor lebih tahan lama karena kurangnya goncangan elektrik dan mekanis.

Untuk menstabilkan tekanan pressan maka dilakukan suatu sistem interlocking antara power penggerak screw dengan hydraulic cone. (Ponten Naibaho, 1996).

2.2. Proses pengolahan PKO

PK Crushing Plant di PT.Multimas Nabati Asahan - Kuala Tanjung bahan baku utamanya adalah inti sawit (Kernel) sebelum menjadi CPKO diolah melalui beberapa proses.

Prosesnya adalah sebagai berikut: 2.2.1. Ware House

Ware House merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan yang bertanggung jawab atas penerimaan dan penyimpanan Inti Sawit (Palm Kernel). Selain itu, Ware House juga berperan dalam penyimpanan dan pendistribusian Ampas (Palm Kernel Mill). Adapun bagian dari Ware House adalah :

Sampling Tower

Quality Check

Loading Ramp

 Tangki Penyimpanan (Silo)


(28)

2.2.1.1. Sampling Tower

Inti sawit (Palm Kernel) yang diangkut dengan menggunakan truck terlebih dahulu harus melewati sampling tower sebelum masuk ke loading ramp untuk dilakukan pengambilan sampel atas (inti sawit). Adapun cara pengambilan sampel atas sebagai berikut :

 Penentuan posisi titik pengambilan sampel atas sekitar 8 – 12 titik berdasarkan kondisi muatan inti sawit (Palm Kernel)

 Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan alat sekop, tombak dan ember

 Sekop digunakan untuk mengambil sampel inti sawit pada bagian atas  Tombak digunakan untuk mengambil sampel pada bagian tengah truck  Sampel yang telah diambil akan diletakkan ke dalam ember

 Kemudian sampel diletakkan dan diratakan kedalam talam setelah itu dibagi menjadi empat bagian

 Diambil secara silang atau secara acak dan dimasukkan kedalam plastik  Sampel dibawa ke laboratorium QA (Quality Assurance) untuk

dianalisa Quality dari inti sawit tersebut

2.2.1.2. Quality Check

Inti sawit (sampel) yang sudah diambil di sampling tower akan dibawa ke laboratorium untuk dilakukan pengecekan kualitas dari inti sawit tersebut. Dalam menganalisa inti sawit ditinjau berdasarkan kadar kotoran dan kadar air (Moisture). Adapun cara menganalisa kadar kotoran dapat dilakukan dengan cara :

 Inti sawit yang di dalam plastik diletakkan kedalam talam kemudian dibagi menjadi empat bagian


(29)

 Kemudian secara silang atau secara acak hal tersebut dilakukan agar inti sawit yang diambil merata

 Dimasukkan inti sawit kedalam teko kemudian ditimbang 1000 gram, setelah ditimbang inti sawit di letakkan kembali ke talam yang lain  Inti sawit dipisahkan dari cangkang dengan cara manual

 Cangkang di timbang untuk mengetahui kadar kotorannya.

Misalkan Inti sawit dari PT.TORGANDA diperoleh kadar kotoran seberat 78 gram. Maka dapat dihitung kadar kotoran sampel atas dari inti sawit tersebut dengan perhitungan sebagai berikut :

Berat Inti sawit : 1000 gram Berat kotoran : 78 gram

Maka kadar kotorannya adalah 78

1000 x 100% = 7,8%

Untuk menganalisa kadar air dapat dilakukan dengan menggunakan alat Moisture Balance, yaitu :

 Inti sawit diambil secukupnya kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender

 Kemudian dimasukkan kedalam aluminium foil  Kemudian dimasukkan kedalam Moisture Balance

 Diamati angka pada Moisture Balance sampai berhenti dan di catat hasilnya

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi.


(30)

Pengambilan suatu senyawa organik dari suatu bahan alam padat disebut ekstraksi. Jika senyawa organik yang terdapat dalam bahan padat tersebut dalam jumlah kecil, maka teknik isolasi yang digunakan tidak dapat secara maserasi, melainkan dengan teknik lain dimana pelarut yang digunakan harus selalu dalam keadaan panas sehingga diharapkan dapat mengisolasi senyawa organik itu lebih efisien.

Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. (Herbert R.B, 1989).

2.2.1.3. Loading Ramp

Loading Ramp adalah tempat pembongkaran Inti sawit (Palm Kernel) yang telah di analisa Kualitasnya. Alat pendistribusian inti sawit pada loading ramp ini ialah conveyor dan elevator. Inti sawit yang telah di bongkar akan jatuh ke conveyor dan di bawa menuju elevator, melalui elevator tersebut inti sawit diangkat menuju conveyor menuju tangki penyimpanan (silo) untuk disimpan sementara waktu.

2.2.1.4. Tangki Penyimpanan (Silo)

Tangki penyimpanan (Silo) berfungsi sebagai tempat penyimpanan inti sawit (Palm Kernel) sementara. Adapun jumlah silo yang ada pada PK Crushing Plant adalah 5 buah, dimana masing-masing kapasitasnya ialah :

1. Silo 1 max 300 ton (karena konstruksi silo miring) 2. Silo 2 max 600 ton


(31)

3. Silo 3 max 600 ton 4. Silo 4 max 600 ton 5. Silo 5 max 600 ton

Jadi jumlah total kapasitas silo berkisar 2700 ton. Proses pendistribusian inti sawit berdasarkan sistem FIFO (First In First Out). Setiap silo dilengkapi dengan blower yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo. Selain itu, blower tangki penyimpanan berdasarkan sistem FIFO yaitu dimana inti sawit yang lebih dahulu dibongkar pada loading ramp akan langsung ditransfer ke silo dan begitu seterusnya.

Pasokan bahan baku inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan tidak hanya berasal dari PKS yang ada di pulau Sumatera utara saja, tetapi ada juga yang berasal dari luar pulau Sumatera dan biasanya disebut dengan inti kapal, biasanya inti sawit diangkut dengan menggunakan Kapal laut.

2.2.1.5. Gudang Ampas (Palm Kernel Mill)

Gudang ampas (Palm Kernel Mill) adalah tempat penyimpanan atau tempat pendistribusian ampas inti sawit di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan. Jumlah gudang di PK Crushing Plant ada empat unit yang masing-masing berbeda kapasitasnya, anatra lain :

 Gudang I berkapasitas 5000 ton  Gudang II berkapasitas 5000 ton  Gudang III berkapasitas 4000 ton  Gudang IV berkapasitas 7000 ton

Maka total kapasitas dari empat gudang ampas (PKM) adalah 21.000 ton. Ampas (PKM) yang berada di dalam gudang akan dijaga suhunya dibawah 50°C, jika


(32)

suhu diatas 50°C maka akan dilakukan treaming dengan menggunakan loader. Pengecekan suhu dilakukan sebanyak satu kali dalam satu shift, yaitu dilakukan pada 6 titik dengan menggunakan thermometer.

Table 2.3. Spek Ampas (Palm Kernel Mill)

KANDUNGAN SPEK (%) Keterangan

Oil Lose 10 Maksimal

Protein 14 Minimal

Dirt & Shell 15 Minimal

Moisture 10 Maksimal

Sand & Silica 1,5 Maksimal

Fiber 20 Maksimal

2.2.2. Produksi

Bagian produksi merupakan bagian terpenting dalam pengolahan inti sawit (Palm Kernel) menjadi CPKO (Crude Palm Kernel Oil) dan ampas (Palm Kernel Mill), yang berawal dari hopper hingga sampai ke daily tank dan gudang ampas. Dalam proses produksi, PK Plant terbagi atas 2 plant yaitu :

 Plant I

Terdiri dari 80 unit mesin press dengan pembagian 40 unit untuk pengolahan inti sawit (first press) dan 40 unit untuk pengolahan ampas ( second press ) dan diantara 40 unit mesin second press ini ada 4 unit mesin berfungsi fleksibel (mesin press inti sawit sekaligus ampas), dengan kapasitas produksi 650 ton/hari. Untuk kapasitas produksi per mesin max 15 ton / hari dengan kecepatan 32 kg per 3 menit. Selain itu, terdapat 3 (tiga) hopper dimana 2 diantaranya untuk inti sawit dan 1 untuk ampas.


(33)

 Plant II

Terdiri dari 60 unit mesin press dengan pembagian 30 unit untuk pengolahan inti sawit (first press) dan 30 unit untuk pengolahan ampas (second press) dan diantaranya 3 unit mesin berfungsi fleksibel (mesin press inti sawit sekaligus ampas), dengan kapasitas produksi 550 ton/hari. Untuk kapasitas produksi per mesin max 17 ton / hari dengan kecepatan 35 kg / 3 menit. Selain itu, terdapat 3 (tiga) hopper dimana diantaranya 2 untuk inti sawit dan 1 untuk ampas.

2.2.2.1.System Control Process dan Quality pada seluruh rangkaian proses produksi

Start pabrik untuk First Press dan Second Press (harus dimulai dari Rotasi Mekanis / Mundur dari belakang). Sementara cara untuk meng-Off kan mesin produksi harus dimulai dari depan (kebalikan dari cara meng-On kan mesin produksi).

Setelah Hopper second press berisi, kita akan melakukan start pada second press yaitu pengepresan hasil dari first press. Selanjutnya operator akan melakukan pengontrolan setiap hari dari mesin press, dan apabila ada masalah akan segera dilaporkan kepada yang sudah ditunjuk guna ditinjak lanjuti.

Untuk mengetahui losses, setiap operator / foreman harus mengecek hasil analisa produksi ke Laboratorium. Jika hasil analisa outspec, maka Foreman akan menginstruksikan kebagian Produksi. Pengecekan pada mesin press dengan cara memukul adjusting nut (kepala press) dengan menggunakan martil kearah kanan untuk pengepresan.


(34)

Hasil pengepresan pada second press, oil content atau losessnya 8% max dengan tekanan 90 A. Dan untuk melakukan standart mesin press terlebih dahulu kita melakukan pengosongan hopper yang ada diatas press dan berapa lama waktu pengepressan inti sawit dari hopper tersebut.

Standar waktu pengosongan pada hopper rata-rata 3 menit : Contoh :

3 menit = 32 kg inti sawit dalam Hopper 1 menit = 10,66 kg

1 jam = 640 kg

1 hari = 15.360 kg/hari

Untuk mencari kapasitas produksi per mesin dalam satu hari dengan cara seperti di bawah ini :

Diketahui : Kapasitas Hopper mesin = 32 kg Kecepatan = 3 menit

Penyelesaian : 32 kg x 60 menit x 24 3 menit

= 15.360 ton / hari

2.2.2.2. Hopper

Pada bagian produksi terdapat enam buah hopper yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam 2 plant yaitu :

 Hopper Plant I : 900 MT untuk 3 hoper  Hopper Plant II : 1200 MT untuk 3 hoper

Jadi, jumlah kapasitas inti sawit yang dapat ditampung dalam Hopper Plant I dan Plant II adalah sebanyak 2100 MT.


(35)

2.2.2.3. Mesin First Press

Inti sawit yang berada didalam tangki penyimpanan (silo) akan di transfer ke hopper dengan menggunakan conveyor dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas. Minyak yang keluar dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju ke bak oil pit. Pada bak oil pit ini terdapat elevator yang berfungsi sebagai penyaring untuk mengangkat endapan- endapan atau ampas yang akan dibawa ke hopper ampas (PKM) dan masuk kedalam mesin press II untuk mendapatkan minyak yang masih terkandung pada ampas. Kemudian minyak yang ada bak oil pit akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Apabila telah selesai melewati proses penyaringan maka CPKO (Crude Palm Kernel Oil) tersebut akan masuk kedalam Buffer Tank dan kemudian menuju Daily Tank.

Ampas (PKM) yang keluar dari bagian depan mesin akan turun kedalam conveyor kemudian dibawa ke conveyor dan menuju elevator. Dengan menggunakan elevator, ampas diangkat dan jatuh kedalam conveyor. Dari conveyor tersebut maka ampas selanjutnya masuk ke conveyor dan diangkat menuju hopper ampas (PKM). Ampas yang ada dalam hopper tersebut selanjutnya akan memasuki tahap proses kedua (Second Fress).

2.2.2.4. Mesin Second Press

Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya. Dimana ampas yang berasal dari mesin press I masih mengandung minyak ± 15 % sehingga


(36)

perlu diproses kembali pada mesin press II. Minyak yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank.

Sedangkan ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill untuk dihaluskan dengan ukuran penggilingnya 0,5 mm. Setelah dari Hummer Mill, ampas akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu ampas menurun dengan kadar airnya (moisture) max 10% pada saat menuju gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu ampas masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

Pada mesin first press, oil losses yang dihasilkan max 15%. Sedangkan pada second press, oil losses yang dihasilkan 8% max. Tekanan pada motor harus 50 – 90 A, apabila ampere pada motor di bawah 50 A maka oil losses pada first press akan tinggi, dan apabila ampere lebih dari 90 A maka mesin akan terjadi Trip (mati) karena kecepatan pada motor tidak sesuai dengan tekanan inti sawit yang di press di dalam mesin. Selain itu, pada proses penyaringan di Niagara Filter harus pada tekanan 4 Bar max. Minyak yang sudah jernih akan masuk ke Buffer Tank sedangkan ampas minyak tersebut akan tertinggal didalam filter press. Apabila ampas yang tertinggal pada filter press sudah banyak akan dilakukan transfer penyaringan pada Niagar Filter yang lain. Setelah filter kering maka akan dilakukan peregangan pada filter press dan menambakkan udara pada tekanan tinggi sehingga ampas yang tertinggal pada fillter press jatuh ke dasar. Lalu penutup bagian bawah Niagara Filter dibuka untuk mengeluarkan ampas tersebut.


(37)

Setelah CPKO berada di Daily Tank dilakukan pengukuran (Sounding), sounding tangki dilakukan setiap pagi guna mengetahui berapa hasil produksi, baik itu untuk plant I maupun plant II. Konsentrasi oil content dari cake Niagara filter diharapkan semakin kecil dari standart yang ditentukan dengan demikian ampas (PKM) hasil produksi di gudang tidak terkontaminasi.

2.2.3. Maintenance

Maintenance merupakan bagian dari PK Crushing Plant PT Multimas Nabati Asahan yang bertanggung jawab dalam perawatan mesin maupun perbaikan pada mesin yang mengalami kerusakan, selain itu maintenance bertindak sebagai utiliy (pendukung) tercapainya kapasitas produksi.

Ada 3 (tiga) bagian maintenance yaitu:

1. Mecanic Machine Press

2. Welder

3. Pabrication

Sebelum kita membahas peranan dari bagian-bagian Maintenance, ada baiknya kita mengetahui bagian-bagian dari mesin press beserta fungsinya, sebagai berikut:

1. Motor

Berfungsi sebagai penggerak dari dari gear box, kopling dan ass press dengan kecepatan 1000 rpm.

2. Gear Box

Berfungsi sebagai penyambung putaran dari pulley belt ke ass press dan mengurangi kecepatan dari motor sebesar 1000 rpm menjadi 18 rpm untuk first press dan 15 rpm untuk second press.

3. Ass Press


(38)

4. Screw Press

Berfungsi sebagai alat pembawa inti sawit ke mesin sekaligus sebagai alat pengepressan inti sawit.

5. Body Cage

Berfungsi sebagai tempat keluarnya PKO (Palm Kernel Oil) dari hasil pengepresan.

6. Feed dan Body Cage Scraper

Berfungsi sebagai pemecah inti sawit sebelum di press. 7. Pulley Belt

Berfungsi sebagai penyambung putaran dari motor ke gear box. 8. Taper Head

Berfungsi sebagai pengatur ukuran ampas yang keluar.

2.2.3.1. Mekanik Machine Press

Merupakan bagian dari maintenance yang berperan dalam membongkar mesin press yang sesuai dengan masa kerja mesin, masa kerja pada mesin first press max 23 hari sedangkan untuk masa kerja dari mesin second press max 18 hari, selain itu pembongkaran juga dilakukan jika pada mesin press mengalami kerusakan sebelum masa kerja mesin berakhir.

Setiap bagian pada mesin yang mengalami kerusakan akan di bawa ke pihak welder untuk dilakukan perbaikan. Setelah screw di berikan kepada pihak welder pihak Mekanik Machine Press akan menerima screw yang baru untuk dipasang kembali kemesin press yang telah dibongkar, mesin press yang telah diperbaiki akan record kecepatannya yang akan dilakukan oleh pihak produksi dan pihak Mekanik Machine Press. Jika kecepatan pada mesin sesuai maka tanggung jawab dari Mekanik Machine Press selesai.


(39)

2.2.3.2.Welder

Tugas dari welder adalah melakukan perbaikan terhadap screw. Screw terdiri dari 9 (Sembilan) PCS antara lain: 1-1, 1-2, 1-3, 1-4, 1-5, 1-6, 1-7, 1-8, 1-9. Kerusakan pada screw berupa hausnya daun screw akibat kuatnya tekanan pengepresan pada inti sawit. Perbaikan pada screw dilakukan dengan cara pengelasan, screw yang diterima dari pihak mekanik machine press harus diperiksa terlebih dahulu apakah screw tersebut bisa dilakukan pengelasan atau tidak, pengelasan dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) kawat las yang berbeda yaitu LB dan metadur. Kawat las LB berfungsi sebagai penimbun untuk screw yang sompel atau keropos karena kawat las LB dapat mengikat antara besi dan baja, kemudian kawat las LB adalah tipe kawat yang kuat dan tahan terhadap pukulan yang keras tetapi tidak tahan terhadap gesekan. Sedangkan untuk kawat las metadur digunakan sebagai pelapis dari kawat las LB karena kawat metadur tahan terhadap gesekan tetapi tidak tahan terhadap pukulan yang keras. Pengelasan pada daun screw dilakukan dengan cara mengikuti mal daun screw yang telah ada. Screw yang telah selesai di las akan di gerinda yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan screw yang tidak rata.

2.2.3.3. Pabrication

Merupakan bagian dari maintenance yang bersifat general yaitu pembubutan terhadap ass press, penyekrapan terhadap body cage scraper dan key, body cage, pengontrolan oil pada mesin serta segala kerusakan yang ada pada proses produksi.


(40)

Bab 3

METODE PERCOBAAN

3.1. Bahan

- PKM (Palm Kernel Mill / Ampas) - N-Heksan

- Teflon - Silika Gel - Aluminium foil 3.2. Alat

- Labu Alas (Pyrex)

- Desikator (Type D. Fischer, Jerman)

- Soklet (Fischer)

- Kondensor (Fischer)

- Hot Plate (Fischer)

- Oven (Fischer)

- Timbel

- Statif dan Klem

- Neraca Analitik (Matller Toledo)

- Gelas Ukur 150 ml (Brand W. Jermany)


(41)

3.3. Prosedur

3.3.1. Penentuan Oil Content

- Timbang Labu Alas kosong

- Masukkan N-Heksan sebanyak 150 ml kedalam Labu Alas kosong - PKM (Ampas) di timbang sebanyak 10 gram

- PKM (Ampas) dimasukkan kedalam Timbel dan ditutup Tisu - Timbel dimasukkan kedalam Soklet

- Kemudian Soklet disambungkan pada Labu Alas yang berisi N-Heksan - Kemudian Soklet dan Labu Alas disambungkan pada Kondensor - Dihidupkan Hot Plate dengan suhu 70 – 80° C

- Di ekstraksi selama 4 jam

- Setelah di ekstraksi minyak yang ada pada PKM (Ampas) akan turun pada Labu Alas

- Labu Alas dipisahkan dari Soklet

- Labu Alas dipanaskan dalam Oven pada suhu 130° C selama 30 menit - Kemudian didinginkan didalam Desikator selama 30 menit

- Ditimbang

Kadar Oil Content dihitung dengan rumus:

Oil content = B A BS

x 100%

Keterangan :

A : Labu Alas kosong

B : Labu Alas yang di ekstraksi BS : Berat sampel


(42)

3.3.2. Penentuan Kadar Air

- Cawan kosong dari Aluminium foil ditimbang

- Sampel dimasukkan kedalam cawan, kemudian ditimbang

- Kemudian dipanaskan dengan menggunakan oven pada suhu 130°C selama 30 menit

- Didinginkan, ditimbang dan dicatat hasilnya Kadar Air dihitung dengan rumus:

Kadar Air = ' "

'

BC BS BCBS

BS

 

x 100%

Keterangan :

BC : Berat Cawan

BS' : Berat Sampel (awal)


(43)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Hasil Analisa Dengan Metode Ekstraksi Terhadap Oil Content Pada Ampas Second Press

Hasil analisa dengan metode ekstraksi terhadap oil content pada ampas second press meliputi tekanan (Ampere), berat labu alas + sampel setelah diekstraksi, berat labu alas kosong, berat sampel, dan hasil oil content.

Tabel 4.1. Data Hasil Pengamatan Pada Penentuan Oil Content Dari Ampas Second Press

No. Sampel

Tekanan (Ampere)

A (gr)

B (gr)

C (gr)

Oil Content (%)

1 60 103,438 102,541 10,780 8,32

2 65 103,426 102,541 10,771 8,21

3 70 103,394 102,541 10,778 7,91

4 75 103,392 102,541 10,780 7,89

5 80 103,388 102,541 10,779 7.85


(44)

Keterangan : A = Berat Labu Alas + Sampel Setelah diekstraksi B = Berat Labu Alas Kosong

C = Berat Sampel

4.2. Perhitungan 4.2.1. Oil Content

Contoh Perhitungan

Labu Alas yang di ekstraksi : 103,438 g Labu Alas kosong : 102,541 g Berat sampel : 10,780 g

Oil content = B A BS

x 100%

Oil content = 103, 438 102,541 10, 780

x 100%

= 8,32%

Dengan cara yang sama untuk sampel No. 2 s/d 6

4.2.2. Kadar Air

Contoh Perhitungan

Berat cawan : 2,5044 g

Berat Sampel (awal) : 8,3525 g

Berat Cawan + Berat Sampel setelah dipanaskan : 10,5249 g

Kadar Air = ' "

'

BC BS BCBS

BS

 


(45)

= 2,5044 8,3525 10,5249 8,3525

 

x 100%

= 3,97%

4.3. Pembahasan

Mutu minyak inti sawit yang baik di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan pada second press dengan spek Ampas (Palm Kernel Mill) yang mempunyai kadar air max 4,0% dan oil content max 8,0%. Analisa yang digunakan pada PT.Multimas Nabati Asahan ialah dengan menggunakan sokletasi. Dimana sampel yang dianalisa tersebut diambil dari ampas mesin second press.

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. (Herbert R.B, 1989).

Jika dilihat dari data diatas, perbedaan tekanan sangat berpengaruh pada hasil oil content. Dimana pada tekanan 60 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang dihasilkan ialah 8,32 %, tekanan 65 A dengan sampel 10,771 gram oil content yang dihasilkan ialah 8,21 %, tekanan 70 A dengan sampel 10,778 gram oil content yang dihasilkan ialah 7,91 %, tekanan 75 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang


(46)

dihasilkan ialah 7,89 %, tekanan 80 A dengan sampel 10,779 gram oil content yang dihasilkan ialah 7.85 %, dan tekanan 85 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang dihasilkan ialah 7,83 %.

Pada PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan sudah menetapkan tekanan mesin antara 50 – 90 A. Jika tekanan dibawah 50 A maka presan dari mesin terhadap inti sawit akan berkurang, sehingga oil content yang dihasilkan akan tinggi. Dan jika tekanan mesin diatas 90 A maka mesin press akan trip (mati).

Tekanan pada mesin press sangat berpengaruh pada hasil oil Content dimana semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah oil content yang dihasilkan. Dan sebaliknya Semakin kecil tekanan pada mesin maka semakin tinggi oil content yang dihasilkan.


(47)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tekanan mesin pada second press sangat berpengaruh pada kadar oil content yang dihasilkan, dimana semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah pula kadar oil content minyak inti sawit (CPKO) yang dihasilkan.

5.2. Saran

Untuk memperoleh minyak inti sawit (CPKO) yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan minyak inti sawit terutama pengawasan tekanan pada mesin press, supaya oil content yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Darnoko D. S. 2003. Teknologi pengolahan Kelapa Sawit Dan Produk Turunannya. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Fauzi Y. 2002. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kleapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Herbert R.B. 1989. Biosintesis Metabolit Sekunder. Edisi Kedua. London Chapman and Hall.

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kestiyo L. 1988. Pabrik Fraksionasi Sawit PTP II. Medan: Lembaga Penelitian Perkebunan.

Naibaho P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tambun R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Universitas Sumtera utara. Tim Penulis P. S. 1997. kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan


(49)

(50)

Lampiran II. Flow Proses PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan

TOWER

LOADING RAMP

SILO

HOPPER

MESIN PRESS I

PKO PKM MESIN PRESS

II

PKO PKM

BAK OIL FIT

NIAGARA FILTER

CPKO PKM PKM STORE

BUFFER TANK

BAG FILTER

DAILY TANK


(1)

= 2,5044 8,3525 10,5249 8,3525   x 100% = 3,97% 4.3. Pembahasan

Mutu minyak inti sawit yang baik di PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan pada second press denganspek Ampas (Palm Kernel Mill) yang mempunyai kadar air max 4,0% dan oil content max 8,0%. Analisa yang digunakan pada PT.Multimas Nabati Asahan ialah dengan menggunakan sokletasi. Dimana sampel yang dianalisa tersebut diambil dari ampas mesin second press.

Sokletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam zat padat dengan cara penyaringan berulang ulang dengan menggunakan pelarut tertentu, sehingga semua komponen yang diinginkan akan terisolasi. Adapun prinsip sokletasi ini, yaitu Penyaringan yang berulang ulang sehingga hasil yang didapat sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang tersaring. Metode sokletasi menggunakan suatu pelarut yang mudah menguap dan dapat melarutkan senyawa organik yang terdapat pada bahan tersebut, tapi tidak melarutkan zat padat yang tidak diinginkan. (Herbert R.B, 1989).

Jika dilihat dari data diatas, perbedaan tekanan sangat berpengaruh pada hasil


(2)

dihasilkan ialah 7,89 %, tekanan 80 A dengan sampel 10,779 gram oil content yang dihasilkan ialah 7.85 %, dan tekanan 85 A dengan sampel 10,780 gram oil content yang dihasilkan ialah 7,83 %.

Pada PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan sudah menetapkan tekanan mesin antara 50 – 90 A. Jika tekanan dibawah 50 A maka presan dari mesin terhadap inti sawit akan berkurang, sehingga oil content yang dihasilkan akan tinggi. Dan jika tekanan mesin diatas 90 A maka mesin press akan trip (mati).

Tekanan pada mesin press sangat berpengaruh pada hasil oil Content dimana semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah oil content yang dihasilkan. Dan sebaliknya Semakin kecil tekanan pada mesin maka semakin tinggi oil content


(3)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Tekanan mesin pada second press sangat berpengaruh pada kadar oil content

yang dihasilkan, dimana semakin besar tekanan pada mesin maka semakin rendah pula kadar oil content minyak inti sawit (CPKO) yang dihasilkan.

5.2. Saran

Untuk memperoleh minyak inti sawit (CPKO) yang sesuai dengan yang diinginkan, maka harus dilakukan pengawasan yang intensif pada proses pengolahan minyak inti sawit terutama pengawasan tekanan pada mesin press, supaya oil content


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Darnoko D. S. 2003. Teknologi pengolahan Kelapa Sawit Dan Produk Turunannya. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Fauzi Y. 2002. Kelapa Sawit: Budidaya Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha dan Pemasaran. Jakarta: Penebar Swadaya.

Gunawan E. 2004. Pengantar Proses Pengolahan Kleapa Sawit. Medan: Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Herbert R.B. 1989. Biosintesis Metabolit Sekunder. Edisi Kedua. London Chapman and Hall.

Pahan I. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis Dari Hulu Hingga Hilir. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kestiyo L. 1988. Pabrik Fraksionasi Sawit PTP II. Medan: Lembaga Penelitian Perkebunan.

Naibaho P.M. 1996. Teknologi Pengolahan Kelapa Sawit. Medan: Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Mangoensoekarjo S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Tambun R. 2006. Buku Ajar Teknologi Oleokimia. Medan: Universitas Sumtera utara. Tim Penulis P. S. 1997. kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan


(5)

(6)

Lampiran II. Flow Proses PK Crushing Plant PT.Multimas Nabati Asahan

TOWER

LOADING RAMP

SILO

HOPPER

MESIN PRESS I

PKO PKM MESIN PRESS

II

PKO PKM

BAK OIL FIT

NIAGARA FILTER

CPKO PKM PKM STORE

BUFFER TANK

BAG FILTER

DAILY TANK


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tekanan Terhadap Presentase Oil Content pada Hasil First Press (Ampas) di PK Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan

12 66 38

Pengaruh Penambahan Cake Terhadap Oil Content PKM (Palm Kernel Meal) Di Pk Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan

5 51 50

Pengaruh Tekanan Hidrolik Terhadap Oil Losses Pada Fiber Di Unit Screw Press PKS PT.Multimas Nabati Asahan Kuala-Tanjung

29 98 48

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 0 1

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

1 3 18

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

6 11 3

Efek Tekanan Terhadap Kehilangan Minyak Kelapa Sawit Pada Fiber Press Di unit Screw Press Dengan Metode Ekstraksi Sokletasi Di PT. PKS Multimas Nabati Asahan – Kuala Tanjung

0 0 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Minyak Kelapa Sawit - Pengaruh Tekanan Ampas Press (Second Press) Terhadap Oil Content di Palm Kernel Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan Kuala Tanjung

0 3 22

PENGARUH TEKANAN AMPAS PRESS (SECOND PRESS) TERHADAP OIL CONTENT DI PALM KERNEL CRUSHING PLANT PT.MULTIMAS NABATI ASAHAN KUALA TANJUNG KARYA ILMIAH ZULFADLI

0 2 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sawit dan Inti Sawit 2.1.1. Sawit - Pengaruh Tekanan Terhadap Presentase Oil Content pada Hasil First Press (Ampas) di PK Crushing Plant PT. Multimas Nabati Asahan

0 0 14