Pengaruh Waktu dan Tekanan Terhadap Oil Content Cake pada Niagara Filter di PT. Multimas Nabati Asahan

(1)

PEN

PR

FAKULT

NGARUH

CONT

DI P

ROGRAM

TAS MAT

UN

H WAKTU

ENT CAK

PT. MUL

M STUDI

DEP

TEMATIK

NIVERSIT

U DAN T

KE PADA

LTIMAS N

KARYA IL DIDI FEB 092401

I DIPLOM

PARTEM

KA DAN

TAS SUM

MED

201

EKANAN

A NIAGA

NABATI

LMIAH BRIAN 1053

MA III KI

EN KIMI

N ILMU P

MATERA

AN

2

N TERHA

ARA FILT

ASAHAN

IMIA IND

IA

ENGETA

A UTARA

ADAP OI

TER

N

DUSTRI

AHUAN A

A

IL

ALAM


(2)

PEN

Dia

NGARUH

ajukan untu

P

FAKULT

H WAKTU

DI P

uk melengka

PROGRA

TAS MAT

UN

U DAN TE

PADA

PT. MULT

K

api tugas da

M STUDI

DEPA

TEMATIK

NIVERSIT

EKANAN

A NIAGAR

TIMAS N

KARYA IL an memenuh DIDI FEB 0924010

I DIPLOM

ARTEME

KA DAN

TAS SUM

MEDA

2012

TERHAD

RA FILTE

NABATI A

LMIAH

hi syarat un

RIAN 053

MA-3 KIM

EN KIMIA

ILMU PE

MATERA U

AN

2

DAP OIL

ER

ASAHAN

ntuk mencap

MIA INDU

A

ENGETAH

UTARA

CONTEN

pai gelar Ah

USTRI

HUAN AL

NT CAKE

hli Madya

LAM

E


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PENGARUH WAKTU DAN TEKANAN

TERHADAP OIL CONTENT CAKE PADA NIAGARA FILTER DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

Kategori : KARYA ILMIAH

Nama : DIDI FEBRIAN

Nomor Induk Mahasiswa : 092401053

Program Studi : DIPLOMA III (D3) KIMIA INDUSTRI

Departemen : KIMIA

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Disetujui di

Medan, Juni 2012

Diketahui

Departemen Kimia FMIPA USU

Ketua Program Studi D III Kimia Industri Dosen Pembimbing,

Dra. Emma Zaidar, M.Si Prof. Dr. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill

NIP.19551218198712001 NIP.195308171983031002

Departemen KIMIA FMIPA USU

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP.195408301985032001


(4)

PERNYATAAN

PENGARUH WAKTU DAN TEKANAN TERHADAP OIL CONTENT CAKE PADA NIAGARA FILTER

DI PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

KARYA ILMIAH

Saya mengakui bahwa karya ilmiah ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dari ringkasan yang masing- masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2012

DIDI FEBRIAN 092401053


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkat, Rahmad, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini mulai dari awal penyusunan sampai selesai. Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Ahli madya pada program diploma 3 kimia Industri di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan karya ilmiah ini dari awal sampai selesai, Penulis banyak mendapat dorongan, bantuan, motivasi, dan petunjuk dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati Penulis menyampaikan penghargaan dan rasa terima kasih yang sebesar – besarnya kepada :

1. Kedua Orang tua dan keluarga yang penulis sayangi, yang telah memberikan dorongan baik secara mental maupun material dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

2. Bapak Prof. DR. Harry Agusnar, M.Sc, M.Phill, selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.

3. Ibu DR. Rumondang Bulan, MS, selaku Ketua jurusan kimia FMIPA USU 4. Ibu Dra. Emma Zaidar, Msc, selaku Ketua program studi Diploma 3 Kimia

FMIPA USU

5. Bapak Solihin selaku pembimbing lapangan untuk kegiatan praktek kerja lapangan

6. Bapak pimpinan serta seluruh karyawan dan karyawati PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN Kuala Tanjung

7. Bapak dan Ibu dosen pengajar di Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama Penulis mengikuti perkuliahan.

8. Darna Ari Andi, yang selalu siap membantu penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah.

9. Teman dan sahabat ku darna, dicky, padli, yusup, arie, joel, mahadi, harry, said, ali, arif, get – get, dedek, abdi, lisa, nina, makasih atas semangat dan keceriaan saat bersama.

10.Seluruh rekan – rekan mahasiswa KIN 09 yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu, penulis ucapkan terima kasih atas dukungan moril yang telah diberikan.


(6)

Penulis menyadarai sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan Penulis baik dari segi kemampuan maupun ilmu pengetahuan. Tetapi, penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2012

Penulis


(7)

ABSTRAK

Pada proses penyaringan minyak kotor menjadi minyak jernih dengan menggunakan Niagara Filter dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan dalam penyaringan dan waktu dalam pengeblowan cake. Tekanan yang digunakan dalam penyaringan harus sesuai dengan standarisasi yaitu 4 – 5 bar. Mesin yang baik dapat mencapai hasil produksi sesuai target. Waktu pengambilan cake dilakukan tiga kali dalam sehari. Pengambilan cake dilakukan dengan menggunakan tekanan udara yang tinggi. Presentase oil content yang terdapat pada cake adalah 23,06 – 24,08 % dimana hasil tersebut sesuai standart pabrik yaitu diantara 23 – 25 %.


(8)

EFFECT OF PRESSURE ON TIME AND OIL CONTENT CAKE IN NIAGARA FILTER ON PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

ABSTRACT

In the process of filtering dirty oil to clear the oil by using the Niagara Filter influenced by several factors such as filtering and time pressure in the blow of cake. Pressure used in the screening shall be in accordance with the standardization that is 4-5 bar. A good engine can achieve the production target. When making cake is done three times a day. Cake-making is done by using high air pressure. Percentage of oil content contained on the cake is from 23.06 to 24.08% which is the standard factory fit that between 23-25%.


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii PENGHARGAAN iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR LAMPIRAN xi

BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang      1 

1.2. Indetifikasi Masalah      2 

1.3. Tujuan      2 

1.4. Manfaat      3 

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 4 2.1. Sejarah Kelapa Sawit 4

2.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit 5

2.2.1. Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung 6 2.2.2. Berdasarkan Warna Kulit Buah 8 2.2.3. Varietas Unggul 8

2.3. Inti Sawit 9

2.4. Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM) 10 2.5. Pengaman Bahan Produksi 11

2.5.1. Bahan Baku Seinduk 11

2.5.2. Bahan Baku Luar 12

2.5.3. Standarisasi Bahan Dasar Pengolahan 12

2.6. Pengolahan Inti Sawit Menjadi Minyak Inti Sawit (CPKO) 13 2.6.1. Sampling Tower 13

2.6.2. Quality Check (Pengecekan kualitas PK di laboratorium) 14 2.6.3. Loading Ramp 14

2.6.4. Silo 14

2.6.5. Gudang PKM 15

2.6.6. Hopper 15

2.6.7. Mesin First Press 16

2.6.8. Mesin Second Press 16

2.6.9. Niagara Filter 17

2.6.10. Daily Tank 17 2.7. Manfaat Kelapa Sawit dan Inti Sawit 19


(10)

3.1. Bahan 20

3.2. Alat 20

3.3. Prosedur Kerja 21

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN 22

4.1. Data 22

4.2. Perhitungan 23

4.3. Pembahasan 24

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 26

5.1. Kesimpulan 26

5.2. Saran 26

DAFTAR PUSTAKA 27


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1.1.1 Beda Tebal Tempurung dari Tipe Kelapa Sawit 7 Tabel 2.3.1 Komposisi Inti Sawit 9 Tabel 2.5.3.1 Nilai Konversi Buah Kelapa Sawit 12


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Flow Proses 18


(13)

ABSTRAK

Pada proses penyaringan minyak kotor menjadi minyak jernih dengan menggunakan Niagara Filter dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan dalam penyaringan dan waktu dalam pengeblowan cake. Tekanan yang digunakan dalam penyaringan harus sesuai dengan standarisasi yaitu 4 – 5 bar. Mesin yang baik dapat mencapai hasil produksi sesuai target. Waktu pengambilan cake dilakukan tiga kali dalam sehari. Pengambilan cake dilakukan dengan menggunakan tekanan udara yang tinggi. Presentase oil content yang terdapat pada cake adalah 23,06 – 24,08 % dimana hasil tersebut sesuai standart pabrik yaitu diantara 23 – 25 %.


(14)

EFFECT OF PRESSURE ON TIME AND OIL CONTENT CAKE IN NIAGARA FILTER ON PT. MULTIMAS NABATI ASAHAN

ABSTRACT

In the process of filtering dirty oil to clear the oil by using the Niagara Filter influenced by several factors such as filtering and time pressure in the blow of cake. Pressure used in the screening shall be in accordance with the standardization that is 4-5 bar. A good engine can achieve the production target. When making cake is done three times a day. Cake-making is done by using high air pressure. Percentage of oil content contained on the cake is from 23.06 to 24.08% which is the standard factory fit that between 23-25%.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Peningkatan pertambahan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan minyak goreng semakin bertambah. Untuk menanggulangi keadaan ini, maka pemerintah mengambil kebijaksanan dengan peningkatan produksi kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan minyak goreng.

Sebagai realisasi kebijaksanaan tersebut PT. Multimas Nabati Asahan (PT. MNA) merupakan salah satu industri minyak dan lemak makanan yang turut ambil dalam program pemerintah untuk meningkatkan ekspor non migas.

PK Crushing Plant di PT. Multimas Nabati Asahan (PT. MNA) merupakan salah satu pabrik yang menghasilkan Palm Kernel Oil (PKO) dan Palm Kernel Meal

(PKM). Pengolahan inti sawit menjadi Palm Kernel Oil (PKO) dan Plam Kernel Meal

(PKM) terdiri dari beberapa proses pengolahan seperti : penimbangan, peyimpanan inti sawit, pengepressan inti sawit, pemurnian, pengolahan PKM, dan penyimpanan PKM. Dalam setiap proses pengolahan inti sawit menginginkan agar kehilangan minyak (Oil Losses) dapat ditekan sekecil mungkin. Hal ini akan dapat dicapai apabila proses pengolahan berjalan lancar dan ditunjang dengan cara kondisi pengoperasian yang tepat serta pemahaman terhadap komposisi inti sawit yang di olah.

Proses pengepressan inti kelapa sawit di dalam screw press harus diperhatikan. Penggunaan screw press yang tidak sesuai, akan mengakibatkan tingginya oil losses,


(16)

atau sebaliknya. Oleh karena itu perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan dan kerugiannya. Untuk mencegah kerugian yang tidak diinginkan maka perusahaan memperhatikan norma – norma kehilangan minyak (oil losses).

Minyak yang diperoleh dari proses pengepressan akan ditransfer menuju Niagara Filter. Minyak yang ada didalam Niagara Filter akan mengalami proses pemurnian dengan metode penyaringan. Waktu dan tekanan merupakan salah satu yang harus diperhatikan untuk mendapatkan minyak yang terkandung (Oil Content) di dalam cake. Oleh karena itu diperlukan waktu dan tekanan yang paling sesuai untuk proses pemurnian ini agar hasil yang diperoleh lebih maksimal dan menguntungkan.

Berdasarkan permasalahan tersebut penulis ingin mengadakan pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui “Pengaruh Waktu Dan Tekanan Terhadap Oil Content Cake Pada Niagara Filter”

1.2Indetifikasi Masalah

Bagaimana pengaruh waktu dan tekanan terhadap oil content cake pada proses penyaringan di Niagara Filter

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui waktu pengambilan cake

2. Untuk mengetahui tekanan yang digunakan dalam pengambilan cake


(17)

1.3Manfaat

Sebagai petunjuk dalam mengatasi atau menanggulangi permasalaan yang menyebabkan waktu dan tekanan sangat berperan penting untuk memperoleh oil content yang lebih baik


(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Kelapa Sawit

Berdasarkan bukti-bukti yang ada, kelapa sawit diperkirakan berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Namun ada pula yang menyatakan bahwa tanaman tersebut berasal dari Amerika, yakni Brazilia. Zeven menyatakan bahwa tanaman kelapa sawit berasal dari daratan tersier, yang merupakan daratan penghubung yang terletak diantara Afrika dan Amerika. Kedua daratan ini kemudian terpisah oleh lautan menjadi benua Afrika dan Amerika sehingga tempat asal komoditas kelapa sawit ini tidak lagi dipermasalahkan orang.

Kelapa sawit (elaeis guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, dan justru bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asal usulnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948.

Menurut hunger (1942) pada tahun 1869 Pemerintah Kolonial Belanda mengembangkan tanaman kelapa sawit di Muara Enim pada tahun 1970 di Musi Hulu. Bapak kelahiran industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah seorang Belgia bernama Adrien Hallet. Beliau pada tahun 1911 membudidayakan kelapa sawit secara komersil dalam bentuk perkebunan di Sungai Liput (aceh) dan pulau Raja (asahan).

Pada masa penjajahan Belanda pertumbuhan perkebunan besar kelapa sawit telah berjalan sangat cepat sehingga sangat menguntungkan perekonomian pemerintahan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang 1942, pemerintah pendudukan


(19)

meneruskan perkebunan kelapa sawit ini dan hasilnya dikirim ke Jepang sebagai bahan mentah industri Jepang.

Pada tahun 1947 Pemerintah Belanda merebut kembali dua pertiga dari perkebunan yang pernah dikuasai kelaskaran. Kemudian menjelang akhir tahun 1948 maskapai – maskapai perkebunan asing hampir memperoleh perkebunan mereka masing-masing dan menjadi milik mereka kembali.

Pada akhir tahun 1957 seluruh perusahaan milik maskapai Belanda diambil alih oleh pemerintah Indonesia. Namun milik perusahaan Inggris, perancis, Belgia dan Amerika dikembalikan lagi kepada pemiliknya pada akhir Desember 1967.

Pada masa pemerintah Orde lama relative perkebunan sawit sangat terlantar, karena tidak ada peremajaan dan rehabilitas pabrik. Akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran Internasional sebagai pemasok minyak sawit nomor satu terbesar semenjak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia hingga sekarang ini. (Suyatno Risza, 1994)

2.2 Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Ada beberapa varietas tanaman kelapa sawit yang dapat dikenal. Varietas – varietas itu dapat dibedakan berdasarkan warna kulit buahnya. Selain varietas – varietas tersebut, ternyata dikenal juga beberapa varietas unggul yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain mampu menghasilkan produksi yang lebih baik dibandingkan varietas lain.


(20)

2.2.1 Berdasarkan Tebal Tipisnya Tempurung

Berdasarkan tebal tipisnya tempurung, kelapa sawit dibedakan menjadi lima varietas utama, yaitu :

a. Varietas Dura

Tempurung cukup tebal (2 – 8 mm), daging buah tipis. Persentase daging buah terhadap buah 35 – 50 %, inti buah (kernel) besar, tetapi kandungan minyaknya rendah. Dalam berbagai persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Dura selalu dijadikan sebagai tanaman betina (ibu) oleh pusat – pusat penelitian. b. Varietas Psifera

Tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada. Daging buah tebal, inti buah sangat kecil. Kandungan minyak pada inti rendah, karena ukuran kernelnya sangat kecil. Dalam persilangan untuk menghasilkan varietas baru, varietas Psifera dijadikan sebagai tanaman pejantan (bapak) atau sebagai penghasil tepung sari.

c. Varietas Tenera

Merupakan persilangan antara varietas Dura (D) dan Psifera (P) sehingga sifat – sifat morfologi dan anatomi varietas ini (DxP) merupakan perpaduan antara kedua sifat induknya. Tebal tempurung varietas Tenera adalah 0,5 - 4,0 mm, persentase daging buah terhadap buah 18 – 23 %, dan kandungan minyak inti 5%.

d. Macrocarya

Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buah nya sangat tipis sekali.


(21)

Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu 22 – 24 %, sedangkan pada varietas Dura antara 16 – 18 %. Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak mengherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.

Tabel 2.2.1.1 Beda Tebal Tempurung dari Tipe Kelapa Sawit

Sumber : Ketaren 1986

2.2.2 Berdasark an Warna Kulit Buah

Pembagian varietas berdasarkan warna kulit buah, terdapat tiga varietas kelapa sawit, yaitu sebagai berikut :

1. Nigrescens, Warna kulit buah kehitaman saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak.

Tipe Tebal tempurung (mm)

Macrocarya Tebal sekali : 5

Dura Tebal : 3 – 5

Tenera Sedang : 2 – 3


(22)

2. Virescens, Warna kulit hijau saat masih muda dan berubah menjadi jingga kemerahan jika sudah tua/masak, namun masih meninggalkan sisa-sisa warna hijau.

3. Albescens, Warna kulit keputih-putihan saat masih muda dan berubah menjadi kekuning-kuningan jika sudah tua/masak.

Diantara ketiga varietas di atas, Nirescens paling banyak dibudidayakan.

Virescens dan Albescens jarang dijumpai dilapangan, umumnya hanya digunakan sebagai bahan penelitian oleh lembaga – lembaga penelitian.

2.2.3 Varietas unggul

Pada saat ini, telah dikenal beberapa varietas unggul kelapa sawit yang

dianjurkan untuk ditanam diperkebunan. Varietas – varietas unggul tersebut dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varietas Dura sebagai induk betina dengan varietas Psifera sebagai induk jantan. Terbukti dari hasil pengujian yang dilakukan selama bertahun – tahun, bahwa varietas – varietas tersebut mempunyai kualitas dan kuantitas yang lebih baik dibandingkan varietas lainnya. ( Tim

Penulis,2000)

2.3 Inti Sawit

Inti sawit merupakan hasil olahan dari biji sawit yang telah dipecah menjadi cangkang dan inti, cangkang sawit digunakan sebagai bahan bakar ketel uap, arang, pengeras jalan dan lain-lain. Sedangkan inti sawit diolah kembali menjadi minyak inti sawit (Palm Kernel Oil). Proses pengolahan inti sawit menjadi minyak inti sawit tidak terlalu rumit bila dibandingkan dengan proses pengolahan buah sawit. Bentuk inti sawit bulat padat atau agak gepeng berwarna cokelat hitam. Inti sawit mengandung lemak, protein, serat dan air. Pada pemakaiannya lemak yang terkandung didalamnya disebut


(23)

minyak inti sawit dan ampas atau bungkilnya yang kaya protein digunakan sebagai bahan makanan ternak. Kadar minyak dalam inti kering adalah 44 – 53%.

(Mangoensoekardjo.S., 2003)

Tabel 2.3.1 Komposisi Inti Sawit

Sumber: Ketaren 1986

2.4 Minyak Inti Sawit (PKO) dan Bungkil Inti Kelapa Sawit (PKM)

Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti sawit yang dinamakan minyak inti sawit (Palm Kernel Oil) dan sebagai hasil sampingannya adalah bungkil inti kelapa sawit (Palm Kernel Meal atau Pellet). Bangkil inti kelapa sawit adalah inti kelapa sawit yang telah mengalami proses ekstraksi dan pengeringan, sedangkan pellet adalah bubuk yang telah dicetak kecil – kecil yang berbentuk bulat panjang dengan diameter kurang lebih 8 mm. (Ketaren,1986)

Selain minyak sawit mentah (CPO), minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti kelapa sawit (palm kernel oil/PKO) dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit (palm kernel meal/PKM). Minyak inti sawit memiliki rasa dan bau yang khas. Minyak mentahnya mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan dengan minyak yang telah dimurnikan. Titik lebur dari minyak inti sawit adalah berkisar antara 250C – 300C. (Sitinjak K, 1983).

Komponen Jumlah Minyak Air Protein Selulosa Abu

47 – 52 6 – 8 7,5 – 9,0

5 2


(24)

Minyak inti sawit merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat dalam trigliserida – trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C6 (asam kaproat) sampai C18 jenuh (asam stearat) dan C18 tak jenuh (asam oleat dan asam linoleat). (Winarno,FG., 1991)

Bungkil inti kelapa sawit (PKM) adalah ampas yang berasal dari sisa produksi kernel. PKM dapat digunakan sebagai pakan ternak. Selain itu, PKM juga diekspor ke pasar Asia , Australia maupun Eropa. Biasanya permintaan pasar Asia memilki kriteria suhu diatas 50 – 60 0C , tetapi untuk permintaan pasar eropa suhu diatur 50 0C.

Faktor – faktor yang mempengaruhi mutu dari PKO adalah air , Free Fatty Acid, warna, bilangan iodide. Semua faktor – faktor ini perlu di analisis untuk mengetahui mutu dari minyak inti kelapa sawit tersebut. Minyak sawit yang baik yaitu yang berkadar asam lemak bebas yang rendah dan berwarna kuning terang serta muda dipucatkan.

2.5Pengamanan Bahan Produksi

Inti sawit dihasilkan melalui proses pemisahan inti sawit dari tempurungnya berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Inti dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapung biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 6. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya akan tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindari kerusakan akibat mikroorganisme, maka inti sawit harus segera dikeringkan dengan suhu 80 ºC. Setelah kering, inti sawit dapat diolah lebih lanjut yaitu dengan ekstraksi untuk menghasilkan minyak inti sawit. (Yan Fauzi, 2004)


(25)

2.5.1Bahan Baku Seinduk

Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri yang hasil pengolahan biji menjadi inti langsung diangkut ke Pengolahan Inti Kelapa Sawit (PPIS), hasil minyak yang didapat pun sangat maksimal karena kita tahu berapa lama waktu sementara sebelum inti diolah. Hanya saja jumlah inti yang di hasilkan pada pengolahan biji di PKS sangat minim.

2.5.2Bahan Baku Luar

Yaitu bahan baku inti sawit yang berasal dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) lain, Inti yang dihasilkan pun mengalami proses pengiriman yang cukup lama yang dapat menimbulkan masalah – masalah pada inti tersebut, dan waktu penimbunan yang dilakukan pun kita tidak tahu karena PKS di tempat lain menunggu jumlah inti yang dihasilkan dalam jumlah banyak sebelum dikirim ke pengolahan inti di PPIS. (Tim Penulis PS. 1998)

2.5.3Standarisasi Bahan Dasar Pengolahan

Bahan dasar untuk mendapatkan minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit berasal dari buah. Buah yang baik yaitu tandan buah yang sudah matang sempurna.

Tabel 2.5.3.1 Nilai Konversi Buah Kelapa Sawit

Bagian Buah Jumlah (persen) Dihitung dari 100 %

Daging Buah (perikarp) 58 – 62 Buah sawit

Biji (nut) 37 – 43 Buah sawit


(26)

Minyak 46 – 50 Daging buah

Ampas 13 – 15 Daging buah

Minyak Kelapa Sawit (CPO) 77 – 82 Berat buah (berat Minyak Kelapa Sawit (CPO) 28,5 – 29,5 Kering)

Air 27 Berat buah matang segar

Ampas (serat) 8 Berat buah matang segar Tempurung 30 Berat buah matang segar

Inti 6 Berat buah matang segar

Biji Tempurung 78 – 82 Berat buah matang segar Inti (kernel) 17 – 23 Berat biji

Minyak inti sawit (PKO) 40 – 50 Berat inti Bungkil Inti sawit (PKM) 50 – 60 Berat inti Sumber : Ketaren 1986

2.6Pengolahan Inti Sawit Menjadi Minyak Inti Sawit (CPKO)

Adapun tahap – tahap proses pengolahan minyak inti sawit yaitu : 1. Sampling tower

Sebelum truck yang berisi PK masuk ke tower , terlebih dahulu ditimbang dijembatan penimbang untuk mengetahui berat PK yang dibawa oleh truck tersebut. Kemudian truck yang berisi PK masuk ke tower untuk dilakukan pengambilan sampel atas. Setelah itu, sampel dibawa ke laboratorium QA untuk dianalisa.


(27)

2. Quality Check (Pengecekan kualitas PK di laboratorium)

Dalam menganalisa PK ditinjau berdasarkan kadar kotoran dan kadar air (Moisture). Apabila PK untuk sampel atas inspect sesuai dengan kontrak yang telah disepakati, maka bagian QA membuat tiket bongkar dan diserahkan ke petugas Ware House kemudian truck akan menuju loading ramp untuk dilakukan pembongkaran dan dicek sampel curahnya. Untuk pengambilan sampel curah ada tiga bagian yaitu: belakang, tengah dan depan kemudian sampel diantar ke laboratorium QA untuk dianalisa dengan perlakuan yang sama pada pengambilan sampel atas.

3. Loading Ramp

Untuk truck muatan PK yang telah mendapatkan tiket bongkar maka pembongkaran terus berlanjut. PK yang telah di bongkar akan masuk ke loading ramp dan jatuh ke

conveyor dan di bawa menuju elevator melalui elevator tersebut PK diangkat menuju

conveyor menuju silo untuk disimpan sementara waktu.

4. Silo

Silo berfungsi sebagai tempat penyimpanan PK sementara. Setiap silo dilengkapi dengan blower yang berfungsi untuk menghisap uap air yang terdapat didalam silo. Selain itu, blower juga berfungsi menjaga suhu di dalam silo agar stabil. Pengisian silo berdasarkan sistem FIFO yaitu dimana PK yang terlebih dahulu dibongkar akan langsung ditransfer ke silo dan begitu seterusnya.


(28)

5. Gudang PKM

Gudang PKM adalah proses akhir dari produksi yang bahan bakunya yaitu PK (Palm Kernel). Jumlah gudang di palm kernel crushing plant ada empat unit yang masing masing berbeda kapasitasnya antara lain :

 Gudang I berkapasitas 5000 ton  Gudang II berkapasitas 5000 ton  Gudang III berkapasitas 4000 ton  Gudang IV berkapasitas 7000 ton

Maka total kapasitas dari keempat gudang PKM adalah 21.000 ton.

6. Hopper

Pada bagian produksi terdapat enam buah hopper yang memiliki kapasitas yang berbeda dalam 2 plant yaitu :

 Hopper Plant I : 900 MT untuk 3 hopper  Hopper Plant II : 1200 MT untuk 3 hopper

Jadi, jumlah kapasitas inti yang dapat tertampung didalam Hopper Plant I dan Plant II adalah sebanyak 2100 MT.

7. Mesin First Press

PK yang berada dalam silo akan di transfer ke hopper dengan menggunakan conveyor

dan elevator. Setelah itu akan masuk kedalam mesin press I untuk memisahkan minyak dengan ampas yang keluar secara terpisah. Minyak yang keluar dari mesin press I akan


(29)

dibawa oleh conveyor menuju Bak oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen

(penyaring getar) kemudian dialirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank lalu ke Daily Tank. Sedangkan ampas dari mesin dibawa conveyor menuju hopper untuk masuk dalam tahap proses kedua.

8. Mesin Second Press

Ampas yang berasal dari mesin press I akan dibawa oleh conveyor menuju mesin press II agar dihasilkan minyak yang masih terkandung didalamnya. Minyak yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh conveyor menuju Bak Oil Pit kemudian akan menuju ke vibrating screen (penyaring getar) kemudian di alirkan ke Bak Vibrating, selanjutnya akan dipompa ke Niagara filter untuk disaring. Setelah itu akan dialirkan ke Buffer Tank

lalu ke Daily Tank. Sedangkan Ampas yang keluar dari mesin press II akan dibawa oleh

conveyor melewati bar magnet kemudian dibawa oleh elevator menuju Hummer Mill

untuk dihaluskan. Setelah itu, ampas akan dibawa oleh conveyor dan di iringi dengan penambahan air agar suhu ampas menurun dengan kadar airnya max 10% pada saat menuju gudang, hal ini disebut dengan AAW (After Adding Water). Setelah itu PKM masuk ke dalam gudang penyimpanan dengan temperature 50º C max.

9. Niagara Filter

Niagara Filter berfungsi sebagai tempat proses penyaringan . Tekanan yang digunakan harus pada 4 Bar max. . Minyak yang sudah jernih akan masuk ke Buffer Tank

sedangkan ampas minyak (cake) tersebut akan tertinggal didalam filter press. Cake pada Niagara filter juga di analisa dengan oil content 25% max. Konsentrasi oil content dari

cake Niagara filter diharapkan semakin kecil dari standart yang ditentukan dengan demikian PKM hasil produksi di gudang tidak terkontaminasi.


(30)

10.Daily Tank

Berfungsi sebagai tempat penyimpanan minyak CPKO sebelum dikirim ke Pabrik lainnya untuk diolah atau dieksport ke luar negeri. Selain itu, di Daily Tank dilakukan pengukuran (Sounding), sounding tangki dilakukan setiap pagi guna mengetahui berapa hasil produksi, baik itu untuk plant I maupun plant II. Untuk mencari hasil produksi kita harus mengetahui rumus – rumus dan segala sesuatu yang berhubungan dengan cara pencarian hasil produksi tersebut.


(31)

TOWER

LOADING RAMP

SILO

HOPPER

MESIN PRESS I

PKO PKM MESIN PRESS

II

PKO PKM

BAK OIL FIT

NIAGARA FILTER

CPKO PKM PKM STORE

BUFFER TANK

BAG FILTER

DAILY TANK


(32)

2.7Manfaat Kelapa Sawit dan Inti Sawit

Kelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kacang kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain – lain.

Kegunaan dari kelapa sawit tersebut adalah :

 Minyak kelapa sawit merupakan bahan baku untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarin, vanaspati, lemak, dan lain-lain) tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain).

 Inti sawit yang menghasilkan minyak inti sawit digunakan sebagai bahan sabun, minyak goreng, kosmetik, dan sebagainya.

 Cangkang atau tempurungnya dapat digunakan sebagai bahan bakar/sumber energi.

 Tandan kosong untuk bahan bakar ketel uap, mulsa dan abu sebagai pupuk kalium.

 Ampas lumatan daging buah untuk bahan bakar ketel uap. (Hadi, M.M., 2004)


(33)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Bahan

Cake (Ampas Minyak)  N-Heksan

3.2 Alat

 Timbangan Analitis  Oven

Tissue

Statif dan klem

Hot Plate

 Labu Alas  Timbel

Soklet

Kondensor


(34)

3.3 Prosedur Kerja

 Sampel yang berupa cake (ampas minyak) ditimbang sebanyak 10 gr  Di timbang labu alas kosong

 Kemudian N-heksan dimasukkan kedalam labu alas sebanyak 150 ml  Dirangkai alat soklet

 Sampel dimasukkan kedalam timbel dan ditutup dengan tissue

Timbel dimasukkan kedalam alat soklet dan dirangkai alat soklet

 Dialirkan air pada kondensor di alat soklet

 Sampel dipanaskan dengan suhu 70-80 0C  Diekstraksi selama 4 jam

 Setelah diekstraksi, minyak akan turun pada labu alas ,

 Kemudian labu alas dipanaskan dalam oven dengan suhu 130 0C selama 30 menit

 Kemudian didinginkan didalam desikator selama 30 menit  Setelah dingin dilakukan penimbangan


(35)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Tabel 4.1.1. Data Hasil Pengamatan Pada Penentuan Oil Content dari Cake (Ampas Minyak) di Niagara Filter

No Tanggal Jam A

(gr) B (gr) C (gr) Oil Content (%) 1 07 Feb’ 12 07.45 100,9004 98,3648 10,6358 23,84

15.23 100,8759 98,3598 10,6233 23,68 23.04 100,8090 98,3644 10,5985 23,13 2 08 Feb’ 12 07.45 100,8034 98,3673 10,6229 23,59

15.23 100,8707 98,3679 10,6223 23,56 23.04 100,8548 98,3597 10,6310 23,47 3 09 Feb’ 12 07.45 100,9214 98,3598 10,6382 24,08

15.23 100,8731 98,3597 10,6233 23,66 23.04 100,8953 98,3642 10,5994 23,88 4 10 Feb’ 12 07.45 100,9252 98,3656 10,6297 24,08

15.23 100,8161 98,3674 10,6190 23,06 23.04 100,8872 98,3648 10,6344 23,72 5 11 feb’ 12 07.45 100,8876 98,3697 10,6378 23,67

15.23 100,8150 98,3651 10,5828 23,15 23.04 100,8630 98,3575 10,7076 23,40

4.2. Perhitungan

Labu alas diekstraksi (A) – Labu alas kosong (B)

% Oil Content = x 100 %

Berat sampel (C)

Keterangan : A = Berat Labu Alas + Sampel Setelah diekstraksi B = Berat Labu Alas Kosong


(36)

Contoh Perhitungan : Berat A = 100,9004 g Berat B = 98,3648 g Berat C = 10,6368 g

Labu alas diekstraksi (A) – Labu alas kosong (B)

% Oil Content = x 100 %

Berat sampel (C)

100,900498,3648

= x 100 % 10,6368

= 23,84 % 4.3. Pembahasan

Pada proses penyaringan di Niagara Filter dimana minyak yang kotor akan di saring sehingga menghasilkan minyak yang jernih sesuai dengan standarisasi pabrik. Dalam proses penyaringan tersebut, minyak yang masih kotor akan dipompa menuju Niagara Filter, dimana pada Niagara Filter terdapat alat penyaring (Mesh) yang berfungsi sebagai penyaring. Hasil dari penyaringan yang berupa minyak jernih akan ditransfer ke Buffer Tank untuk dianalisa, sedangkan ampas (cake) akan melekat pada dinding alat penyaring (mesh) tersebut.

Dalam pengambilan ampas (cake) dilakukan dengan cara pengeblowan (pengeringan) dimana proses tersebut menggunakan udara bertekanan tinggi, sehingga ampas (cake) yang terdapat di dinding mesh akan jatuh ke bawah. Setelah itu cake akan dianalisa oil content nya dengan menggunakan metode ekstraksi.

Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah didapat, maka oil content pada

cake adalah rata – rata 23,06 – 24,08 %. Presentase oil content pada cake tersebut sesuai dengan standart pabrik yaitu diantara 23 – 25 %. Namun persentase oil content


(37)

pada cake diharapkan lebih kecil lagi, sehingga dalam proses pencampuran (blending) dengan PKM (Palm Kernel Meal) tidak menghasilkan oil content yang tinggi karena dapat merugikan perusahaan. Dalam menentukan oil content pada cake dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan dalam penyaringan dan waktu dalam pengeblowan

cake.

Standart tekanan yang digunakan dalam penyaringan cake adalah 4 – 5 bar. Apabila tekanan dibawah 4 bar maka minyak yang terkandung didalam cake bisa diatas 25 %. Jika tekanan diatas 5 bar maka Niagara Filter akan terjadi kerusakan.

Waktu juga mempengaruhi persentase oil content pada cake. Pengambilan cake

dilakukan tiga kali dalam sehari. Pengambilan cake dilakukan dengan cara pengeblowan. Dalam pengeblowan dibutuhkan waktu sekitar 30 – 45 menit. Pengeblowan dilakukan dengan menggunakan tekanan angin. Besarnya tekanan angin juga berpengaruh dalam kualitas oil content yang ada pada cake.


(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

 Waktu pengambilan cake dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari, dimana waktu pengambilannya dilakukan pada pukul 07.45, 15.23, 23.07

 Tekanan yang digunakan dalam penyaringan cake adalah 4 – 5 bar. Apabila tekanan dibawah 4 bar maka minyak yang terkandung didalam cake bisa diatas 25 %. Jika tekanan diatas 5 bar maka Niagara Filter akan terjadi kerusakan

5.2. Saran

Presentase oil content pada cake tersebut sesuai dengan standart pabrik yaitu diantara 23 – 25 %. Namun persentase oil content pada cake diharapkan lebih kecil lagi, sehingga dalam proses pencampuran (blending) dengan PKM (Palm Kernel Meal) tidak menghasilkan oil content yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut harus diperhatikan hal – hal seperti tekanan dalam penyaringan dan waktu dalam pengeblowan cake.


(39)

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius

Sitinjak, K. 1983. Pengolahan Hasil Perkebunan : Pengolahan Kelapa Sawit Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Tim Penulis. 2000. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Yan Fauzi. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Swadaya


(1)

3.3 Prosedur Kerja

 Sampel yang berupa cake (ampas minyak) ditimbang sebanyak 10 gr  Di timbang labu alas kosong

 Kemudian N-heksan dimasukkan kedalam labu alas sebanyak 150 ml  Dirangkai alat soklet

 Sampel dimasukkan kedalam timbel dan ditutup dengan tissue  Timbel dimasukkan kedalam alat soklet dan dirangkai alat soklet  Dialirkan air pada kondensor di alat soklet

 Sampel dipanaskan dengan suhu 70-80 0C  Diekstraksi selama 4 jam

 Setelah diekstraksi, minyak akan turun pada labu alas ,

 Kemudian labu alas dipanaskan dalam oven dengan suhu 130 0C selama 30 menit

 Kemudian didinginkan didalam desikator selama 30 menit  Setelah dingin dilakukan penimbangan


(2)

BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data

Tabel 4.1.1. Data Hasil Pengamatan Pada Penentuan Oil Content dari Cake (Ampas Minyak) di Niagara Filter

No Tanggal Jam A

(gr) B (gr) C (gr) Oil Content (%) 1 07 Feb’ 12 07.45 100,9004 98,3648 10,6358 23,84

15.23 100,8759 98,3598 10,6233 23,68 23.04 100,8090 98,3644 10,5985 23,13 2 08 Feb’ 12 07.45 100,8034 98,3673 10,6229 23,59

15.23 100,8707 98,3679 10,6223 23,56 23.04 100,8548 98,3597 10,6310 23,47 3 09 Feb’ 12 07.45 100,9214 98,3598 10,6382 24,08

15.23 100,8731 98,3597 10,6233 23,66 23.04 100,8953 98,3642 10,5994 23,88 4 10 Feb’ 12 07.45 100,9252 98,3656 10,6297 24,08

15.23 100,8161 98,3674 10,6190 23,06 23.04 100,8872 98,3648 10,6344 23,72 5 11 feb’ 12 07.45 100,8876 98,3697 10,6378 23,67

15.23 100,8150 98,3651 10,5828 23,15 23.04 100,8630 98,3575 10,7076 23,40

4.2. Perhitungan

Labu alas diekstraksi (A) – Labu alas kosong (B)

% Oil Content = x 100 % Berat sampel (C)

Keterangan : A = Berat Labu Alas + Sampel Setelah diekstraksi B = Berat Labu Alas Kosong


(3)

Contoh Perhitungan : Berat A = 100,9004 g Berat B = 98,3648 g Berat C = 10,6368 g

Labu alas diekstraksi (A) – Labu alas kosong (B)

% Oil Content = x 100 % Berat sampel (C)

100,9004 – 98,3648

= x 100 %

10,6368 = 23,84 %

4.3. Pembahasan

Pada proses penyaringan di Niagara Filter dimana minyak yang kotor akan di saring sehingga menghasilkan minyak yang jernih sesuai dengan standarisasi pabrik. Dalam proses penyaringan tersebut, minyak yang masih kotor akan dipompa menuju Niagara Filter, dimana pada Niagara Filter terdapat alat penyaring (Mesh) yang berfungsi sebagai penyaring. Hasil dari penyaringan yang berupa minyak jernih akan ditransfer ke Buffer Tank untuk dianalisa, sedangkan ampas (cake) akan melekat pada dinding alat penyaring (mesh) tersebut.

Dalam pengambilan ampas (cake) dilakukan dengan cara pengeblowan (pengeringan) dimana proses tersebut menggunakan udara bertekanan tinggi, sehingga ampas (cake) yang terdapat di dinding mesh akan jatuh ke bawah. Setelah itu cake akan dianalisa oil content nya dengan menggunakan metode ekstraksi.

Berdasarkan data hasil pengamatan yang telah didapat, maka oil content pada cake adalah rata – rata 23,06 – 24,08 %. Presentase oil content pada cake tersebut


(4)

pada cake diharapkan lebih kecil lagi, sehingga dalam proses pencampuran (blending) dengan PKM (Palm Kernel Meal) tidak menghasilkan oil content yang tinggi karena dapat merugikan perusahaan. Dalam menentukan oil content pada cake dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tekanan dalam penyaringan dan waktu dalam pengeblowan cake.

Standart tekanan yang digunakan dalam penyaringan cake adalah 4 – 5 bar. Apabila tekanan dibawah 4 bar maka minyak yang terkandung didalam cake bisa diatas 25 %. Jika tekanan diatas 5 bar maka Niagara Filter akan terjadi kerusakan.

Waktu juga mempengaruhi persentase oil content pada cake. Pengambilan cake dilakukan tiga kali dalam sehari. Pengambilan cake dilakukan dengan cara pengeblowan. Dalam pengeblowan dibutuhkan waktu sekitar 30 – 45 menit. Pengeblowan dilakukan dengan menggunakan tekanan angin. Besarnya tekanan angin juga berpengaruh dalam kualitas oil content yang ada pada cake.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

 Waktu pengambilan cake dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari, dimana waktu pengambilannya dilakukan pada pukul 07.45, 15.23, 23.07

 Tekanan yang digunakan dalam penyaringan cake adalah 4 – 5 bar. Apabila tekanan dibawah 4 bar maka minyak yang terkandung didalam cake bisa diatas 25 %. Jika tekanan diatas 5 bar maka Niagara Filter akan terjadi kerusakan

5.2. Saran

Presentase oil content pada cake tersebut sesuai dengan standart pabrik yaitu diantara 23 – 25 %. Namun persentase oil content pada cake diharapkan lebih kecil lagi, sehingga dalam proses pencampuran (blending) dengan PKM (Palm Kernel Meal) tidak menghasilkan oil content yang tinggi. Untuk mencapai hal tersebut harus diperhatikan hal – hal seperti tekanan dalam penyaringan dan waktu dalam pengeblowan cake.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Hadi, M.M. 2004. Teknik Berkebun Kelapa Sawit. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Ketaren, S. 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Cetakan Pertama. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Mangoensoekarjo, S. 2003. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada Press.

Risza, S. 1994. Kelapa Sawit. Yogyakarta: Penerbit Konisius

Sitinjak, K. 1983. Pengolahan Hasil Perkebunan : Pengolahan Kelapa Sawit Fakultas Pertanian. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Tim Penulis PS. 1998. Kelapa Sawit Usaha Budi Daya Pemanfaatan Hasil dan Aspek Pemasaran. Jakarta: Penerbit Swadaya.

Tim Penulis. 2000. Kelapa Sawit. Jakarta: Penebar Swadaya.

Winarno, F.G, 1997, Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Yan Fauzi. 2004. Kelapa Sawit. Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Swadaya