Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

  

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

  Tanaman kelapa sawit berakar serabut.Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier dan kuarter.Akar primer tumbuh ke bawah didalam tanah sampai batas permukaan air tanah.Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan air tanah bahkan akar tertier dan kuarter menuju lapisan atas atau tempat yang banyak mengandung zat hara (Fauzi, dkk., 1997).

  Batang kelapa sawit tumbuh tegak (phototropi) dibalut oleh pelepah daun.Batang berbentuk silindris dan mempunyai diameter 45cm-60cm pada tanaman dewasa.Bagian bawah umumnya lebih besar (gemuk) disebut bongkol batang.Bagian dalam batang merupakan serabut yang dilengkapi jaringan pembuluh sebagai penguat batang dan untuk menyalurkan hara.Fungsi batang adalah menimbun hara dan perkembangan batang (PTPN IV, 1996).

  Susunan daun kelapa sawit mirip dengan tanaman kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk. Daun-daun tersebut akan membentuk suatu pelepah daun yang panjangnya dapat mencapai kuranng lebih 7,5-9 m. Jumlah anak daun pada tiap pelepah berkisar antara 250-400 helai. Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga semakin efektif menjalankan fungsinya sebagai berlangsungnya fotosintesa dan juga sebagai alat respirasi (Tim Penulis, 1998).

  Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monocious) artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing tertangkai dalam satu tandan.Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina.Setiap rangkaian bunga muncul dari pankal pelepah daun.Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak agak rata dan garis tengah lebih besar (Fauzi, dkk., 1997).

  Tanaman kelapa sawit normal yang telah berbuah akan menghasilkan kira- kira 20-22 tandan/tahun dan semakin tua produktivitasnya menurun menjadi 12-14 tandan/tahun. Pada tahun-tahun pertama tanaman kelapa sawit berbuah atau pada tanaman yang sehat berat tandannya berkisar antara 3-6 kg.Tanaman semakin tua, berat tandan pun bertambah, yaitu antara 25-35 kg/tandan (Tim Penulis, 1998).

  Biji kelapa sawit terdiri dari 3 bagian yaitu kulit biji/cangkang (Endokarpium) berwarna hitam dank eras, daging biji/inti biji (Endosperm) berwarna putih dan dari bagian ini akan menghasilkan minyak inti sawit setelah melalui ekstraksi lembaga/embrio (Tim Penulis, 1998).

  Syarat Tumbuh Iklim

  Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis yang umunya dapat tumbuh di daerah antara 12 LU-12 LS.Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2000-2500 mm/tahundengan pembagian yang merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang dbutuhkan oleh kelapa sawit antara 5-7 jam per hari dan suhu optimum berkisar 0-500 m dpl (Risza, 1995).

  Kelembapan udara dan angin adalah faktor yang penting untuk menunjang pertumbuhan kelapa sawit.Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujan dan evapotranspirasi (Fauzi, dkk., 1997).

  Tanah

  Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada beberapa jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu, regosol, andosol dan alluvial. Solum yang dalam lebih dari 80 cm, solum yang tebal akan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan akar sehingga efisiensi penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

  Tanaman sawit dapat tumbuh pada gambut dengan kedalaman 0-0,6 meter. Tanaman sawit tumbuh pada pH 4,0-6,0 dan paling terbaik adalah pH 5,0-5,5 (PTPN IV, 1996).

  Kemiringan tanah yang dianggap masih baik bagi tanaman kelapa sawit adalah 0-15 .Sedangkan diatas kemiringan 15 harus dibuat teras kontur.Pada topografi datar biasanya dijumpai tanah gley hemik atau hidromorfik.Masalah utama pada tanah gambut untuk tanaman kelapa sawit adalah drainase yang jelek karena tanah tersebut merupakan pengumpulan air hujan dan sulit mengeluarkan air keluar (Risza, 1995).

  Media Tanam Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam.

  Media tanam yang akan digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang ingin ditanam. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah perakaran, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara (Hadi, 2004).

  Media tanam yang digunakan seharusnya adalah tanah yang berkualitas baik, misalnya tanah bagian atas (top soil) pada ketebalan 10-20 cm, dan berasal dari areal pembibitan dan sekitarnya. Tanah yang digunakan harus memiliki struktur yang baik, tekstur yang remah dan gembur, tidak kedap air serta bebas kontaminasi (hama dan penyakit khususnya cendawan Ganoderma, pelarut, residu, bahan kimia) (Semangun, 2000).

  Tanah yang baik mengandung banyak lempung, beraerasi baik dan subur. Berdrainase baik, permukaan air tanah cukup dalam, solum cukup dalam (80 cm), pH tanah 4-6, dan tanah tidak berbatu. Tanah latosol, ultisol dan aluvial, tanah gambut saprik, dataran pantai dan muara sungai dapat dijadikan perkebunan kelapa sawit (Deputi Menegristek, 2002).

  Top soil pada umumnya hanya mempunyai ketebalan sekitar 15 cm sampai 35 cm atau kurang lebih sejengkal. Tebalnya ini mempunyai arti sangat penting karena mengandung berbagai bahan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman sepeti bahan organik. Sumber bahan organik tanah adalah jaringan tanaman baik yang berupa serasah atau sisa tanaman yang berupa batang, akar, atau daun yang kemudian dirombak oleh mikroorganisme tanah (Kartasapoetra, 1998).

  Sludge

  Bahan organik yang dihasilkan oleh pabrik kelapa sawit yang selama ini masih sering dianggap sebagai limbah merupakan sumber hara yang potensial bagi tanaman kelapa sawit, selain berfungsi sebagai bahan pembenah tanah. Bahan organik dalam tanah berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik tanah seperti struktur tanah, kapasitas memegang air (water

   holding capacity) , dan sifat kimia tanah seperti KTK (Kapasitas Tukar Kation) (Sutarta dkk., 2004).

  Pupuk, terutama pupuk organik, sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat biologi tanah seperti pengaruhnya terhadap aktivitas organisme tanah, jumlah, dan perkembangan mikroorganisme. Mikroorganisme juga membutuhkan unsur hara untuk kehidupannya, banyak membutuhkan unsur hara N, P, K, dan Ca dan membutuhkan pH sekitar 6. Berdasarkan hal-hal di atas pupuk dapat mempengaruhi aktivitas dan perkembangan jasad-jasad hidup tanah. Aktivitas mikroorganisme ini sangat penting dalam hal perombakan bahan organik, pelapukan protein menjadi asam-asam amino, proses nitrifikasi yang pada akhirnya membebaskan unsur hara seperti N, P, dan S, serta unsur-unsur mikro (Damanik dkk., 2010).

  Ditinjau dari karakteristik padatan yang mengandung bahan organik dan unsur hara, maka sludge kering ini dapat digunakan sebagai pengganti pupuk, apabila digunakan dalam volume besar dalam satuan tertentu dengan kebutuhan menurut dosis pemupukan, dan juga padatan kering ini memmiliki sifat fisis dan kadar nutrisi hampir sama dengan kompos (Loebis dan Tobing, 1989).

  Lumpur sawit merupakan hasil ikutan proses ekstraksi pengolahan pabrik minyak sawit. Untuk setiap ton hasil akhir minyak sawit akan menghasilkan antara 2 – 3 ton lumpur sawit dalam bentuk cair (sludge) dan padat hasil dari pengolahan mesin decanter. Sebagai komponen terbesar dalam bahan ini adalah air 95%, bahan padat 4 – 5% dan sisa minyak 0,5 – 1%. Kandungan protein lumpur sawit bervariasisekitar 11- 14% dan lemak sekitar 13 %. Selain itu, terdapat pula kalsium sebesar 0,3% dan posfor 0,19%. . Lumpur sawit juga merupakan sumber energi dan mineral (Hasnudi, 2005).

  Menurut Sutarta, dkk (2001) limbah cair mengandung hara yang setaradengan 1,56 kg Urea, 0.25 kg TSP, 2.50 kg MOP, dan 1,00 kg kieserite didalam setiap 1 ton limbah cair dengan tingkat BOD 25.000 mg/l, namun dengantingkat BOD seperti itu akan menjadi pencemar bagi lingkungan dansangat membahayakan kehidupan individu sekitar. Oleh sebab itu diperlukanpengolahan kembali khusus limbah cair tersebut untuk menurunkan tingkat BODsampai batas yang dikehendaki oleh Pemerintah agar limbah cair dapat dibuang ke sungai (BOD 100 mg/l) ataupun digunakan sebagai pupuk alternatif dengan BOD 3500 – 5000 mg/l (land application). Hasil penelitian Hidayat, dkk (2007)juga menyatakan bahwa penambahan limbah cair pabrik kelapa sawit dalambentuk dry ataupun wet sludge (lumpur) pada media tanam sub soil denganperbandingan 8 : 2 (sub soil : LCPKS) sudah dapat menggantikan peran top soilyang subur. Penelitian Nuraima (2008) juga menyatakan bahwa aplikasikonsentrat (endapan) LCPKS sampai dosis 25 ton/ha dapat meningkatkan N-total,K-dapat tukar, P- tersedia tanah dan memberikan respon pertumbuhan yang baikterhadap tanaman jagung.

  Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS)

  Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan kompos 27% dari berat tandan buah segar. TKKS ini sebagai limbah menjadi masalah pada industri minyak kelapa sawit.Limbah ini aka terus bertambah berkaitan dengan peningkatan produksi minyak kelapa sawit atau meluasnya areal sawit (Sutanto, 2005).

  Pengomposan merupakan proses dekomposisi bahan organik kompleks yang diakukan oleh mikroorganisme sehingga menjadi bahan organik sederhana yang kemudian mengalami mineralisasi sehingga menjadi tersedia dalam bentuk mineral yang dapat diserap oleh tanaman atau mikroorganisme lain. TKKS merupakan bahan oeganik kompleks yang komponen penyusunnya adalah material yang kaya unsure karbon (Sellulosa 42,7%, Hemisellulosa 27,3%, lignin 17,2%) (Arofatullah, 2006).

  Keunggulan kompos TKKS meliputi : kandungan kalium yang tinggi, tanpa penambahan starter dan bahan kimia, memperkaya unsur hara yang ada di dalam tanah, dan mampu memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi. Selain itu kompos TKKS memiliki beberapa sifat yang menguntungkan anatara lain : (1). Memperbaiki struktur tanah berlempung menjadi ringan; (2). Membantu kelarutan unsur-unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman; (3). Bersifat homogen dan mengurangi resiko sebagai pembawa hama tanaman; (4). Merupakan pupuk yang tidak mudah tercuci oleh air yang meresap dalam tanah dan (5). Dapat diaplikasikan pada sembarang musim (Sunarko, 2009).

  Hasil penelitian aplikasi kompos pada pembibitan kelapa sawit menunjukkan bahwa penambahan kompos TKKS pada pembibitan utama dapat meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit.Diameter batang bibit meningkat 18-33% terhdap perlakuan tanpa aplikasi kompos, sedangkan tinggi bibit meningkat 16-26% terhadap perlakuan tanpa aplikasi kompos. Tandan kosong kelapa sawit merupakan bahan organik yang mengandung 42,8% C, 2,90% K

  2 o,

  0,80% N, 0,22% P

  2 O 51 , 0,30% MgO dan unsur-unsur mikro lainnya antara lain

  10 ppm B, 23 ppm Cu dan 51 ppn Zn. Setiap tanaman TKKS mengandung unsur hara yang setara dengan 3 kg urea, 0,6 kg RP, 12 kg MOP, dan 2 kg kiserit (Risza, 1995).

  Permintaan pupuk organik yang semakin pesat merupakan salah satu peluang pemanfaatan TKKS menjadi pupuk kompos secara ekonomis. TKKS melalui proses dekomposisi dapat menjadi pupuk yang kaya unsur hara seperti N, P, K, dan Mg sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman. Pengolahan TKKS segar menjadi kompos pada dasarnya memiliki manfaat ganda yakni jawaban atas permasalahan limbah cair dan limbah padat TKKS serta manfaat ekonomis sebagai pemasok unsur bahan organik bagi tanaman (Redaksi Agromedia, 2007).

  Pada saat ini, TKKS digunakan sebagai pupuk organic dalam pertanaman kelapa sawit secara langsung maupun tidak langsung.Pemanfaatan secara langsung ialah dengan menggunakan TKKS sebagai mulsa, sedangkan secara tidak langsung dengan mengomposkan terlebih dahulu sebelum digunakan sebagai pupuk organik (Widiastuti dan Panji, 2010).

Dokumen yang terkait

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

4 102 53

Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Terhadap Pemberian Kompos Sampah Pasar dan Pupuk NPKMg (15:15:6:4) di Pre Nursery

6 79 69

Evaluasi Karakter Pertumbuhan Beberapa Varietas Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery Pada Beberapa Komposisi Media Tanam Tanah Gambut

1 56 86

Pengaruh Tingkat Media Tanam dan Pupuk Daun Grofas Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery

1 45 107

Media Tanam dan Super Bionik Mempengaruhi Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery

0 23 81

Pengaruh Perbandingan Media Tanam Gambut dan Pupuk P Terhadap Pertumbuhan Vegetatif Bibit Kelapa Sawit (Eiaeis guineensis Jacq.) di Main Nursery

1 29 80

Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) di Main Nursery Terhadap Komposisi Media Tanam dan Pemberian Pupuk Posfat

6 92 114

Pengaruh Pemanfaatan Kompos Solid Dalam Media Tanam dan Pemberian Pupuk NPKMg (15:15:6:4) Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Pre Nursery

20 149 86

Pengaruh Media Tanam dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Di Pre Nursery

7 51 71

Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)pada Berbagai Perbandingan Media Tanam Sludge dan Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) di Pre Nursery

0 0 12