BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian - Analisis Kesalahan Pengucapan Bunyi Konsonan Interdental ( ث dan ذ ) dan Faringal ( ع dan ح ) Oleh Mahasiswa Sastra Arab Stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan

BAB III METODE PENELITIAN

  3.1 Bentuk Penelitian

  Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data tentang kesalahan pengucapan

  ð

  bunyi konsonan [ ] , [ ] , [ ħ] , [

  ﺙ θ ﺫ ﺡ ﻉ ҁ] oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian kualitataif.

  Menurut Iskandar (2009: 12) penelitian kualitatif yaitu tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang- orang dalam bahasa, peristilahan dan peristiwa.

  3.2 Data

  Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kebahasaan berupa bahasa lisan dan tulisan. Bahasa lisan yaitu bahasa Arab yang dilisankan oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU melalui pengucapan ayat- ayat dari surah al-

  ā dan al-zalzalah. Sedangkan data bahasa tulisan adalah data

  sebagai pendukung data bahasa lisan yaitu berupa kuesioner yang diberikan kepada informan.

  3.3 Teknik Pengumpulan Data

  Dalam pengumpulan data bahasa lisan dan bahasa tulisan ini, peneliti melakukan perekaman informan disuruh membaca surah al-a’l

  ā dan al-zalzalah kemudian peneliti merekamnya.

a. Observasi

  Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pengguna bahasa yang diteliti di lapangan. (Sugiono 2009: 203).

  b. Metode Simak

  Disebut metode simak karena dilakukan dengan menyimak pengguna bahasa, dalam metode ini peneliti menggunakan teknik rekam. Dalam teknik ini peneliti memberikan bahan bacaan berupa surah Al-a’l

  ā

  dan surah Al-zalzalah kepada informan. Kemudian peneliti meminta kepada informan untuk membaca surah tersebut sebanyak satu kali, ketika informan membaca surah tersebut maka peneliti melakukan perekaman menggunakan tape

  

recorder . Dalam peraktiknya, kegiatan perekaman peneliti tidak terlibat di

dalamnya.

  c. Kuesioner

  Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara memberikan beberapa pertanyaan tertulis kepada informan, kemudian peneliti meminta kepada informan untuk menjawab masing-masing pertanyaan tersebut. (Sugiono 2009: 199).

  d. Populasi dan Sampel

  Menurut Arikunto (2006: 130-131) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Dengan demikian yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yang berjumlah 31 orang.

  Menurut Arikunto (2006: 134) apabila subjeknya kurang dari 100 orang, maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika subjeknya besar, dapat diambil 10-15% atau 20-25%. Dengan demikian karena jumlah mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU 31 orang, dengan kata lain kurang dari 100 orang maka semuanya menjadi sampel penelitian, dan penelitian ini disebut penelitian populasi.

e. Analisis Data

  Adapun langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk menganalisis data yaitu :

  1. Menyimak secara berulang-ulang hasil rekaman yang diperoleh dari informan

  ð

  2. Mengidentifikasi kesalahan pengucapan bunyi-bunyi konsonan [ ] , [ ] ,

  ﺙ θ ﺫ ﺡ

  [ ħ] [

  , ﻉ ҁ] yang terdapat pada surah al-zalzalah dan al-a’lā dan memasukannya ke dalam kartu data.

  3. Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab kesalahan pengucapan bunyi

  ð

  konsonan konsonan [ ] , [ ] , [ ħ] , [ ﺙ θ ﺫ ﺡ ﻉ ҁ].

  4. Menyampaikan hasil penelitian dalam bentuk analisis deskriptif kemudian disusun dalam bentuk laporan ilmiah berupa skripsi.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

  Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pembacaan surah al-a’l

  ā (Q.S:

  87) dan al-zalzalah (Q.S: 99) yang dibaca oleh mahasiswa Departemen Sastra Arab stambuk 2011 Fakultas Ilmu Budaya USU Medan, peneliti menemukan kesalahan dalam pengucapan bunyi konsonan [T] dan [D]) dan

  ﺙ ﺫ interdental (

  faringal ( [ [

  ﻉ ʕ] dan ﺡ ħ]). Untuk memudahkan pembahasan peneliti ð

  mengklasifikasikan bunyi konsonan [ ] , [ ] , [ ħ] , [

  ﺙ θ ﺫ ﺡ ﻉ ҁ] yang mengalami

  kesalahan pengucapan sebagai berikut:

  1.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [D] frikatif interdental bersuara yang

  

  terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada : a. Awal kata : (Q.S, 87: 9), (Q.S, 87: 15), (Q.S, 99: 7,8).

  b. Tengah kata : (Q.S, 87: 2,3,4,9,10,12,18), (Q.S, 87: 9), (Q.S, 87: 10), (Q.S, 99: 1), (Q.S, 99: 4).

  2.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara

  ﺙ θ

  yang terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada : a. Awal kata : (Q.S, 87: 13).

  b. Tengah kata : (Q.S, 87: 5), (Q.S, 87: 16), (Q.S, 99: 2), (Q.S, 99: 7,8).

  c. Akhir kata : (Q.S, 99: 4).

  3.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] fikatif faringal bersuara yang

  terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada :

  a. Tengah kata : (Q.S, 87: 4), (Q.S, 87: 5), (Q.S, 87: 7), (Q.S, 87: 9), (Q.S, 99: 6), (Q.S, 99: 7,8).

  4.Kesalahan pengucapan bunyi konsonan faringal [ ħ] frikatif faringal tidak

  ﺡ

  bersuara yang terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) yang berdistribusi pada : a. Awal kata : (Q.S, 87: 16), (Q.S, 87: 4).

  b. Tegah kata : (Q.S, 87: 5), (Q.S, 87: 13), (Q.S, 87: 18,19), (Q.S, 99: 4), (Q.S, 99: 5).

  c. Akhir kata : (Q.S, 87: 1), (Q.S, 87: 14).

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [D] frikatif interdental ﺫ bersuara pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

  1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [D] frikatif interdental bersuara

  ﺫ

  yang berdistribusi di awal kata sebagai berikut :

  ﻯَﺭْﻛِﺫ [ ﻯَﺮْﻛِﺯ

a) Kata ðikra:] `peringatan` (Q.S, 87: 9) diucapkan menjadi [ ʒikra:].

  b) Kata [ ðakara] `ingat` (Q.S, 87: 15) diucapkan menjadi [ ʒakara]

  َﺮَﻛَﺫ َﺮَﻛَﺯ `penuh` dan ada juga yang mengucapkan menjadi [∆ akara].

  َﺮَﻜَﺟ

  c) Kata [ðarratin] `biji zarrah` (Q.S, 99: 7-8) diucapkan menjadi [

  ﱠﺭَﺫ ﱠﺭَﺯ ʒarratin]. ٍﺓ

  ٍﺓ

  2.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [D] frikatif interdental bersuara

  ﺫ

  yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

  a) Kata [al-laði:] `yang` (Q.S 87: 2,3,4,9,10,12,18) diucapkan menjadi

  ﱠﻟَﺍ ﱠﻟَﺍ ﻯِﺬ

  ﻯِﺰ

  [al-la ʒi:].

  b) Kata [faðakkir] `oleh sebab itu berikanlah peringatan` (Q.S, 87: 9)

  ْﺮ ﱢﻛَﺬَﻓ

  diucapkan menjadi [fa ْﺮ ﱢﻛَﺰَﻓ ʒakkir] `maka penuhlah`.

  c) Kata [sayaððakkaru] `akan mendapat pelajaran` (Q.S, 87: 10) diucapkan

  ُﺮ ﱠﻛ ﱠﺬَﻴَﺳ

  menjadi [saya

  ُﺮ ﱠﻛ ʒʒakkaru] `akan memenuhi`, dan ada juga yang ﱠﺰَﻴَﺳ

  ﱠﻜَﺟْﺰَﻴَﺳ

  mengucapkan menjadi [saya ُﺮ ʒ∆akkaru].

  ﺍَﺬَﻫ ﺍَﺰَﻫ

  d) Kata [haða:] `ini` (Q.S, 87: 18) diucapkan menjadi [ha ʒa:].

  ﺍَﺫِﺍ ﺍَﺯِﺍ

  e) Kata [iða:] `itu` (Q.S, 99: 1) diucapkan menjadi [i ʒa:].

  f) Kata [yawma ʔiðin] `pada hari itu` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi

  ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ٍﺰِﺌَﻣْﻮَﻳ

  [yawma ʔiʒin].

  Dari contoh (1. a-c) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ð] frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di awal kata

  ﺫ

  diucapkan menjadi bunyi konsonan [

  ﺯ ʒ] frikatif alveolar bersuara, dan pada (1. b)

  bunyi konsonan [ð] frikatif interdental bersuara diucapkan menjadi bunyi

  ﺫ

  konsonan [

  ﺝ ∆] frikatif alveo palatal bersuara.

  Demikian pula contoh (2. a-f) ditemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ð] frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di tengah kata

  ﺫ

  diucapkan menjadi bunyi konsonan [

  ﺯ ʒ] frikatif alveolar bersuara, pada (2. c)

  bunyi konsonan [ð] frikatif interdental bersuara diucapkan menjadi bunyi

  ﺫ

  konsonan [∆ ] frikatif alveo palatal bersuara. Bunyi konsonan [ð] frikatif

  ﺝ ﺫ

  interdental bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah berada di antara gigi depan atas dan bawah. Bunyi konsonan [

  ﺯ ʒ] frikatif alveolar bersuara yaitu

  bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan ujung lidah dan daun lidah ke pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras. Bunyi konsonan [∆ ] frikatif alveo palatal

  ﺝ

  bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan ujung lidah dan daun lidah ke lengkung kaki gigi depan atas dan langit-langit keras.

  Dengan adanya penggantian bunyi konsonan [ð] frikatif interdental

  ﺫ

  bersuara yang berdistribusi di awal, dan tengah kata, mengakibatkan kata-kata tersebut kehilangan makna seperti pada (1. a) kata ðikra:] `peringatan` (Q.S,

  ﻯَﺭْﻛِﺫ [

  87: 9) diucapkan menjadi [ dan pada (2. a) kata [al-laði:] `yang` ʒikra:], ﱠﻟَﺍ

  ﻯِﺬ ﻯَﺮْﻛِﺯ

  (Q.S 87: 2,3,4,9,10,12,18) diucapkan menjadi [al-la

  ﱠﻟَﺍ ʒi:], hal ini dikarenakan ﻯِﺰ

  tidak adanya kata [ [al-la ʒikra:] dan kata ﱠﻟَﺍ ʒi:] di dalam bahasa Arab.

  ﻯَﺮْﻛِﺯ ﻯِﺰ Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ð]

  ﺫ

  frikatif interdental bersuara yang berdistribusi di awal dan di tengah kata pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yaitu sebagai berikut :

  ð

  a. Bunyi konsonan [ ] frikatif interdental bersuara merupakan bunyi yang

  ﺫ

  sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu dengan bunyi [

  ﺯ ʒ] frikatif

  alveolar bersuara dan bunyi konsonan [

  ﺝ ∆] frikatif alveo palatal bersuara.

  ð

  Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan [ ] frikatif

  ﺫ

  interdental bersuara diucapkan menjadi konsonan [∆ ] frikatif alveo

  ﺝ

  palatal bersuara karena bunyi konsonan [∆ ] frikatif alveo palatal

  ﺝ

  bersuara berdekatan titik artikulasinya dengan bunyi konsonan [

  ﺯ ʒ] frikatif alveolar bersuara.

  ð

  b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan [ ] seperti

  ﺫ

  berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca Al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-

  a’lā dan al-zalzalah.

  c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi

  ð konsonan [ ] frikatif interdental bersuara.

  ﺫ

4.2.2 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental θ ﺙ tidak bersuara pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

  1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak

  ﺙ θ

  bersuara yang berdistribusi di awal kata sebagai berikut :

  a) Berdasarkan pada (Q.S, 87: 13) kata [

  θumma] ‘kemudian’ diucapkan ّﻢﺛ menjadi [summa] ‘sangat panas’.

  ّﻢﺳ

  2.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak

  ﺙ θ

  bersuara yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

  a) Kata [ (Q.S, 87: 5) diucapkan menjadi

  َﺜ ُﻏ ɤu θa:ʔan] `rumput-rumput kering` ًءﺎ [

  a: [

  ًءﺎَﺴ ُﻏ ًءﺎَﺸ ُﻏ

  a: ɤus ʔan] dan ada juga yang diucapkan menjadi ɤuʃ ʔan].

  b) Kata [tu kamu (orang-orang kafir) memilih` (Q.S, 87: 16) ʔ θiru:na] `

  َﻥﻭُﺮِﺛْﺆُﺗ diucapkan menjadi [tu siru:na].

  ʔ

  َﻥ ْﻭُﺭِﺳ ْﺅُﺗ

  c) Kata [ a dikandung` (Q.S, 99: 2) diucapkan menjadi

  ʔ θqa:la] ` َﻝﺎَﻘْﺛَﺃ

  َﻝﺎَﻘْﺳَﺃ [`asqa:la] `dikilapkan`.

  d) Kata [miTqa:la] `seberat` (Q.S, 99: 7-8) diucapkan menjadi

  َﻝﺎَﻘْﺜِﻣ َﻝﺎَﻘْﺴِﻣ [misqa:la].

  3.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak

  ﺙ θ

  bersuara yang berdistribusi di akhir kata sebagai berikut :

  a) Kata [tu

  ُﺙ ħaddiTu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi ُﺱ ﱢﺪ ﱢﺪَﺤُﺗ َﺤُﺗ [tuhaddisu] `menduga`.

  Dari contoh (1. a) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata

  ﺙ θ diucapkan menjadi bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara.

  ﺱ

  Pada (2. a-d) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di tengah kata

  ﺙ θ diucapkan menjadi bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara. Pada (2.

  ﺱ

  a) bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara diucapkan menjadi

  ﺙ θ bunyi konsonan [ frikatif alveo palatal tidak bersuara. ﺵ ʃ]

  Demikian pula pada (3. a) ditemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di akhir kata

  ﺙ θ diucapkan menjadi bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara. Bunyi

  ﺱ

  konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan

  ﺙ θ

  oleh ujung lidah yang bersentuhan di antara gigi depan atas dan bawah. Bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan oleh

  ﺱ

  ujung lidah dan daun lidah ke lengkung kaki gigi depan atas, sedangkan gigi depan atas harus rapat. Bunyi konsonan [ frikatif alveo palatal tidak bersuara

  ﺵ ʃ]

  yaitu bunyi yang dihasilkan ujung lidah dan daun lidah yang dinaikkan ke belakang pangkal gigi depan atas dan langit-langit keras.

  Dengan adanya penggantian bunyi konsonan [ ] mengakibatkan

  ﺙ θ

  kesalahan makna seperti pada (1. a) kata [ (Q.S, 87: 13)

  θumma] ‘kemudian’ ّﻢﺛ

  diucapkan menjadi [summa] ‘sangat panas’ dan kehilangan makna pada (2. a)

  ّﻢﺳ

  kata [ ɤu θa:ʔan] `rumput-rumput kering` (Q.S, 87: 5) diucapkan menjadi

  ًءﺎ َﺜ ُﻏ ًءﺎَﺴ ُﻏ

  [

  a: [

  a:

  ɤus ʔan] dan ada juga yang diucapkan menjadi ɤuʃ ʔan]. Demikian pula

  ًءﺎَﺸ ُﻏ pada (3. a) kata [tu

  ُﺙ ħaddiTu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi ﱢﺪَﺤُﺗ

  [tuhaddisu] `menduga`.

  ُﺱ ﱢﺪ َﺤُﺗ

  Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ]

  ﺙ θ

  frikatif interdental tidak bersuara yang berdistribusi di awal, tengah, dan di akhir kata pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yaitu:

  a. Bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara merupakan bunyi

  ﺙ θ

  konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara dan bunyi konsonan [ frikatif

  ﺱ ﺵ ʃ]

  alveo palatal tidak bersuara. Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara diucapkan

  ﺙ θ

  menjadi konsonan [ frikatif alveo palatal tidak bersuara karena bunyi

  ﺵ ʃ] konsonan [ frikatif alveo palatal tidak bersuara berdekatan titik

  ﺵ ʃ] artikulasinya dengan bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara.

  ﺱ

  b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan [ ] frikatif

  ﺙ θ

  interdental tidak bersuara seperti berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca Al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah

  al- a’lā dan al-zalzalah.

  c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara.

  ﺙ θ

4.2.3 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ҁ] frikatif faringal bersuara ﻉ pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

  1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal bersuara

  yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

  a) Kata [`al-mar ʕa:] `rumput-rumputan` (Q.S, 87: 4) diucapkan menjadi

  ٰﻰَﻋْﺮَﻤْﻟَﺍ

  ْﺭَﻣْﻟَﺃ

  [`al-mar ﺁ ʔa:].

  b) Kata [ [∆ a ʔala].

  َﻞَﻌَﺟ ∆aʕala] `menjadi` (Q.S, 87: 4) diucapkan menjadi َﻝَﺄَﺟ

  c) Kata [ya ʕlamu] `mengetahui` (Q.S, 87: 7) diucapkan menjadi

  ُﻢَﻠْﻌَﻳ ُﻡَﻠْﺋَﻳ

  [ya [yaklamu].

  ʔlamu], ada juga yang mengucapkan menjadi

  ُﻢَﻠْﻜَﻳ

  d) Kata [nafa ʕati] `bermanfaat` (Q.S, 87: 9) diucapkan menjadi

  ِﺖَﻌَﻔَﻧ ِﺕَﺄَﻔَﻧ

  [nafa ʔati].

  e) Kata [ `a [`a

  ʕma:la] `pekerjaan` (Q.S, 87: 9) diucapkan menjadi ʔ-

  َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ َﻝﺎَﻤْﺋَﺃ

  ma:la] `mengharapkan`, ada juga yang mengucapkannya menjadi

  َﻝﺎَﻤْﻛَﺃ [akma:la] ` sempurna`.

  f) Kata [ya ʕmalu] `mengerjakan` (Q.S, 99: 7-8) diucapkan menjadi

  ْﺌَﻳ ُﻞَﻤْﻌَﻳ ُﻞَﻤ

  [ya ʔmalu].

  Dari contoh (1 a-f) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal bersuara yang berdistribusi di tengah kata

  diucapkan menjadi bunyi konsonan [

  ء ʔ] stop glotal tidak bersuara. Pada (1 c dan

  e) bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal bersuara ada yang mengucapkan menjadi

  bunyi konsonan [k] stop velar tidak bersuara. Bunyi konsonan [

  ﻙ ﻉ ҁ] frikatif

  faringal bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan adanya sentuhan akar lidah dengan dinding tenggorokan. Bunyi konsonan [

  ء ʔ] stop glotal tidak bersuara yaitu bunyi

  yang dihasilkan oleh pita-pita suara saling menyentuh rapat. Bunyi konsonan [k]

  ﻙ

  stop velar tidak bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan dengan menaikkan daun lidah belakang ke langit-langit.

  Dengan adanya penggantian bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal

  bersuara yang berdistribusi di tengah kata dapat mengakibatkan kehilangan makna seperti pada (1.a) kata [`al-mar ʕa:] `rumput-rumputan` (Q.S, 87: 4)

  ٰﻰَﻋْﺮَﻤْﻟَﺍ

  diucapkan menjadi [`al-mar [`al-mar

  ﺁ ʔa:]. Kata ﺁ ʔa:] tidak ada di dalam ﺭَﻣْﻟَﺃ ْﺭَﻣﻟَﺃ

  bahasa Arab sehingga mengakibatkan kehilangan makna.

  Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan, faktor yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ]

  frikatif faringal bersuara yang berdistribusi di tengah kata pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yaitu sebagai berikut :

  a. Bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal bersuara merupakan bunyi

  konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu bunyi konsonan konsonan [ [k] stop velar tidak

  ء ʔ] stop glotal tidak bersuara dan ﻙ

  bersuara. Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ]

  frikatif faringal bersuara diucapkan menjadi konsonan [k] stop velar

  ﻙ

  tidak bersuara karena bunyi konsonan [k] stop velar tidak bersuara

  ﻙ

  berdekatan titik artikulasinya dengan bunyi [ ء ʔ] stop glotal tidak bersuara. b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif

  faringal bersuara seperti berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca Al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-

  a’lā dan al-zalzalah.

  c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal bersuara.

4.2.4 Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ frikatif faringal tidak

  ħ] bersuara pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99)

  1.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ frikatif faringal tidak

  ħ] ﺡ

  bersuara yang berdistribusi di awal kata sebagai berikut :

  a) Kata [ [haya:

  َﺓ ħaya:ta] `kehidupan` (Q.S, 87: 16) diucapkan menjadi َﺓﻮ ﻮَﻴَﺣ َﻴَﻫ ta].

  2.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ frikatif faringal tidak

  ħ] ﺡ

  bersuara yang berdistribusi di tengah kata sebagai berikut :

  a) Kata [`a ħwa:] `kehitam-hitaman` (Q.S, 87: 5) diucapkan menjadi

  ٰﻯَﻮْﺣَﺃ ٰﻯَﻮْﻫَﺃ [ahwa:] `jatuh`.

  b) Kata [ya [jahja:].

  ħya:] `hidup` (Q.S, 87: 13) diucapkan menjadi

  ٰﻰَﻴْﺤَﻳ ٰﻰَﻴْﻬَﻳ

  c) Kata ħufi] `kitab-kitab` (Q.S, 87: 18-19) diucapkan menjadi

  ِﻒُﺤُﺻ ِﻒُﻬُﺻ

  i].

  d) Kata [tu

  

ُﺙ ħaddiTu] `menceritakan` (Q.S, 99: 4) diucapkan menjadi ُﺙ

ﱢﺪَﺤُﺗ ﱢﺪَﻬُﺗ [tuhaddiTu].

  e) Kata [ [

  ʔawħa:] `merintahkan` (Q.S, 99: 5) menjadi ʔawha:]

  ٰﻰَﺣْﻭَﺃ ٰﻰَﻫْﻭًﺃ `melemahkan`.

  3.Contoh kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak

  ﺡ

  bersuara yang berdistribusi di akhir kata sebagai berikut :

  a) Kata [sabbi [sabbihi].

  ħi] `sucikan` (Q.S, 87: 1) diucapkan menjadi

  ﱢﺒَﺳ ﱢﺒَﺳ ِﻪ

  ِﺢ

  b) Kata [ [ ʔaflaħa] `beruntung` (Q.S, 87: 14) diucapkan menjadi ʔaflaha].

  َﺢَﻠْﻓَﺃ َﻪَﻠْﻓَﺃ

  Dari contoh (1.a) peneliti menemukan kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak bersuara yang berdistribusi di awal kata

  ﺡ diucapkan menjadi bunyi konsonan [h] frikatif glotal tidak bersuara.

  ﻩ

  Pada (2. a-e) bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak bersuara yang

  ﺡ

  berdistribusi di tengah kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [h] frikatif glotal

  ﻩ tidak bersuara.

  Demikian pula pada (3.a-b) bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak

  ﺡ

  bersuara yang berdistribusi di awal kata diucapkan menjadi bunyi konsonan [h]

  ﻩ

  frikatif glotal tidak bersuara. Bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak bersuara

  ﺡ

  yaitu bunyi yang dihasilkan oleh adanya persentuhan antara akar lidah dan dinding belakang kerongkongan. Bunyi konsonan [h] frikatif glotal tidak

  ﻩ bersuara yaitu bunyi yang dihasilkan oleh pita suara.

  Dengan adanya penggantian bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak

  ﺡ

  bersuara yang berdistribusi di awal, tengah, dan di akhir kata, mengakibatkan kata-kata tersebut kehilangan makna pada (1. a) kata [

  َﺓ ħaya:ta] `kehidupan` ﻮَﻴَﺣ

  (Q.S, 87: 16) diucapkan menjadi [haya:ta], dan pada (1. b) kata [`a

  َﺓﻮ

  ħwa:]

  َﻴَﻫ ٰﻯَﻮْﺣَﺃ

  `kehitam-hitaman` (Q.S, 87: 5) diucapkan menjadi [ahwa:] `melemahkan` .

  ٰﻯَﻮْﻫَﺃ Demikian pula pada (1. c) kata [sabbi

  ħi] `sucikan` (Q.S, 87: 1) diucapkan

  ﱢﺒَﺳ ِﺢ

  menjadi [sabbihi].

  ﱢﺒَﺳ ِﻪ

  Berdasarkan dari hasil kuesioner yang diberikan kepada informan faktor yang mengakibatkan terjadinya kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ħ]

  ﺡ

  frikatif faringal tidak bersuara yang berdistribusi di awal, tengah, dan di akhir kata pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) oleh mahasiswa Sastra Arab stambuk 2011 FIB USU yaitu : a. Bunyi konsonan [ frikatif faringal tidak bersuara merupakan bunyi

  ħ] ﺡ

  konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan [h] frikatif glotal tidak bersuara.

  ﻩ

  b. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan [ frikatif

  ħ] ﺡ

  faringal tidak bersuara seperti berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca Al-qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-

  a’lā dan al-zalzalah.

  c. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi konsonan [ frikatif faringal tidak bersuara.

  ħ] ﺡ

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

  Dalam bab terakhir skripsi ini, peneliti membuat kesimpulan dari pembahasan tersebut, sesuai dengan hasil analisa yang telah penulis lakukan. Adapun kesimpulan yang penulis peroleh yaitu sebagai berikut :

1. Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ð] frikatif interdental bersuara

  

yang terdapat pada (Q.S : 87) dan (Q.S : 99) diucapkan menjadi bunyi

konsonan [ ʒ] frikatif alveolar bersuara dan bunyi konsonan [

   ﺝ ∆] frikatif alveo palatal bersuara

  a. Awal kata

  a) Kata ðikra:] (Q.S, 87: 9) menjadi [ ʒikra:].

  ﻯَﺭْﻛِﺫ [ ﻯَﺮْﻛِﺯ

  b) Kata [ ðakara] (Q.S, 87: 15) menjadi [ [ ʒakara] menjadi َﺮَﻛَﺫ َﺮَﻛَﺯ َﺮَﻜَﺟ ∆akara].

  ٍﺓ ٍﺓ

  c) Kata [ðarratin] (Q.S, 99: 7-8) menjadi [ ﱠﺭَﺫ ﱠﺭَﺯ ʒarratin].

  b. Tengah kata

  a) Kata [al-laði:] (Q.S 87: 2,3,4,9,10,12,18) menjadi [al-la

  ﱠﻟَﺍ ﱠﻟَﺍ ʒi:]. ﻯِﺬ

  ﻯِﺰ

  b) Kata [faðakkir] (Q.S, 87: 9) menjadi [fa ْﺮ ﱢﻛَﺬَﻓ ْﺮ ﱢﻛَﺰَﻓ ʒakkir].

  c) Kata [sayaððakkaru] (Q.S, 87: 10) menjadi [saya

  ُﺮ ﱠﻛ ُﺮ ﱠﻛ ʒʒakkaru] ﱠﺬَﻴَﺳ

  ﱠﺰَﻴَﺳ

  ﱠﻜَﺟْﺰَﻴَﺳ

  menjadi [saya ُﺮ ʒ∆akkaru].

  ﺍَﺬَﻫ ﺍَﺰَﻫ

  d) Kata [haða:] (Q.S, 87: 18) menjadi [ha ʒa:].

  ﺍَﺫِﺍ ﺍَﺯِﺍ

  e) Kata [iða:] (Q.S, 99: 1) menjadi [i ʒa:].

  ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ٍﺰِﺌَﻣْﻮَﻳ

  f) Kata [yawma [yawma ʔiðin] (Q.S, 99: 4) menjadi ʔiʒin].

2. Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak

  θ

bersuara yang terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) diucapkan menjadi

bunyi konsonan

  ﺱ [s] frikatif alveolar tidak bersuara dan bunyi konsonan ﺵ [ ʃ] frikatif alveo palatal tidak bersuara

  1. Awal kata a) Kata [ [summa] ‘sangat panas’.

  θumma] (Q.S, 87: 13) menjadi

  ّﻢﺛ ّﻢﺳ

  2. Tengah kata

  a) Kata [ [ ɤuθa:ʔan] (Q.S, 87: 5) menjadi ɤusa:ʔan] menjadi

  ًءﺎَﺜُﻏ ًءﺎَﺴُﻏ ًءﺎَﺸُﻏ

  [ ɤuʃa:ʔan].

  َﻥ ْﻭُﺭِﺳ ْﺅُﺗ َﻥﻭُﺮِﺛْﺆُﺗ

b) Kata [tu [tu ʔθiru:na] (Q.S, 87: 16) menjadi ʔsiru:na].

  c) Kata [ [`asqa:la].

  ʔaθqa:la] (Q.S, 99: 2) menjadi

  َﻝﺎَﻘْﺛَﺃ َﻝﺎَﻘْﺳَﺃ d) Kata [miTqa:la] (Q.S, 99: 7-8) menjadi [misqa:la]. َﻝﺎَﻘْﺜِﻣ َﻝﺎَﻘْﺴِﻣ

  3. Akhir kata a) Kata [tu [tuhaddisu].

  ُﺙ ħaddiTu] (Q.S, 99: 4) menjadi ُﺱ ﱢﺪ ﱢﺪَﺤُﺗ َﺤُﺗ

3. Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ҁ] fikatif faringal bersuara ﻉ

  

yang terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) diucapkan menjadi bunyi

konsonan [ ʔ] stop glotal tidak bersuara dan bunyi konsonan ﻙ [k] stop ء velar tidak bersuara

  1. Tengah kata

  ْﺭَﻣْﻟَﺃ ٰﻰَﻋْﺮَﻤْﻟَﺍ

  a) Kata [`al-mar [`al-mar ʕa:] (Q.S, 87: 4) menjadi ﺁ ʔa:].

  َﻞَﻌَﺟ َﻝ َﺋَﺟ c) Kata [ya [ya [yaklamu].

  b) Kata [∆ a [∆ a ʕala] `menjadi` (Q.S, 87: 4) menjadi ʔala].

  ʕlamu] (Q.S, 87: 7) menjadi ʔlamu] menjadi

  ْﺋَﻳ ُﻢَﻠْﻌَﻳ ُﻡَﻠ ُﻢَﻠْﻜَﻳ

  ِﺖَﻌَﻔَﻧ ِﺖ

  d) Kata [nafa [nafa ʕati] (Q.S, 87: 9) menjadi َﺌَﻔَﻧ ʔati].

  e) Kata [`a [`a ʕma:la] (Q.S, 87: 9) menjadi ʔ-ma:la] menjadi

  َﻝﺎَﻤْﻋَﺃ َﻝﺎَﻤْﺋَﺃ َﻝﺎَﻤْﻛَﺃ [akma:la].

  ْﺌَﻳ ُﻞَﻤْﻌَﻳ ُﻞَﻤ

  f) Kata [ya [ya ʕmalu] (Q.S, 99: 7-8) menjadi ʔmalu].

4. Kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ faringal tidak bersuara yang ħ] ﺡ terdapat pada (Q.S: 87) dan (Q.S: 99) diucapkan menjadi bunyi konsonan ﻩ [h] frikatif glotal tidak bersuara

  1. Awal kata

  a) Kata [ [haya:

  َﺓ ħaya: ta] `kehidupan` (Q.S, 87: 16) diucapkan menjadi َﺓ ﻮَﻴَﺣ ﻮَﻴَﻫ ta].

  2. Tengah kata a) Kata [`a [ahwa:].

  ħwa:] (Q.S, 87: 5) menjadi

  ٰﻯَﻮْﺣَﺃ ٰﻯَﻮْﻫَﺃ b) Kata [ya [yahya:].

  ħya:] (Q.S, 87: 13) menjadi

  ٰﻰَﻴْﺤَﻳ ٰﻰَﻴْﻬَﻳ

  ِﻒُﺤُﺻ ِﻒُﻬُﺻ d) Kata [tu [tuhaddiTu]. ُﺙ ħaddiTu] (Q.S, 99: 4) menjadi ُﺙ ﱢﺪَﺤُﺗ ﱢﺪَﻬُﺗ

  c) Kata i].

  ٰﻰَﺣْﻭَﺃ ٰﻰَﻫْﻭًﺃ

  e) Kata [ [ ʔawħa:] (Q.S, 99: 5) menjadi ʔawha:].

  3. Akhir kata a) Kata [sabbi [sabbihi].

  ħi] (Q.S, 87: 1) menjadi

  ﱢﺒَﺳ ﱢﺒَﺳ ِﻪ ِﺢ

  َﺢَﻠْﻓَﺃ َﻪَﻠْﻓَﺃ

  b) Kata [ [ ʔaflaħa] (Q.S, 87: 14) menjadi ʔaflaha].

  Dari contoh-contoh analisis kesalahan pengucapan bunyi konsonan [ ]

  ﺙ θ , ﺫ ð

  [ ] [ ħ] [

  

, ﺡ , ﻉ ҁ] yang terdapat pada (Q.S : 87) dan (Q.S : 99) yang telah

  dijelaskan pada bab sebelumnya, dapat kita lihat bahwa masih terjadi kesalahan

  ð

  pengucapan bunyi konsonan [ ] [ ] [ ħ] [

  ﺙ θ , ﺫ , ﺡ , ﻉ ҁ] yang terdapat pada (Q.S : 87) dan (Q.S : 99) dapat mengakibatkan kesalahan makna dan kehilangan makna.

5.1.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya kesalahan pengucapan bunyi

  ð konsonan [ ] [ ] [ [ θ , , ħ] , ҁ] oleh mahasiswa Sastra Arab FIB USU ﺙ ﺫ ﺡ ﻉ yaitu : ð

  a. Bunyi konsonan [ ] frikatif interdental bersuara merupakan bunyi yang

  ﺫ

  sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu dengan bunyi [

  ﺯ ʒ] frikatif

  alveolar bersuara dan bunyi konsonan [

  ﺝ ∆] frikatif alveo palatal bersuara.

  ð

  Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan [ ] frikatif

  ﺫ

  interdental bersuara diucapkan menjadi konsonan [∆ ] frikatif alveo

  ﺝ

  palatal bersuara karena bunyi konsonan [∆ ] frikatif alveo palatal

  ﺝ

  bersuara berdekatan titik artikulasinya dengan bunyi konsonan [

  ﺯ ʒ] frikatif alveolar bersuara.

  b. Bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara merupakan bunyi

  ﺙ θ

  konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara dan bunyi konsonan [ frikatif

  ﺱ ﺵ ʃ]

  alveo palatal tidak bersuara. Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan [ ] frikatif interdental tidak bersuara diucapkan

  ﺙ θ

  menjadi konsonan [ frikatif alveo palatal tidak bersuara karena bunyi

  ﺵ ʃ] konsonan [ frikatif alveo palatal tidak bersuara berdekatan titik

  ﺵ ʃ] artikulasinya dengan bunyi konsonan [s] frikatif alveolar tidak bersuara.

  ﺱ

  c. Bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ] frikatif faringal bersuara merupakan bunyi

  konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi konsonan yang berdekatan titik artikulasinya yaitu bunyi konsonan konsonan [ [k] stop velar tidak

  ء ʔ] stop glotal tidak bersuara dan ﻙ

  bersuara. Sedangkan informan yang mengucapkan bunyi konsonan [

  ﻉ ҁ]

  frikatif faringal bersuara diucapkan menjadi konsonan [k] stop velar

  ﻙ

  tidak bersuara karena bunyi konsonan [k] stop velar tidak bersuara

  ﻙ

  berdekatan titik artikulasinya dengan bunyi [ ء ʔ] stop glotal tidak bersuara.

  d. Bunyi konsonan [ ħ] frikatif faringal tidak bersuara merupakan bunyi

  ﺡ

  konsonan yang sulit diucapkan sehingga informan mengganti dengan bunyi yang berdekatan titik artikulasinya yaitu bunyi konsonan [h]

  ﻩ frikatif glotal tidak bersuara.

  ð

  e. Kurangnya latihan dalam mengucapkan bunyi konsonan [ ] [ ]

  , , ﺙ θ ﺫ ﺡ

  [ [

  ħ] , ﻉ ҁ] seperti berkomunikasi menggunakan bahasa Arab, membaca Al-

  qur’an atau wacana bahasa Arab, dan membaca surah al-

  a’lā dan al- zalzalah.

  f. Kurangnya pengetahuan tentang titik artikulasi pengucapan bunyi

  ð konsonan [ ] , [ ] , [ ħ] , [ frikatif faringal tidak bersuara.

  ﺙ θ ﺫ ﺡ ﻉ ҁ]

5.2 Saran

  Dalam usaha memajukan prestasi mahasiswa bahasa Arab di Departemen Sastra Arab Fakultas Ilmu Budaya Medan penulis memberi saran-saran sebagai berikut :

  1. Kepada ketua Departemen Sastra Arab FIB USU agar memasukan mata kuliah Qira’ah, baik itu al-qur’an maupun teks bahasa Arab.

  2. Kepada mahasiswa harus lebih giat melatih diri dalam mempelajari bahasa Arab, khususnya dalam pengucapan bunyi-bunyi bahasa, karena hal ini sangat bermanfaat dalam aktifitas berkomunikasi dan aktifitas ibadah.

  3. Kepada seluruh umat islam agar mempelajari cara-cara mengucapkan bunyi bahasa dengan baik dan benar, khususnya bahasa Arab sebagai bahasa ibadah.