BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian persediaan - Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persediaan

2.1.1 Pengertian persediaan

  Persediaan merupakan barang yang diperoleh untuk dijual kembali atau bahan untuk diolah menjadi barang jadi atau barang jadi yang akan dijual atau barang yang akan digunakan. Persediaan digunakan untuk mengindikasikan barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu. Dan merupakan bagian dari aktiva lancar, yang apabila setiap kesalahan pencatatan dalam perhitungan persediaan akan mempengaruhi baik neraca maupun laporan laba rugi.

  Stice, et al (2009:571) menyatakan bahwa “Persediaan ditunjukan untuk barang-barang yang tersedia untuk dijual dalam kegiatan bisnis normal,dan dalam kasus manufaktur, maka kata ini ditunjukkan untuk barang dalam proses produksi atau yang ditempatkan dalam kegiatan produksi”.

  Menurut PSAK No. 14 (2009:03) “ Persediaan adalah aktiva (a) tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal; (b) dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau (c) dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

  :

  Menurut Warren, et al (2006 453) “ Persediaan digunakan untuk mengindikasikan : 1) barang dagang yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan; 2) bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu”.

2.1.2 Klasifikasi persediaan

  Persediaan pada setiap perusahaan berbeda dengan perusahaan lain tergantung pada bidang kegiatan bisnisnya. Persediaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

  A. Persediaan barang dagangan Barang yang ada digudang dibeli oleh pengecer atau perusahaan perdagangan seperti importir atau eksportir untuk dijual kembali.

  Biasanya barang yang diperoleh untuk dijual kembali secara fisik tidak diubah oleh perusahaan pembeli, barang-barang tersebut tetap dalam bentuk yang telah jadi ketika meninggalkan pabrik pembuatnya. Dalam beberapa hal dapat terjadi beberapa komponen dibeli untuk kemudian dirakit menjadi barang jadi.

  B. Persediaan manufaktur menurut Stice, al etc (2009:573) “Persediaan dalam perusahaan manufaktur diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :

  1. Bahan baku Bahan baku adalah barang-barang yang dibeli untuk digunakan dalam proses produksi. Sebagian bahan baku diambil langsung dari sumber aslinya. Namun yang sering terjadi, bahan baku dibeli dari perusahaan lain yang merupakan barang jadi dari sisi pemasok.

  Bahan baku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu : a.

  Bahan baku langsung. Bahan yang secara langsung digunakan dalam produksi barang.

  b.

  Bahan baku tidak langsung. Bahan baku yang menjadi bahan pendukung.

  2. Barang dalam proses Barang dalam proses terdiri atas bahan-bahan yang telah diproses, namun masih membutuhkan pengerjaan lebih lanjut sebelum dapat dijual.

  Persediaan ini terdiri dari atas tiga komponen biaya yaitu : a.

  Bahan baku langsung, yaitu biaya bahan baku yang secara langsung dapat diidentifikasi dalam barang yang diproduksi.

  b.

  Tenaga kerja langsung, yaitu biaya tenaga kerja yang secara langsung dapat diidentifikasi dengann barang yang diproduksi c.

  Overhead Pabrik, yaitu bagian dari overhead pabrik yang dibebankan atas barang yang diproduksi.

3. Barang jadi

  Barang jadi adalah barang yang sudah selesai diproduksi dan menunggu untuk dijual.

  C. Persediaan rupa-rupa. Barang-barang seperti perlengkapan kantor, kebersihan, dan pengiriman. Persediaan jenis ini biasanya digunakan segera dan biasanya dicatat sebagai beban penjualan umum ketika dibeli.

  Menurut Rangkuti (2004:7) persediaan dapat digolongkan ke dalam tiga jenis berdasarkan fungsinya, yaitu

  1. Batch stock/Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan karen kita membeli atau membuat bahan- bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannya : a.

  Potongan harga pada harga pembelian b.

  Efisiensi produksi c. Penghematan biaya angkutan 2. Fluctuation Stock

  Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.

  3. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun untuk menghadapi penggunaan, penjualan atau permintaan yang meningkat.

  2. 1. 3 Sistem pencatatan persediaan

  Sistem pencatatan persediaan merupakan pengelolaan persediaan melalui proses pencatatan, untuk memastikan keakuratan jumlah persediaan yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Kuantitas jenis-jenis persediaan pada akhir periode haruslah ditentukan guna mengkalkulasi biaya pokok persediaan barang dagang yang dijual. Menurut Stice, et al. (2009:574) Adapun sistem pencatatan persediaan dapat digolongkan dengan dua cara, yaitu : A.

  Sistem Persediaan Periodik Dalam metode ini pencatatan pada akun persediaan barang dagang hanya dilakukan pada awal atau akhir periode saja, sedangkan pada saat terjadinya transaksi pembelian, begitu pula pada saat transaksi penjualan. Barang dagang tidak dicatat pada akun persediaan barang dagang tetapi pada akun penjualan.

  B.

  Sistem Persediaan Perpetual Pada sistem ini, setiap terjadi transaksi yang terjadi pada persediaan barang dagang, ditentukan terlebih dahulu harga pokok penjualan sehingga setiap transaksi yang mempegaruhi nilai persediaan barang dagang dicatat pada akun persediaan barang dagang sebesar harga perolehnya.

  Contoh perbedaan pencatatan untuk persediaan yang dibuat dalam sistem persediaan periodik dan perpetual dapat dilihat pada transaksi berikut ini : Transaksi berikut yang terjadi selama satu periode

  1 Persediaan awal ........................................... 50 unit @ $ 10 $ 500

  2 Pembeliaan selama periode tersebut........... 300 unit @ $ 10 $ 3.000

  3 Penjualan selama periode tersebut............. 275 unit @ $ 15 $ 4.125

  4 Persediaan akhir( perhitungan fisik)........... 70 unit @ $ 10 $ 700 Sistem Pencatatan Persediaan Secara Periodik

TGL PERKIRAAN REF DEBET KREDIT ($) ($)

  Pembeliaan 3.000 Utang Usaha

  3.000 Piutang Usaha 4.125 Penjualan

  4.125 Iktisar Laba Rugi 500 Persediaan Awal

  500 Persediaan akhir 700 Iktisar Laba Rugi

  700 Sistem Pencatatan Persediaan Secara Perpetual

TGL PERKIRAAN REF DEBET KREDIT ($) ($)

  Persediaan 3.000 Utang Usaha

  3.000 Piutang Usaha 4.125 Penjualan

  4.125 HPP

  2.750 Persediaan

  2.750

2.1.4 Metode penilaian persediaan

  Bagi perusahaan sangat penting untuk menentukan besarnya harga pokok produksi barang yang dijual. Jika perusahaan tidak mampu menentukan harga produksi yang melekat pada barang dagang yang dihasilkan akan menyulitkan dalam penentuan harga jual

  Menurut stice, et al (2009:585) ada empat metode penilaian yang paling umum digunakan yaitu : A.

  Identifikasi khusus (spesific identification) Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada ditangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasi biaya historis dari setiap unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun, ketika persediaan terdiri atas berbagai unsur atau unsur- unsur identik yang dibeli pada saat yang berlainan dengan harga yang berbeda, maka identifikasi khusus akan menjadi lamban, membebani, dan memakan biaya.

  B.

  Metode biaya rata-rata (average cost) Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode rata-rata dapat dianggap sebagai metode yang realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada percampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan biaya rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsur serupa dengan penggunaan yang sama. Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Akan tetapi, keterbatasan dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan harga yang cepat.

  C.

  Metode masuk pertama, keluar pertama (First-In, First- out FIFO) Metode masuk pertama, keluar pertama didasarkan pada asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dulu masuk. FIFO dapat dianggap debagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan metode identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik dari barang yang terjual. Beban dikenakan pada biaya yang dinilai melekat pada barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian di akhir periode (end-of- period replacement cost).

  D.

  Metode masuk terakhir, keluar pertama (Last-In, First-Out LIFO) Metode masuk terkahir, keluar pertama (LIFO) didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling barulah yang terjual. LIFO sering kali dikritik dari sudut pandang teroritis. Metode ini tidak cocok dengan arus barang yang terjadi dalam sebuah perusahaan. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun, LIFO adalah metode yang paling baik dalam mencocokkan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.

  E.

  Penilaian persediaan bukan berasal dari cost Menurut warren,etc al(2006:468) “Persediaan bisa dinilai selain dari biaya. Dua situsi ini muncul apabila

  1. Biaya penggantian barang-barang persediaan lebih rendah daripada biaya yang tecatat

2. Persediaan tidak dapat dijual pada harga jual normal karena cacat, usang, perubahan gaya, atau penyebab lainnya.

  Penilaian persediaan dapat dilakukan dengan dua metode mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar (LCM method). Jika biaya penggantian suatu persediaan lebih rendah daripada biaya pembeliannya maka metode mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar, yang digunakan dalam LCM, adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan.

  Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Keunggulan utama dari metode LCM adalah bahwa laba kotor dan laba bersih akan berkurang dalam periode terjadinya penurunan nilai pasar. Dalam menerapkan metode LCM, biaya penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut ini:

  1) Biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan untuk setiap jenis barang dalam persediaan,

  2) Biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan untuk kelas atau kategori utama persediaan,

  3) Biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan untuk persediaan secara keseluruhan

  F.

  Penilaian Pada Nilai Realisasi Bersih Nilai realisasi bersih adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan.

2.2 Pengertian Perputaran Persediaan

  Menurut Warren, etc al (2006:474), perputaran mengukur hubungan antara volumme barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus

  ℎ Perputaran Persediaan = x 1kali=.......kali

  −

  Persediaan rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan angka-angka mingguan, bulanan, atau tahunan. Untuk menyerhanakan kita menentukan persediaan rata-rata dengan membagi jumlah persediaan akhir pada akhir dan awal tahun dibagi 2. Selama jumlah persediaan yang dimiliki sepanjang tahun stabil, rata-rata ini akan cukup akurat bagi analisa. Besarnya hasil perhitungan persediaan menunjukkan tingkat kecepatan persediaan menjadi kas atau piutang dagang.

  Menurut stice, etc al. (2009:799), perputaran persediaan kadang-kadang dihitung dengan menggunakan penjualan, bukan dengan harga pokok penjualan. Hal ini tidak sepenuhnya benar, karena penjualan adalah sebuah angka eceran, sedangkan harga pokok penjualan dan persediaan merupakan harga grosir. Namun demikian, ketika telah menjadi sebuah rasio, setiap orang diberi kebebasan untuk menghitung dengan berbagai cara yang mereka inginkan. Terpenting adalah perhitungan dibuat dengan cara yang sama dan dibandingkan dengan nilai-nilai lain yang juga dihitung dengan cara yang sama.

  Tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam memutarkan barang dagangnnya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjuang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisein untuk perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan.

2.3 Pengertian Rasio Profitabilitas

  Profitabilitas merupakan kemampuan sautu perusahaan menghasilkan laba. Laba adalah selisih lebih pendapatan dengan beban sehubungan dengan Usaha untuk memperoleh pendapatan tersebut selama periode tertentu. Dimana laba merupakan tolak ukur sejauh mana keberhasilan manajemen sebuah perushaan, ukuran kinerja perusahaan, ukuran efisiensi dan pedoman kebijakan perusahaan. Selisih lebih antara keseluruhan pendapatan dengan biaya yang dikeluarkan untuk proses kegiatan operasi maupun penjualan selama periode . tertentu disebut laba bersih Pada umumnya perusahaan didirikan untuk mencapai tujuan yaitu memperoleh laba yang optimal dengan pengorbanan yang minimal untuk mencapai hal tertentu perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.

  Pengertian laba menurut Baridwan (2004 : 29) adalah “kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi sampingan atau transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan atau investasi oleh pemilik”.

  Laba dapat diklasifikasikan menjadi tiga yaitu : 1.

  Laba kotor 2. Laba dari operasi 3. Laba bersih 1.

  Laba kotor Laba kotor yaitu perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan dengan harga pokok penjualan. Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Hasil laba bersih belum dikurangi dengan beban operasi lainnya untuk periode tertentu .

2. Laba dari operasi

  Laba dari operasi yaitu selisih antara laba kotor dengan total beban biaya atau laba kotor dikurangi dengan sejumlah biaya penjualan, biaya administrasi dan umum.

3. Laba Bersih

  Laba bersih yaitu angka terakhir dalam perhitungan laba rugi dimana untuk mencarinya laba operasi bertambah pendapatan lain-lain dikurangi oleh beban lain-lain. Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir. 2008:196). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada dilaporan keuangan, terutama laporang keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran ini dapat dilakukan untuk beberapa operasi. Tujuannya adalah agar terlihat perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau kenaikan, sekaligus mencari penyebab perubahan tersebut. Hasil pengukuran ini dapat dijadikan alat evaluasi kinerja manajemen secara efektif atau tidak.

  Rasio profitabilitas dianggap sebagai alat yang paling valid dalam mengukur hasil pelaksanaan operasi perusahaan karena rasio profitabilitas merupakan alat pembanding pada berbagai alternatif investasi sesuai dengan tingkat resiko. Umumnya dalam perusahaan masalah profitabilitas lebih penting daripada laba, karena laba yang besar bukan ukuran perusahaan telah bekerja efisiensi. Efisiensi perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal yang menghasilkan laba tersebut atau menghitung profitabilitasnya.

  Menurut Tampubolon (2005:39), rasio profitabilitas yang digunakan pada umunya adalah berikut ini :

1. Net Profit Margin 2.

  Return on Investment 3. Return on Net Worth

  Menurut Horne (2005:222), rasio profitabilitas terbagi atas 2 jenis yaitu: a. Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan, antara lain net profit margin (NPM), operating profit margin (OPM), gross profit margin (GPM), b.

  Rasio profitabilitas dalam kaitannya dengan ekuitas, antara lain return on

  equity (ROE), return on common stock equity, earning per share, dividend per share, book value per share, price earninng ratio,dan dividend yield.

  sering dijadikan alat untuk mengukur tingkat pengembalian

  Return on Asset

  total aktiva setelah laba bersih, beban bunga dan tarif pajak dibagi rata-rata total asset (Subramanyam, etc al, 2010:44). Menurut stice, etc al(2009:801), ROA dipengaruhi oleh profitabilitas dan efisiensi penggunaan aset untuk menghasilkan penjualan. ROA yang lebih tinggi menunjukkan keefisiensian sebuah perusahaan untuk menggunakan asetnya untuk menghasilkan pernjualan.

2.4 Pengaruh Perputaran Persediaan terhadap Profitabilitas

  Persediaan merupakan salah satu aktiva lancar yang memiliki nilai yang Cukup besar. Persediaan merupakan investasi yang dibuat untuk tujuan memperoleh pengembalian melalui penjualan kepada pelanggan. Sebagian besar perusahaan biasanya mempertahankan tingkat persediaan pada level tertentu. Jika persediaan tidak mencukupi, kegagalan ini akan mengakibatkan hilangnya penjualan. Sebaliknya jika persediaan terlalu banyak akan mengurangi solvensi karena tertimbunnya sejumlah dana yang semestinya dapat digunakan untuk melakukan ekspansi atau memperbaiki operasi. Selain itu,kelebihan persediaan juga menambah beban seperti penyimpanan, asuransi, dan pajak properti (Warren, et al. 2006:474).

  Warren, et Al (2006:474) mengemukakan bahwa perputaran persediaan mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Semakin cepat persediaan dirubah menjadi barang dagang yang nantinya akan dijual maka semakin cepat perusahaan untuk memperoleh laba.

  Keadaan perputaran persediaan yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan efisien dan efektif mengelola persediaanya (Warren, et al. 2006:475).

  Hal ini juga menunjukkan volume penjualan yang tinggi pada perusahaan, laba yang dihasilkan perusahaan semakin besar dengan meminimalisasi biaya-biaya yang terkandung pada persediaan. Besarnya laba yang diperoleh perusahaan akan mempengaruhhi tingkat pengembalian asset secara positif dan berbanding lurus.

  Dimana, bila semakin tinggi perputaran persediaan, maka ROA juga akan semakin besar, sebab persediaan merupakan bagian dari aktifa lancar. Hal ini mengindikasikan bahwa profitabilitas perusahaan menunjukkan kondisi yang baik.

2.5 Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Beberapa tinjauan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian, terlampir dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

  3. Dian Hesti Pratiwi (2007)

  Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabiitas Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen dalam penelitian adalah perputaran persediaan dan variabel dependen adalah ROA. Penelitian di lakukan pada perusahaan otomotif yang terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh perputaran persediaan terhadap ROA.

  Data diolah Penulis. 2012 Ellys Delfrina Sipangkar (2009) melakukan penelitian mengenai Pengaruh

  Secara simultan maupun parsial Pengujian secara parsial perputaran persediaan tidak berpengaruh positif terhadap

  Return on Asset

  Variabel independen: Tingkat perputaran persediaan Variabel Dependen:

  4. Seprina Ruleta Sitanggang (2008)

  Tingkat perputaran persediaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomi

  Variabel dependen: Rentabilitas Ekonomi

  Perputaran Persediaan

  Variabel independen:

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perputaran persediaan tidak bberpengaruh secara signifikan terhadap rentabilitas ekonomi

  No Peneliti (Tahun Penelitian) Variabel Penelitian Hasil Penelitian

  Variabel dependen : Rentabilitas Ekonomi

  Perputaran Persediaan

  Variabel independen :

  2. Josephine H.S (2009)

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak berpengaruh positif terhadap Return On Asset

  Return on Asset

  Variabel Dependen:

  Perputaran Persediaan

  Variabel independen:

  1. Ellys Delfrina Sipangkar (2009)

  Seprina Ruleta Sitanggang (2008) melakukan penelitian mengenai Pengaruh Tingkat Perputaran Persediaan Terhadap Rentabilitas Ekonomis Pada Perusahaan Dagang yang Terdaftar di Bursa Efek Indonnesia. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat perputaran persediaan. Varibel dependen adalah Rentabilitas ekonomis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana dengan melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat perputaran persediaan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomis.

2.6 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variable-variabel penelitian yaitu variabel bebas dengan variable terikat.

   Perputaran Persediaan H Return On Asset

  1 (ROA)

   (X) (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.7 Hipotesis Penelitian

  Menurut Sugiyono (2004:15) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Berdasarkan tinjauan teoritis, rumusan masalah dan tinjauan penelitian terdahulu hipotesis penelitian ini adalah.

  Terdapat pengaruh perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftat di Bursa Efek Indonesia.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

4 61 88

Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

54 290 74

Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 52 78

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal - Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoretis 2.1.1 Persediaan 2.1.1.1 Pengertian Persediaan - Analisis Hubungan Perputaran Persediaan dan Perputaran Total AktivaTerhadap Return on Asset Pada Perusahaan Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indone

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas - Analisis Pengaruh Tingkat Profitabilitas dan Harga Saham Terhadap Volume Penjualan Saham Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indones

0 0 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas 2.1.1.1 Pengertian Profitabilitas - Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Konsumsi Yang Terdaftar Di BEI Pada Periode 2010-2012

0 0 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Pengertian Modal Kerja - Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Makanan dan Minuman Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Modal Kerja - Pengaruh Modal KerjaTerhadapProfitabilitas Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 11

Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Tingkat Profitabilitas Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di BEI

0 0 17