Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

(1)

SKRIPSI

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

OLEH INDAH ANNISA

090503184

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul :

“Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipubikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level Program S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, Mei 2013 Yang Membuat Pernyataan

Indah Annisa NIM : 090503184


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur diucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan petunjuk-Nya yang selalu memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI” ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih terutama kepada kedua orang tua penulis Bapak Guruh Nasution, MBA dan Ibu Esti Rahayu, SE yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, serta doa kepada penulis. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini baik secara moril maupun materil yaitu :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, MEc, Ak. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S., S.E., M.A.F.I.S., Ak. selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, Ak., M.M. selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(4)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak. selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Firman Syarif, S.E., M.Si., Ak. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak. selaku dosen pembaca yang telah bersedia meluangkan waktu dan penilaian terhadap skripsi penulis.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan dan nasehat pada penulis selama masa perkuliahan.

6. Adik penulis Faisal Ramadhan dan Fauzan Ibrahim yang selalu membantu penulis dalam do’a, dan Marwan Ilhami Akbar yang selalu memberikan dukungan, perhatian serta do’a selama penulisan skripsi ini. Serta teman - teman sekalian (Winda Bagus Pratiwi, Wandani Okti Khaira, Effrika Micha Kandace, Kak Yanti Simarmata, Nollie Tanu dan Anggi Rezeki Siregar) yang membantu penulis dalam menyelesaikan tugas ini. Kehadiran mereka semua membuat penulis mampu menghadapi semua proses selama masa perkuliahan maupun selama masa pembuatan skripsi ini.


(5)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dalam penulisan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Mei 2013

Penulis,

Indah Annisa NIM : 090503184


(6)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas.


(7)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF RECEIVABLE TURNOVER AND INVENTORY TURNOVER, TOWARD PROFITABILITY OF MANUFACTURING

COMPANY THAT LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to know the influence of receivable turnover and inventory turnover toward profitability of manufacturing company that listed on Indonesia stock exchange from 2010-2012 period.

This research used sample of 20 companies of manufacturing company listed on Indonesia Stocks Exchange during 2010 until 2012. This research utilizes external data that taken from website www.idx.co.id. Data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method thats used in this research are multiple regressions analyzes.

The result of this research shows that receivable turnover and inventory turnover have significant influence toward profitability.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Piutang ... 8

2.1.1.1 Pengertian Piutang ... 8

2.1.1.2 Jenis-Jenis Piutang ... 9

2.1.1.3 Metode Penghapusan Piutang ... 12

2.1.1.4 Biaya atas Piutang ... 14

2.1.1.5 Perputaran Piutang ... 15

2.1.2 Persediaan... 16

2.1.1.1 Pengertian Persediaan ... 16

2.1.1.2 Jenis-Jenis Persediaan ... 17

2.1.1.3 Metode Penilaian Persediaan ... 17

2.1.1.4 Biaya atas Persediaan ... 19

2.1.1.5 Perputaran Persediaan ... 21

2.1.3 Profitabilitas ... 22

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 25

2.4 Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Jenis Penelitian ... 28

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 28

3.3 Jenis Data ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 30


(9)

3.6 Definisi Operasional... 32

3.7 Metode Analisis Data ... 33

3.8 Jadwal Penelitian ... 39

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 40

4.1 Data Penelitian ... 40

4.2 Analisis Hasil Penelitian ... 41

4.2.1 Statistik Deskriptif ... 41

4.2.2 Uji Asumsi Klasik ... 43

4.2.3 Analisis Regresi Berganda ... 54

4.2.4 Uji Hipotesis... 56

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Saran ... 64

5.3 Keterbatasan Penelitian ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Hasil dari Penelitian Terdahulu... 24

Tabel 3.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian ... 29

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 39

Tabel 4.1 Daftar Nama Perusahaan Sampel Penelitian ... 40

Tabel 4.2 Descriptive Statistics ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov-Smirnov ... 45

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas ... 49

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi ... 53

Tabel 4.6 Uji Analisis Regresi ... 54

Tabel 4.7 Model Summaryb ... 56

Tabel 4.8 Uji Signifikan Parsial (t) ... 57


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 25

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data – Tabel Histogram ... 46

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data – Normal P-Plot ... 47

Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas ... 50

Gambar 4.4 Uji Heterokedastisitas setelah Transformasi Data ... 51


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Daftar Sampel Perusahaan……… 68

Lampiran 2 : Jadwal Penelitian ... 69

Lampiran 3 : Uji Kolmogorov Smirnov ... 69

Lampiran 4 : Uji Normalitas Data ... 70

Lampiran 5 : Uji Normalitas Data P-Plot ... 71

Lampiran 6 : Uji Multikolinieritas ... 72

Lampiran 7 : Uji Heteroskedastisitas (Sebelum Transformasi) ... 72

Lampiran 8 : Uji Heterokedastisitas (Sebelum Transformasi) ... 73

Lampiran 9 : Uji Autokorelasi ... 73

Lampiran 10 : Analisis Regresi ... 74

Lampiran 11 : Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 74


(13)

ABSTRAK

PENGARUH PERPUTARAN PIUTANG DAN PERPUTARAN PERSEDIAAN TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI Periode 2010-2012.

Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012. Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Proses analisis data yang dilakukan terlebih dahulu adalah uji asumsi klasik dan selanjutnya dilakukan dengan pengujian hipotesis. Metode statistik yang digunakan adalah regresi linier berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas.


(14)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF RECEIVABLE TURNOVER AND INVENTORY TURNOVER, TOWARD PROFITABILITY OF MANUFACTURING

COMPANY THAT LISTED ON INDONESIA STOCK EXCHANGE

The purpose of this research is to know the influence of receivable turnover and inventory turnover toward profitability of manufacturing company that listed on Indonesia stock exchange from 2010-2012 period.

This research used sample of 20 companies of manufacturing company listed on Indonesia Stocks Exchange during 2010 until 2012. This research utilizes external data that taken from website www.idx.co.id. Data which have already collected are processed with classic assumption test before hypothesis test. The statistic method thats used in this research are multiple regressions analyzes.

The result of this research shows that receivable turnover and inventory turnover have significant influence toward profitability.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh pemerintah sekarang ini tidak lain bertujuan untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi, antara lain diwujudkan melalui kebijakan deregulasi diberbagai bidang usaha. Dalam era deregulasi ini, pemerintah mengurangi campur tangan secara langsung dalam mengatur dan mengendalikan perekonomian, sifat dan dinamika dunia usaha bersumber pada inisiatif dan kreativitas dunia usaha sendiri. Peranan mekanisme pasar di dalam kegiatan ekonomi semakin besar, sehingga kalangan dunia usaha dituntut untuk berpacu dalam memenangkan pasar melalui peningkatan efisiensi dan produktivitas.

Pada umumnya tujuan suatu perusahaan ditinjau dari sudut pandang ekonomi adalah untuk memperoleh keuntungan (Profit Oriented), menjaga kelangsungan hidup (Going Concern), dan kesinambungan operasi perusahaan, sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya bisa dicapai melalui pengelolaan yang baik, khususnya pengelolaan manajemen keuangan sehingga modal yang dimiliki bisa berfungsi sebagaimana mestinya.

Kelangsungan hidup (Going Concern) perusahaan dipengaruhi oleh banyak hal antara lain profitabilitas oleh perusahaan itu sendiri. Tujuan yang paling


(16)

mendasar dari operasi perusahaan adalah memperoleh laba yang optimal. Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Alat yang umum digunakan untuk mengevaluasi profitabilitas dihubungkan dengan penjualan yaitu laporan laba rugi dimana setiap posnya dinyatakan dalam persentase penjualan. Dalam usaha memperoleh keuntungan yang maksimal perusahaan dihadapkan pada masalah pengelolaan modal kerja. Modal kerja pada perusahan dapat berupa investasi dalam bentuk piutang dan persediaan.

Brigham (2001:107) mengemukakan bahwa “profitabilitas akan menunjukan kombinasi efek dari likuiditas, manajemen aktiva, dan utang hasil-hasil operasi”. Pentingnya profitabilitas dapat dilihat dengan mempertimbangkan dampak dari ketidakmampuan perusahaan mendapatkan laba yang maksimal untuk mendukung kegiatan operasionalnya.

Ada beberapa ukuran yang dipakai untuk melihat kondisi profitabilitas suatu perusahaan, antara lain Profit Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Dalam penelitian ini peneliti akan menggunakan tingkat pengembalian asset (Return On Assets). Rasio ini mengukur tingkat pengembalian total aktiva setelah beban bunga dan pajak (Brigham, 2001 :109). Rasio ini diukur dengan membandingkan antara laba bersih terhadap total aktiva. Semakin tinggi perbandingan laba bersih terhadap total aktiva maka akan semakin baik bagi perusahaan.


(17)

Persediaan merupakan unsur dari aktiva lancar yang merupakan unsur yang aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diubah dan kemudian dijual kepada konsumen. Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan. Semakin tinggi perputaran persediaan barang, maka semakin tinggi biaya yang dapat ditekan sehingga semakin besar perolehan laba suatu perusahaan. Sebaliknya, jika semakin lambat perputaran persediaan barang, semakin kecil pula laba yang diperolehnya.

Dengan adanya pengelolaan perputaran persediaan yang baik, perusahaan dapat segera mengubah persediaan yang tersimpan menjadi laba melalui penjualan. Penjualan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara tunai maupun secara kredit. Piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Untuk menghasilkan laba yang lebih optimal maka perlu dilakukan perputaran piutang. Perputaran piutang ini harus dikelola dengan baik karena menyangkut dengan laba yang akan diperoleh perusahaan, sehingga disini manajemen harus dilaksanakan agar kebijaksanaan kredit mencapai optimal. Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya untuk mengubah piutang menjadi kas. Putaran piutang dihitung dengan membagi penjualan kredit bersih dengan saldo rata-rata piutang. Saldo rata-rata piutang dihitung dengan


(18)

menjumlahkan saldo awal dan saldo akhir dan kemudian membaginya menjadi dua. Piutang termasuk dalam golongan aktiva lancar.

Semakin tingginya tingkat perputaran persediaan menyebabkan perusahaan semakin cepat dalam melakukan penjualan barang dagang sehingga akan memperbesar perputaran piutang yang akan menghasilkan laba, laba operasi dan pada akhirnya juga akan meningkatkan laba bersih. Laba bersih mengindikasikan profitabilitas perusahaan. Laba bersih mencerminkan pengembalian kepada pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan. Laba perusahaan yang tinggi belum tentu menunjukan profitabilitas yang tinggi, akan tetapi profitabilitas yang tinggi sudah dapat dipastikan bahwa laba yang dihasilkan tinggi. Bagi perusahaan pada umumnya masalah profitabilitas lebih penting daripada laba karena efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan modal sendiri dan modal asing yang digunakan untuk menghasilkan laba dengan demikian tingkat profitabilitas memegang peranan yang penting dan perputaran persediaan dan perputaran piutang yang cepat diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan.

Beberapa penelitian mengenai pengaruh perputaran piutang dan persediaan terhadap profitabilitas juga telah dilakukan, tetapi terdapat perbedaan pada hasil penelitian tersebut. Ellys (2009) telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI” menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas.


(19)

Seprina Ruleta (2008) telah melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap

Profitabilitas Pada Pt Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan”, Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Namun, penelitian yang dilakukan oleh Ratih Anugrah (2011) dengan judul “Analisis Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk” menunjukkan bahwa tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan.

Skripsi ini merupakan replikasi dari penelitian terdahulu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ulang dikarenakan terdapat perbedaan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan menggunakan perusahaan-perusahaan manufaktur di BEI sebagai objek penelitian. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan terhadap Tingkat Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(20)

1. Apakah tingkat perputaran piutang berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

2. Apakah tingkat perputaran persediaan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

3. Apakah tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan secara simultan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah perputaran piutang dan perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan mengembangkan wawasan peneliti, dalam bidang akuntansi keuangan


(21)

khususnya mengenai perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas.

2. Bagi pihak yang berkepentingan, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan informasi serta sebagai bahan masukan dan referensi.

3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dari sebelumnya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Piutang

2.1.1.1 Pengertian Piutang

Dengan adanya penjualan kredit maka timbul piutang. Penjualan kredit merupakan salah satu cara untuk membantu perusahaan meningkatkan penjualan. Menurut Soemarsono (2004 : 338) “Piutang didefenisikan sebagai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dan kepada siapa dia berhutang”. Menurut Warren (2005 : 392) “Piutang (receivables) meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan, atau organisasi lainnya”. Transaksi paling umum yang menyebabkan munculnya piutang adalah penjualan barang dagang atau jasa secara kredit.

Menurut Smith (2005 : 286) ”Piutang dapat didefenisikan dalam arti luas sebagai hak atau klaim atas uang, barang dan jasa. Namun untuk tujuan akuntansi, istilah ini umumnya diterapkan sebagai klaim yang diharapkan dapat diselesaikan melalui


(23)

penerimaan kas”. Selain itu juga menurut Smith (2005 : 286) “Setiap penjualan yang terjadi secara kredit, maka secara langsung akan menyebabkan munculnya piutang bagi perusahaan”.

2.1.1.2 Jenis - Jenis Piutang

Sebelum suatu transaksi penjualan dilakukan, biasanya terlebih dahulu ada kesepakatan mengenai cara pembayaran transaksi tersebut apakah secara tunai atau kredit. Apabila pembayaran dilakukan secara tunai maka perusahaan akan langsung menerima kas. Namun apabila pembayaran dilakukan secara kredit maka perusahaan akan menerima piutang.

Pengklasifikasian piutang dilakukan untuk memudahkan pencatatan transaksi yang mempengaruhinya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2007 : 451) mengemukakan bahwa “menurut sumber terjadinya, piutang digolongkan ke dalam dua (2) kategori yaitu: piutang usaha dan piutang lain-lain”. Piutang usaha timbul karena penjualan produk atau jasa dalam rangka kegiatan normal usaha, sementara piutang yang timbul di luar kegiatan normal usaha digolongkan sebagai piutang lain-lain.


(24)

Berikut adalah pengelompokan piutang secara umum: 1. Piutang Dagang

Piutang dagang merupakan jumlah tagihan perusahaan kepada pelanggan yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan. Piutang dagang merupakan tipe piutang yang paling lazim ditemukan dan umumnya mempunyai jumlah yang paling besar. Piutang ini dapat dibagi menjadi piutang usaha dan wesel tagih.

• Piutang Usaha (Account Receivable)

Piutang usaha yang berasal dari penjualan kredit jangka pendek dan biasanya dapat ditagih dalam waktu 30 sampai 60 hari. Biasanya piutang usaha tidak melibatkan bungan, meskipun pembayaran bunga atau biaya jasa dapat saja ditambahkan bilamana pembayarannya tidak dilakukan dalam periode tertentu.

• Wesel Tagih (Notes Receivable)

Wesel tagih adalah janji tertulis untuk membayar sejumlah uang tertentu pada tanggal tertentu di amsa depan. Wesel tagih dapat berasal dari penjualan, pembayaran atau transaksi lainnya. Wesel tagih bisa bersifat jangka pendek


(25)

ataupun jangka panjang. Wesel tagih dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Wesel Tagih Berbunga (Interest Bearing Notes). Wesel tagih berbunga ditulis sebagai perjanjian untuk membayar pokok atau jumlah nominal dan ditambah dengan bunga yang terhutang pada tingkat khusus.

2. Wesel Tagih Tanpa Bunga (Non-Interest Bearing Notes). Pada wesel tagih tanpa bunga tidak dicantumkan persen bunga, tetapi jumlah nominalnya meliputi beban bunga.

2. Piutang Lain-lain

Piutang lain-lain merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan atau pihak lain akibat dari transaksi yang secara tidak langsung berhubungan dengan kegiatan normal usaha perusahaan. Piutang lain-lain meliputi piutang pegawai, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang dividen, piutang bunga, dan lain-lain.


(26)

2.1.1.3Metode Penghapusan Piutang

Penyisihan piutang tak tertagih merupakan pembebanan kemungkinan rugi karena tidak tertagihnya piutang. Jumlah yang tercantum di dalamnya merupakan suatu taksiran. Dari cara perhitungan yang telah dibicarakan terlihat bahwa nama nama pelanggan tidak dapat diidentifikasi, maka penyisihan piutang tak tertagih dicatat dalam akun terpisah. Dengan cara ini rincian piutang menurut nama debitur berdasarkan jumlah brutonya masih dapat dibuat. Adakalanya telah dapat dipastikan bahwa piutang kepada seseorang pelanggan tertentu tidak akan dapat ditagih. Misalnya karena pelanggan yang bersangkutan telah dinyatakan pailit, bangkrut atau lari ke luar negeri. Terhadap piutang yang demikian, harus dihapuskan. Penghapusan piutang berbeda dengan penyisihan piutang tak tertagih. Dalam penghapusan piutang, saldo piutang kepada pelanggan tertentu dikeluarkan dari catatan perusahaan. Dengan penghapusan piutang tersebut, nama dan saldo piutang pelanggan yang bersangkutan tidak akan muncul lagi dalam rincian piutang. Piutang dagang harus dilaporkan sebesar nilai realisasi bersihnya, yaitu : piutang usaha dikurangi piutang yang tak tertagih.

Metode pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih menurut Michell Suharli (2006:205) adalah sebagai berikut :


(27)

“ pencatatan transaksi terhadap piutang tak tertagih memiliki dua pilihan metode yaitu :

1. Metode Langsung (Direct Method)

Metode langsung mengakui beban piutang tak tertagih pada saat terjadinya, sehingga mungkin saja jumlah besar piutang tak tertagih menyebabkan penurunan laba bersih yang sinifikan pada saat periode tertentu. Menurut metode penghapusan langsung, ketika keterangan laporan dianggap tidak tertagih, kerugian dijurnal ke akun “bad debt expense” atau “uncollectible expense”. Perusahaan memilih metode ini karenamenggambarkan benar kapan piutang benar-benar tidak dapat tertagih. Namun kerugiannya, laporan laba/rugi bersih menjadi terganggu apabila jumlah beban tak tertagih dilaporkan dalam mjumlah besar. Gangguan atas laporan laba/rugi bersih tersebut dapat mempengaruhi keputusan para pengguna. Guna menyiasati agar laporan laba/rugi tidak terganggu, beberapa perusahaan mencadangkan piutang tak tertagih meskipun belum benar-benar tidak tertagih sebagaimana dinyatakan dalam metode penyisihan.

2. Metode Penyisihan

Metode penyisihan mengakui beban penyisihan piutang tak tertagih setiap akhir periode agar tidak mengganggu laba bersih secara signifikan. Metode penyisihan menuntut perusahaan menghitung jumlah kemungkinan piutang tak tertagih pada setiap akhir periode. Hal ini menyediakan laporan piutang yang seolah menjamin berapa kas yang dapat diterima dari piutang yang dilaporkan. Metode penyisihan memiliki 3 hal yang harus diperhatikan:

1. Piutang tak tertagih adalah perkiraan. Perkiraan ini dianggap sebagai beban dikaitkan dengan penjualan pada periode akuntansi yang sama ketika penjualan tersebut terjadi sesuai prinsip perbandingan.

2. Perkiraan piutang tak tertagih mendebet “account expense” dan mengkredit “allowance for doubtful account” . jurnal ini menjadi ayat jurnal penyesuaian dalam akhir setiap periode dan akun “allowance for doubtful account” dilaporkan di laporan neraca menjadi kontra akun dari akun “account receivable”. Dengan demikian saldo normal perkiraan “allowance for doubtful account”

adalah kredit.

3. Ketika piutang yang spesifik dihapuskan karena tak tertagih, akuntan mendebet “allowance for doubtful account” dan mengkredit “accounts receivable” sejumlah piutang yang tidak tertagih”.


(28)

2.1.1.4 Biaya Atas Piutang

Dengan dilaksanakannya penjualan secara kredit yang kemudian menimbulkan piutang maka perusahaan sebenarnya tidak terlepas dari penanggungan risiko, berupa biaya. Biaya yang timbul akibat dari adanya piutang adalah :

1. Biaya penghapusan piutang

Biaya penghapusan piutang/piutang ragu-ragu (bad debt receivables) terhadap tidak tertagihnya sejumlah tertentu dari piutang akan dimasukkan sebagai biaya bad debt atau piutang ragu-ragu yang nantinya akan diadakan penghapusan piutang. Oleh karena itu perlu diperhitungkan pada setiap periode. 2. Biaya pengumpulan piutang

Dengan adanya piutang maka timbul kegiatan penagihan piutang yang akan mengeluarkan biaya disebut sebagai biaya pengumpulan piutang

3. Biaya administrasi

Terhadap piutang diperlukan kegiatan administrasi yang akan mengeluarkan biaya.

4. Biaya sumber dana

Dengan terjadinya piutang maka diperlukan dana dari dalam maupun dari luar perusahaan untuk menjaganya. Dana tersebut diperlukan biaya untuk sumber dana (Weight Of Cost Capital).


(29)

2.1.1.5 Perputaran Piutang

Perputaran piutang adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas. Perputaran Piutang merupakan rasio perbandingan antara jumlah penjualan neto kredit dengan rata-rata piutang yang dinilai dengan menjumlahkan nilai piutang di awal periode dengan di akhir periode kemudian dibagi dua.

Perputaran piutang ini menunjukkan berapa kali sejumlah modal yang tertanam dalam piutang yang berasal dari penjualan kredit berputar dalam satu periode. Dengan kata lain, rasio perputaran piutang bisa diartikan berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu “membalikkan” atau menerima kembali kas dari piutangnya.

Tingkat perputaran piutang ini banyak dipengaruhi oleh kebijakan perusahaan dalam menetapkan jumlah dan lamanya piutang yang akan diberikan kepada pelanggan. Oleh karena itu, suatu sistem pengelolaan dan pengawasan terhadap piutang sangatlah penting, karena tanpa dilakukannya pengawasan, piutang akan menumpuk menjadi suatu tingkat yang berlebihan dan akan


(30)

mengakibatkan arus kas akan menurun, dan piutang tak tertagih akan menutupi laba dari penjualan.

2.1.2 Persediaan

2.1.2.1 Pengertian Persediaan

Pengertian persedian menurut Warren (2005 : 440) adalah sebagai berikut, “Persediaan digunakan untuk mengindikasikan : (1) Barang dagangan yang disimpan untuk kemudian dijual dalam operasi bisnis perusahaan, dan (2) Bahan yang digunakan dalam proses produksi atau yang disimpan untuk tujuan itu.”

Ikatan Akuntan Indonesia (2007) menyatakan bahwa “Persediaan adalah aset yang :

• Tersedia untuk dijual dalam kegiatan usaha normal;

• Dalam proses produksi dan atau dalam perjalanan; atau

• Dalam bentuk bahan atau perlengkapan (supplies) untuk digunakan dalam proses produksi atau pemberian jasa”.

Skousen dan Stice (2004 : 654) mengatakan bahwa : ”Persediaan (atau persediaan barang dagangan) secara umum ditujukan untuk barang-barang yang dimiliki oleh


(31)

perusahaan dagang, baik berupa usaha grosir maupun retail, ketika barang-barang tersebut telah dibeli dan ada kondisi siap dijual’’. Bahan baku (Raw Material), Barang Dalam Proses (Work in Process), dan Barang Jadi (Finished Good) untuk dijual ditujukan untuk persediaan di perusahaan manufaktur.

2.1.2.2Jenis-Jenis Persediaan

Ada beberapa jenis di dalam persediaan, jenis-jenis persediaan menurut Rangkuti (2004 : 7) adalah sebagai berikut “Jenis-jenis persediaan menurut fungsinya adalah :

1. Batch Stock / Lot Size Inventory

Persediaan yang diadakan karena kita membeli atau membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannnya : a. Potongan harga pada pembelian

b. Efisiensi produksi

c. Penghematan biaya angkutan 2. Anticipation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan atau permintaan yang meningkat.

3. Fluctuation Stock

Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan.


(32)

2.1.2.3Metode Penilaian Persediaan

Setelah dijelaskan tipe-tipe dan jenis-jenis persediaan maka akan dijelaskan metode-metode penilaian persediaan menurut Stice, et al (2004 : 667) yaitu,

“Metode-metode penilaian persediaan yang paling umum adalah : 1. Identifikasi khusus (Spesific Identification)

Biaya dapat dialokasikan ke barang yang terjual selama periode berjalan dan ke barang yang ada di tangan pada akhir periode berdasarkan biaya aktual dari unit tersebut. Metode identifikasi khusus memerlukan suatu cara untuk mengidentifikasikan biaya historis dari unit persediaan. Dengan identifikasi khusus, arus biaya yang dicatat disesuaikan dengan arus fisik barang. Dari sudut pandang teoritis, metode identifikasi khusus sangat menarik, khususnya ketika setiap unsur persediaan unik dan memiliki biaya yang tinggi. Namun ketika persediaan terdiri dari berbagai unsur atau unsur-unsur identik yang dibeli pada saat berlainan dengan harga yang berbeda, maka idntifikasi khusus akan menjadi lamban, membebani dan memakan biaya.

2. Biaya rata-rata (Average Weight)

Metode biaya rata-rata membebankan biaya rata-rata yang sama ke setiap unit. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa barang yang terjual seharusnya dibebankan dengan biaya rata-rata, yaitu rata-rata tertimbang dari jumlah unit yang dibeli pada tiap harga. Metode biaya rata-rata biaya dapat dianggap sebagai metode realistis dan paralel dengan arus fisik barang, khususnya ketika ada pencampuran dari unit persediaan yang identik. Tidak seperti metode persediaan yang lain, pendekatan metode biaya rata-rata memberikan nilai yang sama untuk unsure serupa dengan penggunaan yang sama. Metode ini tidak memperbolehkan manipulasi keuntungan. Tetapi keterbatasan dari metode biaya rata-rata ini adalah bahwa nilai persediaan dapat tertinggal secara signifikan terhadap harga dalam periode dimana terdapat kenaikan atau penurunan haga yang cepat. 3. Metode masuk pertama, keluar pertama (FIFO)

Metode FIFO didasari asumsi bahwa unit yang terjual adalah unit yang lebih dahulu masuk. FIFO dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan yang logis dan realistis terhadap arus biaya ketika penggunaan model identifikasi khusus adalah tidak memungkinkan atau tidak praktis. FIFO mengasumsikan bahwa


(33)

arus biaya yang mendekati paralel dengan arus fisik barang dari barang yang terjual. FIFO memberikan kesempatan kecil untuk memanipulasi keuntungan karena pembebanan biaya ditentukan oleh urutan terjadinya biaya. Selain itu, dalam FIFO, unit yang tersisa pada persediaan akhir adalah unit yang paling akhir dibeli, sehingga biaya yang dilaporkan akan mendekati atau sama dengan biaya penggantian diakhir periode (End Of Period Replacement Cost).

4. Metode masuk akhir, keluar pertama (LIFO)

Metode LIFO didasarkan pada asumsi bahwa barang yang paling terkahir barulah yang terjual. LIFO menghasilkan nilai lama dalam neraca dan dapat memberikan angka. Harga pokok penjualan yang aneh ketika tingkat persediaan menurun. Namun LIFO adalah metode yang paling baik dalam pengaitan biaya persediaan saat ini dengan pendapatan saat ini.”

Selain metode penilaian persediaan diatas, ada metode penilaian persediaan yang lainnya menurut Waren et al (2005 : 456) yaitu :

1. Penilaian pada mana yang lebih rendah antara harga pokok atau harga pasar.

Metode ini digunakan untuk menilai persediaan. Harga pasar yang digunakan adalah LCM (Lower cost or market method) adalah biaya untuk mengganti barang dagang pada tanggal persediaan. Nilai pasar ini didasarkan pada jumlah yang biasanya dibeli dari sumber pemasok yang biasa. Dalam menerapkan metode LCM, biaya dan biaya penggantian dapat ditentukan dengan salah satu dari tiga cara berikut. Biaya dan biaya penggantian (Replacement cost) dapat ditentukan untuk : a. Setiap jenis barang dalam persediaan

b. Kelas atau kategori utama persediaan c. Persediaan secara keseluruhan

2. Penilaian pada nilai realisasi bersih

Barang dagang yang telah using, rusak, cacat atau hanya yang bisa dijual dengan harga dibawah harga pokok harus diturunkan nilainya. Barang dagang semacam ini harus dinilai dengan nilai realisasi bersih. Nilai realisasi bersih (Net realizable) adalah estimasi harga jual dikurangi biaya pelepasan langsung, seperti komisi penjualan”.


(34)

2.1.2.4Biaya Atas Persediaan

Menurut Yamit (2005 : 9), biaya-biaya yang timbul dalam persediaan antara lain :

1. Biaya pembelian (Purchase Cost)

Harga per unit apabila item dibeli dari pihak luar, atau biaya produksi per unit apabila diproduksi dalam perusahaan. Biaya per unit akan selalu menjadi bagian dari biaya item dalam persediaan. Untuk pembelian item dari luar, biaya per unit adalah harga beli ditambah biaya pengangkutan. Sedangkan untuk item yang diproduksi di dalam perusahaan, biaya per unit adalah termasuk biaya tenaga kerja, bahan baku dan biaya overhead pabrik.

2. Biaya pemesanan (Order Cost/Set Up Cost)

Biaya yang berasal dari pembelian pesanan dari supplier atau biaya persiapan (Set Up Cost) apabila item diproduksi di dalam perusahaan. Biaya ini diasumsikan tidak akan berubah secara langsung dengan jumlah pemesanan. Biaya pemesanan dapat berupa biaya membuat daftar permintan, menganalisis supplier, membuat pesanan pembelian, peneriman bahan, inspeksi bahan, dan pelaksanaan proses transaksi. Sedangkan biaya persiapan dapat berupa biaya yang dikeluarkan akibat perubahan proses produksi, pembuatan skedul kerja, persiapan sebelum produksi, dan pengecekan kualitas.

3. Biaya simpan (Carrying Cost/Holding Cost)

Biaya yang dikeluarkan atas investasi dalam persediaan dan pemeliharaan maupun investasi sarana fisik untuk menyimpan persediaan. Biaya simpan dapat berupa : biaya modal, pajak, asuransi, pemindahan persediaan, keusangan dan semua biaya yang dikeluarkan untuk memelihara persediaan.

4. Biaya kekurangan persediaan

Konsekuensi ekonomis atas kekurangan dari luar maupun dari dalam perusahaan. Kekurangan dari luar terjadi apabila pesanan konsumen tidak dapat dipenuhi. Sedangkan kekurangan dari dalam terjadi apabila departemen tidak dapat memenuhi kebutuhan departemen yang lain. Biaya kekurangan dari luar dapat berupa biaya backorder, biaya kehilangan kesempatan menerima keuntungan. Biaya kekurangan dari dalam perusahaan dapat berupa penundaan pengiriman maupun idle kapasitas. Jika terjadi kekurangan atas permintaan suatu item, perusahaan harus melakukan backorder atau


(35)

mengganti dengan item lain atau membatalkan pengiriman. Dalam situasi sepeti ini bukan kerugian penjualan yang terjadi tetapi penundaan dalam pengiriman. Untuk mengatasi masalah ini secara khusus, perusahaan melakukan pembelian darurat atas item tersebut dan perusahaan akan menanggung biaya tambahan (Extra Cost) untuk pesanan khusus dapat berupa biaya pengiriman secara cepat, dan tambahan biaya pengepakan”.

Para pemilik dan manajer berusaha keras untuk membuat persediaan barang-barangnya terjual secepat mungkin karena barang-barang yang tidak terjual akan mengurangi laba. Makin cepat penjualan yang terjadi maka makin tinggi labanya, yang berarti perusahaan mendapat tambahan aliran kas. Makin lambat penjualannya, maka makin rendah labanya. Idealnya suatu usaha dapat beroperasi tanpa adanya simpanan persediaan. Walaupun demikian, kebanyakan perusahaan harus mempunyai persediaan barang untuk pelanggannya.

2.1.2.5 Perputaran Persediaan

Untuk mempercepat pengembalian kas melalui penjualan maka diperlukan suatu perputaran persediaan yang baik. Pada prinsipnya perputaran persediaan mempermudah atau memperlancar jalannnya operasi perusahaan yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang serta mendistribusikannnya kepada pelanggan.


(36)

Besarnya hasil perhitungan perputaran persediaan menunjukan tingkat kecepatan perputaran persediaan menjadi kas atau piutang dagang. Tingkat perputaran persediaan menunjukan berapa kali persediaan tersebut ganti dalam arti dibeli dan dijual kembali. Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan semakin rendah

Definisi perputaran persediaan menurut Warren et al (2005 : 462) adalah sebagai berikut : “Perputaran persediaan (Inventory Turnover) adalah suatu alat untuk mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan.” Perputaran persediaan dapat diukur dengan rumus sebagai berikut :

Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa tingkat perputaran persediaan mengukur kemampuan perusahaan dalam melakukan perputaran barang dagangannya dan menunjukkan hubungan antara barang yang diperlukan untuk menunjang atau mengimbangi tingkat penjualan yang telah ditentukan, serta efisiensi persediaan dapat dilihat dari tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan merupakan salah satu ukuran efisiensi perusahaan dalam penggunaan aktiva terutama aktiva


(37)

lancar. Semakin cepat perputaran persediaan maka akan semakin efisien penggunaan persediaan dalam suatu perusahaan.

2.1.3 Profitabilitas

Pengertian laba atau profit merupakan indikasi kesuksesan suatu badan usaha. Oleh karena itu memperoleh laba adalah tujuan utama dari setiap badan usaha dalam hal ini adalah perusahaan.

Pengertian profitabilitas menurut Munawir (2003; 64) adalah sebagai berikut : “Merupakan rasio keberhasilan suatu perusahaan dalam menggunakan kekayaan secara produktif, sehingga menghasilkan keuntungan atau laba yang memuaskan.”

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan dapat diukur dalam rasio. Rasio profitabilitas merupakan salah satu bagian dari analisis laporan keuangan. Rasio profitabilitas ini juga dikenal dengan rasio rentabilitas. Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen perusahaan secara keseluruhan, yang ditunjukkan dengan besarnya laba yang diperoleh perusahaan dan dinyatakan dalam bentuk persentase. Atau dengan kata lain menunjukkan bagaimana kemampuan perusahaan tersebut dengan seluruh sumber daya yang dimiliki seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, dan sebagainya untuk menghasilkan laba atau profit selama periode tertentu.


(38)

Ada beberapa rasio yang biasa digunakan dalam mengukur besarnya profitabilitas. Dalam penelitian ini digunakan Return On Assets (ROA). Rasio ROA merupakan kemampuan untuk menghasilkan laba dari total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan pada satu periode tertentu. Rasio ini diperoleh dengan cara membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva perusahaan.

Warren (2005:16) mengemukakan bahwa analisis profitabilitas merupakan evaluasi atas tingkat pengembalian investasi perusahaan. Analisis ini berfokus pada sumber daya perusahaan dan tingkat profitabilitasnya, dan melibatkan identifikasi dan pengukuran dampak berbagai pemicu profitabilitas.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan perputaran piutang, perputaran persediaan serta hubungan nya dengan tingkat profitabilitas adalah sebagai berikut :


(39)

Tabel 2.1

Hasil dari Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 2009 Ellys Pengaruh Perputaran

Persediaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di BEI

perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas

2 2008 Seprina Ruleta Pengaruh Tingkat Perputaran Piutang Terhadap

Profitabilitas Pada PT Gresik Cipta Sejahtera Cabang Medan

tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan tingkat profitabilitas

perusahaan

3 2011 Ratih Anugrah Analisis Perputaran Persediaan dan Perputaran Piutang Terhadap

Profitabilitas Pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk

tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas

perusahaan


(40)

2.3 Kerangka Konseptual

Seperti yang telah diuraikan didalam latar belakang, tinjauan pustaka dan tinjauan penelitian terdahulu diatas, maka bentuk kerangka konseptual nya adalah sebagai berikut :

H1

H2

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Diolah Peneliti, 2013

Perputaran piutang yang tinggi berarti terjadi cepatnya pengembalian dana yang tertanam dalam piutang menjadi kas kembali. Pelunasan piutang menjadi kas kembali tersebut dapat digunakan lagi untuk penjualan kredit atau pemberian pinjaman kembali. Dengan demikian pada perputaran piutang yang tinggi, satu sisi akan menghasilkan jasa pinjaman atau laba dalam jumlah yang banyak. Sedangkan pada sisi lain adalah meminimalkan biaya. Besarnya laba yang diperoleh akan meningkatkan tingkat pengembalian asset yang diperoleh perusahan. Semakin besar tingkat pengembalian asset (Return On Asset) yang Perputaran Piutang

Perputaran Persediaan

Tingkat Profitabilitas


(41)

diperoleh perusahaan merupakan suatu indikasi bahwa profitabilitas perusahaan menunjukkan kondisi yang baik.

Perputaran persediaan menunjukkan kecepatan kembalinya dana yang tertanam pada persediaan. Pada tingkat perputaran persediaan yang tinggi berarti terjadi peningkatan penjualan barang dagangan. Dengan demikian resiko serta beberapa biaya yang berkenaan dengan persediaan akan dapat diminimalkan, misalnya biaya penyimpanan, biaya pemeliharaan serta resiko kerusakan.

Makin tinggi perputaran persediaan maka makin cepat kembalinya dana yang tertanam pada persediaan tersebut. Akibatnya, laba yang diterima akan menjadi banyak jumlahnya. Banyaknya laba yang diterima ini akan menaikkan tingkat ROA dan menunjukkan tingkat profitabilitas yang baik bagi perusahaan.

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara dari suatu penelitian untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis penelitian yang masih harus diuji kebenaran nya lebih lanjut. Maka dalam penelitian ini, peneliti merumuskan hipotesis sebagai berikut :

H1 : Perputaran piutang memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H2 : Perputaran persediaan memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(42)

H3 : Perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan memiliki pengaruh terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain kausal. Sugiyono (2007 : 30) dalam pengertian nya, desain kausal adalah “penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel dependen (variabel yang dipengaruhi).” Pengujian ini meneliti pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 72). Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang seluruhnya berjumlah 20 perusahaan dengan data amatan yang berjumlah 40 laporan keuangan tahunan dimulai dari tahun 2010-2012 yang diperoleh dari situs


(44)

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Pengambilan Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sensus artinya bahwa seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dan diklasifikasikan sebagai perusahaan manufaktur selama tahun pengamatan

2010-2012 dijadikan sebagai sampel. Sampel yang digunakan dalam penelitian

ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

• Perusahaan tidak didelisting selama periode penelitian.

• Perusahaan tersebut memiliki laporan keuangan yang lengkap dan audited selama tahun 2010-20012.

• Data yang dimiliki perusahaan lengkap dan sesuai dengan variabel yang diteliti.

Berdasarkan kriteria tersebut maka sampel yang digunakan berjumlah 20 perusahaan yang memenuhi ketiga kriteria penelitian. Daftar perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut :

Tabel 3.1

Daftar Nama Perusahaan Sampel Penilitian

No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP

2 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB

3 PT. Semen Indonesia Tbk SMGR


(45)

Sumber : idx, 2013

3.3 Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder, yaitu data atau informasi yang telah diolah yang diperoleh dari laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012.

5 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL

6 PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI

7 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR

8 PT. Astra Internasional Tbk ASII

9 PT. Astra Auto Part Tbk AUTO

10 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk ICBP

11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

12 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI

13 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI

14 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP

15 PT. Kimia Farma Tbk KAEF

16 PT. Indo Farma Tbk INAF

17 PT. Merck Tbk MERK

18 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI

19 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID


(46)

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan studi dokumentasi yaitu dengan mempelajari, mengklasifikasikan, dan menganalisis data sekunder berupa catatan-catatan laporan keuangan maupun informasi lainnya yang terkait dengan lingkup penelitian ini. Data penelitian ini diperoleh dari situs BEI yaitu

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian

Berdasarkan hipotesis yang telah diungkapkan sebelumnya, didalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang memiliki hubungan sebab akibat, yang dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian, yaitu :

1. Variabel Bebas (X) atau Independent Variable

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi variabel tidak bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas nya adalah perputaran piutang dan perputaran persediaan.

2. Variabel Terikat (Y) atau Dependent variable

Variabel tidak bebas atau variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel tidak bebasnya adalah tingkat profitabilitas. Tingkat profitabilitas dihitung dengan tingkat pengembalian asset / Rasio ROA (Return On Asset).


(47)

3.6 Definisi Operasional

1. Perputaran Piutang

Perputaran piutang menentukan kelancaran piutang bersirkulasi dalam satu periode yang mengindikasikan lancarnya aktivitas penjualan dari perusahaan. Dimana perputaran piutang dapat dihitung dengan rumus :

2. Perputaran Persediaan

Perputaran persediaan (inventory turnover) mengukur hubungan antara volume barang dagang yang dijual dengan jumlah persediaan yang dimiliki selama periode berjalan. Perputaran Persediaan dihitung sebagai berikut :

3. Tingkat profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba pada periode tertentu, dimana dalam penelitian ini tingkat profitabilitas diukur dengan tingkat pengembalian asset / Rasio ROA (Return On Asset). ROA adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dari total aktiva yang dimiliki, yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


(48)

3.7 Metode Analisis Data

Data penelitian dikumpulkan untuk diolah, kemudian akan dianalisis untuk memperoleh jawaban atas permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan analisis statistik yang menggunakan software statistik SPSS versi 17. Metode dan teknik analisis dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Pengujian Asumsi Klasik

Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik. Adapun pengujian asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, heterokedastisitas, dan autokorelasi.

• Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas menurut Ghozali (2005 : 111) adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk melihat normalitas data dalam penelitian ini yaitu : a. Uji Kolmogorov-Smirnov, dalam uji ini pedoman yang digunakan

dalam pengambilan keputusan yaitu :

 Jika nilai signifikan < 0.05 maka distribusi data tidak normal

 Jika nilai signifikan > 0.05 maka distribusi data normal

b. Histogram, yaitu pengujian dengan menggunakan ketentuan bahwa data normal berbentuk lonceng (Bell shaped). Data yang baik adalah


(49)

data yang memiliki pola distribusi normal. Jika data menceng ke kanan atau menceng ke kiri berarti memberitahukan bahwa data tidak berdistribusi secara normal.

c. Grafik Normality Probability Plot, ketentuan yang digunakan adalah :

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regesi memenuhi asumsi normalitas

 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

• Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen. Jika terjadi korelasi, berarti terjadi masalah multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dilihat dari nilai Tolerence dan lawannya Variance Inflation Factor

(VIF). Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerence < 0,10 atau sama dengan VIF > 5 (Situmorang, 2011 : 139). Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan


(50)

Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :

• VIF > 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas

• VIF < 5 maka tidak terdapat multikolineritas

Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas

Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolineritas

• Uji Heteroskedastisitas

Menurut Erlina dan Mulyani (2007 : 108) uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas. Pengujian dilakukaan dengan Scatter-Plot dengan menggunakan SRESID dan ZPRED pada software SPSS. Dasar pengambilan keputusannya :

• jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas,


(51)

• jika tidak ada pola yang jelas, seperti titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau terjadi homoskedastisitas.

• Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

• Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

• Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0)


(52)

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound (dl),

maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi

lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau

DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

2. Analisis Regresi Berganda

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Penelitian ini hanya terdapat dua variabel independen, yaitu perputaran piutang dan persediaan dan satu variabel dependen, yaitu tingkat profitabilitas. Perusahaan yang mempunyai hubungan saling mempengaruhi antara kedua variabel tersebut. Analisis regresi dengan menggunakan SPSS. Persamaan Regresi berganda :

Y = a+b1X1+b2X2+e Keterangan :


(53)

A : Konstanta atau harga Y bila X = 0 b1,b2 : Koefisien regresi dari setiap variabel X1 : Perputaran piutang

X2 : Perputaran persediaan e : Faktor lain diluar model

3. Uji Hipotesis

• Uji t

Uji ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel independen. Uji ini dilakukan dengan membandingkan t hitung dengan t tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Ha ditolak jika t hitung < t tabel untuk α = 5 % 2) Ha diterima jika t hitung > t tabel untuk α = 5 %

• Uji F

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara bersama-sama (simultan) mempunyai pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Pembuktian dilakukan dengan cara membandingkan nilai kritis, F tabel dengan F hitung yang terdapat pada tabel analisis df variance. 1) Ha ditolak jika F hitung < F tabel untuk α = 5 %


(54)

3.8 Jadwal Penelitian

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Tahapan Penelitian 2012 2013

Okt Des Jan Feb Mar Apr Mei Pengajuan Judul

Penyelesaian Proposal Pengumpulan Data Pengolahan Data

Bimbingan & Penyelesaian Ujian Komprehensif


(55)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

4.1 Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan dagang, baik perusahaan dagang eceran dan perusahaan dagang besar yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2012. Pengujian dilakukan dengan software SPSS versi 17.0. Setelah dilakukan pemilihan sampel diperoleh 20 perusahaan. Berikut tabel nama dan kode perusahaan dagang yang menjadi sampel dari penelitian ini :

Tabel 4.1

Daftar Nama Perusahaan Sampel Penilitian

No. Nama Perusahaan Kode Perusahaan

1 PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk INTP

2 PT. Holcim Indonesia Tbk SMCB

3 PT. Semen Indonesia Tbk SMGR

4 PT. Arwana Citra Mulia Tbk ARNA

5 PT. Pelat Timah Nusantara Tbk NIKL

6 PT. Titan Kimia Nusantara Tbk FPNI

7 PT. Champion Pasific Indonesia Tbk IGAR

8 PT. Astra Internasional Tbk ASII

9 PT. Astra Auto Part Tbk AUTO


(56)

Sumber : idx, 2013

Periode penelitian dimulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 sehingga data penelitian secara keseluruhan berjumlah 60 (20x3).

4.2 Analisis Hasil Penelitian 4.2.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), nilai tengah (median), nilai standar deviasi ukuran kurtosis, dan ukuran skewness dari data yang digunakan dalam penelitian.

11 PT. Indofood Sukses Makmur Tbk INDF

12 PT. Multi Bintang Indonesia Tbk MLBI

13 PT. Nippon Indosari Corporindo Tbk ROTI

14 PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk HMSP

15 PT. Kimia Farma Tbk KAEF

16 PT. Indo Farma Tbk INAF

17 PT. Merck Tbk MERK

18 PT. Taisho Pharmaceutical Indonesia Tbk SQBI

19 PT. Mandom Indonesia Tbk TCID


(57)

Tabel 4.2 Descriptive Statistics Statistics

PPiutang PPersediaan ROA

N Valid 60 60 60

Missing 0 0 0

Mean 11.4460 55.2757 21.7905

Median 8.5100 19.6500 18.0250

Mode 7.38 3.76a 18.85

Std. Deviation 12.60208 127.25665 14.53327

Skewness 3.838 4.193 .957

Std. Error of Skewness .309 .309 .309

Kurtosis 14.363 17.388 .051

Std. Error of Kurtosis .608 .608 .608

Minimum 3.27 3.76 2.15

Maximum 67.71 679.31 56.31

a. Multiple modes exist. The smallest value is shown Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Berdasarkan data dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa :

• Variabel Perputaran Piutang (X1) memiliki sampel (N) sebanyak 60,

dengan nilai minimum (terkecil) 3,27 dan nilai maksimum (terbesar) 67,71. Mean (nilai rata-rata) 11,4460 dan Median (nilai tengah) 8,5100. Modus 7,38. Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 12,60208. Ukuran Kurtosis adalah 14,363 dan Ukuran Skewness adalah 3,838.


(58)

• Variabel Perputaran Persediaan (X2) memiliki sampel (N) sebanyak 60,

dengan nilai minimum (terkecil) 3,76 dan nilai maksimum (terbesar) 679,31. Mean (nilai rata-rata) 55,2757 dan Median (nilai tengah) 19,6500. Modus 3,76 Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 127,25665. Ukuran Kurtosis adalah 17,388 dan Ukuran Skewness adalah 4,193.

• Variabel ROA (Y) memiliki sampel (N) sebanyak 60, dengan nilai minimum (terkecil) -2,15 dan nilai maksimum (terbesar) 56,31. Mean

(nilai rata-rata) 21,7905 dan Median (nilai tengah) 18,0250. Modus 18,85.

Standar Deviation (simpangan baku) variabel ini adalah 14,53327. Ukuran Kurtosis adalah 0,051 dan Ukuran Skewness adalah 0,957.

4.2.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas mempunyai distribusi normal atau tidak. Salah satu nya adalah dengan uji kolmogorov-smirnov. Asumsi normalitas juga persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regressi, apabila model regresi tidak berdistribusi normal maka kesimpulan dari uji F dan uji T masih meragukan, karena statistik uji F dan uji T pada analisis regresi diturunkan dari distribusi normal. Ghozali (2005 :


(59)

115), memberikan pedoman pengambilan keputusan rentang data mendekati atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov- Smirnov yang dapat dilihat dari :

1. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data adalah tidak normal.

2. Nilai sig. atau signifikan atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data

adalah normal.

Hasil Uji Normalitas dengan menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Uji Kolmogorov – Smirnov

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa,,b Mean .0000000

Std. Deviation 13.30289134

Most Extreme Differences

Absolute .140

Positive .140

Negative -.099

Kolmogorov-Smirnov Z 1.084

Asymp. Sig. (2-tailed) .190

a. Test distribution is Normal.


(60)

Berdasarkan hasil uji statistik dengan model Kolmogorov-Smirnov dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal, hal ini dapat dilihat dari nilai Asymp.Sig.(2-tailed) Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,190 yang lebih besar dari 0,05 (0,190 > 0,05). Dan nilai kolmogorov-smirnov Z sebesar 1,084 yang lebih kecil dari 1,97 (1,084 < 1,97) Berikut ini merupakan hasil uji normalitas menggunakan tabel histogram dan plot :

Gambar 4.1 Uji Normalitas Data

Tabel Histogram Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013


(61)

Grafik histogram di atas menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Hal ini dapat dilihat dari grafik histogram yang mengikuti garis diagonal dan tidak menceng (skewness) ke kiri serta tidak menceng ke kanan.

Gambar 4.2 Uji Normalitas Data

Normal P-Plot

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Pada scatter plot terlihat titik yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Titik tersebut tidak acak dan mengikuti garis diagonal,


(62)

hal ini menunjukkan bahwa data terdistribusi normal. Berdasarkan hasil uji normalitas dengan tabel histogram dan plot diatas, maka dapat disimpulkan bahwa data telah terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Untuk melihat ada atau tidaknya multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari :

1) Nilai tolerance dan lawannya,

2) Variance Inflatin Factor (VIF).

Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance

mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Batasan yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai

Tolerence > 0,10 atau sama dengan VIF < 5 (Situmorang, 2011 : 139). Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinieritas dapat dilakukan dengan melihat toleransi variabel dan Variance Inflation Factor (VIF) dengan membandingkan sebagai berikut :


(63)

• VIF < 5 maka tidak terdapat multikolineritas.

Tolerance < 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolineritas.

Tolerance > 0,1 maka tidak terdapat multikolineritas.

Tabel 4.4

Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 PPiutang .997 1.003

PPersediaan .997 1.003

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Dari hasil pengujian diatas, dapat dilihat bahwa angka tolerance

perputaran piutang dan perputaran persediaan sebesar 0,997 dan VIFnya 1,003. Data dikatakan tidak terjadi multikolinieritas apabila nilai tolerance >0,10 dan nilai VIF nya <5. Menurut perhitungan SPSS data tidak terkena multikolinieritas karena nilai tolerance 0,997 > 0,10 dan nilai VIF nya 1,003 < 5.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan


(64)

ke pengamatan yang lain. Jika variance tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka terjadi problem heteroskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil dari pengujian uji heteroskedastisitas dengan menggunakan pendekatan grafik scatter-plot.

Gambar 4.3 Uji Heteroskedastisitas Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Pada hasil pengujian dengan SPSS diatas terlihat titik-titik mengumpul di satu tempat dan saling bertindih, dapat dikatakan


(65)

terjadi masalah heteroskedastisitas, maka untuk itu perlu dilakukan transformasi data dengan menggunakan Logaritma Natural (Ln). Hasil nya adalah :

Gambar 4.4 Uji Heteroskedastisitas Setelah Transformasi Data Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Setelah dilakukan transform dengan Logaritma Natural (Ln) dapat terlihat titik-titik menyebar dan tidak membentuk pola. Hal ini dapat dikatakan bahwa data tidak terkena masalah heteroskedastisitas.


(66)

d. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang tahun satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan pada time series. Pada data crossection, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin-Watson.

Uji Durbin-Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorelation) dan mensyaratkan adanya intercept

(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel dependen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

• Ho : tidak ada autokorelasi (r = 0)

• Ha : ada autokorelasi ( r ≠ 0)

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi yaitu :

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau lower bound

(dl), maka koefisien autokorelasi lebih besar daripada nol, berarti ada autokorelasi positif.


(67)

3. Bila nilai DW lebih besar daripada (4-dl), maka koefisien autokorelasi lebih kecil daripada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas (du) dan batas bawah (dl) atau DW terletak antara (4-du) dan (4-dl), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Hasil Uji Autokorelasi dengan menggunakan SPSS Versi 17.0 dapat ditunjukkan sebagai berikut :

Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimat

e Durbin-Watson

1 .403a .162 .133 13.53426 2.231

a. Predictors: (Constant), PPersediaan, PPiutang b. Dependent Variable: ROA

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 2,231. Data dikatakan tidak terkena gejala autokorelasi apabila nilai DW terletak antara DU dan 4-DU (DU < DW < 4-DU). Nilai DU menurut tabel DW adalah 1,6518. Nilai 4-DU adalah 2,3482. Maka data berada diantara DU dan 4-DU (1,6518 < 2,231 < 2,3482) dan data tidak terkena gejala autokorelasi.


(68)

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Adapun hasil pengolahan data dengan analisis regresi dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.6 Uji Analisis Regresi

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Berdasarkan tabel diatas pada kolom Unstandardized Coefficients

bagian B diperoleh model persamaan regresi linier berganda yaitu :

Y= 16,499 + 0,464 X1 + 0,000 X2 + e

Dimana :

Y = Profitabilitas

X1 = Perputaran Piutang (Receivable Turnover) X2 = Perputaran Persediaan (Inventory Turnover ) E = Tingkat kesalahan pengganggu

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffici

ents

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 16.499 2.517 6.555 .000

PPiutang .464 .140 .402 3.315 .002

PPersediaan .000 .014 -.003 -.027 .978


(69)

Penjelasan dari nilai a, b1, b2 dan b3 pada Unstandardized Coefficients

tersebut dapat dijelaskan dibawah ini.

• Nilai B Constant (a) = 16,499 = konstanta

Nilai konstanta ini menunjukkan bahwa apabila tidak ada nilai variabel bebas yaitu perputaran piutang dan perputaran persediaan, maka perubahan nilai profitabilitas yang dilihat dari nilai Y tetap sebesar 16,499.

• Nilai b1 = 0,464 = perputaran piutang

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran piutang sebesar 1 satuan, maka Profitabilitas akan meningkat sebesar 0,464 satuan atau 46,4% dengan asumsi variabel lain dianggap tetap.

• Nilai b2 = 0,000 = perputaran persediaan

Koefisisen regresi ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan perputaran persediaan sebesar 1 satuan, maka profitabilitas tidak berubah, karena nilai nya 0%.

4.2.4 Uji Hipotesis

Dalam penelitian ini hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan program statistik, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat pada tabel 4.7


(70)

Tabel 4.7

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Hasil uji koefisien diatas menunjukkan besarnya R adalah 0,403. Berarti hubungan antara perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas sebesar 40,3%. Artinya hubungan nya cukup erat. Nilai R square adalah 0,162 atau 16,2%. Berarti 16,2% faktor profitabilitas dijelaskan oleh perputaran piutang dan perputaran perseduaan, sisanya 83,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

a. Uji t

Pengujian secara parsial dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Statistik uji yang digunakan pada pengujian parsial adalah uji t.Uji t dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh secara parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Penentuan hasil

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimat

e

1 .403a .162 .133 13.53426

a. Predictors: (Constant), PPersediaan, PPiutang b. Dependent Variable: ROA


(71)

pengujian dapat dilakukan dengan membandingkan thitung dengan ttabel

atau juga dapat dilihat dari nilai signifikansinya, dengan ketentuan : 1. Jika thitung > ttabel(α = 5%) maka Ha diterima.

2. Jika thitung < ttabel(α = 5%) maka Ha ditolak. Tabel 4.8

Uji Signifikan Parsial (t)

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Untuk mengetahui variabel independen berpengaruh secara parsial terhadap variabel dependen, maka dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Sig., sehingga dapat dijelaskan sebagai berikut :

• Variabel perputaran piutang berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012, hal ini terlihat dari nilai thitung > ttabel (3,315 > 2,00030) dan signifikansi dibawah 0,05 (0,002

< 0,05).

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffici

ents

B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 16.499 2.517 6.555 .000

PPiutang .464 .140 .402 3.315 .002

PPersediaan .000 .014 -.003 -.027 .978


(72)

• Variabel perputaran persediaan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012, hal ini terlihat dari nilai thitung < ttabel (-0,027 < 2,00030) dan signifikansi

diatas 0,05 (0,978 > 0,05).

b. Uji F

Pengujian hipotesis terhadap pengaruh simultan dilakukan dengan uji F. Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Uji F ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel pertumbuhan penjualan, perputaran piutang, debt to asset ratio dan interest rate berpengaruh secara simultan atau bersama-sama terhadap likuiditas. Untuk mengetahui semua variabel independen berpengaruh secara simultan terhadap variabel dependen, maka dapat dilakukan dengan cara melihat nilai Sig., apabila tingkat signifikansi di bawah 0,05 maka Ha diterima, dan

sebaliknya jika tingkat signifikansi di atas 0,05 maka Ha ditolak.

Selain itu signifikansi juga dapat dilihat dengan membandingkan Fhitung, dengan ketentuan:

1. Jika Fhitung > Ftabel (α = 5%) maka Ha diterima.


(73)

Tabel 4.9

Uji Signifikan Simultan (F)

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2020.689 2 1010.344 5.516 .006a

Residual 10441.048 57 183.176

Total 12461.737 59

a. Predictors: (Constant), PPersediaan, PPiutang b. Dependent Variable: ROA

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah 5,516 dengan

tingkat signifikansi 0,000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan

95% (α = 0,05) adalah 3,16 karena Fhitung > Ftabel atau 5,516 > 3,16 dan

tingkat signifikansinya di bawah 0,05 atau 0,006 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (perputaran piutang, perputaran persediaan) secara simultan adalah signifikan terhadap profitabilitas.

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh tingkat perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Indonesia. Penelitian menggunakan data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012.


(74)

Berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa besarnya R adalah 0,403. Maka, besarnya pengaruh tingkat perputaran piutang, dan perputaran persediaan terhadap tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 adalah sebesar 40,3%. Artinya hubungan nya cukup erat. Nilai R square adalah 0,162 atau 16,2%. Berarti 16,2% faktor profitabilitas dijelaskan oleh perputaran piutang dan perputaran perseduaan, sisanya 83,8% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Hasil uji signifikan simultan (F) pada tabel 4.9 digunakan untuk mengetahui peran variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen. Pada tabel dapat dilihat bahwa nilai Fhitung adalah 5,516 dengan tingkat signifikansi

0,000. Sedangkan Ftabel pada tingkat kepercayaan 95% (α = 0,05) adalah 3,16

karena Fhitung > Ftabel atau 5,516 > 3,16 dan tingkat signifikansinya di bawah 0,05

atau 0,006 < 0,05 menunjukkan bahwa pengaruh variabel independen (perputaran piutang, perputaran persediaan) secara simultan adalah signifikan terhadap profitabilitas.

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan Ellys (2009) disimpulkan bahwa perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat profitabilitas. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Seprina Ruleta (2008) disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara tingkat perputaran piutang dengan tingkat profitabilitas perusahaan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(75)

Dalam Penelitian Ratih Anugrah (2011) disimpulkan bahwa tingkat perputaran piutang dan tingkat perputaran persediaan berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Hal ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Hal ini mungkin disebabkan oleh perbedaan objek penelitian. Pada penelitian ini, yang menjadi objek penelitian adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI yang seluruhnya 20 perusahaan, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Anugrah (2011), objek penelitian adalah PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. Dan penelitian yang dilakukan oleh Seprina Ruleta (2008), objek penelitian adalah PT. Gresik Cipta Sejahtera. Oleh karena itu hasil penelitian yang dilakukan oleh Ratih Anugrah (2011) dan Seprina Ruleta (2008) tidak dapat digeneralisasi pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia .

Penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial Perputaran Piutang berpengaruh signifikan terhadap tingkat profitabilitas, sehingga hal ini menunjukkan bahwa variable Perputaran Piutang dapat digunakan untuk memprediksi tingkat Profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012. Sedangkan secara parsial Perputaran Persediaan berpengaruh secara tidak signifikan terhadap tingkat profitabilitas, sehingga hal ini menunjukkan bahwa variabel Perputaran Persediaan tidak dapat digunakan untuk memprediksi tingkat Profitabilitas perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010-2012.


(76)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

1. Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas secara parsial pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tidak sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Seprina Ruleta (2008) yang menunjukkan bahwa secara parsial perputaran piutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas.

2. Perputaran persediaan secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu oleh Ellys (2009) yang menunjukkan bahwa perputaran persediaan tidak mempunyai pengaruh terhadap profitabilitas. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratih Anugrah (2011) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas.


(77)

3. Perputaran piutang dan perputaran persediaan secara simultan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

5.2 Saran

Adapun saran-saran yang dapat diberikan peneliti adalah sebagai berikut : 1. Bagi para peneliti selanjutnya, diharapkan melakukan penelitian terhadap

faktor-faktor lain yang mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap terhadap profitabilitas sehingga dapat diketahui faktor mana yang paling berpengaruh dalam upaya peningkatan profitabilitas.

2. Sebaiknya perlu dilakukan penelitian menggunakan sampel yang lebih banyak agar dapat diperoleh hasil yang lebih valid mengenai pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat keterbatasan yang mungkin dapat diperbaiki oleh peneliti berikutnya. Keterbatasan yang dimiliki peneliti adalah :

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya 20 perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur sedangkan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia begitu banyak dan bergerak pada bidang yang berbeda-beda sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan.


(78)

2. Profitabilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, dalam penelitian ini peneliti hanya menghitung pengaruh perputaran piutang dan persediaan. Peneliti tidak melakukan penelitian pada faktor-faktor lain yang mempengaruhi profitabilitas.

3. Selain perluasan sampel penelitian, kepada para peneliti lanjutan juga diharapkan dapat melakukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan data yang terbaru, sehingga hasilnya juga akan lebih valid dan akurat.


(1)

Uji Normalitas Data


(2)

Uji Normalitas Data


(3)

Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 PPiutang .997 1.003

PPersediaan .997 1.003

a. Dependent Variable: ROA

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Lampiran 7

Uji Heteroskedastisitas (Sebelum Transformasi)


(4)

Uji Heteroskedastisitas (Setelah Transformasi)

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Lampiran 9

Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimat

e Durbin-Watson

1 .403a .162 .133 13.53426 2.231


(5)

Analisis Regresi

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Lampiran 11

Uji Koefisien Determinasi (R

2

)

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coeffici

ents

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 16.499 2.517 6.555 .000

PPiutang .464 .140 .402 3.315 .002

PPersediaan .000 .014 -.003 -.027 .978

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimat

e


(6)

Uji Hipotesis

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 2020.689 2 1010.344 5.516 .006a

Residual 10441.048 57 183.176

Total 12461.737 59

Sumber : Hasil Penelitian SPSS, 2013

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coeffici ents

B Std. Error Beta T Sig.

1 (Constant) 16.499 2.517 6.555 .000

PPiutang .464 .140 .402 3.315 .002