BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

  Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera pengelihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Suatu penelitian mengatakan bahwa tindakan yang didasari oleh pengetahuan akan mampu bertahan lebih lama dibanding tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan Dewi (2012), hubungan pengetahuan dan sikap wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA di Puskesmas Buleleng I menunjukkan ada hubungan positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan pemeriksaan IVA. Semakin tinggi tingkat pengetahuan semakin tinggi perilaku pemeriksaan IVA.

  Menurut Mubarak (2011), ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : (1)

  Pendidikan Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.

  Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan pendidikan, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah pula mereka menerima informasi maka akan semakin

  6 luas pula pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang perpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.

  (2) Pekerjaan

  Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Individu yang bekerja dalam bidang kesehatan akan cenderung memiliki pengetahuan lebih tentang bagaimana menjaga kesehatan.

  (3) Umur

  Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan pada aspek fisik dan psikologis. Pada aspek psikologis dan mental, taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa. Namun bukan berarti umur yang lebih muda tidak dapat berfikir secara dewasa.

  (4) Minat Minat adalah kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu.

  Minat menjadikan seseorang berkeinginan lebih mencari tahu tentang pemeriksaan IVA dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

  (5) Pengalaman

  Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada kecenderungan pengalaman yang kurang baik seseorang akan berusaha untuk melupakan, namun jika pengalaman terhadap objek tersebut menyenangkan maka secara psikologis akan timbul kesan yang membekas dalam emosi sehingga menimbulkan sikap positif.

  (6) Kebudayaan Kebudayaan akan mempengaruhi pengetahuan masyarakat secara langsung.

  Apabila dalam suatu wilayah mempunyai kegiatan untuk menjaga kebersihan lingkungan maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Begitu pula apabila dalam suatu wilayah terdapat pemeriksaan IVA maka besar kemungkinan masyarakat sekitar mempunyai sikap yang positif terhadap pemeriksaan IVA.

  (7) Sumber Informasi

  Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Terdapat berbagai media yang dapat dijadikan sarana dalam mendapatkan informasi mengenai pemeriksaan IVA, akan tetapi ada juga individu yang belum mendapatkan informai mengenai pemeriksaan IVA atau metode untuk mendeteksi dini kanker serviks. Kemudahan informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan.

  Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif dibagi menjadi enam tingkatan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (syintetis) dan evaluasi (evaluation). Namun tingkat pengetahuan wanita usia subur mengenai pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) yang diharapkan adalah tahu (know) dan memahami (comprehention).

  1. Tahu (Know) yaitu mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan menyatakan. Wanita usia subur dapat menyebutkan pengertian, tujuan, keunggulan, sasaran dan interval, interpretasi hasil pemeriksaan, pemberi pelayanan, tempat pelayanan pemeriksaan IVA.

  2. Memahami (Comprehension) Yaitu suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Kata kerja yang dipakai menyebutkan contoh, menyimpulkan atau meramalkan terhadap suatu objek. Wanita usia subur dapat menjelaskan mengapa harus melakukan pemeriksaan IVA.

  3. Aplikasi (Aplication) Yaitu sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Setelah wanita usia subur memahami pentingnya melakukan pemeriksaan IVA diharapkan mau melakukan pemeriksaan IVA.

  4. Analisis (Analysis) Yaitu suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

  5. Sintesis (Syntetis) Sintesis menunjukkan kepada sustu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian informasi sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

  6. Evaluasi (Evaluation) Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan criteria yang ada. Indikator-indikator tingkat pengetahuan yang dapat dipergunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat dikelompokan menjadi: 1.

  Pengetahuan tentang sakit dan penyakit 2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, indikator inilah yang digunakan untuk mengukur pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan IVA misalnya apa itu pemeriksaan IVA, tujuannya dalam pemeliharaan kesehatan serviks.

  3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan Pengukuran pengetahuan kesehatan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara langsung (wawancara) atau pertanyaan-pertanyaan tertulis berupa angket. Indikator pengetahuan kesehatan adalah tingginya pengetahuan responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel-variabel kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

2.2 Sikap

  Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, melainkan merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku (Notoatmodjo, 2010). Penelitian yang dilakukan Ningsih (2010) mengenai pengetahuan dan sikap wanita yang telah menikah tentang pemeriksaan IVA untuk mendeteksi dini kanker leher rahim di Puskesmas Medan Area Selatan melaporkan sikap responden yang tidak periksa

  IVA paling banyak dalam kategori baik 54,5% . Hal ini menunjukkan sikap yang baik belum tentu menunjukkan tindakan suatu perilaku yang baik pula.

  Menurut Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap itu terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :

  1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep, terhadap suatu objek.

  2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

  3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

  Ketiga komponen diatas bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh tersebut, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

  Menurut Notoatmodjo (2010), Sikap terdiri dari 4 tingkatan yaitu menerima (receiving), merespon (responding), menghargai (valuing), bertanggung jawab (responsible). Namun tingkat sikap wanita usia subur terhadap pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) yang diharapkan ialah menerima (receiving) dan merespon (responding).

  1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). Sikap wanita usia subur terhadap pemeriksaan IVA pada tahap ini dapat dilihat dari adanya penerimaan atau perhatian wanita usia terhadap pemeriksaan IVA sebagai salah satu deteksi dini kanker serviks.

  2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikator dari sikap. Usaha wanita usia subur untuk menjawab pertanyaan mengenai pemeriksaan IVA, baik salah ataupun benar berarti wanita usia subur telah menerima dan merespon adanya pemeriksaan IVA.

  3. Menghargai (Valving) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikator sikap tingkat tiga.

  4. Bertanggung jawab ( Responsible) Bertanggung jawab atas segala segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap paling tinggi.

  Indikator sikap kesehatan juga sejalan dengan pengetahuan kesehatan, yaitu :

1. Sikap terhadap sakit dan penyakit

  2. Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat, Indikator inilah yang digunakan untuk mengukur sikap wanita usia subur terhadap pemeriksaan IVA, misalnya wanita usia subur dapat menilai bahwa pemeriksaan IVA penting dilakukan unruk mendeteksi kanker serviks.

3. Sikap terhadap kesehatan lingkungan

  Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Pengukuran sikap secara langsung dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang stimulus atau objek yang bersangkutan. Pertanyaan secara langsung juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan kata “setuju” atau “tidak setuju” terhadap pernyataan-pernyataan terhadap objek tertentu (Notoatmodjo, 2010).

2.3 Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA)

2.3.1 Pengertian

  Pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang pemeriksaannya (dokter/bidan/paramedis) mengamati serviks yang telah diberi asan asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan pengelihatan mata langsung (mata telanjang). Daerah yang tidak normal akan berubah warna dengan batas yang tegas menjadi putih (acetowhite) yang mengindikasikan adanya lesi pra kanker pada serviks (Aziz, 2006).

  Pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman pada tahun 1925 dengan cara memulas serviks dengan kapas yang telah dicelupkan ke dalam asam asetat 3-5%. Pemberian asam asetat itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antarsel semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan berwarna putih (acetowhite). Jika makin putih makin tinggi derajat kelainan histologiknya.

  Penelitian yang dilakukan Ghaemmoghami et al (2004) di Iran dengan 1.200 responden melaporkan angka sensitivitas pemeriksaan IVA dibanding Pap smear berturut-turut 74,3% & 72%, sementara angka spesifisitas adalah 94% & 90,2%. Begitu juga penelitian yang dilakukan Doh et al (2005) melaporkan hasil penelitian di Kamerun terhadap 4813 perempuan yang menjalani skrining dengan metode IVA dan Tes Pap. Hasil penelitian melaporkan sensitivitas IVA dibanding Tes Pap 70,4% dan 47,7%, sedangkan spesifitas IVA dan Tes Pap berturut-turut 77,6% dan 94,2% dan penelitian Arbyn et al (2008) di india dan Afrika dengan 58.000 responden melaporkan angka sensitivitas pemeriksaan IVA 79,2% dan spesifitas 84,7%. Hal ini menunjukkan pemeriksaan IVA memilki sensitivitas yang tinggi untuk deteksi dini kanker serviks (Depkes, 2008).

2.3.2 Tujuan

  Tujuan dari pemeriksaan IVA adalah untuk melihat adanya sel yang mengalami displasia sebagai salah satu metode skrining kanker serviks (Rasjidi, 2009). Pemeriksaan IVA yang sederhana ini diharapkan cakupan pemeriksaannya bisa lebih luas, penemuan dini lesi prakanker serviks lebih banyak sehinnga angka kejadian dan kematian dapat berkurang.

  Menurut winkjosastro (2005) dalam Artiningsih (2011), tujuan dari pemeriksaan IVA adalah : a.

  Mendapatkan kanker serviks pada stadium lebih awal.

  b.

  Untuk mendeteksi secara dini adanya perubahan sel serviks yang mengarah ke kanker serviks beberapa tahun kemudian.

  c.

  Penanganan secara dini dapat dilakukan sehingga terhindar dari kanker serviks.

  d.

  Pengobatan diharapkan berhasil lebih baik.

2.3.3 Keunggulan

  Aman, tidak mahal dan mudah di lakukan.

  Pemeriksaan IVA adalah praktek yang dianjurkan untuk fasilitas dengan sumber daya sederhana dibanding dengan metode skrining kanker serviks lainnya karena : a.

  Akurasi tes tersebut sama dengan tes-tes lainnya yang digunakan untuk penapisan kanker leher rahim.

  c.

  Dapat dipelajaridan di lakukan oleh hampir semua tenaga kesehatan di semua jenjang sistem kesehatan.

  d.

  Memberikan hasil segera sehingga dapat segera diambil keputusan mengenai penalaksanaannya.

  e.

  Suplai sebagian besar peralatan dan bahan untuk pelayanan ini mudah di dapat dan tersedia.

  f.

  Pengobatan langsung dengan krioterapi berkaitan dengan penapisan.

  b. g.

  Tidak bersifat infasif dan dengan efektif dapat mengidentifikasi lesi pra kanker (Kepmenkes, 2010).

  Menurut Tilong (2012), beberapa keunggulan metode IVA dibandingkan pap smear adalah sebagai berikut : a.

  Tidak memerlukan alat tes laboratorium yang canggih (alat pengambilan sampel jaringan, preparat, mikroskop dan lain sebagainya).

  b.

  Tidak memerlukan teknisi laboratorium khusus untuk pembacaan hasil tes.

  c.

  Hasilnya langsung diketahui, tidak memakan waktu berminggu-minggu.

  d.

  Sensitivitas IVA dalam mendeteksi kelainan leher rahim lebih tinngi daripada Pap smear test (sekitar 75%), meskipun dari segi kepastian lebih rendah (85%).

  e.

  Biaya sangat murah (bahkan gratis bila di puskesmas).

2.3.4 Sasaran dan Interval

  Semua perempuan yang telah melakukan hubungan seksual secara aktif, terutama yang telah berusia 30-50 tahun dianjurkan untuk melakukan skrining kanker serviks minimal 5 tahun sekali dan bila memungkinkan 3 tahun sekali (Depkes, 2009).

  WHO mengindikasikan skirining kanker serviks pada kelompok berikut ini : a.

  Setiap wanita yang berusia antara 25-35 tahun yang belum pernah melakukan tes sebelumnya atau pernah melakukan tes 3 tahun sebelumnya atau lebih.

  b.

  Perempuan yang ditemukan lesi abnormal pada pemeriksaan sebelumnya. c.

  Perempuan yang mengalami perdarahan abnormal pervaginam, perdarahan pasca senggama, perdarahan pasca menopause atau mengalami tanda dan gejala lainnya.

  d.

  Perempuan yang ditemukan ketidaknormalan pada serviksnya. Menurut Sukaca (2009), orang yang harus dirujuk untuk melakukan pemeriksaan IVA adalah : a.

  Setiap wanita yang sudah atau pernah menikah.

  b.

  Wanita yang berisiko tinggi terkena kanker serviks, seperti perokok, menikah muda, sering berganti pasangan.

  c.

  Memiliki banyak anak.

  d.

  Mengidap penyakit infeksi menular seksual

  IVA tidak di rekomendasikan pada wanita pasca-menopause, karena daerah transisional sering terletak di kanalis servikalis dan tidak tampak dengan inspekulo (Rasjidi, 2009).

  Seorang wanita yang mendapat tes IVA negatif harus menjalani skirining kembali minimal 5 tahun sekali dan wanita yang mempunyai hasil tes IVA positif dan mendapat pengobatan harus menjalani tes IVA berikutnya 6 bulan kemudian (Kepmenkes, 2010).

2.3.5 Interpretasi Hasil Pemeriksaan

  Adapun hasil temuan pemeriksaan IVA dapat diklasifikasikan sesuai dengan temuan klinis yang diperoleh, sebagai berikut :

  Tabel 1 : Klasifikasi IVA sesuai temuan klinis

  Klasifikasi IVA Temuan Klinis Hasil Tes Negatif Permukaan polos dan halus, berwarna merah jambu, ektropion polip, servisitis, inflamasi, Nabothian cysts Hasil Tes Positif Plak putih yang tebal atau epitel acetowhite, biasanya dekat squamo-columnar junction (SCJ) Kanker Pertumbuhan seperti bunga kol dan mudah berdarah (Aziz, 2006)

  2.3.6 Pemberi Pelayanan

  petugas kesehatan yang terdiri dari : a. Bidan terlatih pemeriksaan IVA b. Dokter umum terlatih pemeriksaan IVA c.

  Dokter spesialis obstetri dan ginekologi

  2.3.7 Tempat Pelayanan a.

  Rumah sakit b. Puskesmas c. Puskesmas pembantu d. Polindes e. Klinik dokter spesialis/dokter umum/bidan (Kepmenkes, 2010).

2.4 Wanita Usia Subur

  Menurut BKKBN (2001), wanita usia subur (wanita usia produktif) adalah wanita yang berumur 18-49 tahunyang berstatus belum kawin, kawin ataupun janda.

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kanker leher rahim (serviks) pada wanita usia subur diantaranya adalah umur, usia pertama kawin atau melakukan hubungan seksual, merokok, kontrasepsi yang digunakan, jumlah paritas, sering berganti pasangan, dan deteksi dini yang tidak dilakukan (Azis, 2000).

  Penelitian yang dilakukan Prandana (2013) di RSUP H. Adam Malik Medan menemukan penderita kanker serviks paling banyak pada golongan umur 40-50 tahun (58,9%), seluruh penderita kanker serviks berstatus kawin (100%), kebanyakan penderita penderita kanker serviks dengan status pendidikan SMP- SMA (57,2%) dan menurut paritas yang paling sering menderita kanker serviks memiliki 3-5 anak (56,1%).

2.5 Penelitian-penelitian sebelumnya a.

  Rodiyah Ningsih 2010, pengetahuan dan sikap wanita yang telah menikah tentang pemeriksaan IVA untuk mendeteksi kanker leher rahim di Puskesmas Medan Area Selatan tahun 2009. Penelitian dilakukan pada wanita yang telah menikah dan mendapat penyuluhan tentang pemeriksaan

  IVA dengan metode penelitian survey yang bersifat deskriptif dan jumlah sampel 140 responden. hasil penelitian melaporkan tingkat pengetahuan responden yang periksa IVA terbanyak dalam kategori sedang sebanyak 76,7% sedangkan Pengetahuan responden yang tidak periksa IVA hampir sama, yaitu dalam kategori baik 49,1% dengan kategori sedang 50,0%.

  Sikap responden yang periksa IVA 70,0% pada kategori sikap baik sedangkan sikap responden yang tidak periksa IVA, kategori sikap baik sebanyak 54,5%. b.

  Nova Ari Pangesti, Cokroaminoto, Nurlaila 2012, gambaran karakteristik wanita usia subur (WUS) yang melakukan pemeriksaan inspeksi visual asam asetat (IVA) di Puskesmas Karanganyar, Jawa Tengah dengan menggunakan jenis penelitian deskriprif dengan pendekatan observasional dan jumlah responden 76, melaporkan karakteristik WUS yang melakukan pemeriksaan IVA di Puskesmas Karanganyar berdasakan tingkat pengetahuan terbanyak adalah 40,8% dalam kategori cukup.

  c.

  Fransiska Ompusunggu (2012), karakteristik dan faktor-faktor hambatan wanita usia subur melakukan pemeriksaan Pap smear di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dengan desain penelitian deskriptif eksploratif, jumlah sampel 101 responden, teknik pengambilan sampel convinience

  sampling melaporkan faktor pengetahuan responden menyatakan Pap

  smear tidak penting dilakukan pada setiap wanita yang pernah melakukan hubungan seksual (63%) sedangkan faktor ekonomi menyatakan tidak mampu melakukan Pap smear karena biayanya mahal (54%) dan mayoritas responden yang belum pernah melakukan pemeriksaan Pap smear di wilayah kerja puskesmas Kedai Durian berada pada usia > 30 tahun (61%).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

9 159 129

Pengetahuan Wanita Usia Subur Terhadap Pelaksanaan Imunisasi Tetanus Toxoid 5 di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014

2 76 45

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Selatan Tahun 2013

0 41 129

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan - Pengetahuan Ibu Hamil tentang Asupan Zat Gizi Mikro selama Kehamilan di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 1 32

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian - Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan S

1 1 42

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanker Serviks - Pengaruh Persepsi Dan Motivasi Wanita Usia Subur Terhadap Keikutsertaan Skrining Kanker Serviks Metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sidangkal Kecamatan Padangsidimpuan Sela

1 1 31

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan - Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Niat Pasangan Usia Subur tentang Kontrasepsi IUD di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Mancung Kabupaten Aceh Tengah

0 0 39

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan - Hubungan Pengetahuan dengan Sikap Pasangan Usia Subur tentang Pemeriksaan Pap smear di Kelurahan Bane, Kecamatan Siantar Utara

0 0 11

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

0 2 28